Anda di halaman 1dari 18

Makalah Akidah Akhlak Tentang

Akhlak Berpakaian, Berhias, dan Perjalanan

O
L
E
H
Kelompok 10:

1. Septira dwi sekar utami


2. Shelly sapna sandria
3. Siti hildani saadatul khair

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur

Tahun Pelajaran 2017/2018

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 1


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Akidah
Akhlak ini dengan sebaik-baiknya.

Makalah ini membahas tentang akhlak berpakaian dan berhias. Kami membuat
makalah ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita sebagai seorang pelajar.Kami
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Terima kasih banyak atas partisipasi dan dukungan pihak-pihak yang terkait dalam
pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan ataupun
kata-kata yang menyinggung didalam makalah ini. Kesenpurnaan hanya milik Allah SWT,
sedangkan kekurangan hanya milik kami sebagai manusia.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat.

Selong,21 September 2017

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 2


BAB I

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang

Didalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam segi kehidupan yang


memiliki aturan dan tata cara yang harus kita taati. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan
yang tak bisa lepas dari hidup kita. Seiring dengan perkembangan zaman, berpakaian sudah
menjadi salah satu pusat perhatian dalam kemajuan globalisasi. Berbagai macam jenis
pakaian telah muncul dikehidupan kita, sehingga membuat kita harus memilih-milih yang
mana yang pantas untuk kita pakai serta tidak melanggar ajaran agama Islam. Begitu juga
berhias, pengaruh dunia barat sangat besar bagi negara kita Indonesia. Alat-alat semakin
canggih, untuk berhias pun tak jadi hal yang susah bagi kita.

Kesadaran akan pentingnya aturan yang telah ada didalam Al-Quran terkadang
terlupakan bagi kita. Mengabaikan hal-hal kecil yang ujungnya akan berakibat bagi
kehidupan sehari-sehari. Melewatkan hal-hal yang kecil secara terus menerus membuat kita
membentuk sebuah kebiasaan yang buruk sepanjang kita lupa akan aturan. Untuk itu,
sebagian besar manusia melupakan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Berpakaian tidak
sesuai dengan ajaran Islam dan berhias berlebihan.

Makalah ini dibuat agar menjadi ulasan kembali ingatan kita dan menambah
pengetahuan kita, bahwa berpakaian dan berhias yang mempunyai aturan tersendiri.

2.Rumusan Masalah

a. Jelaskan pengertian berpakaian, fungsi pakaian,batas aurat,adab


berpakaian,membiasaan akhlak berpakaian, dan hikmah akhlak berpakaian.!
b. Jelaskan seperti pengertian berhias, macam-macam berrhias, akhlak berhias, dan
hikmah akhlak berhias.!

3.Tujuan

a. Kita dapat mengetahui akhlak berpakaian seperti pengertian berpakaian,fungsi


pakaian,batas aurat,adab berpakaian,membiasaan akhlak berpakaian, dan hikmah
akhlak berpakaian.
b. Kita dapat mengetahui akhlak berhias seperti pengertian berhias, macam-macam
berrhias, akhlak berhias, dan hikmah akhlak berhias.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 3


BAB II

PEMBAHASAN
A.Akhlak berpakaian

1. Pengertian pakaian

Pakaian menurut kamus besar bahasa indonesia adalah barang apa yang dipakai (baju,
celana, dan sebagaianya). Istilah pakaian kemudian dipersamakan dengan busana. Istilah
busana berasal dari bahasa sanskerta yaitu bhusana yang mempunyai konotasi pakaian yang
bagus atau indah yaitu pakaian yang serasi,harmonis,selaras,enak dipandang,nyaman
melihatnya,cocok dengan pemakai sertab sesuai dengan kesempatan. Pakaian merupakan
busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh.

2. Fungsi pakaian
a. Penutup aurat

Kata aurat alam kamus besar bahasa arab berasal dari kata :1) awira yag artinya hilang
perasaan.,hilang cahaya atau lenyap penglihatan (untuk mata). Pada umumnya kata awira ini
memberi arti yang tidak baik,memalukan bakhan mengecewakan. Kalau kata ini sekiranya
menjadi sumber kata aurat makan berarti bahwa itu adalah sesuatu yang mengecewakan
bahkan dipandang tidak baik. 2) ara yang berarti menutup, artinya aurat itu harus ditutupi
sehingga tidak dapat dilihat dan dipandang. 3) awara artinya mencemarkan bila terlihat atau
sesuatu mencemarkan bila tampak.

Secara bahasa aurat berarti malu, aib, dan buruk. Jadi pengertian aurat secara
kebahasaan adalah anggota atau bagian dari tubuh manusia yang bila terbuka atau tampak
akan menimbulkan rasa malu,aib, dan keburukan- keburukan lainnya.

Dari ketiga sumber kata inilah lahir kata atau kalimat aurat yang diartikakn secara
luasnya adalah sesuatu anggota tubuh yang adanya pada manusia yang harus di tutupi dan
dijaga sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kekecewaan dan rasa malu.

