O
L
E
H
Kelompok 10:
Makalah ini membahas tentang akhlak berpakaian dan berhias. Kami membuat
makalah ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita sebagai seorang pelajar.Kami
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Terima kasih banyak atas partisipasi dan dukungan pihak-pihak yang terkait dalam
pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan ataupun
kata-kata yang menyinggung didalam makalah ini. Kesenpurnaan hanya milik Allah SWT,
sedangkan kekurangan hanya milik kami sebagai manusia.
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Kesadaran akan pentingnya aturan yang telah ada didalam Al-Quran terkadang
terlupakan bagi kita. Mengabaikan hal-hal kecil yang ujungnya akan berakibat bagi
kehidupan sehari-sehari. Melewatkan hal-hal yang kecil secara terus menerus membuat kita
membentuk sebuah kebiasaan yang buruk sepanjang kita lupa akan aturan. Untuk itu,
sebagian besar manusia melupakan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Berpakaian tidak
sesuai dengan ajaran Islam dan berhias berlebihan.
Makalah ini dibuat agar menjadi ulasan kembali ingatan kita dan menambah
pengetahuan kita, bahwa berpakaian dan berhias yang mempunyai aturan tersendiri.
2.Rumusan Masalah
3.Tujuan
PEMBAHASAN
A.Akhlak berpakaian
1. Pengertian pakaian
Pakaian menurut kamus besar bahasa indonesia adalah barang apa yang dipakai (baju,
celana, dan sebagaianya). Istilah pakaian kemudian dipersamakan dengan busana. Istilah
busana berasal dari bahasa sanskerta yaitu bhusana yang mempunyai konotasi pakaian yang
bagus atau indah yaitu pakaian yang serasi,harmonis,selaras,enak dipandang,nyaman
melihatnya,cocok dengan pemakai sertab sesuai dengan kesempatan. Pakaian merupakan
busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh.
2. Fungsi pakaian
a. Penutup aurat
Kata aurat alam kamus besar bahasa arab berasal dari kata :1) awira yag artinya hilang
perasaan.,hilang cahaya atau lenyap penglihatan (untuk mata). Pada umumnya kata awira ini
memberi arti yang tidak baik,memalukan bakhan mengecewakan. Kalau kata ini sekiranya
menjadi sumber kata aurat makan berarti bahwa itu adalah sesuatu yang mengecewakan
bahkan dipandang tidak baik. 2) ara yang berarti menutup, artinya aurat itu harus ditutupi
sehingga tidak dapat dilihat dan dipandang. 3) awara artinya mencemarkan bila terlihat atau
sesuatu mencemarkan bila tampak.
Secara bahasa aurat berarti malu, aib, dan buruk. Jadi pengertian aurat secara
kebahasaan adalah anggota atau bagian dari tubuh manusia yang bila terbuka atau tampak
akan menimbulkan rasa malu,aib, dan keburukan- keburukan lainnya.
Dari ketiga sumber kata inilah lahir kata atau kalimat aurat yang diartikakn secara
luasnya adalah sesuatu anggota tubuh yang adanya pada manusia yang harus di tutupi dan
dijaga sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kekecewaan dan rasa malu.
Dalam konteks hokum agama, aurat dipahami sebagai anggota badan tentu yang tidak
booleh dilihat kecuali oleh orang-orang tertentu. Ide dasar aurat adalah tertutup atau tidak
dilihat walau oleh orang yang bersangkutan sendiri. Beberapa hadits menerangkan hal
tersebut secara rinci: hindarilah terlanjang , Karena ada malaikat yang selalu bersama
kamu,yang tidak pernah berpisah dengan mu kecuali ketika ke kamar belakang (WC) dan
ketika seseorang berhubungan seks dengan istrinya. Maka malulah kepada mereka dan
hormatilah mereka. (H.R.At-Tirmidzi). Hadits lain manyatakan: apabila salah seorang
diantara kamu berhubungan seks dengan pasangannya,jangan sekali-kali keduanya telanjang
bagaikan telanjangnya binatang. (H.R.Ibnu Majah).
b. Perhiasan
Berhias adalah naluri manusia. Seorang sahabat Nabi pernah bertanya kepada Nabi,
seseorang yang senang pakainnya indah dan alasa kakinya indah (apakah termasuk
keangkuhan?) nabi menjawab, sesungguhnya Allah indah, senangn kepada keindahan,
keangkuhan adalah menolak kebenaran dan menghina orang lain. Al-Quran telah
memerintahkan agar memakai pakaian-pakaian indah ketika berkunjung ke masjid,
mengecam mereka yang mengharamkan perhiasan yang telah diciptakan Allah itu manusia.
