Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Metode Cooperative Script

a. Pengertian Metode Cooperative Script

Menurut Yatim Riyanto bahwa, “Metode Cooperative Script

adalah salah satu dari beberapa metode yang ada di metode

pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Metode ini

1
dikemukakan oleh Danserau dan kawan-kawan pada tahun 1985”.

Sedangkan menurut Adreas Jhony, “Cooperative berasal dari kata

cooperate yang artinya bekerja sama, bantu-membantu, gotong-

royong. Sedangkan cooperative adalah strategi belajar dimana siswa

belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang

berbeda. Script sendiri berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti

uang kertas darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara.

Jadi yang dimaksud cooperative script disini adalah naskah tulisan

tangan”.2

Sedangkan Hamid mengemukakan bahwa, “Metode cooperative

script merupakan sebuah strategi pembelajaran yang menarik bagi

siswa, karena siswa akan berbicara dengan lawan bicara secara

langsung dan akan mendapatkan respon langsung dari lawannya dalam


1
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2009), hlm. 284.
2
Adreas Jhony, Kamus Lengkap, (Surabaya: Karya Agung, 2008), hlm. 91.

10
11

membahas sebuah tema atau materi pelajaran yang diajukan oleh guru.

Dalam hal ini guru membagi siswa menjadi berpasangan dan setiap

pasangan akan membahas suatu tema yang telah diberikan sebelumnya

oleh guru dan saling mengutarakan pendapatnya masing-masing untuk

3
menemukan suatu kesimpulan jawaban”.

Sibermen juga menyebutkan, “Metode pembelajaran cooperative

script juga mengandung pengertian sebagai tutor sebaya dimana proses

pembelajaran yang berbasis active learning. Beberapa para ahli

percaya bahwa sustu pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila

peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya.

Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan dan mendorong para

peserta didik mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang

sama 1 menjadi narasumber yang lain”.4 Dengan kata lain metode

Cooperative Script merupakan metode belajar yang membutuhkan

kerja sama antara dua orang, yang mana yang satu sebagai pembicara

dan yang satunya sebagai pendengar. Metode Cooperative Script

dikenal juga dengan nama metode skrip kooperatif.

Didalam Suyatno diterangkan bahwa, “Pembelajaran kooperatif

adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja

sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan

3
Hamid Moh. Sholeh, Metode Edutainment, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm. 220.
4
Mel Sibermen, 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning), (Jakarta: Yakpedis,
2001), hlm. 157.
12

persoalan atau inkuiri”.5 Pada pembelajaran kooperatif para siswa

dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk

mempelajari materi pelajaran yang ditentukan, dalam hal ini sebagian

besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari

materi pelajaran dan didiskusikan untuk memecahkan masalah (tugas).

Jadi metode pembelajaran cooperative script adalah metode

belajar yang menitikberatkan pada proses pemahaman materi dengan

mengandalkan kerja pasangan untuk saling melengkapi satu sama yang

lain. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa

untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi

kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok

materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan,

membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-

benar interaksi dominan siswa dengan siswa.

b. Langkah-langkah Metode Cooperative Script

Metode cooperative script merupakan metode pembelajaran yang

mengarahkan peserta didik untuk bekerjasama secara berpasangan

dalam merangkum sebuah materi pelajaran serta dapat menyampaikan

hasil dari rangkuman pelajaran kepada lawan bicaranya. Suatu metode

pembelajaran khususnya metode cooperative script memiliki beberapa

langkah di dalam penerapannya.

5
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pusaka, 2009),
hlm. 51.
1
3

Tukiran mengemukakan, Metode cooperative script memiliki

beberapa langkah yang harus diikuti oleh setiap orang yang

menggunakan metode pembelajaran ini baik di dalam proses

pembelajaran ataupun di luar pembelajaran. Adapun langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Pendidik membagi peserta didik untuk berpasangan.