Dalam konteks hokum agama, aurat dipahami sebagai anggota badan tentu yang tidak
booleh dilihat kecuali oleh orang-orang tertentu. Ide dasar aurat adalah tertutup atau tidak
dilihat walau oleh orang yang bersangkutan sendiri. Beberapa hadits menerangkan hal
tersebut secara rinci: hindarilah terlanjang , Karena ada malaikat yang selalu bersama
kamu,yang tidak pernah berpisah dengan mu kecuali ketika ke kamar belakang (WC) dan
ketika seseorang berhubungan seks dengan istrinya. Maka malulah kepada mereka dan
hormatilah mereka. (H.R.At-Tirmidzi). Hadits lain manyatakan: apabila salah seorang
diantara kamu berhubungan seks dengan pasangannya,jangan sekali-kali keduanya telanjang
bagaikan telanjangnya binatang. (H.R.Ibnu Majah).

b. Perhiasan

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 4


Sebagian pakar menjelaskan bahwa sesuatu yang elok adalah yang menghasilkan
kebebasan dan keserasian. Pakaian yang elok adalah yang member kebebasan kepada
pemakainya untuk bergerak. Salah satu unsure mutlak keindahan adalah kebersihan. Itulah
sebabnya mengapa Nabi Muhammad SAW.senang memakai pakaian putih,bukan saja karena
warna ini lebih sesuai dengan iklim jazirah Arabia yang panas,melainkan juga karena warna
putih segera menampakkan kotoran,sehingga pemakainya akan segera terdorong untuk
membersihkannya.

Berhias adalah naluri manusia. Seorang sahabat Nabi pernah bertanya kepada Nabi,
seseorang yang senang pakainnya indah dan alasa kakinya indah (apakah termasuk
keangkuhan?) nabi menjawab, sesungguhnya Allah indah, senangn kepada keindahan,
keangkuhan adalah menolak kebenaran dan menghina orang lain. Al-Quran telah
memerintahkan agar memakai pakaian-pakaian indah ketika berkunjung ke masjid,
mengecam mereka yang mengharamkan perhiasan yang telah diciptakan Allah itu manusia.

Q.S. Al-Araf:31-32

Artinya

31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memaskui)
masjid,makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Alloh tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

32. katakanlah: siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang


dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pula yang
mengharamkannya) rezeki yang baik? Katakanlah: semuanya itu (disediakan) bagi orang-
orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat:
demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (Q.S.Al-
Araf:31-32)

c. Melindungi dari Bencana

Ditemukan dalam Al-Quran ayat yang menjelaskan fungsi pakaian,yakni fungsi


pemeliharaan terhadap bencana, dan dari sengatan panas dan dingin, Q.S An-Nahl [16]:81.

Artinya:

dan Allah menjadikan begimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan,dan
Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung,dan Dia jadikan bagimu
pakaian yang memeliaharamu dari panas dan pakain (baju besi) yang memelihara kamu
dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas mu agar kamu
berserah diri (kepada-Nya). (Q.S. An-Nahl [16]:81)

d. penunjuk identitas

Identitas/kepribadian sesuatu adalah yang menggambarkan eksistensinya sekaligus


membedakannya dari yang lain. Rasululloh SAW.amat menekankan pentingnya penampilan
identitas muslim, antara lain melalui pakaian. Karena itu, Rasulullah melarang laki-laki yang

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 5


memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki (HR.Abu
Daud). Contoh,jilbab dapat menjadi identitas kepada pemakainya sebagai muslimah.

Fungsi identitas pakaian ini disyaratkan oleh Al-Quran surat Al-Ahzab [33]:59 yang
menugasakan Nabi, agar menyampaikan kepada istri-istrinya,anak-anak perempuannya, serta
wnanita-wanita mukmin agar mereka mengulurkan jilbab mereka.

QS.AL-Ahzab [33]: 59

Artinya:

Hai Nabi,katakanlah kepada istri-istrimu,anak-anak perempuan,dan istri-istri orang


mukmin: hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Ahzab [33]:

3. batas aurat

Ulama bersepakat menyangkut kewajiban berpakaian sehingga aurat tertutup, hanya


saja mereka berbeda pendapat tentang batas aurat. Bagian mana dari tubuh manusia yang
harus ditutup. Salah satu sebab perbedaan ini adalah perbedaan penafsiran mereka tentang
maksud firman Allah SAW. dalam QS. An-Nur [24]: 31,

Artinya:

katakanlah kepada wanita yang beriman: hendaklah mereka menahan


pandangannya,dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang biasa Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka munutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra
saudara perempuan mereka atau wanita islam, budak-budak yang mereka miliki, pelayan-
pelayan laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita, atau anak-anak yang belum
mengerti aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada allah, hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung.

a. Batas Aurat laki-laki

Imam maliki, safiI, dan abu hanifah berpendapat bahwa lelaki wajib menutup seluruh
badannya dari pusar hingga lututnya, meskipun ada juga yang berpendapat bahwa ditutupi
dari anggota tubuh lelaki hanya yang berdapat antara pusar dan lutut yaitu alat kelamin dan
pantat.

b. Batas aurat perempuan

Menurut sebagian besar ulama berkewajiban muntup seluruh anggota tubuhnya kecuali
muka dan telapak tangannya,sedangkan Abu Hanifah sedikit lebih longgar, karena
menambahkan bahwa selain muka dan telapak tangan,kaki wanita juga boleh terbuka. Tetapi

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 6


Abu Bakar bin Abdurrohman dan Imam Ahmad berpendapat bahwa seluruh anggota tubuh
badan perempuan harus ditutup.