Q.S. Al-Araf:31-32
Artinya
31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memaskui)
masjid,makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Alloh tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Artinya:
dan Allah menjadikan begimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan,dan
Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung,dan Dia jadikan bagimu
pakaian yang memeliaharamu dari panas dan pakain (baju besi) yang memelihara kamu
dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas mu agar kamu
berserah diri (kepada-Nya). (Q.S. An-Nahl [16]:81)
d. penunjuk identitas
Fungsi identitas pakaian ini disyaratkan oleh Al-Quran surat Al-Ahzab [33]:59 yang
menugasakan Nabi, agar menyampaikan kepada istri-istrinya,anak-anak perempuannya, serta
wnanita-wanita mukmin agar mereka mengulurkan jilbab mereka.
QS.AL-Ahzab [33]: 59
Artinya:
3. batas aurat
Artinya:
Imam maliki, safiI, dan abu hanifah berpendapat bahwa lelaki wajib menutup seluruh
badannya dari pusar hingga lututnya, meskipun ada juga yang berpendapat bahwa ditutupi
dari anggota tubuh lelaki hanya yang berdapat antara pusar dan lutut yaitu alat kelamin dan
pantat.
Menurut sebagian besar ulama berkewajiban muntup seluruh anggota tubuhnya kecuali
muka dan telapak tangannya,sedangkan Abu Hanifah sedikit lebih longgar, karena
menambahkan bahwa selain muka dan telapak tangan,kaki wanita juga boleh terbuka. Tetapi
Hal yang demikian ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah
r.a. bahwa ketika Asma binti Abu Bakar r.a. bertemu dengan Rasululloh saw, ketika itu
Asma sedang mengenakan pakaian tipis, lalu Rasululloh memalingkan muka seraya
bersabda: Wahai Asma! sesungguhnya, jika seorang wanita sudah sampai masa haid, maka
tidak layak lagi bagi dirinya menampakkannya, kecuali ini (beliau mengisyaratkan pada
muka dan telapak tangan).
4. Adab Berpakaian
c. Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk tubuh dan tebal tidak
memperlihatkan apa yang ada di baliknya.
d. Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya. dari Ibnu
Abbas ra, menuturkan: Rasulullah melaknat (mengutuk) kaum lakilaki yang menyerupai
kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria. (HR. Bukhari).
e. Pakaian tidak merupakan pakaian untuk ketenaran atau niat kesombongan. Rasulullah
bersabda: Barang siapa yang mengenakan pakaian ketenaran di dunia niscaya Allah akan
mengenakan padanya pakaian kehinaan di hari Kiamat. ( HR. Ahmad).
f. Pakaian tidak boleh ada gambar makhluk yang bernyawa atau gambar salib. dari Aisyah
Radhiallaahu anha menyatakan bahwasanya beliau berkata: Rasulullah tidak pernah
membiarkan pakaian yang ada gambar salibnya melainkan Nabi menghapusnya. (HR.
Bukhari dan Ahmad).
g. Pakaian laki-laki tidak boleh panjang melebihi kedua mata kaki Rasulullah bersabda :
Apa yang berada di bawah kedua mata kaki dari kain itu di dalam neraka (HR. Al-
Bukhari).
h. Disunnatkan mendahulukan bagian yang kanan di dalam berpakaian atau lainnya Aisyah
ra, berkata: Rasulullah suka bertayammun (memulai dengan yang kanan) di dalam segala
perihalnya, ketika memakai sandal, menyisir rambut dan bersuci. (MuttafaqAlaih).
