Pendahuluan
Pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa hendaknya mengacu pada
peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru diharapkan mampu
membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar, berupa belajar penemuan, belajar
mandiri, belajar kelompok, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya. Hasil belajar siswa
selain dipengaruhi oleh metode pembelajaran juga dipengaruhi oleh partisipasi siswa. Jika siswa
aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, maka tidak hanya aspek prestasi saja yang diraihnya
namun ada aspek lain yang diperoleh yaitu aspek afektif dan aspek sosial.
Menurut Anita Lie dalam Sukidin, Basrowi, & Suranto (2008:54), paradigma lama dimana
guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Untuk
itu guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan pokok pemikiran,
yaitu: (1) pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa, (2) siswa membangun
pengetahuan secara aktif, (3) Guru perlu mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, (4)
Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengatasi rendahnya partisipasi siswa
adalah dengan metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif menuntut semua
anggota kelompok belajar dapat saling bertatap muka sehingga siswa dapat melakukan dialog tidak
hanya dengan guru tetapi juga dengan siswa yang lain (Slavin, 2009:5).
Metode Cooperative Script menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari.
Jadi pengertian dari Metode Cooperative Script adalah Metode belajar dimana siswa bekerja
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi Pendidikan
Agama Islam yang dipelajari(Online, Media pembelajaran dikaitkan-dengan metode cooperative
script : 2012).
Menurut A’la (2011: 97), model pembelajaran cooperative script disebut juga Skrip
kooperatif adalah metode belajar di mana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Cooperative
script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin,
1994:175). Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-
fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa
untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan
hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.Model pembelajaran
Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan
jawabannya dan menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar
untuk tetap berbuat (meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model pembelajaran ini
memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan keterampilan berdiskusi,
dan siswa bisa lebih menghargai orang lain.
Model pembelajaran cooperative script ini memiliki konsep dari the acleratedlearning,
active learning, dan cooperative learning. Maka prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama
dengan prinsip-prinsip yang ada pada model pembelajaran cooperative learning, prinsip-prinsipnya
yaitu :
1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan berenag bersama.
2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping
tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Siswa harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya diantara para
anggota kelompok.
5. Siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja
sama selama belajar.
7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari
dalam kelompok kooperatif (Alit, 2002:210).
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
Model pembelajaran Cooperative Script ini. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model
pembelajaran Cooperative Script, sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai
model pembelajaran ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide,
takut dinilai teman dalam kelompoknya.Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus
sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan
waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok.Model pembelajaran ini sulit membentuk kelompok
yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.Penilaian terhadap murid atau siswapun secara
individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok.
1. Guru memulai pelajaran dan menyampaikan topik pembelajaran yang akan dipelajari.
2. Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran sesuai
Standar Kopetensi (SK) dan Kompetensi Dasar.
3. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dengan terlebih dahulu mengenal
karakteristik dari masing-masing siswa, agar dalam pembagian kelompok dapat disesuaikan dengan
kemampuan siswa sehingga mereka bisa saling melengkapi dan membantu satu sama lain. Hal ini
juga dapat mengakibatkan interaksi sosial antar siswa menjadi semakin baik, bukan hanya kepada
orang itu-itu saja.
4. Masing-masing kelompok mempelajari kegiatan yang berbeda. Setiap kelompok
mendiskusikan materi yang mereka dapatkan dan bersama-sama memecahkan materi yang belum
mereka pahami. Guru disini bertindak sebagai fasilitator.
5. Setelah siswa tersebut sudah memahami materinya masing-masing, kemudian guru
mengelompokkan kembali dengan memasangkan 1 peserta didik dari kelompok yang satu dengan
peserta nomor 1 dari kelompok lain jadi mereka akan berpasang- pasangan antara kelompok yang
satu dengan kelompok yang lain dibuat menjadi satu kelompok. Kemudian guru membagiakan
nomer kepada setiap siswa secara acak.
6. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.
7. Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan dan menjelaskan
tugas dan hasil tugasnya selengkap mungkin dan seorangnya lagi dari peserta didik sebagai
pendengar yaitu bertugas menyimak/ mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok pembahasan yang
kurang lengkap.