Hal yang demikian ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah
r.a. bahwa ketika Asma binti Abu Bakar r.a. bertemu dengan Rasululloh saw, ketika itu
Asma sedang mengenakan pakaian tipis, lalu Rasululloh memalingkan muka seraya
bersabda: Wahai Asma! sesungguhnya, jika seorang wanita sudah sampai masa haid, maka
tidak layak lagi bagi dirinya menampakkannya, kecuali ini (beliau mengisyaratkan pada
muka dan telapak tangan).

4. Adab Berpakaian

a. Disunnatkan memakai pakaian pantas, serasi, rapih dan bersih.

b. Rasulullah bersabda kepada salah seorang shahabatnya di saat beliau melihatnya


mengenakan pakaian jelek : Apabila Allah mengaruniakan kepadamu harta, maka
tampakkanlah bekas ni`mat dan kemurahan-Nya itu pada dirimu. (HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al-Albani).

c. Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk tubuh dan tebal tidak
memperlihatkan apa yang ada di baliknya.

d. Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya. dari Ibnu
Abbas ra, menuturkan: Rasulullah melaknat (mengutuk) kaum lakilaki yang menyerupai
kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria. (HR. Bukhari).

e. Pakaian tidak merupakan pakaian untuk ketenaran atau niat kesombongan. Rasulullah
bersabda: Barang siapa yang mengenakan pakaian ketenaran di dunia niscaya Allah akan
mengenakan padanya pakaian kehinaan di hari Kiamat. ( HR. Ahmad).

f. Pakaian tidak boleh ada gambar makhluk yang bernyawa atau gambar salib. dari Aisyah
Radhiallaahu anha menyatakan bahwasanya beliau berkata: Rasulullah tidak pernah
membiarkan pakaian yang ada gambar salibnya melainkan Nabi menghapusnya. (HR.
Bukhari dan Ahmad).

g. Pakaian laki-laki tidak boleh panjang melebihi kedua mata kaki Rasulullah bersabda :
Apa yang berada di bawah kedua mata kaki dari kain itu di dalam neraka (HR. Al-
Bukhari).

h. Disunnatkan mendahulukan bagian yang kanan di dalam berpakaian atau lainnya Aisyah
ra, berkata: Rasulullah suka bertayammun (memulai dengan yang kanan) di dalam segala
perihalnya, ketika memakai sandal, menyisir rambut dan bersuci. (MuttafaqAlaih).

i. Disunnatkan berdoa ketika mengenakan pakaian; Segala puji bagi Allah yang telah
menutupi aku dengan pakaian ini dan mengaruniakannya kepada-ku tanpa daya dan kekuatan
dariku. (HR. Abu Daud)

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 7


j. Disunnatkan memakai pakaian berwarna putih Rasul Bersabda: Pakaialah yang berwarna
putih dari pakaianmu, karena yang putih itu adalah yang terbaik dari pakaian kamu (HR.
Ahmad).

5. Membiasakan Akhlak Berpakaian

Islam memiliki etika berbusana yang telah diatur oleh Allah SWT di dalam Al-Qur'an
dan Hadis. Dalam Islam, kita sebagai umat Allah tidak diperbolehkan memakai pakaian yang
melanggar aturan Islam, tetap harus mengikuti aturan tersebut. Zaman semakin berkembang
bukan berarti kita harus mengikuti perkembangan yang ada secara keseluruhan. Pakaian
merupakan pengaruh yang besar bagi perkembangan zaman. Karena, akibat dari
perkembangan zaman yang datangnya dari dunia Barat, sangat mempengaruhi mode pakaian
kita sebagai umat muslim. Maka dari itu biasakanlah berpakaian sesuai syariat Islam, agar
tidak terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh negatif, yang membuat kita lupa akan Allah serta

Dalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi 2 bentuk pertama pakaian untuk
menutupi aurat tubuh sebagai realisasi dari perintah Allah bagi wanita seluruh tubuhnya
kecuali tangan dan wajah, dan bagi pria menutup aurat dibawah lutut dan diatas pusar.
Batasan pakaian yang telah ditetapkan oleh Allah ini melahirkan kebudayaan yang sopan dan
enak dilihat oleh kita dan kita pun merasa aman dan tenang karena pakaian kita yang
memenuhi kewajaran pikiran manusia. Sedangkan yang kedua, pakaian merupakan perhiasan
yang menyatakan identitas diri sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia.

Busana Muslimah haruslah mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. Tidak jarang dan ketat

b. Tidak menyerupai laki-laki

c. Tidak menyerupai busana khusus non-muslim

d. Pantas dan sederhana

Jadi, mengenahi bentuk model pakaian, Islam tidak memberi batasan, karena hal ini
berkaitan dengan budaya setempat. Pakaian orang arab berbeda dengan pakaian budaya orang
Indonesia. Islam bukanlah Arab. Tidak selalu yang menggunakan identitas atau bahasa Arab
itu pasti islami. Oleh karena itu kita diperkenankan memakai pakaian dengan model apapun
selama pakaian tersebut memenuhi persyaratan menutup aurot dan persyaratan tersebut di
atas.