i. Disunnatkan berdoa ketika mengenakan pakaian; Segala puji bagi Allah yang telah
menutupi aku dengan pakaian ini dan mengaruniakannya kepada-ku tanpa daya dan kekuatan
dariku. (HR. Abu Daud)
Islam memiliki etika berbusana yang telah diatur oleh Allah SWT di dalam Al-Qur'an
dan Hadis. Dalam Islam, kita sebagai umat Allah tidak diperbolehkan memakai pakaian yang
melanggar aturan Islam, tetap harus mengikuti aturan tersebut. Zaman semakin berkembang
bukan berarti kita harus mengikuti perkembangan yang ada secara keseluruhan. Pakaian
merupakan pengaruh yang besar bagi perkembangan zaman. Karena, akibat dari
perkembangan zaman yang datangnya dari dunia Barat, sangat mempengaruhi mode pakaian
kita sebagai umat muslim. Maka dari itu biasakanlah berpakaian sesuai syariat Islam, agar
tidak terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh negatif, yang membuat kita lupa akan Allah serta
Dalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi 2 bentuk pertama pakaian untuk
menutupi aurat tubuh sebagai realisasi dari perintah Allah bagi wanita seluruh tubuhnya
kecuali tangan dan wajah, dan bagi pria menutup aurat dibawah lutut dan diatas pusar.
Batasan pakaian yang telah ditetapkan oleh Allah ini melahirkan kebudayaan yang sopan dan
enak dilihat oleh kita dan kita pun merasa aman dan tenang karena pakaian kita yang
memenuhi kewajaran pikiran manusia. Sedangkan yang kedua, pakaian merupakan perhiasan
yang menyatakan identitas diri sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia.
Jadi, mengenahi bentuk model pakaian, Islam tidak memberi batasan, karena hal ini
berkaitan dengan budaya setempat. Pakaian orang arab berbeda dengan pakaian budaya orang
Indonesia. Islam bukanlah Arab. Tidak selalu yang menggunakan identitas atau bahasa Arab
itu pasti islami. Oleh karena itu kita diperkenankan memakai pakaian dengan model apapun
selama pakaian tersebut memenuhi persyaratan menutup aurot dan persyaratan tersebut di
atas.
Pakaian sangat berfungsi bagi tubuh kita, salah satunya untuk melindungi kulit kita.
Apabila kulit kita tidak terlindungi oleh pakaian, langsung terkena pancaran sinar ultra violet,
maka kulit kita akan terbakar dan kita bisa mengalami kanker kulit. Pakaian juga menjaga
suhu tubuh menusia agar tetap stabil, dengan menggunakan jenis bahan pakaian tertentu, kita
bisa menjaga suhu tubuh kita.
B. Akhlak Berhias
1. Pengertian Berhias
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berhias diartikan sebagai usaha memperelok
diri dengan pakaian ataupun lainnya yang indah, berdandan dengan dandanan yang indah dan
menarik. Berhias tidak dilarang dalam ajaran Islam, karena ia adalah naluri manusiawi.
Adapun yang dilarang adalah tabarruj al-jahiliyah, yakni mencakup segala macam cara yang
dapat menimbulkan rangsangan berahi kepada selain suami istri.
Kata tabarruj terambil dari kata al buruj yakni bangunan benteng atau istana yang
menjulang tinggi. Jadi wanita yang ber-tabarruj adalah wanita yang menampakan tinggitinggi
kecantikannya, sebagaimana benteng, istana atau menara yang menjulang tinggi, dan tentu
saja menarik perhatian orang-orang yang memandangnya.
Tabarruj ini mempunyai bentuk dan corak yang bermacam-macam dan sudah dikenal
oleh orang-orang yang banyak sejak zaman dahulu sampai sekarang, artinya tidak terbatas
hanya sekedar berhias, berdandan, ber-make up, memakai parfum dan sebagainya yang biasa
dilakukan oleh wanita. Bahkan lebih dari itu yaitu segala sesuatu yang mencerminkan
keindahan dan kecantikan sehingga penampilan dan gaya seorang wanita menjadi memikat
dan menarik di mata lawan jenisnya.
2. Macam-macam Berhias
Dalam Islam diperintahkan untuk berhias yang baik, bagus, dan indah sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Terutama apabila kita akan melakukan ibadah shalat maka
Artinya:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan. QS. Al Araf [7]: 31,
a. Jilbab
Salah satu jenis pakaian yang dapat menutup salah satu aurat wanita yaitu Jilbab.
