Anda di halaman 1dari 10

Collaborative

Learning
Lisensi Dokumen:
Copyright © 2020 Universitas Negeri Padang
Seluruh dokumen di e-Learning Universitas Negeri Padang, hanya digunakan untuk kalangan
Internal Universitas, untuk kebutuhan Perkuliahan Online. Penggunaan dokumen ini di luar UNP tidak
diizinka dan tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari
Penulis dan Universitas Negeri Padang.

A. Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan
collaborative learning
2. Mahasiswa mengetahui dasar-dasar terciptanya
kolaboratif learning.
3. Mahasiswa mengetahui dasar pendekatan kolaboratif
learning
4. Mahasiswa mampu menciptakan kolaborative
learning dikelompoknya.
5. Mahasiswa mengetahui tantangan dan peluang belajar
dengan kolaboratif learning.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mahasiswa mampu menjawab soal tes formatif
tentang kolaboratif learning
2. Mahasiswa bisa mempraktekkan metode belajar
kolaboratif learning.
C. Pokok – Pokok Materi
1. Pengertian Kolaboratif learning
2. Asumsi-asumsi dalam kolaboratif learning
3. Bentuk-bentuk dalam kolaboratif learning
4. Tujuan Kolaboratif learning
5. Tantangan dalam pelaksanan kolaboratif learning
D. Uraian Materi
1. Pengertian Kolaboratif learning
Kolaboratif learning adalah salah satu pendekatan
dalam pendidikan dimana pengajar dan pembelajar
terikat dalam kelompok pembelajarnya untuk
bekerjasama dalam memecahkan masalah,
menyelesaikan tugas, atau menciptakan suatu produk.
Dalam lingkungan kolaboratif learning, pembelajar
memerlukan kemampuan social dan emosional untuk
mau mendengarkan perspektif dari rekan-rekan
dikelompoknya, dan perlu untuk mengemukakan dan
mempertahankan pikirannya. Sehinggam, dalam
pelaksanaan kolaboratif learning, pembelajar tidak
semata-mata hanya mengandalkan pendapat ahli atau
buku panduan tetapi mereka mulai
menciptakan/memunculkan kerangka pikir unik
mereka sendiri. Dalam setting kolaboratif learning,
pembelajar berkesempatan untuk beradu argument
dengan teman sesamanya, mengemukakan dan
mempertahankan pendapatnya, menerima pendapat
lainnya, dan mempertanyakan kerangka pikir/konsep
berfikir teman-teman lainnya, dan mereka terlibat
aktif dalam semua proses itu.
2. Asumsi-asumsi dalam kolaboratif learning
Asumsi yang melatarbelakangi munculnya metode
belajar kolaboratif learning ini adalah:
a. Belajar adalah sebuah proses aktif
mengkontruksi Pengetahuan
(Constuctivism)
Dalam mempelajari hal-hal baru (gagasan
atau kemampuan), pembelajar mesti
bekerja dengan aktif dengan tujuan dan
cara yang jelas. Mereka perlu
mengintegrasikan pengetahuan mereka
yang telah ada dengan pengatuhuan baru
yang mereka pelajari atau
mengorganisasikan pengetahuan lama
mereka dengan pengetahuan baru. Dalam
colaboratif learning mereka tidak semata
menerima sesuatu yang baru tetapi
mereka bisa menciptakan/menemukan
hal baru berdasarkan informasi-informasi
yang telah mereka dapatkan.
b. Belajar bergantung kepada banyaknya
situasi/kondisi yang terjadi (Learning
Context)
Dalam kolaboratif learning pembelajar
akan dihadapkan dengan situasi/kondisi
yang menantang. Mereka akan diberikan
tugas-tugas atau pertanyaan-pertanyaan
yang memerlukan pemecahannya.
Sehingga nalar dan kemampuan
pemecahan masalahnya jadi semakin
terasah.
c. Setiap pelajar itu tidak sama (individual
difference)
Pelajar memiliki latar belakang dan
perspektif yang beda. Jadi tidak ada satu
pendekatan yang bisa merangkul semua
pelajar. Lewat kolaboratif learning mereka
bisa menggabungkan cara belajarnya
masing-masing dan idenya masing-
masing.
d. Belajar terjadi melalui interaksi social
Dalam kolaboratif learning pembelajar
mengkomunikasikan pikaran-pikirannya
dengan rekan-rekannya, sehingga mereka
bisa bersinergi tentang ide-ide dan
pikiran-pikirannya.
3. Tujuan Kolaboratif learning
Tujuan metode kolaboratif learning adalah:
a. Keterlibatan Pembelajar
Dalam kolaboratif learning, pembelajar
diseting untuk terlibat aktif tidak hanya
dengan pelajarannya tetapi dengan rekan-
rekan sesame kelompoknya.
b. Kerjasama
Kolaboratif learning membentuk
pembelajar untuk bekerjasama dalam
kelompok mengerjakan tugas atau
memecahkan masalah yang diberikan.
c. Tanggung jawab sosial
Kolaboratif learning membentuk
pembelajar bertanggung jawab secara
social, mereka akan mengemukakan
pendapatnya, dan mendengarkan
pendapat rekannya. Mereka akan
berdialog dan mengambil keputusan
bersama-sama.
4. Bentuk-bentuk kolaboratif learning
Ada beberapa bentuk kolaboratif learning yang bisa
diterapkan di kelas, yaitu:
a. Cooperative Learning
Coperatif learning muncul berdasarkan
teori social interdependence. Pada teori ini
individu saling berinteraksi dalam
situasi/kondisi sosial. Dalam cooperative
learning indifidu akan bekerja sama,
berkompetisi, dan membangun tujuannya
ini berpengaruh terhadap peningkatan
prestasi, kedekatan, self esteem, dan
kemampuan social pembelajar.
Pada bentuk ini, kelompok akan diberikan
tugas-tugas kemudian mereka bersama-
sama menyelesaikan tugas itu.
b. Problem-Centered Instruction
Problem-Centered Instruction
memfokuskan kepada intruksi yang
diberikan oleh pengajar kepada
pembelajar. Pembelajar diberikan guide
design kerja kelompok, kasus, dan
mensmulasikan. Jadi dalam pelaksanaan
colaboratif learning harus ada tiga hal ini.
Dalam bentuk ini, pelaksanaannya
dilakukan lewat 3 proses yaitu:
1. Guide instruksion
Dalam guide intruksion dibuatkan
aturan-aturan dalam pelaksanaan
kolaboratif learning, perencanaan, dan
target-target yang akan dicapai.
2. Kasus
Diberikan narasi situasi yang berisi
masalah-masalah yang harus mereka
analisis dan temukan pemecahan
masalahnya.
3. Simulasi
Pada bentuk ini mereka diminta
mensimulasikan tentang situasi
sebenarnya. Mulai disituasi yang terjadi
dan pemecahan masalahnya.
c. Writing Groups
Dalam bentuk ini pembelajar
mengemukakan idenya lewat lisan dan
tulisan. Sebelum mereka berdiskusi lewat
lisan mereka menuangkan ide-idenya
lewat tulisan kemudian mereka saling
bertukar dan membca tulisan rekan-rekan
mereka masing-masing. Kemudian mereka
berdiskusi dan membuat keputusan
berdasarkan hasil diskusi tersebut.
d. Peer Teaching
Pada bentuk ini, mereka dituntut untuk
bekerja sama, akan ada pembelajar yang
punya kemampuan lebih dibidang-bidang
tertentu sehingga mereka bisa saling
berbagi dan mengajarkan bidang-bidang
yang dikuasainya dengan teman-
temannya dalam kelompok. Semua peserta
mengajarkan hal-hal yang dia kuasai ke
anggota kelompok lainnya.
e. Discussion Groups and Seminars
Kolaboratif learning bisa juga dalam
bentuk yang lebih formal. Pada bentuk
diskusi group dan seminar ini, kolaboratif
learning dilakukan dalam seting formal
dengan adanya protokol-protokol
pelaksanaan seperti adanya moderator.
Tiap-tiap peserta akan mempresentasikan
gagasan-gagasannya peserta lain
menanggapi gagasan tersebut.