6. Hikmah Akhlak Berpakaian

a. Menjaga Identitas Muslim

Pakaian merupakan identitas diri pemakainya, apabila kita menggunakan pakaian


sesuai fungsi menutup aurat dan memenuhi nilai-nilai budaya yang bagus, sopan, dan
kelihatan nyaman, berarti kita telah menjalankan ajaran agama dengan baik.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 8


b. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan

Pakaian sangat berfungsi bagi tubuh kita, salah satunya untuk melindungi kulit kita.
Apabila kulit kita tidak terlindungi oleh pakaian, langsung terkena pancaran sinar ultra violet,
maka kulit kita akan terbakar dan kita bisa mengalami kanker kulit. Pakaian juga menjaga
suhu tubuh menusia agar tetap stabil, dengan menggunakan jenis bahan pakaian tertentu, kita
bisa menjaga suhu tubuh kita.

B. Akhlak Berhias

1. Pengertian Berhias

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berhias diartikan sebagai usaha memperelok
diri dengan pakaian ataupun lainnya yang indah, berdandan dengan dandanan yang indah dan
menarik. Berhias tidak dilarang dalam ajaran Islam, karena ia adalah naluri manusiawi.
Adapun yang dilarang adalah tabarruj al-jahiliyah, yakni mencakup segala macam cara yang
dapat menimbulkan rangsangan berahi kepada selain suami istri.

Kata tabarruj terambil dari kata al buruj yakni bangunan benteng atau istana yang
menjulang tinggi. Jadi wanita yang ber-tabarruj adalah wanita yang menampakan tinggitinggi
kecantikannya, sebagaimana benteng, istana atau menara yang menjulang tinggi, dan tentu
saja menarik perhatian orang-orang yang memandangnya.

Tabarruj ini mempunyai bentuk dan corak yang bermacam-macam dan sudah dikenal
oleh orang-orang yang banyak sejak zaman dahulu sampai sekarang, artinya tidak terbatas
hanya sekedar berhias, berdandan, ber-make up, memakai parfum dan sebagainya yang biasa
dilakukan oleh wanita. Bahkan lebih dari itu yaitu segala sesuatu yang mencerminkan
keindahan dan kecantikan sehingga penampilan dan gaya seorang wanita menjadi memikat
dan menarik di mata lawan jenisnya.

Al-Qur'an mempersilakan perempuan berjalan di hadapan lelaki, tetapi diingatkannya


agar cara berjalannya jangan sampai mengundang perhatian. Dalam bahasa Al-Qur'an
disebutkan: ...dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan (QS. An Nur [24]: 31). Al-Qur'an tidak melarang seseorang berbicara
atau bertemu dengan lawan jenisnya, tetapi jangan sampai sikap dan isi pembicaraan
mengundang rangsangan dan godaan, demikian maksud firman Allah dalam QS. Al Ahzab
[33]: 32,

Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang

yang ada penyakit dalam hatinya.

2. Macam-macam Berhias

Dalam Islam diperintahkan untuk berhias yang baik, bagus, dan indah sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Terutama apabila kita akan melakukan ibadah shalat maka

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 9


seharusnya perhiasan yang kita pakai itu haruslah baik, bersih dan indah (bukan berarti
mewah), karena mewah itu sudah memasuki wilayah berlebihan.

Artinya:

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan. QS. Al Araf [7]: 31,

a. Jilbab

Salah satu jenis pakaian yang dapat menutup salah satu aurat wanita yaitu Jilbab.
Jilbab beragam jenisnya. Namun demikian walaupun banyak ragamnya dan menjadi hiasan
diri pemakaianya selain menutup aurat, dari atas kepala manusia sampai dengan dada
manusia. Allah telah memerintahkan bagi kaum wanita Mukmin, dalam ayat di atas, untuk
menutup tempat-tempat yang biasanya terbuka di bagian dada. Arti al khimar itu ialah kain
untuk menutup kepala.

Al Qurthubi berkata, Sebab turunnya ayat tersebut ialah bahwa pada masa itu kaum
wanita jika menutup kepala dengan akhmirah (kerudung), maka kerudung itu ditarik ke
belakang, sehingga dada, leher dan telinganya tidak tertutup. Maka, Allah memerintahkan
untuk menutup bagian mukanya, yaitu dada.

Dalam riwayat Bukhari, bahwa Aisyah r.a. telah berkata, Mudah-mudahan wanita
yang berhijrah itu dirahmati Allah. Ketika Aisyah r.a. didatangi oleh Hafsah,
kemenakannya, anak dari saudaranya yang bernama Abdurrahman r.a. dengan memakai
kerudung (khamirah) yang tipis di bagian lehernya, Aisyah r.a. lalu berkata, Ini amat tipis,
tidak dapat menutupinya.

b. Perhiasan

Nabi menganjurkan agar wanita berhias. Al-Qur'an memang tidak merinci jenis-jenis
perhiasan salah satu yang diperselisihkan para ulama adalah emas dan sutera sebagai pakaian
atau perhiasan lelaki.

Nabi Muhammad saw menegaskan dalam hadis bahwa sutera dan emas haram dipakai
oleh kaum lelaki. Ali bin Abi Thalib berkata, Saya melihat Rasullullah mengambil sutera
lalu beliau meletakkan di sebelah kanannya, dan emas diletakkannya di sebelah kirinya,
kemudian beliau bersabda, Kedua hal ini haram bagi lelaki umatku (HR Abu Dawud dan
Nasai).