Jilbab beragam jenisnya. Namun demikian walaupun banyak ragamnya dan menjadi hiasan
diri pemakaianya selain menutup aurat, dari atas kepala manusia sampai dengan dada
manusia. Allah telah memerintahkan bagi kaum wanita Mukmin, dalam ayat di atas, untuk
menutup tempat-tempat yang biasanya terbuka di bagian dada. Arti al khimar itu ialah kain
untuk menutup kepala.
Al Qurthubi berkata, Sebab turunnya ayat tersebut ialah bahwa pada masa itu kaum
wanita jika menutup kepala dengan akhmirah (kerudung), maka kerudung itu ditarik ke
belakang, sehingga dada, leher dan telinganya tidak tertutup. Maka, Allah memerintahkan
untuk menutup bagian mukanya, yaitu dada.
Dalam riwayat Bukhari, bahwa Aisyah r.a. telah berkata, Mudah-mudahan wanita
yang berhijrah itu dirahmati Allah. Ketika Aisyah r.a. didatangi oleh Hafsah,
kemenakannya, anak dari saudaranya yang bernama Abdurrahman r.a. dengan memakai
kerudung (khamirah) yang tipis di bagian lehernya, Aisyah r.a. lalu berkata, Ini amat tipis,
tidak dapat menutupinya.
b. Perhiasan
Nabi menganjurkan agar wanita berhias. Al-Qur'an memang tidak merinci jenis-jenis
perhiasan salah satu yang diperselisihkan para ulama adalah emas dan sutera sebagai pakaian
atau perhiasan lelaki.
Nabi Muhammad saw menegaskan dalam hadis bahwa sutera dan emas haram dipakai
oleh kaum lelaki. Ali bin Abi Thalib berkata, Saya melihat Rasullullah mengambil sutera
lalu beliau meletakkan di sebelah kanannya, dan emas diletakkannya di sebelah kirinya,
kemudian beliau bersabda, Kedua hal ini haram bagi lelaki umatku (HR Abu Dawud dan
Nasai).
c. Kosmetik
Dalam kitab Al-Mujam Al-Wasith disebutkan humrah sebagai salah satu perhiasan
wajah perempuan, humrah adalah campuran wewangian yang digunakan perempuan untuk
mengolesi wajahnya, agar indah warnanya. Selain itu seorang pengantin perempuan pada
zaman Rasulullah saw. biasa berhias dengan shufrah yaitu wewangian berwarna kuning.
Diperbolehkan pula menggunakan celak. Hal ini sesuai dengan hadist yang diterangkan oleh
Ummu Athiyah: Kami dilarang berkabung untuk mayat lebih dari tiga hari, kecuali atas
suami selama empat bulan sepuluh hari. Kami tidak boleh bercelak, memakai wewangian,
dan memakai pakaian yang bercelup. (HR. Bukhari dan Muslim. Hadist tersebut
menerangkan dibolehkannya memakai celak, wewangian dan pakaian bercelup (wewangian)
dalam kondisi normal, sedangkan pada masa berkabung (ihdad) tidak dibolehkan.
2) Telapak Tangan
Salah satu perhiasan tangan perempuan adalah pewarna pada kuku (khidhab).
Kebolehan hal ini dijelaskan dalam hadist Rasulullah saw dalam peristiwa dengan seorang
perempuan yang menyodorkan kitab tetapi beliau tidak mengambilnya dan mengatakan,
Aku tidak tahu, apakah itu tangan perempuan atau laki-laki? kemudian perempuan itu
menjawab: Tangan perempuan sabda Nabi: Jika engkau seorang perempuan, tentu engkau
akan mengubah warna kukumu dengan inai (HR. An-Nasai). Perempuan diperkenankan
pula memakai perhiasan tangan, seperti cincin dan gelang.
3) Parfum
d. Tatto
Wasym (tatto) ialah memberi tanda pada muka dan tangan dengan warna biru dan
lukisan. Tatto termasuk berhias yang dilarang dalam Islam. Sebagian orang Arab khususnya
kaum wanita berlebih-lebihan dalam hal ini dengan menato sebagian besar tubuhnya. Sedang
pengikut agama lain banyak yang melukisi badannya dengan sesembahan mereka dan
simbol-simbol agama mereka
Adapun hal-hal yang dianggap oleh manusia baik, tetapi membawa kerusakan dan
perubahan pada tubuhnya, dari yang telah diciptakan oleh Allah SWT, dimana perubahan itu
tidak layak bagi itrah manusia, tentu hal itu pengaruh dari perbuatan setan yang hendak
memperdayakan. Oleh karena itu, perbuatan tersebut dilarang. Sebagaimana sabda Nabi
Allah melaknati pembuatan tatto, yaitu menusukkan jarum ke kulit dengan warna yang
berupa tulisan, gambar bunga, simbol-simbol dan sebagainya mempertajam gigi,
memendekkan atau menyambung rambut dengan rambut orang lain, (yang bersifat palsu,
menipu dan sebagainya). (Hadis shahih).
e. Menyambung Rambut
3. Akhlak Berhias
Tubuh dan raut muka kita adalah karunia Allah. Sebagai anugrah Allah wajib
disyukuri, tidak boleh diingkari dengan cara menjadikannya sebagai alat untuk berbuat
maksiat. Cara mensyuurinya adalah dengan cara merawatnya dan menjadikannya sebagai
sarana beribadah. Tidak boleh dieksploitasi untuk memuaskan syahwat lawan jenis secara
tidak sah. Atau sengaja agar dinikmati oleh orang lain yang tidak syah, yaitu selain suami
atau istrinya. Karena itu merawat tubuh dan menghiasinya agar tetap indah, menarik dan
menyenangkan bagi orang yang syah yaitu suami/ istrinya merupakan kebaikan. Dalam
konteks inilah berhias itu dianjurkan.
Berhias bukanlah dipandang dari segi dandanan muka, tetapi pakaian juga termasuk
sesuatu yang bisa dikatakan alat untuk berhias. Pakaian kita yang sederhana bisa menjadi
pakaian yang mempunyai nilai keindahan yang tinggi apabila kita beri hiasan agar kita
terlihat cantik memakainya. Bagi wanita yang menghias rambut atau lainnya di salon-salon
kecantikan, sedang yang menanganinya adalah kaum laki-laki. Hal itu jelas dilarang, karena
bukan saja bertemu dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, tetapi lebih dari itu, sudah pasti
itu haram.
Jika kita ingin berhias terdapat rambu-rambu, agar tidak melanggar syariat yang
sudah ditetapkan oleh Allah:
1) Niat yang lurus, berhias hanya untuk beribadah yang diorientasikan sebagai rasa
syukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Bukan nuntuk menarik nafsu lawan jenis
yang tidak sah.
4) Tidak berlebih-lebihan
Tidak seorang keluar meninggalkan rumahnya, kecuali di pintu rumahnya ada panji. Sebuah
di tangan malaikat dan sebuahnya lagi di tengan setan. Kalau tujuannya kepada apa yang
diridhai (disenangi) Allah Azza wa Jalla, maka dia diikuti malaikat dengan panjinya sampai
dia pulang ke rumahnya. Apalagi tujuannya yang dimurkai Allah, maka setan dengan
panjinya mengikutinya sampai dia pulang ke rumahnya. (HR.Ahmad).
6. Memilih Kawan Pendamping yang Shaleh. Untuk ber-safar dianjurkan membawa teman
yang shaleh, agar dia dapat membantu melakukan hal-hal yang baik dan menjaga untuk
terhindar dari kemungkaran.
7. Mengakat Pemimpin Rombongan. Apabila ber-safar dengan rombongan, hendaklah
mengangkat seorang pemimpin yang bijaksana, adil dan mengetahui permasalahan safar.
8. Berpamitan kepada Keluarga dan Handai Tolan serta Mohon Doa. Sebelum berangkat,
seoorang musafir sebaiknya berpamitan dan memberi ucapan selamat tinggal kepada keluarga
atau kawan-kawannya.
9. Memilih hari Kamis dan Shalat Dua Rakaat sebelum Berangkat. Rasulullah Saw. sering
mengawali perjalanannya pada hari Kamis dan ketika akan berangkat melakukan shalat dua
rakaat.
