Anda di halaman 1dari 11

Etika Berpakaian Dalam Islam

Unknown

ETIKA BERPAKAIAN DALAM ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan

Syarat Belajar Pada Semister VII ( Tujuh )

Mata Kuliah: Seminar PAI

Oleh:

Kelompok V (Lima)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )

TENGKU DIRUNDENG MEULABOH

TAHUN 2012-2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang Pencipta alam semesta,
manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena, berkat limpahan rahmat, taufiq,
hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat vmenyelesaikan makalah dengan tema “Etika
Berpakaian Dalam Islam” yang sederhana ini dapat terselesaikan tidak kurang dari pada waktunya.

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu dari sekian
kewajiban mata kuliah, serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang
diberikan.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu selaku
dosen serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar bahwasannya penulis
hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan
hanya milik Tuhan yang maha Esa, sehingga dalam penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya
evaluasi diri.

Meulaboh, November 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

B. Dalil Pakaian Wanita Dalam Islam

C. Etika Berpakaian Dalam Islam

D. Hikmah Berpakaian Islami


BAB III : PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Adanya berbagai kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang serba canggih dan cepat dapat
menghasilakan produk-produk yang beraneka ragam yang digunakan untuk kebutuhan manusia. Salah
satu aspek yang sangat berkembang dan dapat mempengaruhi kehidupan manusia adalah industri
pakaian. Pakaian pada dasarnya adalah kebutuhan primer (pokok) yang sangat dibutuhkan oleh manusia
di dunia dan perkembanganya cukup signifikan, hal ini terbukti dengan berdirinya pabrik-pabrik pakaian
dengan berbagai model dan bahan yang sangat bervariasi diseluruh dunia, khususnya di Indonesia.

Sebagai seorang muslim kita harus melihat kaidah-kaidah berpakaian yang sesuai dengan syari’at islam,
supaya apa yang kita kenakan dapat dipertanggungjawabkan di akhirat kelak dan tidak memicu hal-hal
yang tidak diinginkan. Berbeda dengan zaman sekarang banyak dikenal model yang tidak sesuai dengan
syari’at islam, sebagai contoh adalah model pakaian yang dikenal dengan istilah “you can see” yang
artinya kamu boleh melihat, atau bahkan ada yang rela mati-matian untuk menaikan bagian bawahnya
ke atas dan yang atas rela diturunkan kebawah, atau ada yang mengenangkan baju yang tidak
semestinanya dipakai oleh anak TK/SD (pakaian super ketat) hingga terlihatlah apa yang seharusnya
tidak terlihat. Naudzubillah min dzalik.

Begitu pula dengan kehidupan di kampus yang tentunya tidak terlepas dari peratura-peraturan kampus
sendiri. Dimana kampus merupakan salah satu media untuk mencetak kader-kader penerus bangsa yang
menjadi figur dari beberapa kalangan, baik kota maupun desa dan kalangan lainnya. Sehingga masalah
berpakain di kampus juga perlu di jaga dan disesuaikan dengan syari’at Islam.

Akhir-akhir ini banyak diantara mahasiswa dan mahasiswi yang memfigurkan pakaian-pakain barat
sebagai kebanggaan mereka biasanya identik serba seksi walaupun melanggar ketentuan syari’at islam.
Dengan gaya dan mode pakaian tersebut secara tidak langsung akan dapat memicu para generasi muda
bangsa pada perbuatan-perbuatan tidak diinginkan, terutama moral dan akhlak mereka serta merugikan
baik secara duniawi maupun ukhrawi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di
perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan
pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama,
protokoler dan lain-lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar
mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar
perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di
masyarakat kita.