Pendapat ulama berbeda-beda tentang sebab-sebab diharamkannya kedua hal tersebut


bagi kaum lelaki, antara lain bahwa keduanya menjadi simbol kemewahan dan perhiasan
yang berlebihan, sehingga menimbulkan ketidakwajaran kecuali bagi kaum wanita. Selain itu
ia dapat mengundang sikap angkuh, atau karena menyerupai pakaian kaum musyrik.

c. Kosmetik

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 10


1) Wajah

Dalam kitab Al-Mujam Al-Wasith disebutkan humrah sebagai salah satu perhiasan
wajah perempuan, humrah adalah campuran wewangian yang digunakan perempuan untuk
mengolesi wajahnya, agar indah warnanya. Selain itu seorang pengantin perempuan pada
zaman Rasulullah saw. biasa berhias dengan shufrah yaitu wewangian berwarna kuning.
Diperbolehkan pula menggunakan celak. Hal ini sesuai dengan hadist yang diterangkan oleh
Ummu Athiyah: Kami dilarang berkabung untuk mayat lebih dari tiga hari, kecuali atas
suami selama empat bulan sepuluh hari. Kami tidak boleh bercelak, memakai wewangian,
dan memakai pakaian yang bercelup. (HR. Bukhari dan Muslim. Hadist tersebut
menerangkan dibolehkannya memakai celak, wewangian dan pakaian bercelup (wewangian)
dalam kondisi normal, sedangkan pada masa berkabung (ihdad) tidak dibolehkan.

2) Telapak Tangan

Salah satu perhiasan tangan perempuan adalah pewarna pada kuku (khidhab).
Kebolehan hal ini dijelaskan dalam hadist Rasulullah saw dalam peristiwa dengan seorang
perempuan yang menyodorkan kitab tetapi beliau tidak mengambilnya dan mengatakan,
Aku tidak tahu, apakah itu tangan perempuan atau laki-laki? kemudian perempuan itu
menjawab: Tangan perempuan sabda Nabi: Jika engkau seorang perempuan, tentu engkau
akan mengubah warna kukumu dengan inai (HR. An-Nasai). Perempuan diperkenankan
pula memakai perhiasan tangan, seperti cincin dan gelang.

3) Parfum

Disunnatkan menggunakan farfum bagi laki-laki dan perempuan. Penggunaan ini


dikecualikan dalam keadaan berihram untuk haji ataupun umrah, atau jika perempuan itu
sedang berihdad (berkabung) atas kematian suaminya, atau jika ia berada di suatu tempat
yang ada laki-laki asing (bukan mahramnya), karena larangannya shahih.

d. Tatto

Wasym (tatto) ialah memberi tanda pada muka dan tangan dengan warna biru dan
lukisan. Tatto termasuk berhias yang dilarang dalam Islam. Sebagian orang Arab khususnya
kaum wanita berlebih-lebihan dalam hal ini dengan menato sebagian besar tubuhnya. Sedang
pengikut agama lain banyak yang melukisi badannya dengan sesembahan mereka dan
simbol-simbol agama mereka

Adapun hal-hal yang dianggap oleh manusia baik, tetapi membawa kerusakan dan
perubahan pada tubuhnya, dari yang telah diciptakan oleh Allah SWT, dimana perubahan itu
tidak layak bagi itrah manusia, tentu hal itu pengaruh dari perbuatan setan yang hendak
memperdayakan. Oleh karena itu, perbuatan tersebut dilarang. Sebagaimana sabda Nabi
Allah melaknati pembuatan tatto, yaitu menusukkan jarum ke kulit dengan warna yang
berupa tulisan, gambar bunga, simbol-simbol dan sebagainya mempertajam gigi,
memendekkan atau menyambung rambut dengan rambut orang lain, (yang bersifat palsu,
menipu dan sebagainya). (Hadis shahih).

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 11


Rasulullah bersabda: Allah melaknat (mengutuk) wanita pemasang tato dan yang
minta ditatoi, wanita yang menipiskan bulu alisnya dan yang meminta ditipiskan dan wanita
yang meruncingkan giginya supaya kelihatan cantik, (mereka) mengubah ciptaan Allah. Dan
di dalam riwayat Imam Al-Bukhari disebutkan: Allah melaknat wanita yang menyambung
rambutnya. (Muttafaq Alaih).

e. Menyambung Rambut

Berhias dengan menyambung rambut dinamakan Nabi sebagai suatu bentuk


kepalsuan, supaya tampak anggun dan lain sebagainya. Karena itu terlarang bagi kaum
wanita, dan dianggap sebagai tipu muslihat. Sebagaimana riwayat Said bin Musayyab, salah
seorang sahabat Nabi, ketika Muawiyah berada di Madinah setelah beliau berpidato, tiba-tiba
mengeluarkan segenggam rambut dan mengatakan, Inilah rambut yang dinamakan Nabi
saw. Azzur yang artinya atwashilah (penyambung), yang dipakai oleh wanita untuk
menyambung rambutnya, hal itulah yang dilarang oleh Rasulullah saw. dan tentu hal itu
adalah perbuatan orang-orang Yahudi. Bagaimana dengan Anda, wahai para ulama, apakah
kalian tidak melarang hal itu? Padahal aku telah mendengar sabda Nabi, Sesungguhnya
terbinasanya orang-orang Israel itu karena para wanitanya memakai itu (rambut palsu) terus-
menerus. (HR. Bukhari).