Dalam Perjalanan
1. Menolong Kawan Seperjalanan. Rasulullah Saw. dalam ber-safar selalu mengambil posisi
paling belakang, agar bisa menuntun yang lemah, menaikkan orang yang lelah berjalan kaki
ke atas kendaraan beliau dan berdoa untuk seluruh rombongan yang mengikuti beliau.
2. Tidak Lama Meninggalkan Istri. Bila ber-safar tidak membawa istri, sebaiknya tidak
terlalu lama, karena dikhawatirkan akan mengancam kejujuran di antara suami-istri.
3. Jika dalam perjalanan ia teringat shalat yang mestinya ia lakukan di saat mukim, maka ia
shalat secara sempurna2, dan jika ingat di saat mukim, shalat yang semestinya ia lakukan
dalam safar, maka dalam hal ini terdapat perselisihan pendapat apakah ia menyempurnakan
shalatnya atau mengqashar. Pendapat yang benar adalah mengqashar (shalat).
4. Jika seorang musafir shalat di belakang orang yang mukim, maka ia shalat empat rakaat
secara mutlak meski tidak ia dapatkan kecuali tasyahud. Shalatnya seperti halnya orang yang
mukim, empat rakaat.
5. Jika orang yang musafir shalat bersama jamaah yang mukim, maka ia mengqashar shalat.
6. Sunnah-sunnah Rawatib yang tidak dilakukan dalam perjalanan adalah shalat sunnah
qabliyah dan badiyah Dzuhur, badiyah maghrib dan badiyah isya. Adapun shalat sunnah
qabliyah fajar dan shalat witir, maka tetap dilakukan. Orang yang musafir juga bisa
melakukan Shalat Dhuha, shalat sunnah wudhu dan shalat tahiyatul masjid.
7. Yang disunnahkan adalah meringankan bacaan surat (dalam shalat) ketika dalam
18. Dibolehkannya mengqashar shalat adalah umum, baik itu safar dalam rangka ketaatan
maupun maksiat. Inilah pendapat yang benar dan dipilih oleh Syaikhul Islam (Ibnu
Taimiyyah).
19. Seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali bersama muhrimnya yaitu suami atau setiap
laki-laki yang sudah baligh, berakal yang haram atasnya wanita tersebut selamanya, karena
nasab maupun sebab yang dibolehkan.
20. Jika musafir menjama antara Shalat Maghrib dan Isya jama taqdim, maka baginya telah
masuk waktu Shalat Witir. Inilah pendapat yang kuat dari para ulama, dan tidak perlu
menunggu sampai datangnya waktu Shalat Isya.
21. Jika seorang musafir menjadi makmum dan ia ragu apakah imam orang yang mukim atau
juga musafir, maka pada asalnya seorang makmum diharuskan untuk menyempurnakan.
Tetapi jika si makmum berniat jika imam menyempurnakan shalat, maka aku juga akan
menyempurnakan dan jika imam mengqashar aku juga akan mengqashar, maka hal itu adalah
dibolehkan. Ini adalah bab menggantungkan niat dan bukan karena keraguan.
22. Shalat Jumat tidak diharuskan atas orang musafir yang sedang tinggal di sebuah negeri
selama ia masih berstatus musafir.
23. Jika orang yang musafir mendapatkan Shalat Jumat, maka hal itu mencukupinya dari
Shalat Dzuhur (maksudnya ia tidak perlu Shalat Dzuhur lagi), baik ia mendapatkan dua
rakaat atau satu rakaat (bersama imam), lalu ia sempurnakan. Tetapi jika kurang dari satu
rakaat, maka pendapat yang benar, ia boleh mengqashar .
24. Jika ia bepergian di Bulan Ramadhan, maka ia boleh berbuka dan juga boleh berpuasa.
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Didalam berpakaian,berhias, dan beperjalanan , kita sebagai muslim haruslah tetap
berpakaian,berhias dan beperjalanan dengan mengikuti syariat Islam, dengan menutup aurat,
tidak menggunakan pakaian yang ketat atau membentuk lekukan tubuh,berhias dengan tidak
berlebihan.
http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2011/11/akhlak-dalam-perjalanan.html
http://fatihulihsan.wordpress.com/2012/11/13/akhlak-perjalanan/
http://bingkycat.blogspot.com/2013/01/akhlak-dalam-perjalanan.html