5. Tantangan dalam kolaboratif learning


Dalam pelaksanaan kolaboratif learning aka nada
beberapa kesulitian, yaitu:
a. Keterlibatan aktif semua siswa: aka nada
siswa yang terlampau aktif dan aka nada
siswa yang cenderung diam saja. Perlu
kepandaian intruktur untuk memancing
semua siswa terlibat aktif.
b. Kemampuan komunikasi pembelajar: jika
semua pembelajar mempunyai
kemampuan komunikasi yang rendah,
maka pelaksanaan kolaboratif learning
bisa berjalan tidak maksimal.
c. Dalam seting ruang kelas, masing-masing
akan membentuk kelompok-kelompok
kecil, dan mereka berdiskusi dalam
kelompok itu, ini kemungkinan akan
membuat ruangan menjadi terlampau
bising.
E. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan belajar dilakukan melalui media e-learning, dengan
memahami ppt presentasi, melihat video, dan mempraktekkan
metode belajar kolaboratif learning di masing-masing
kelompoknya.
F. Rangkuman*)
Metode belajar kolaboratif learning adalah salah satu
pendekatan dalam pendidikan dimana pengajar dan pembelajar
terikat dalam kelompok pembelajarnya untuk bekerjasama
dalam memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, atau
menciptakan suatu produk.
G. Latihan/Kasus/Tugas
Mahasiswa mencobakan collaborative learning di kelas.
Mahasiswa dibagi berkelompok dengan anggota 6-8 orang.
Mereka diminta membuat suatu proyek video dengan jangka
waktu yang sudah ditentukan. Masing-masing orang menuliskan
idenya masing-masing. Kemudian ide-ide yang ditulis itu
dibagikan ke teman-teman kelompoknya. Ide yang ditulis itu
berisikan tema, gagasannya, keunggulan-keunggulan gagasan
tersebut, dan peluang bisa terlaksananya gagasan tersebut.
Mereka saling membaca ide-ide mereka. Kemudian mereka
mendiskusikan ide-ide nya, sehingga mereka membuat
keputusan bersama tentang idenya dan melaksanakan ide
tersebut.
Dalam pengerjaan ini, mereka diminta membuatkan notulensi
tiap-tiap kegiatannya. Video yang mereka buat.
H. Daftar Rujukan
Eberechukwu, S. (2015). Collaborative learning in a virtual classroom: its status in the current digital
era. 3(5), 45–51.
Laal, M., Laal, M., & Kermanshahi, Z. K. (2012). 21st Century Learning; Learning in Collaboration.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 47, 1696–1701.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.06.885
Smith, B. L., & MacGregor, J. T. (1992). Collaboration Learning: A Sourcebook for Higher Education.
University Park, PA: National Center on Postsecondary Teaching, Learning, and Assessment
(NCTLA), 159–189. https://doi.org/10.1007/978-0-230-36602-2_6

Anda mungkin juga menyukai