Anda di halaman 1dari 9

 

 Pendahuluan

Pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa hendaknya mengacu pada
peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru diharapkan mampu
membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar, berupa belajar penemuan, belajar
mandiri, belajar kelompok, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya. Hasil belajar siswa
selain dipengaruhi oleh metode pembelajaran juga dipengaruhi oleh partisipasi siswa. Jika siswa
aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, maka tidak hanya aspek prestasi saja yang diraihnya
namun ada aspek lain yang diperoleh yaitu aspek afektif dan aspek sosial.

Menurut Anita Lie dalam Sukidin, Basrowi, & Suranto (2008:54), paradigma lama dimana
guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Untuk
itu guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan pokok pemikiran,
yaitu: (1) pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa, (2) siswa membangun
pengetahuan secara aktif, (3) Guru perlu mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, (4)
Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengatasi rendahnya partisipasi siswa
adalah dengan metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif menuntut semua
anggota kelompok belajar dapat saling bertatap muka sehingga siswa dapat melakukan dialog tidak
hanya dengan guru tetapi juga dengan siswa yang lain (Slavin, 2009:5).

B.    Pengertian Cooperative Script

Pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu bentuk atau model metode


pembelajaran kooperatif. Dalam perkembangan pembelajaran Cooperative Script telah mengalami
banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya, namun pada intinya sama. Beberapa pengertian
pembelajaran Cooperative Script diantaranya Cooperative Script adalah skenario pembelajaran
kooperatif (Danserau dalam Hadi, 2007). Pembelajaran Cooperative Script adalah pembelajaran
yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya
sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas (Schank
dan Abelson dalam Hadi, 2007). Ahli lain mengatakan bahwa model belajar Cooperative
Script adalah model belajar dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Jadi model pembelajaran Cooperative
Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan
materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya
sejenak dan memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar
yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
dalam meteri yang ada secara bergantian sesama pasangan masing-masing (Alit, 2002:203).

Pembelajaran Cooperative Script adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru dengan


siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi. Berdasarkan pengertian-pengertian
yang diungkapkan diatas antara satu dan lainnya dengan maksud yang sama yaitu terjadi suatu
kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahkan
suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara yang kolaboratif seperti halnya
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial siswa (Brousseau dalam Hadi, 2007).
Metode cooperative script merupakan metode pembelajaran yang mengembangkan upaya kerja
sama dalam mencapai tujuan bersama. Pada metode pembelajaran cooperative script siswa akan
dipasangkan dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar. Pembicara
membuat kesimpulan dari materi yang akan disampaikan kepada pendengar dan pendengar akan
menyimak, mengoreksi, menunjukkan ide-ide pokok.

Metode Cooperative Script menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari.
Jadi pengertian dari Metode Cooperative Script adalah Metode belajar dimana siswa bekerja
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi Pendidikan
Agama Islam yang dipelajari(Online, Media pembelajaran dikaitkan-dengan metode cooperative
script : 2012).

Menurut A’la (2011: 97), model pembelajaran cooperative script disebut juga Skrip
kooperatif adalah metode belajar di mana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Cooperative
script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin,
1994:175). Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-
fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran Cooperative Script berpijak pada faham konstruktivisme, pada pembelajran


ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang
dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan,
diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan
konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar
interaksi dominant siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran Cooperative
Script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan
keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang
dikembangkan saat ini.

Model pembelajaran cooperative script dalam perkembangannya mengalami banyak


adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Beberapa pendapat para ahli mendefinisikan model pembelajaran
cooperative script yang dirangkum Alit (2002:204) dari beberapa sumber yaitu :
1. Model pembelajaran cooperative script menurut Dansereau dalam Slavin (1994) adalah
skenario pembelajaran kooperatif. Artinya setiap siswa mempunyai peran dalam saat
diskusi berlangsung.
2. Pembelajaran Cooperative Script menurut Schank dan Abelson dalam Hadi (2007:18)
adalah pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa sepertiilustrasi kehidupan
sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu,dalam keluarga, kelompok
masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.
3. Brousseau dalam Hadi (2007:18) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan model
pembelajaran cooperative script adalah secara tidak langsung terdapat kontrak belajar
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi.

Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk


menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu permasalahan), daya berfikir
kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru  yang diyakininya
benar.Model pembelajaran ini  mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya
lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari
siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan
ide temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa
yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa
untuk mencapai hasil akademik  dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan
hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.Model pembelajaran
Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan
jawabannya dan menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar
untuk tetap berbuat (meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model pembelajaran ini
memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan keterampilan berdiskusi,
dan siswa bisa lebih menghargai orang lain.