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan
antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah
dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

B. Dalil Pakaian Wanita Dalam Islam

Adapun dalil bahwa jilbab merupakan pakaian dalam kehidupan umum, adalah hadits yang telah
diriwayatkan dari Ummu, Athiyah r.a, bahwa dia berkata: “Rasulullah Saw memerintahkan kaum wanita
agar keluar rumah menuju shalat ied, maka Ummu’ Athiyah berkata, ‘salah seorang diantara kami tidak
memiliki jilbab’ Maka Rasulullah Saw bersabda: “Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya
kepadanya.” (Muttafaqun ‘alaihi) (Al-Albani,)[1]

Berkaitan dengan hadits Ummu ‘Athiyah ini, Syaikh Anwar Al-Kasymiri, dalam kitabnya Faidhul Bari,
mengatakan:[2] “Dapatlah dimengerti dari hadits ini, bahwa jilbab itu dituntut manakalah seorang
wanita keluar rumah, dan ia tidak boleh keluar rumah jika tidak mengenakan jilbab.” (Al-Albani : 93).[3]

Allah Ta’ala berfirman:

“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan dan
kemaluan mereka. Janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (terpaksa) nampak
dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dada-dada mereka.” (QS. An-Nur: 31)

Perhiasan yang dimaksud adalah perhiasan yang digunakan oleh wanita untuk berhias, selain dari asal
penciptaannya (tubuhnya).
Khimar adalah sesuatu yang digunakan oleh wanita untuk menutupi kepalanya, wajahnya, lehernya, dan
dadanya.

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang memanjangkan kainnya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya.” Ummu
Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus dilakukan oleh para wanita dengan ujung pakaian
mereka?” Beliau menjawab, “Kalian boleh memanjangkannya sejengkal.” Ummu Salamah bertanya lagi,
“Jika begitu, maka kaki mereka akan terbuka!” Beliau menjawab, “Kalian boleh menambahkan satu
hasta dan jangan lebih.” (HR. At-Tirmizi) Sehasta adalah dari ujung jari tengah hingga ke siku.[4]

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat: (1) Kaum yang memiliki
cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang. (2) Wanita-wanita yang
berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu,
rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga,
bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari begini dan begini.”
(HR. Muslim)[5]

Makna ‘berpakaian tetap telanjang’ adalah: Dia menutup sebagian auratnya tapi menampakkan
sebagian lainnya. Dan ada yang menyatakan maknanya adalah: Dia menutupi seluruh auratnya tapi
dengan pakaian yang tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.[6]

Dari dalil di atas menunjukkan wajibnya seorang muslimah untuk berhijab.

Hijab secara syar’i adalah seorang wanita menutupi seluruh tubuhnya dan perhiasannya, yang dengan
hijab ini dia menghalangi orang asing (non mahram) untuk melihat sedikitpun dari bagian tubuhnya atau
perhiasan yang dia pakai. Dan hijab ini bisa berupa pakaian dan bisa juga berupa berdiam di dalam
rumah.

Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak tangan. Ini ditunjukkan
dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:

1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan mereka dari yang
bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan sempurna kecuali jika wanita tersebut
berhijab dengan hijab yang sempurna menutupi seluruh tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi
bahwa menyingkap wajah merupakan sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.

2. Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya kepada non
mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa disembunyikan, semisal pakaian
terluarnya. Jika Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka
tentunya wajah dan telapak tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita
lebih wajib lagi untuk disembunyikan.
3. Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dada-dada mereka,
sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk menutup kepalanya. Jika khimar
diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada, maka tentunya secara otomatis wajah tertutup oleh
khimar tersebut.

Aisyah radhiallahu anha berkata, “Semoga Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang pertama.
Tatkala Allah menurunkan, “Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dada-dada mereka,” mereka
merobek kain-kain mereka lalu menjadikannya sebagai khimar.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata,:“Ucapan ‘mereka lalu menjadikannya sebagai khimar’, yakni: Mereka
menggunakannya untuk menutupi wajah-wajah mereka.”[7]

Adapun hadits Ibnu Umar di atas, maka dia menjelaskan mengenai beberapa perkara:

1) Kaki wanita adalah aurat yang wajib ditutup.

2) Larangan isbal hanya berlaku bagi lelaki dan tidak berlaku bagi wanita.

3) Panjang maksimal pakaian wanita adalah sehasta dari mata kaki, tidak boleh lebih dari itu.

Sementara hadits Abu Hurairah menjelaskan tentang syarat-syarat hijab dan hijab secara umum,
yaitu:

1) Hijab tidak boleh tipis sehingga menampakkan apa yang ada di baliknya.