8. Bertukar peran, yang semula sebagi pembicara berperan sebagai pendengar dan yang
semula sebagai pendengar berperan sebagai pembicara
9. Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya/ diskusinya
dengan memanggil dari salah satu nomer siswa secara acak.
10. Diskusi kelas, semua siswa menanggapi hal-hal yang masih kurang jelas dan materi yang
belum dimengerti dan guru disini bertindak sebagai pemenengah untuk menjelaskan hal-hal yang
masih salah atau kurang tepat dan belum jelas kepada siswa.
11. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi, yaitu penjelasan kembali materi yang
masih dianggap meragukan dan kurang jelas.
12. Untuk lebih memahami materi lebih baik lagi dan mngetahui kemampuan masing-asing
siswa dalam memahami materi, guru memberikan latihan soal untuk dijawab dan didiskusikan oleh
masing-masing kelompok yang beranggotakan dua orang tersebut. Masing-masing orang siswa
harus bisa mengerjakan soal tersebut bukan hannya salah satu dari anggota kelompoknya saja,
anggota yang bisa menjelaskan kepada anggota yang belum paham. karena guru akan memanggil
nomer secara acak, bagi siswa yang disebut nomernya harus mengerjakan soal tersebut dan
menerangkannya didepan kelas. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab atau jawaban salah, maka
akan mendapatkan bintang merah yang artinya kelompok tersebut terancam kekalahan, dan apabila
jawaban yang disampaikan benar maka kelompok tersebut akan mendapatkan bintang kuning.
Kelompok yang mendapatkan bintang kuning yang paling banyak, maka kelompok tersebut menjadi
juara dan mendapat bingkisan (penghargaan kelompok) yang telah disediakan oleh gurunya, dan
sebaliknya apabila kelompok tersebut mendapatkan bintang merah terbanyak maka kelompok
tersebut kalah dan mendapatkan suatu hukuman, yaitu membersihkan kelas selama 3 hari berurut-
urut (menggantikan tugas piket). Jawaban yang salah langsung akan dijelaskan oleh guru tersebut.
Sesuai dengan pengalaman penulis yang pernah menjadi seorang siswa, pemberian hadiah dan
hukuman ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk aktif dan bersemangat dalam kegiatan
pembelajaran, karena siswa cenderung tertarik pada hal-hal yang sifatnya kompetisi. Mungkin
dalam satu kali pertemuan tidak akan cukup, ini bisa dilakukan dua kali pertemuan, pertemuan
pertama untuk pembahasan materi dan pertemuan kedua untuk latihan-latihan.
13. Guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari materi trigonometri yang telah
disampaikan dengan menggunakan model cooperative script.
14. Guru memberikan evaluasi, soal dikerjakan masing-masing oleh siswa dan tidak boleh saling
membantu.
15. Guru menutup pembelajaran.
Referensi
Alit, Mahisa. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Apa dan Bagaimana. Cirebon: SD Negeri 2 Bungko
Lor
Hasibuan, J.J, dan Mudjiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya. Bandung.
Heinich, Robert. Et.al.. 1982. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Merrill
Prentice Hall.
Jacobs, G.M., Lee, G.S, & Ball, J. 1996. Learning Cooperative Learning via Cooperative Learning: A
Sourcebook of Lesson Plans for Teacher Edu-cation on Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO
Regional Language Center.
Johnson, DW dan Johnson, RT. 1994. Learning together and alone: Cooperative, and individualistic
learning. Boston: Allyn dan Bacon.
Lungdren, L. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom. New York: McGraw Hill
Companies.
Pujiati, Irma. 2008. Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Riyanto, yatim. 2009. “Paradigma Baru Pembalajaran”. Jakarta : Kencana prenada media grup.
Slavin, Robert E. 2008. “Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (diterjemahkan dari
Cooperative Learning: theory, research and practice)”. Bandung : Nusa Media.
Tampomas, Husain. 2003. “Sukses Ulangan dan Ujian Trigonomerti untuk SMU dan Sederajat”.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/21/model-pembelajaran-cooperative-
script/#:~:text=Metode%20cooperative%20script%20merupakan%20metode,sama%20dalam
%20mencapai%20tujuan%20bersama.&text=Metode%20Cooperative%20Script%20menurut
%20Departemen,bagian%2Dbagian%20materi%20yang%20dipelajari.