Cooperative Script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan


bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Agus Suprijono,
2009:126).Langkah-pertama dalaam pembelajaran Cooperative Script yaituguru membagi siswa
untuk berpasangan.Selanjutnya guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar. Sementara pembicara membacakan script,
pendengar menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap. Langkah
selanjutnya bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya.Setelah pembacaan script selesai, guru dan siswa melakukan diskusi kelas untuk
membahas materi yang telah mereka pelajari.Siswa saling berinteraksi bertanya, menjawab,
mengemukakan pendapat, menyanggah, dan sebagainya sementara guru memimpin diskusi kelas.

C.   Manfaat Pembelajaran Cooperative Script

Dari hasil penelitian, banyak mengungkapkan manfaat pembelajaran Cooperative Script.


Danserau dalam Hadi (2007) menyatakan bahwa pembelajaran Cooperative Script dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat mempelajari materi yang lebih banyak dari siswa
yang belajar sendiri. Noreen Web dalam Hadi (2007) bahwa siswa memperoleh sesuatu yang lebih
dari aktivitas kooperatif lain yang diberikan penjelasan secara rinci. Spurlin dalam Hadi (2007) siswa
juga mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya.

Berdasarkan manfaat pembelajaran Cooperative Script yang diungkapkan para ahli


tersebut dapat dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan manfaat pembelajaran Cooperative
Script antara lain:
1.   Bekerja sama dengan orang lain bisa membantu siswa mengerjakan tugas-tugas yang
dirasakan sulit
2.    Dapat membantu ingatan yang terlupakan pada teks
3.   Dengan mengidentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi dapat membantu ingatan dan
pemahaman
4.    Memberikan kesempatan siswa membenarkan kesalahpahaman
5.    Membantu siswa menghubungkan ide-ide pokok materi dengan kehidupan nyata
6.    Membantu penjelasan bagian bacaan secara keseluruhan
7.    Memberikan kesempatan untuk mengulangi untuk membantu mengingat kembali
Berdasarkan manfaat pembelajaran Cooperative Script yang diungkapkan para ahli
tersebut dapat dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan manfaat pembelajaran Cooperative
Script antara lain:
1.   Dapat meningkatkan keefektifan pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini bahwa materi yang
terlalu luas cakupannya dapat dibagikan siswa untuk mempelajarinya melalui kegiatan diskusi,
membuat rangkuman, menganalisis materi baik yang berupa konsep maupun aplikasinya
2.  Dapat memperluas cakupan perolehan materi pembelajaran, karena siswa akan mendapatkan
transfer informasi pengetahuan dari pasangannya untuk materi yang tidak dipelajarinya di kelas
3.   Dapat melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik, dalam menganalisis, merangkum, dan
melalui kegiatan diskusi siswa akan terlatih menggunakan kemampuan berpikir kritisnya untuk
memperoleh pengetahuan melalui pembelajaran yang dirancang pada Cooperative Script

Dengan mempertimbangkan manfaat dan karakteristik metode pembelajaran Cooperative


Script dengan karakteristik isi materi sistem ekskresi, sangat sesuai bila dipadukan dalam suatu
pembelajaran menggunakan strategi Cooperative Script.

D.   Langkah-Langkah Pelaksanaan Cooperative Script

Dari berbagai adaptasi pembelajaran Cooperative Script telah memperlihatkan variasi


tahapan-tahapan pada pembelajaran Cooperative Script, tetapi tidak menjadi suatu perbedaan yang
berarti. Berdasarkan variasi tahapan-tahapan tersebut juga banyak memunculkan sebutan-sebutan
strategi pembelajaran Cooperative Script, diantaranya adalah MURDER Script (Mood, Understand,
Recall, Detect, Elaborate, Review) (Jacobs, dkk, 1996).
1. Mood merupakan tahap kesepakatan untuk menentukan aturan yang digunakan dalam
berkolaborasi, misalnya memberikan isyarat jika terjadi kesalahan dalam
menyampaikan ide-ide pokok seperti menepuk bahu atau dengan isyarat suara atau
dengan yang lainnya
2. Understand merupakan tahap membaca untuk memahami isi teks dalam waktu tertentu
3. Recall merupakan tahap membuat ringkasan ide-ide pokok dari materi, dan selanjutnya
menyampaikan kepada pasangannya
4. Detect merupakan menemukan kesalahan dari ringkasan dan penyampaian
pasangannya
5.  Elaborate merupakan tahap menguraikan hasil ringkasan materi dari peserta didik
kepada pasangannya
6. Review merupakan tahap kedua pasangan mencari hubungan ide-ide pokok materi
dengan kehidupan nyata siswa, ide lain yang pernah dipelajari, pendapat tentang
materi, dan reaksi emosional atau respon terhadap ide-ide pokok materi.