2) Pendidik membagikan wacana/materi pada setiap peserta didik
untuk dibaca dan membuat rangkuman.
3) Pendidik dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama
berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai
pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara
pendengar:
a) Menyimak, mengoreksi, dan menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap.
b) Membantu mengingat ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.
6) Kesimpulan peserta didik bersama-sama dengan pendidik.
7) Penutup.6

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Cooperative Script

Menurut Istarani, kelebihan metode pembelajaran cooperative

script adalah:

1) Model pembelajaran Cooperative Script mengajarkan siswa untuk


percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan
sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan
belajar dari siswa lain.
2) Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa untuk
mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan

6
Tukiran Taniredja, dkk., Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung:
Alfabeta, 2014), hlm. 101-102.
14

ide temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses


pemecahan masalah.
3) Model pembelajaran Cooperative Script membantu siswa belajar
menghormati siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar dan
menerima perbedaan yang ada.
4) Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi
yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial
termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan
interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain
meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan sikap positif
terhadap sekolah.
5) Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan
menilai ketepatan jawaban.
6) Cooperative script suatu strategi yang dapat digunakan secara
bersama dengan orang lain seperti pemecahan masalah
7) Cooperative script mendorong siswa lemah untuk tetap berbuat,
dan membantu siswa pintar mengidentifikasi celah-celah dalam
pemahamannya
8) Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script
membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya.
9) Dapat memberikan kesempatan pada para siswa belajar
keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah
10) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan diskusi
11) Memudahkan siswa melakukan interaksi sosial
12) Menghargai ide orang lain yang dirasa lebih baik.
13) Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.7

Selanjutnya yang menjadi kekurangan dari metode pembelajaran

Cooperative Script, yaitu:

1) Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan


ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya.
2) Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran
Cooperative Script. Sehingga banyak tersita waktu untuk
menjelaskan mengenai model pembelajaran ini.
3) Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat
rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan
banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi
kelompok.

7
Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru dalam Menentukan Model
Pembelajaran), (Medan: Media Persada, 2011), hlm. 16.
1
5

4) Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama


dengan baik.
5) Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena
tersembunyi di dalam kelompok.8

Berdasarkan uraian di atas, kelebihan dan kekurangan tersebut

yang diketahui menjadi acuan dalam penerapan metode Cooperative

Script adalah bagaimana kelebihan tersebut dapat digali dan diterapkan

semaksimal mungkin sehingga dapat menutupi kelemahan yang

terdapat dalam metode Cooperative Script.

2. Pelajaran Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang1 telah ditentukan untuk

9
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Zuhairini dan Abdul Ghofur, pendidikan agama Islam

adalah usaha untuk membimbing ke arah pertumbuhan kepribadian

peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup

sesuai dengan ajaran agama Islam sehingga terjalin kebahagiaan dunia

10
dan akhirat.

8
Ibid., hlm. 17.
9
E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 40.
10
Zuhairini, dan Abdul Ghofur, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Malang: Univesitas Negeri Malang Press/UM Press, 2004), hlm. 2.
1
6

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

siswa agar memahami ajaran Islam (knowing), terampil melakukan

atau mempraktekkan ajaran Islam (doing), dan mengamalkan ajaran

Islam dalam kehidupan sehari-hari (being).

Sedangkan menurut Abdul Rachman, pendidikan agama Islam

yakni pendidikan yang materi bimbingan dan arahannya adalah ajaran

agama yang ditujukan agar manusia mempercayai dengan sepenuh hati

akan adanya Tuhan, patuh dan tunduk melaksanakan perintahnya

11
dalam bentuk beribadah dan berakhlak mulia.

Sejalan dengan pendapat tersebut Muhaimin menyatakan bahwa,

pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan

agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan

dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati orang lain dalam

hubungan kerukunan umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional.12

Maka dapat kita pahami pada hakikatnya pendidikan agama Islam

itu sendiri merupakan usaha orang dewasa yang bertaqwa sesuai sadar

mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan

fitrah (kemampuan dasar) peserta didik melalui ajaran agama Islam

kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan. Kemudian

11
Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005), hlm. 5.
12
Muhaimin, Paradigma Pendidikan, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam,
(Bandung: Rosdakarya, 2008), hlm. 76.
1
7

yang dalam proses kegiatannya ditujukan agar mencapai kedewasaan

pribadi yang sesuai dengan ajaran atau tuntutan seorang muslim yaitu

berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam (PAI) secara umum terdapat

dalam Garis Besar Program Pengajaran Pendidikan Agama Islam

(GBPP PAI) Tahun 1994 bahwa:

“Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik

tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam

13
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.