2) Hijab tidak boleh ketat sehingga membentuk lekukan tubuhnya.

3) Haramnya wanita berjalan dengan berlenggok, karena itu merupakan bentuk menampakkan
perhiasannya.

4) Wajibnya wanita menjaga kehormatan dan rasa malu mereka.

5) Menutup sebagian tubuh dan menampakkan sebagian tubuh yang lain sama saja dengan
telanjang.

C. Etika Berpakaian Menurut Ajaran Islam

Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai karena pakaian sopan dan menutup aurat
adalah cermin seseorang itu muslim sebenarnya.

Islam tidak menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk dipakai, baik ketika beribadah atau di luar
ibadah. Islam hanya menetapkan bahwa pakaian itu mestilah bersih, menutup aurat, sopan dan sesuai
dengan akhlak seorang Muslim.

Mengapa berjilbab bagi wanita muslim diwajibkan oleh Allah swt ?


Karena dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah aurat bagi wanita dan diperintah kan oleh Allah
untuk menutupinya. Aurat wanita dapat mengundang kemaksiatan bagi orang yang melihatnya,
menutup auratpun dapat menghindarkan wanita dari kedzaliman orang lain. Selain daripada itu, bisa
mengangkat derajat dan martabat wanita di mata Allah maupun masyarakat.

Dalam beberapa hadist telah jelas sangat dilarang bermegah – megahan membangga – banggakan
barang yang dikenakan, Allah SWT sangat membenci orang yang sombong bisa dipikirkan dan ditelaah
dalam-dalam, Allah saja pemilik semesta alam tidak pernah sombong kepada Makhluknya.

Surat Al a’raf ayat 26 menjelaskan bahwa Allah menurunkan pakaian yang baik untuk menutup aurat
dan menghindarkan Manusia dari zalim terhadap dirinya dan orang lain.

yang artinya : “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk menutup
auratmu dan untuk perhiasan bagimu’tetapi pakaian takwa itulah yang lebih baik demikianlah sebagai
tanda-tanda Allah’mudah-mudahan ingat.”(al-A’raf: 26)

Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian (untuk lelaki dan wanita) yaitu:

1) Menutup aurat: aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat
wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya. Rasulullah
SAW bersabda bermaksud: "Paha itu adalah aurat." (Bukhari)

2) Tidak menampakkan tubuh: pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak memenuhi
syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah boleh merangsang nafsu
orang yang melihatnya.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat
ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul manusia dan
satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga
kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium
baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh." (Muslim).

3) Pakaian tidak ketat: tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan.

4) Tidak menimbulkan riak: Rasulullah saw bersabda bermaksud: "Sesiapa yang melabuhkan
pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari kiamat." Dalam
hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan,
maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti." (Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy
dan Ibnu Majah)

5) Lelaki, wanita berbeza: maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh
wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas menerusi sabdanya
yang bermaksud:
"Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap
perempuan." (Bukhari dan Muslim)

Baginda juga bersabda bermaksud:

"Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." ?(Abu Daud dan Al-Hakim).

6) Larangan pakai sutera: Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW
bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di
dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (Muttafaq 'alaih)

7) Melabuhkan pakaian: contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak
iaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman bermaksud:

"Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-
perempuan beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa
mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-
baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha
Penyayang."

(al-Ahzab:59)

8) Memilih warna sesuai: contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak bersih
dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda bersabda
bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain
putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim)

9) Larangan memakai emas: termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah barang-barang
perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan
dengan wanita namun pada hari ini ramai antara para lelaki cenderung untuk berhias seperti wanita
sehingga ada yang sanggup bersubang dan berantai. Semua ini amat bertentangan dengan hukum Islam.
Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan
(memakainya) kepada wanita.

10) Mulakan sebelah kanan: apabila memakai baju, seluar atau seumpamanya, mulakan sebelah
kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah bermaksud: "Rasulullah suka sebelah
kanan dalam segala keadaan, seperti memakai kasut, berjalan kaki dan bersuci."Apabila memakai kasut
atau seumpamanya, mulakan dengan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya, mulakan dengan
sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila seseorang memakai kasut, mulakan dengan
sebelah kanan, dan apabila menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi
yang pertama memakai kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).
11) Selepas beli pakaian: apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud:

"Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan
kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada kejahatannya dan
kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".