Selain itu ada yang menyebut Cooperative Script dengan sebutan SUMMER Script (Set


the mood, Understand by reading silently,Mention the main ideas, Monitor the summary, Elaborate,
and Review) (Hythecker, dkk dalam Hadi, 2007). Selanjutnya Danserau dalam Hadi (2007)
menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran Cooperative Script sebagai berikut.
1.  Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasannya
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-
ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak mengoreksi
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal
ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya
6.  Guru membantu siswa menyusun kesimpulan

E.   Prinsip Model Pembelajaran Cooperative Script

Model pembelajaran cooperative script ini memiliki konsep dari the acleratedlearning,
active learning, dan cooperative learning. Maka prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama
dengan prinsip-prinsip yang ada pada model pembelajaran cooperative learning, prinsip-prinsipnya
yaitu :
1.  Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan berenag bersama.
2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping
tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.  Siswa harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4.  Siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya diantara para
anggota kelompok.
5.  Siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6.  Siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja
sama selama belajar.
7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari
dalam kelompok kooperatif (Alit, 2002:210).

F.   Kelebihan Dan Kelemahan Dari Model Pembelajaran Cooperative Script

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
Model pembelajaran Cooperative Script ini. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model
pembelajaran Cooperative Script, sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai
model pembelajaran ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide,
takut dinilai teman dalam kelompoknya.Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus
sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan
waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok.Model pembelajaran ini sulit membentuk kelompok
yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.Penilaian terhadap murid atau siswapun secara
individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok.

Kelebihan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah, a) melatih


pendengaran, ketelitian/kecermatan, b) setiap siswa mendapatkan peran, c) melatih
mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan (A’la, 2011: 98). Sedangkan menurut Istarani
(2011). Adapun kelemahan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah a) hannya
digunakan untuk mata pelajaran tertentu, dan b) hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan
seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada dua orang tersebut) (A’la, 2011: 98).

G.   Pelaksanaan Model Pembelajaran Cooperative Script

Langkah-langkah aplikasi dari model pembelajaran cooperative script adalah sebagai


berikut :

1. Guru memulai pelajaran dan menyampaikan topik pembelajaran yang akan dipelajari.
2. Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran sesuai
Standar Kopetensi (SK) dan Kompetensi Dasar.
3. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dengan terlebih dahulu mengenal
karakteristik dari masing-masing siswa, agar dalam pembagian kelompok dapat disesuaikan dengan
kemampuan siswa sehingga mereka bisa saling melengkapi dan membantu satu sama  lain. Hal ini
juga dapat mengakibatkan interaksi sosial antar siswa menjadi semakin baik, bukan hanya kepada
orang itu-itu saja.
4. Masing-masing kelompok mempelajari kegiatan yang berbeda. Setiap kelompok
mendiskusikan materi yang mereka dapatkan dan bersama-sama memecahkan materi yang belum
mereka pahami. Guru disini bertindak sebagai fasilitator.
5. Setelah siswa tersebut sudah memahami materinya masing-masing, kemudian guru
mengelompokkan kembali dengan memasangkan 1 peserta didik dari kelompok yang satu dengan
peserta nomor 1 dari kelompok lain jadi mereka akan berpasang- pasangan antara kelompok yang
satu dengan kelompok yang lain dibuat menjadi satu kelompok. Kemudian guru membagiakan
nomer kepada setiap siswa secara acak.
6. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.
7. Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan dan menjelaskan
tugas dan hasil tugasnya selengkap mungkin dan seorangnya lagi dari peserta didik sebagai
pendengar yaitu bertugas menyimak/ mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok pembahasan yang
kurang lengkap.
8. Bertukar peran, yang semula sebagi pembicara berperan sebagai pendengar dan yang
semula sebagai pendengar berperan sebagai pembicara
9. Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya/ diskusinya
dengan memanggil dari salah satu nomer siswa secara acak.
10. Diskusi kelas, semua siswa menanggapi hal-hal yang masih kurang jelas dan materi yang
belum dimengerti dan guru disini bertindak sebagai pemenengah untuk menjelaskan hal-hal yang
masih salah atau kurang tepat dan belum jelas kepada siswa.
11. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi, yaitu penjelasan kembali materi yang
masih dianggap meragukan dan kurang jelas.
12. Untuk lebih memahami materi lebih baik lagi dan mngetahui kemampuan masing-asing
siswa dalam memahami materi, guru memberikan latihan soal untuk dijawab dan didiskusikan oleh
masing-masing kelompok yang beranggotakan dua orang tersebut. Masing-masing orang siswa
harus bisa mengerjakan soal tersebut bukan hannya salah satu dari anggota kelompoknya saja,
anggota yang bisa menjelaskan kepada anggota yang belum paham. karena guru akan memanggil
nomer secara acak, bagi siswa yang disebut nomernya harus mengerjakan soal tersebut dan
menerangkannya didepan kelas. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab atau jawaban salah, maka
akan mendapatkan bintang merah yang artinya kelompok tersebut terancam kekalahan, dan apabila
jawaban yang disampaikan benar maka kelompok tersebut akan mendapatkan bintang kuning.
Kelompok yang mendapatkan bintang kuning yang paling banyak, maka kelompok tersebut menjadi
juara dan mendapat bingkisan (penghargaan kelompok) yang telah disediakan oleh gurunya, dan
sebaliknya apabila kelompok tersebut mendapatkan bintang merah terbanyak maka kelompok
tersebut kalah dan mendapatkan suatu hukuman, yaitu membersihkan kelas selama 3 hari berurut-
urut (menggantikan tugas piket). Jawaban yang salah langsung akan dijelaskan oleh guru tersebut.
Sesuai dengan pengalaman penulis yang pernah menjadi seorang siswa, pemberian hadiah dan
hukuman ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk aktif dan bersemangat dalam kegiatan
pembelajaran, karena siswa cenderung tertarik pada hal-hal yang sifatnya kompetisi. Mungkin
dalam satu kali pertemuan tidak akan cukup, ini bisa dilakukan dua kali pertemuan, pertemuan
pertama untuk pembahasan materi dan pertemuan kedua untuk latihan-latihan.
13. Guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari materi trigonometri yang telah
disampaikan dengan menggunakan model cooperative script.
14. Guru memberikan evaluasi, soal dikerjakan masing-masing oleh siswa dan tidak boleh saling
membantu.
15. Guru menutup pembelajaran.