3. Akhlak Berhias

Tubuh dan raut muka kita adalah karunia Allah. Sebagai anugrah Allah wajib
disyukuri, tidak boleh diingkari dengan cara menjadikannya sebagai alat untuk berbuat
maksiat. Cara mensyuurinya adalah dengan cara merawatnya dan menjadikannya sebagai
sarana beribadah. Tidak boleh dieksploitasi untuk memuaskan syahwat lawan jenis secara
tidak sah. Atau sengaja agar dinikmati oleh orang lain yang tidak syah, yaitu selain suami
atau istrinya. Karena itu merawat tubuh dan menghiasinya agar tetap indah, menarik dan
menyenangkan bagi orang yang syah yaitu suami/ istrinya merupakan kebaikan. Dalam
konteks inilah berhias itu dianjurkan.

Berhias bukanlah dipandang dari segi dandanan muka, tetapi pakaian juga termasuk
sesuatu yang bisa dikatakan alat untuk berhias. Pakaian kita yang sederhana bisa menjadi
pakaian yang mempunyai nilai keindahan yang tinggi apabila kita beri hiasan agar kita
terlihat cantik memakainya. Bagi wanita yang menghias rambut atau lainnya di salon-salon
kecantikan, sedang yang menanganinya adalah kaum laki-laki. Hal itu jelas dilarang, karena
bukan saja bertemu dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, tetapi lebih dari itu, sudah pasti
itu haram.

Jika kita ingin berhias terdapat rambu-rambu, agar tidak melanggar syariat yang
sudah ditetapkan oleh Allah:

1) Niat yang lurus, berhias hanya untuk beribadah yang diorientasikan sebagai rasa
syukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Bukan nuntuk menarik nafsu lawan jenis
yang tidak sah.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 12


2) Dalam berhias tidak diperbolehkan menggunakan bahan-bahan yang dilarang
agama, yaitu najis dan yang berbahaya.

3) Tidak boleh menggunakan hiasan yang menggunakan simbol non muslim

4) Tidak berlebih-lebihan

5) Tidak Boleh berhias seperti orang jahiliah

6) Berhias menurut kelaziman dan kepatutan dengan memperhatikan jenis kelamin

7) Berhias bukan untuk berfoya-foya

4. Hikmah Akhlak Berhias

Berhias dapat menunjukkan kepribadian kita tanpa meninggalkan syariat Islam.


Berhias memberikan pengaruh positif dalam berbagai aspek kehidupan, karena berhias
diniatkan untuk beribadah, maka perbuatan itu pasti direstui Allah. Namun sebaliknya apabila
berhias hanya untuk menarik perhatian orang lain untuk tergoda dan memuji muji kita agar
kita senang sendiri, maka itu menjadi alat yang maksiat dan haram hukumnya. Lupa akan
Allah, dan hanya ingin dijadikan alat pemuas diri kita. Maka yang demikian itu adalah haram.

AKHLAK DALAM BEPERGIAN

1. Pengertian Akhlak dalam Perjalanan


Secara etimologi, dalam bahasa Arab Perjalanan disebut dengan rihlah-safrah-
masirah. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Perjalanan diartikan perihal (cara,
gerakan) berjalan atau bepergian dari suatu tempat menuju tempat lain untuk suatu tujuan.
Secara terminologi Perjalanan didefinisikan sebagai aktivitas seseorang untuk keluar
ataupun meninggalkan rumah dengan berjalan kaki ataupun menggunakan berbagai sarana
transportasi yang mengantarkan sampai pada tempat tujuan dengan maksud ataupun tujuan
tertentu

2. Bentuk Akhlak dalam Perjalanan


Melakukan perjalanan yang diajarkan dalam Islam bertujuan untuk mencari ridha
Allah, sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya :

Tidak seorang keluar meninggalkan rumahnya, kecuali di pintu rumahnya ada panji. Sebuah
di tangan malaikat dan sebuahnya lagi di tengan setan. Kalau tujuannya kepada apa yang
diridhai (disenangi) Allah Azza wa Jalla, maka dia diikuti malaikat dengan panjinya sampai
dia pulang ke rumahnya. Apalagi tujuannya yang dimurkai Allah, maka setan dengan
panjinya mengikutinya sampai dia pulang ke rumahnya. (HR.Ahmad).

Terdapat beberapa perjalanan yang dianjurkan oleh Islam, di antaranya:


Pergi Haji
Umrah
menyambung silaturahmi

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 13


menuntut ilmu
berdakwah
berperang di jalan Allah
mencari karunia Allah.
Di samping itu perjalanan berfungsi untuk menyehatkan kondisi jasmani dan rohani
dari kelelahan dan kepenatan karena rutinitas sehari-hari.
Supaya umatnya selalu dalam ridha Allah, Islam telah mengajarkan beberapa tuntunan adab
dan etika dalam melakukan perjalanan, yaitu sebagai berikut :
Sebelum Perjalanan
1. Bermusyawarah dan Shalat Istikharah. Islam menganjurkan kebapa orang yang berniat dan
hendak melakukan perjalanan jauh (safar), agar melakukan musyawarah dengan keluarga
sebelum ia berangkat.
2. Mengembalikan Hak dan Amanat kepada Pemiliknya. Jika niat melakukan perjalanan telah
menjadi keputusan, maka yang harus dilakukan adalah : a). Melunasi hutang-hutang; b).
Berpesan kepada keluarga tentang hutang-piutang; c). Mengembalikan hak dan amanat
(titipan) kepada yang berhak.
3. Membawa Enam Benda yang Disunahkan Rasulullah Saw., Dalam melakukan perjalanan,
dianjurkan membawa enam macam benda, yaitu : gunting, siwak, tempat celak, tempat air
untuk minum, istinja dan wudhu.
4. Mengajak Istri ataupun Anggota Keluarga. Dalam ber-safar sebaiknya mengikutsertakan
istri (bila sudah beristri), agar terhindar dari hal-hal yang bisa menimbulkan godaan setan.
5. Wanita Tidak Boleh Pergi Seorang Diri. Islam melarang wanita ber-safar seorang diri
(dalam jarak jauh), karena dikhawatirkan akan mengalami kesulitan dan dikhawatirkan akan
menimbulkan fitnah.