12) Berdoa: ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang mengurniakan
pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam kehidupanku, dengan nama
Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia”.

Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai menurut tuntutan
agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin seorang Muslim
yang sebenar.

D. Hikmah berpakaian Islami :

1) Seseorang yang berpakaian islami akan terjaga kehormatannya. Akhwat2 yang memakai jilbab
insyaAllah tidak akan diganggu oleh para ikhwan usil (Al Ahzab:59).

2) Terjaga dari perilaku yang menyimpang. Kalau di sekeliling kita masih banyak yang membuka aurat,
maka kita harus pandai2 mengalihkan pandangan. '' Katakanlah kepada laki-laki yang
beriman,hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.'' (Q.S.
An Nur: 30).

" Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya." (Q.S. An Nur:
31)

3) Terhindar dari penyakit tertentu. Pakaian takwa adalah pakaian yang menutupi tubuh. Artinya,
secara otomatis kulit kita akan terlindungi dari bahaya sinar ultraviolet yang bisa menyebabkan kanker
kulit.

4) Terhindar dari azab Allah. Pernah ada kejadian, seorang wanita yang sedang hamil muda pergi ke
suatu tempat untuk melaksanakan tugar dari perusahaan tempat ia bekerja. Jaraknya cukup jauh dari
tempat tinggalnya. Tiba-tiba dalam perjalanan mobilnya bertabrakan dengan mobil lain. Setelah
diselidiki, tidak ada satu korban pun yang selamat dari kecelakaan itu. Dan setelah diselidiki lebih jauh,
tidak ada satu pun identitas korban yang diketahui. Makanya mayat para korban dimakamkan oleh
penduduk setempat termasuk wanita yang hamil muda itu. Setelah beberapa hari ternyata sang suami
dan keluarga korban menerima berita tersebut dan langsung menuju pemakaman sang istri. Kemudian
mayatnya dipindahkan ke dekat tempat tinggalnya. Tapi ketika makamnya digali,mereka melihat mayat
wanita itu langsung pingsan karena tidak kuat melihat mayat. Ketika dimakamkan, mayat tersebut
diletakan dalam kondisi membujur sementara setelah digali kembali posisi mayat sudah berubah
menjadi jongkok dengan kedua tangan diletakan diatas kepala seperti menahan siksaan sementara
kepalanya ditumbuhi paku2 besi yang sangat banyak hampir memenuhi semua bagian kepalanya.
Setelah diselidiki, ternyata wanita tersebut belum berjilbab semasa hidupnya. Itu siksaan di alam kubur
belum lagi siksaan nanti di akhirat.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak tangan. Ini ditunjukkan
dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:

1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan mereka dari yang
bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan sempurna kecuali jika wanita tersebut
berhijab dengan hijab yang sempurna menutupi seluruh tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi
bahwa menyingkap wajah merupakan sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.

2. Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya kepada non
mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa disembunyikan, semisal pakaian
terluarnya. Jika Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka
tentunya wajah dan telapak tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita
lebih wajib lagi untuk disembunyikan.

3. Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dada-dada mereka,
sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk menutup kepalanya. Jika khimar
diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada, maka tentunya secara otomatis wajah tertutup oleh
khimar tersebut.

Aisyah radhiallahu anha berkata, “Semoga Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang pertama.
Tatkala Allah menurunkan, “Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dada-dada mereka,” mereka
merobek kain-kain mereka lalu menjadikannya se
DAFTAR PUSTAKA

Hirasah Al-Fadhilah karya Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid

Departemen Ilmiah Darul Wathan.Etika Seorang Muslim.2008.Jakarta:Darul Haq

Prof. Dr. H. Abdurrahman, Asymuni, dkk. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. 2000. Jakarta:
Suara Muhammadiyah.

Humpunan Putusan Tarjih.Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah Cetakan III.

Yogyakarta:Pustaka “SM”

Anda mungkin juga menyukai