c. Landasan Pendidikan Agama Islam

Landasan perundang-undangan sebagai landasan hukum

keberadaan pendidikan agama Islam (PAI) pada kurikulum sekolah

sangat kuat karena tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 5 pasal 12 ayat 1 poin a

yakni: “Bahwasannya setiap peserta didik dalam setiap satuan

pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan

agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”.14

Tentang peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia juga

dicantumkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


13
Ibid., hlm. 78.
14
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003),
hlm. 2.
18

Pendidikan Nasional Bab 5 pasal 36 ayat 3 yakni: “Bahwasannya

kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a)

peningkatan iman dan taqwa”.15

Dengan adanya salah satu pasal dalam UU Sisdiknas No. 20

tahun 2003 tersebut, maka semakin jelaslah bahwa kedudukan PAI

pada kurikulum sekolah dari semua jenjang dan jenis sekolah dalam

perundang-undangan yang berlaku sangat kuat.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam (PAI) disekolah/madrasah terdiri atas

beberapa aspek, yaitu: Al-Qur’an dan Al-Hadits, keimanan/akidah,

akhlak, fiqih (hukum Islam), dan aspek tarikh (sejarah) dan

kebudayaan Islam. Karakterikstik masing- masing aspek mata

pelajaran PAI yaitu sebagai berikut:16

1. Al-Qur’an dan hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis

yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan

kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Akidah, menekankan pada kemampuan memahami dan

mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta

menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna.

15
Ibid.
16
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.
187.
19

3. Akhlak, menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak

terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

4. Fiqih, menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah

dan muamalah yang benar dan baik.

5. Tarikh dan kebudayaan Islam, menekankan pada kemampuan

mengambil ibrah (contoh/pelajaran) dari peristiwa-peristiwa

bersejarah (Islam), meneladani tokoh- tokoh berprestasi, dan

mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi,

ipteks, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan

peradaban Islam.

e. Problematika Pendidikan Agama Islam

Dalam proses pembelajaran tentunya tidak jarang ditemukan

problematika (permasalahan-permasalahan) yang pada dasarnya dapat

menghambat terwujudnya tujuan pembelajaran seperti yang

diharapkan. Hal tersebut juga tidak terlepas pada pelajaran pendidikan

agama Islam, yang pastinya menemui beberapa problematika dalam

proses pembelajaran.

Terdapat beberapa problematika pendidikan agama Islam yang

dapat dirumuskan sebagai berikut:17

1) Pendidik

Pendidik adalah salah satu faktor pendidikan yang sangat

penting, sebab sarana dan fasilitas yang kurang dapat ditutupi oleh

17
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Jakarta:
Kencana, 2016), hlm. 70-74.
20

pendidik yang professional. Permasalahan yang berkenaan dengan

pendidik ini adalah kuantitas dan kualitas. Kuantitas berkenaan

dengan jumlah tenaga pendidik yang masih kurang, terutama di

perdesaan dan di daerah terpencil, sedangkan kualitas berkenaan

dengan kompetensi.

Selain dari itu menyangkut juga tentang sikap mental dan last

but not least, problema berikutnya adalah kesejahteraan guru. Bagi

guru negeri dan sudah tersertifikasi pula, kesejahteraannya sudah

memadai, tetapi bagi guru agama swasta di sekolah yang tidak

favorit dan belum tersertifikasi, kesejahteraannya masih rendah.

Tanpa diingkari bahwa kesejahteraan ini banyak terkait dengan

kinerja guru agama.

2) Peserta Didik

Problema yang menyangkut peserta didik, yaitu:

a) Kurang minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pendidikan

agama

b) Peserta didik pendidikan agama di sekolah berasal dari latar

belakang kehidupan beragama yang beragam. Hal ini tentu

banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan beragama di

lingkungan keluarga masing-masing. Ada diantaranya berasal

dari lingkungan keluarga yang taat beragama, tetapi ada juga

sebaliknya. Hal ini sangat berdampak terhadap keberhasilan

pendidikan agama di sekolah. Bagi peserta didik yang berasal


21

dari lingkungan keluarga yang kurang taat beragama perlu

penanganan serius, sebab apabila tidak dicarikan solusinya

maka peserta didik ini bukan saja tidak serius mengikuti

pendidikan agama tetapi juga akan menganggap enteng

pendidikan agama. Sikap seperti ini sangat berbahaya, sebab

bisa saja sikapnya yang seperti itu akan terkontaminasi kepada

peserta didik lainnya.

c) Usia peserta didik berada pada usia pubertas (SMP dan SMA)

sehingga terkadang menunjukkan sikap yang sulit diatur oleh

pendidik dan menunjukkan perlawanan.