6. Memilih Kawan Pendamping yang Shaleh. Untuk ber-safar dianjurkan membawa teman
yang shaleh, agar dia dapat membantu melakukan hal-hal yang baik dan menjaga untuk
terhindar dari kemungkaran.
7. Mengakat Pemimpin Rombongan. Apabila ber-safar dengan rombongan, hendaklah
mengangkat seorang pemimpin yang bijaksana, adil dan mengetahui permasalahan safar.
8. Berpamitan kepada Keluarga dan Handai Tolan serta Mohon Doa. Sebelum berangkat,
seoorang musafir sebaiknya berpamitan dan memberi ucapan selamat tinggal kepada keluarga
atau kawan-kawannya.
9. Memilih hari Kamis dan Shalat Dua Rakaat sebelum Berangkat. Rasulullah Saw. sering
mengawali perjalanannya pada hari Kamis dan ketika akan berangkat melakukan shalat dua
rakaat.

Dalam Perjalanan
1. Menolong Kawan Seperjalanan. Rasulullah Saw. dalam ber-safar selalu mengambil posisi
paling belakang, agar bisa menuntun yang lemah, menaikkan orang yang lelah berjalan kaki
ke atas kendaraan beliau dan berdoa untuk seluruh rombongan yang mengikuti beliau.
2. Tidak Lama Meninggalkan Istri. Bila ber-safar tidak membawa istri, sebaiknya tidak
terlalu lama, karena dikhawatirkan akan mengancam kejujuran di antara suami-istri.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 14


Ketika Sampai dan Kembali dari Perjalanan
1. Takbir Tiga Kali dan Berdoa. Setelah melakukan perjalanan atau dari medan perang,
Rasulullah Saw. mengucapkan takbir tiga kali, lalu mengucapkan (artinya) : Tiada
sembahan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi Allah kekuasaan
dan pujian dan Dia mampu melakukan segala sesuatu. Kami pulang kembali bertobat,
beribadah dan kepada Allah kami bertahmid.
2. Jangan Pulang Mendadak. Rasulullah Saw. bila pulang larut malam, beliau tidak langsung
mengetuk pintu, tetapi menanti sampai besok pagi.
3. Shalat Dua Rakaat. Sekembali dari perjalanan, Rasulullah Saw. memasuki masjid, sgalat
dua rakaat dan baru pulang ke rumah. Ketika memasuki rumah beliau mengucapkan istighfar
(astaghfirullah hal-azim).
3. Nilai Positif Akhlak dalam Perjalanan
Imam Gazali mengatakan bahwa Bersafarlah, sesungguhnya dalam safar memiliki beragam
keuntungan. Adapun keuntungan melakukan perjalanan itu adalah :
1. Melakukan perjalanan dapat menghibur diri dari kesedihan, kepenatan, kejenuhan dari
rutinitas aktivitas atau me-refresh masalah-masalah yang membelenggu.
2. Perjalanan merupakan sarana untuk meningkatkan penghasilan. Jika hanya berdiam di
rumah tidak akan menemukan betapa luasnya karunia Allah.
3. Perjalanan akan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Baik karena pengamatan
ataupun karena berjumpa dengan banyak orang.
4. Dengan melakukan perjalanan, seseorang akan lebih mengenal adab kesopanan yang
berkembang di suatu komunitas masyarakat.
5. Perjalanan akan menambah kawan dan sahabat yang baik serta mulia, karena dalam
melakukan perjalanan tentu akan bertemu dengan orang-orang yang beragam.
4. Beberapa Permasalahan Penting Dalam Safar
1. Bagi orang yang dalam perjalanan disyareatkan untuk mengqashar shalatnya semenjak ia
keluar dari daerahnya.
2. Jika telah masuk waktu shalat dan ia dalam keadaan mukim, lalu ia safar, kemudian ia
shalat dalam safarnya, maka apakah ia shalat sempurna atau qashar ? Jawaban yang benar
adalah qashar.

3. Jika dalam perjalanan ia teringat shalat yang mestinya ia lakukan di saat mukim, maka ia
shalat secara sempurna2, dan jika ingat di saat mukim, shalat yang semestinya ia lakukan
dalam safar, maka dalam hal ini terdapat perselisihan pendapat apakah ia menyempurnakan
shalatnya atau mengqashar. Pendapat yang benar adalah mengqashar (shalat).
4. Jika seorang musafir shalat di belakang orang yang mukim, maka ia shalat empat rakaat
secara mutlak meski tidak ia dapatkan kecuali tasyahud. Shalatnya seperti halnya orang yang
mukim, empat rakaat.
5. Jika orang yang musafir shalat bersama jamaah yang mukim, maka ia mengqashar shalat.
6. Sunnah-sunnah Rawatib yang tidak dilakukan dalam perjalanan adalah shalat sunnah
qabliyah dan badiyah Dzuhur, badiyah maghrib dan badiyah isya. Adapun shalat sunnah
qabliyah fajar dan shalat witir, maka tetap dilakukan. Orang yang musafir juga bisa
melakukan Shalat Dhuha, shalat sunnah wudhu dan shalat tahiyatul masjid.
7. Yang disunnahkan adalah meringankan bacaan surat (dalam shalat) ketika dalam

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 15


perjalanan.
8. Jika ia (orang yang musafir) menjamak shalat, maka hendaknya dikumandangkan adzan
satu kali dan dua kali iqamat. Satu shalat satu iqamat. Ia boleh menjamak di awal waktu,
pertengahannya atau akhirnya. Pada waktu-waktu tersebut adalah saat untuk menjamak dua
shalat.
9. Menjamak antara dua shalat dalam perjalanan adalah sunnah ketika Dibutuhkan.
10. Mereka yang tidak diwajibkan menghadiri shalat jumat seperti musafir dan orang yang
sedang sakit, maka boleh bagi mereka untuk menunaikan Shalat Dzuhur setelah
tergelincirnya matahari, walaupun imam belum memulai shalat jumat.
11. Musafir boleh melakukan shalat sunnah di atas mobil atau pesawat, sebagaimana
diriwayatkan dari banyak jalan, dari nabi yang shalat sunnah di atas hewan tunggangannya.
12. Setiap orang yang dibolehkan untuk mengqashar shalat, maka boleh pula baginya untuk
berbuka (tidak berpuasa), dan tidak sebaliknya.
13. Bepergian di Hari Jumat adalah dibolehkan.
14. Dzikir yang diucapkan setelah shalat yang pertama pada shalat jama tidak dilakukan.
15. Tidak disyaratkan dalam safar niat untuk mengqashar (shalat).
16. Banyak para ulama yang melarang untuk menjama Shalat Ashar dan Jumat.
17. Mengqashar shalat hukumnya adalah sunnah muakkad, ada pula yang mengatakan wajib.

18. Dibolehkannya mengqashar shalat adalah umum, baik itu safar dalam rangka ketaatan
maupun maksiat. Inilah pendapat yang benar dan dipilih oleh Syaikhul Islam (Ibnu
Taimiyyah).
19. Seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali bersama muhrimnya yaitu suami atau setiap
laki-laki yang sudah baligh, berakal yang haram atasnya wanita tersebut selamanya, karena
nasab maupun sebab yang dibolehkan.
20. Jika musafir menjama antara Shalat Maghrib dan Isya jama taqdim, maka baginya telah
masuk waktu Shalat Witir. Inilah pendapat yang kuat dari para ulama, dan tidak perlu
menunggu sampai datangnya waktu Shalat Isya.
21. Jika seorang musafir menjadi makmum dan ia ragu apakah imam orang yang mukim atau
juga musafir, maka pada asalnya seorang makmum diharuskan untuk menyempurnakan.
Tetapi jika si makmum berniat jika imam menyempurnakan shalat, maka aku juga akan
menyempurnakan dan jika imam mengqashar aku juga akan mengqashar, maka hal itu adalah
dibolehkan. Ini adalah bab menggantungkan niat dan bukan karena keraguan.
22. Shalat Jumat tidak diharuskan atas orang musafir yang sedang tinggal di sebuah negeri
selama ia masih berstatus musafir.
23. Jika orang yang musafir mendapatkan Shalat Jumat, maka hal itu mencukupinya dari
Shalat Dzuhur (maksudnya ia tidak perlu Shalat Dzuhur lagi), baik ia mendapatkan dua
rakaat atau satu rakaat (bersama imam), lalu ia sempurnakan. Tetapi jika kurang dari satu
rakaat, maka pendapat yang benar, ia boleh mengqashar .
24. Jika ia bepergian di Bulan Ramadhan, maka ia boleh berbuka dan juga boleh berpuasa.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 16


BAB III

PENUTUP
a. Kesimpulan

Mengetahui akhlaq berpakaian, berhias dan beperjalanan menurut syariat agama


islam sangatlah penting bagi kita karena dalam kehidupan sehari hari kita tidak pernah lepas
dari berpakaian dan berhias. Akhlaq berpakaian dan berhias dapat menunjukkan kepribadian
seseorang. Berpakaian dan berhias dapat memberikan pengaruh positif dalam kehidupan,
karena berpakaian dan berhias di niatkan untuk beribadah dan di restui oleh allah swt. Namun
sebaliknya jika berpakaian dan berhias hanya untuk menarik perhatian lawan jenis agar
memuji kita dan tergoda dengan kita, itu akan menjadi alat maksiat dan hukumnya haram.

b. Saran
Didalam berpakaian,berhias, dan beperjalanan , kita sebagai muslim haruslah tetap
berpakaian,berhias dan beperjalanan dengan mengikuti syariat Islam, dengan menutup aurat,
tidak menggunakan pakaian yang ketat atau membentuk lekukan tubuh,berhias dengan tidak
berlebihan.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 17


DAFTAR PUSTAKA

Buku siswa akidah akhlak pendekatan saintifik kurikulum 2013

http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2011/11/akhlak-dalam-perjalanan.html
http://fatihulihsan.wordpress.com/2012/11/13/akhlak-perjalanan/
http://bingkycat.blogspot.com/2013/01/akhlak-dalam-perjalanan.html

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lombok Timur Page 18

Anda mungkin juga menyukai