Referensi

A’la, Miftahul. 2011. “Quantum Teaching”. Yogyakarta : Diva press.

Alit, Mahisa. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Apa dan Bagaimana. Cirebon: SD Negeri 2 Bungko
Lor

Hadi, Sutrisno. 2007. Statistik. Yogyakarta: Andi.

Hasibuan, J.J, dan Mudjiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya. Bandung.

Heinich, Robert. Et.al.. 1982. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Merrill
Prentice Hall.

Hudojo, Herman. 1998. Pembelajaran Matematika menurut pandangan konstruktivistik. Makalah


disampaikan pada Seminar Nasional Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika
dalam Menghadapi Era Globalisasi, PPS IKIP MALANG, 4 April.

Isjoni, Msi. 2009. Cooperative Learning. Bandung: ALFABETA.


Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada.

Jacobs, G.M., Lee, G.S, & Ball, J. 1996. Learning Cooperative Learning via Cooperative Learning: A
Sourcebook of Lesson Plans for Teacher Edu-cation on Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO
Regional Language Center.

Johnson, DW dan Johnson, RT. 1994. Learning together and alone: Cooperative, and individualistic
learning. Boston: Allyn dan Bacon.

Komalasari Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas.


PT Grasindo.

Lungdren, L. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom. New York: McGraw Hill
Companies.

Pujiati, Irma. 2008. Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD

Ratumanan, T. G. 2002. Model Pembelajaran Interaktif dengan Setting Kooperatif. Surabaya: PPS


Universitas Surabaya.

Riyanto, yatim. 2009. “Paradigma Baru Pembalajaran”. Jakarta : Kencana prenada media grup.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon.

Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology: Theory and Practice . Third Edition.Massachusetts:


Allyn and Bacon.

Slavin, Robert E. 2008. “Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (diterjemahkan dari
Cooperative Learning: theory, research and practice)”. Bandung : Nusa Media.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning.Bandung: Nusa Media.


Sukidin, Basrowi, dan Suranto, 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan
Cendekia

Tampomas, Husain. 2003. “Sukses Ulangan dan Ujian Trigonomerti untuk SMU dan Sederajat”.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/21/model-pembelajaran-cooperative-
script/#:~:text=Metode%20cooperative%20script%20merupakan%20metode,sama%20dalam
%20mencapai%20tujuan%20bersama.&text=Metode%20Cooperative%20Script%20menurut
%20Departemen,bagian%2Dbagian%20materi%20yang%20dipelajari.

Hadi Susanto, Mei 2013

Anda mungkin juga menyukai