3) Kurikulum

Kurikulum, silabus dan seterusnya merupakan isi atau materi

pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Problemanya

adalah terlalu fokus pendekatan kognitif dalam kurikulum yang

diberlakukan selama ini. Problema berikutnya yang menyangkut

kurikulum adalah ketersediaan waktu yang terbatas yang

dialokasikan kepada pendidikan agama. Cakupan kurikulum sangat

luas, mencakup Al-Qur’an, Hadis, akidah, fikih, akhlak, dan

sejarah kebudayaan Islam, sedangkan alokasi waktu terbatas.

4) Sarana dan Fasilitas

Sarana dan fasilitas merupakan alat bantu pendidikan guna

mempercepat tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan agama

juga sebetulnya membutuhkan sarana dan fasilitas. Tidak bisa


22

diingkari bahwa sarana dan prasarana sangat penting. Banyak

subjek pendidikan agama yang memerlukan sarana, misalnya

Mushalla, air untuk berwudhu, gambar-gambar yang

mempermudah pembelajaran agama, TV, Video, CD, casset yang

bernuansa religius.

Selama ini perhatian terhadap sarana dan fasilitas pendidikan

agama masih sangat kurang. Pendidikan agama di sekolah

kebanyakan diberikan dalam bentuk verbal, ceramah yang kadang

kala sangat membosankan peserta didik. Masih banyak ditemukan

di sekolah-sekolah belum mempunyai sarana dan fasilitas yang

minimal, misalnya Musholla yang belum ada.

5) Metode

Metode adalah upaya atau cara si pendidik untuk

menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Menurut

teorinya metode ini sangat banyak macam dan jenisnya. Yang

paling penting dalam metode adalah kemampuan pendidik untuk

menyajikan mata pelajaran dalam berbagai variasi metode sehingga

tidak membosankan peserta didik. Penggunaan metode ceramah

sepanjang waktu barangkali dapat membosankan peserta didik

yang berakibat menimbulkan sikap pasif di kalangan siswa.

Dalam menyampaikan materi pelajaran yang hendak diajarkan

kepada peserta didik, maka selaku pendidik diharapkan mampu

menyampaikannya dengan berlandaskan kasih sayang dan


2
3

berlemah lembut, agar peserta didik merasa nyaman. Sebagaimana

firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 159, yang berbunyi:




 







Artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah


Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. Ali Imran/3:
159)

Berdasarkan ayat tersebut diatas, maka kasih sayang

dibuktikan dengan perilaku seperti lemah lembut, tidak berkata

keras dan berhati kasar. Dalam membimbing, seorang guru harus

mendengarkan dengan penuh kasih sayang apa yang menjadi

keluhan dari siswanya. Begitu juga ketika memberikan penjelasan

harus dengan lemah lembut dan dengan tutur kata yang halus serta

sopan.

6) Evaluasi
24

Evaluasi yang dilakukan selama ini adalah mengukur kognitif

peserta didik dan nilai evaluasi itulah yang dimasukkan ke dalam

rapor mereka. Bisa saja terjadi anak yang tidak pernah shalat atau

jarang shalat mendapat angka rapor yang baik ketimbang seorang

anak yang rajin shalat. Ini terjadi disebabkan cara yang digunakan

untuk mengevaluasinya. Pendidikan agama perlu dievaluasi lewat

evaluasi mengukur sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

7) Menyangkut Hubungan antara Guru dan Orangtua Peserta didik

Belum terbangun dengan intensif hubungan antara guru agama

dan orangtua. Sehingga belum bisa dibangun kerja sama yang

intensif antara sekolah dan rumah tangga dalam bidang pendidikan.

Hubungan antara sekolah dan rumah tangga masih berdiri sendiri.

8) Menyangkut Mata Pelajaran Itu Sendiri

Problema ini berkenaan dengan kurang menarik minat siswa

untuk mempelajari mata pelajaran agama. Banyak timbul pendapat

dari guru agama supaya pendidikan agama di Ujian Nasional-kan.

Dengan di UN-kan pendidikan agama maka peserta didik akan

lebih serius di dalam mengikuti pendidikan agama, tidak seperti

yang sekarang ini, di mana peserta didik kurang serius untuk

mengikuti pendidikan agama.

9) Pendekatan Kognitif

Pendidikan agama yang seharusnya berimbang antara

pendekatan kognitif dan afektif, psikomotorik, ternyata lebih berat


2
5

kepada pendekatan kognitif. Mengisi otak peserta didik dengan

pengetahuan agama, sedikit mengisi hati mereka dengan sikap

beragama dan pengalaman agama.

10) Pengaruh Budaya Global

Era global ini seperti pisau bermata dua, bisa membawa

dampak positif tetapi juga bisa membawa negatif. Arus budaya luar

yang positif bisa memicu dan memacu nilai-nilai positif yang

berasal dari luar negeri, seperti kedisiplinan dan kebersihan. Tetapi

juga bisa membawa negatif, seperti pergaulan bebas, narkoba, dan

tidak menghiraukan nilai-nilai agama.

B. Penelitian yang Relevan

Setelah melakukan studi pustaka, penulis belum mendapati penelitian

yang mengkaji tentang “Implementasi Metode Cooperative Script pada

Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII MTs Nurul Iman Selayang”.

Namun ada beberapa penelitian yang relevan dengan judul penelitian tersebut

sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Anik Rifatun mahasiswa Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014 dengan judul penelitian

“Penerapan Metode Cooperative Script dalam Pembelajaran Fiqih untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas II MI Ma’arif Tanjungsari

Borobudur Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil

penelitiannya menyimpulkan, penerapan metode cooperative script pada


2
6

pembelajaran fiqih materi shalat fardhu di kelas II MI Ma’arif Tanjungsari

Borobudur Kabupaten Magelang dilakukan dengan mempersiapkan

skenario pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Program

Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan alat bantu pembelajaran

seperti indikator motivasi belajar, lembar observasi siswa, juga media

pembelajaran. Selanjutnya dilakukan tindakan proses pembelajaran dengan

cara menyeluruh siswa untuk kerja kelompok berpasangan dan selanjutnya

melakukan cooperative script dengan saling menyimak bacaan materi dan

praktek, hasil diskusi tersebut kemudian dipresentasikan dan kelompok

lainnya mengomentari. Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan

oleh Anik Rifatun dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak

pada objek kajian yang akan diteliti, yaitu sama-sama meneliti pada

penerapan metode cooperative script. Sedangkan perbedaannya terletak

pada jenis penelitiannya, Anik Rifatun meneliti pada jenis penelitian PTK

(Penelitian Tindakan Kelas) dengan berfokus kepada penerapan metode

cooperative script dalam pembelajaran fiqih untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa, sedangkan peneliti mengkaji dalam jenis penelitian

kualitatif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Indra Putra Jaya Kaban mahasiswa

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan tahun 2018 dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script dalam Meningkatkan

Sikap Kerjasama pada Mata Pelajaran PAI Materi Ikhlas, Sabar, dan

Pemaaf di SMP Swasta Ampera Batang Kuis”. Hasil penelitiannya


2
7

menyimpulkan, bahwasanya model pembelajaran cooperative script

berpengaruh positif terhadap sikap kerja sama siswa. Dimana dengan kerja

sama, siswa dapat memecahkan masalah dan memahami materi yang

diberikan guru dengan seksama, dengan baik. Dan dari kerja sama juga

siswa banyak belajar banyak hal, seperti saling memahami dan menerima

pendapat orang lain, dan juga berani untuk memberikan pendapat sendiri.

Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Indra Putra Jaya

Kaban dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada objek

kajian yang akan diteliti, yaitu sama-sama meneliti pada penerapan metode

cooperative script. Sedangkan perbedaannya terletak pada jenis

penelitiannya, Indra Putra Jaya Kaban meneliti pada jenis penelitian PTK

(Penelitian Tindakan Kelas) dengan berfokus kepada penerapan model

pembelajaran cooperative script dalam meningkatkan sikap kerjasama

pada mata pelajaran PAI, sedangkan peneliti mengkaji dalam jenis

penelitian kualitatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Laraswati mahasiswa Universitas

Islam Negeri Raden Intan Lampung tahun 2018 dengan judul

“Implementasi Metode Cooperative Script dalam Meningkatkan Minat

dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII A

di MTs Darul Ulum Desa Talang Way Sulan Kecamatan Way Sulan

Kabupaten Lampung Selatan T.A. 2018/2019”. Hasil penelitiannya

menyimpulkan, implementasi metode Cooperative Script dapat

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VIII A pada


28

pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Darul Ulum Desa Talang Way Sulan,

Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan T.A 2018/2019. Adapun

persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Desi Laraswati dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada objek kajian yang akan

diteliti, yaitu sama-sama meneliti pada penerapan metode cooperative script.

Sedangkan perbedaannya terletak pada jenis penelitiannya, Desi Laraswati

meneliti pada jenis penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan

berfokus kepada penerapan metode cooperative script dalam meningkatkan

minat dan hasil belajar siswa, sedangkan peneliti mengkaji dalam jenis

penelitian kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai