Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MODEL PEMBELAJARAN

“PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL”

OLEH:

KELOMPOK 3

 ACHMAD GUNAWAN (20500117031)


 ANDI ASTARI (20500117013)
 ERA FASIRA (20500117018)
 SUTRANINGSI (20500117006)
 WIRANTI (20500117011)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2019
1. Latar Belakang

Manusia dalam memperoleh pengetahuan diantaranya adalah melalui


panca indra. Dengan begitu manusia akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang
sifatnya kongkrit. Walaupun manusia mampu untuk belajar sesuatu yang bersifat
abstrak, namun sekali lagi bahwa ia akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang
dapat ia amati secara langsung dalam kehidupannya. Model pembelajaran
kontekstual dibentuk dengan melibatkan peserta didik mengalami dan
menerapkan apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia
nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai
anggota keluarga, masyarakat, warga negara, dan tenaga kerja.
Model pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada pembelajaran
dengan model siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya tanpa dominasi
transfer ilmu dari guru. Guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Peserta didik membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal melalui proses interaksi sosial dan asimilasi-akomodasi. Dengan begitu
siswa diharapkan akan menjadi terampil dalam memecahkan sendiri segala
persoalan dalam kehidupannya kelak.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang megkaitkan
materi pembelajaran dengan dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Tujuan
dari penerapan model pembelajaran ini adalah untuk memotivasi siswa dalam
memahami materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari baik itu konteks pribadi,
sosial dan kultural. Adapun tujuh komponen utama pembelajaran yakni
kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry),
masyarakat belajar ( learning community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian autentik (authentic assesment).
2. Hasil belajar Pembelajaran
1) Meningkatkan hasil belajar pembelajar.
2) Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi
kesempatan kepada setiap pembelajar untuk berinteraksi dan beradaptasi
dengan teman satu tim untuk mencerna materi pelajaran.
3) Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif
dapat membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang
rasa, serta mempunyai rasa andil terhadap keberhasilan tim.
4) Menumbuhkan realisasi kebutuhan pembelajar untuk belajar berpikir,
belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti
pemahaman yang rumit, pelaksanaan kajian proyek, dan latihan
memecahkan masalah.
5) Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
6) Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
7) Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk
menerapkannya.
3. Landasan Teori dan Empiris

Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil


yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama. Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok
kecil sehingga pembelajar bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan
belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain (Anitah W. :2009:3.7).
Menurut teori motivasi, bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat
pembelajar melakukan kegiatan merupakan motivasi dalam pembelajaran
kooperatif. Struktur tujuan kooperatif menciptakan suatu situasi bahwa tujuan
pribadi dapat tercapai hanya apabila kelompok itu berhasil. Sebelum pembelajaran
kooperatif diterapkan, pembelajar perlu mengetahui keterampilan-keterampilan
kooperatif yang akan digunakan bekerja dalam tim.
a. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
1) Membantu pembelajar untuk mencapai hasil belajar optimal dan
mengembangkan keterampilan sosial pembelajar.
2) Mengajarkan keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.
3) Memberdayakan pembelajar kelompok atas sebagai tutor sebaya bagi
kelompok bawah.
b. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
8) Meningkatkan hasil belajar pembelajar.
9) Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi
kesempatan kepada setiap pembelajar untuk berinteraksi dan beradaptasi
dengan teman satu tim untuk mencerna materi pelajaran.
10) Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif
dapat membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang
rasa, serta mempunyai rasa andil terhadap keberhasilan tim.
11) Menumbuhkan realisasi kebutuhan pembelajar untuk belajar berpikir,
belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti
pemahaman yang rumit, pelaksanaan kajian proyek, dan latihan
memecahkan masalah.
12) Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
13) Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
14) Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk
menerapkannya.
c. Prinsip Utama Model Pembelajaran Kooperatif
secara sederhana pembelajaran kooperatif merupakan metode
pembelajaran di mana kelompok kecil dari peserta didik yang berbeda tingkat
kemampuan menggunakan beragam aktivitas belajar untuk memperbaiki
pemahaman tentang subjek. Menurut Johnson dan Johson dalam Yaumi (2014)
model kooperatif menekankan pada lima elemen penting dalam menciptakan
kondisi belajar kooperatif yaitu positive interdepence, individual accountability,
face to face, promotive interaction, appropriate use of collaborative skills, group
processing saling ketergantungan positif. Anggota tim masing-masing memiliki
bagian tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan bersama. Tugas
tersebut tergantug dari tugas anggota lain sehingga jika salah satu dari anggota
yang ada gagal menyelesaikannya.

1) Kesamaan tujuan. Tujuan yang sama pada pembelajar dalam kelompok


membuat kegiatan belajar lebih kooperatif.
2) Ketergantungan positif. Beberapa pembelajar direkrut sebagai anggota
kelompok karena kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja
sama. Ketergantungan antara individu-individu dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu:
a) Beri anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk pengamat,
peningkat, penjelas atau perekam. Dengan cara ini, tiap individu memiliki
tugas khusus dan kontribusi tiap kelompok diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas.
b) Bagilah tugas menjadi sub-sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas. Setiap anggota kelompok diberi subtugas. Input diperlukan
oleh seluruh anggota kelompok.
c) Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-individu.
Pembelajar dapat bekerja berpasangan dengan penilaian tiap pasangan dengan
penilaian tiap pasangan.
d) Stuktur tujuan kooperatif dan kompetitif dapat dikoordinasikan dengan
menggunakan kelompok belajar kooperatif, menghindari pertentangan satu
sama lain.
e) Ciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerja bersama untuk
membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi.
Perbedaan antara belajar kooperatif dengan belajar kelompok dapat dilihat
pada tabel berikut.
Belajar Kooperatif Belajar Kelompok
Memiliki beragam model dan teknik Hanya memiliki satu model, yaitu
beberapa siswa tergabung dalam satu
kelompok
Memiliki struktur, jumlah, dan teknik Memiliki satu cara, aitu
tertentu menyelesaikan tugas tertentu
bersamasama
Mengaktifkan semua anggota Menimbulkan gejala ketergantungan
kelompok untuk berperan serta dalam antar anggota kelompok
penyelesaian tugas tertentu
Belajar kooperatif menggalang Sangat tergantung dari niat baik setiap
potensi sosialisasi di antara anggota kelompok
anggotanya
d. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
1) Kelompok dibentuk dari pembelajar yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah
2) Jika memungkinkan, setiap anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin yang berbeda.
3) Pembelajar belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
4) Penghargaan lebih beorientasi kelompok daripada individual.
a. Sistem Penilaian dan Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dirancang sebagai penilaian otentik
yang tidak hanya menilai dan mengevaluasi prestasi akademik, tetapi juga
menilai kerjasama, penampilan keterampilan kooperatif, dan lain-lain.
Penilaian ini mutlak membutuhkan rubrik yang lengkap dengan rincian
indikator yang memungkinkan terlaksananya penilaian dengan derajat
objektivitas seoptimal mungkin.
b. Keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif
Keterampilan yang dimiliki pembelajar dalam mengikuti pembelajaran
kooperatif antara lain:
1) Tingkat awal: menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi,
menggunakan suara pelan, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada
dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang
orang lain berbicara, menyelesaikan tugas tepat waktu, menyebutkan nama
dan memandang pembicara, mengatasi gangguan, menolong tanpa
memberi jawaban, menghormati perbedaan individu.
2) Tingkat menengah: menunjukkan penghargaan dan simpati, menggunakan
pesan saya, mengungkapkan tidak setuju dengan cara yang dapat diterima,
mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan,
mengatur dan mengorganisir, memeriksa ketepatan, menerima tanggung
jawab, menggunakan kesabaran, tetap tenang.
3) Tingkat mahir: mengelaborasi, memeriksa secara cermat, menanyakan
kebenaran, menganjurkan posisi, menetapkan tujuan berkompromi,
menghadapi masalah-masalah khusus.
c. Sintaks model pembelajaran kooperatif
Fase Indikator Aktivitas Pendidik

Ke-
1. Menyampaikan tujuan dan Pendidik menyampaikan tujuan
memotivasi pembelajar pembelajaran (standar kompetensi) yang
ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi pembelajar belajar.
2. Menyajikan informasi Pendidik menyajikan informasi kepada
pembelajar dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan.
3. Mengorganisasikan Pendidik menjelaskan kepada pembelajar
pembelajar ke dalam
bagaimana cara membentuk kelompok
kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
belajar melakukan perubahan yang efisien.
4. Membimbing kelompok
Pendidik membimbing kelompok-kelompok
bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
dalam hal menggunakan keterampilan
kooperatif.
5. Evaluasi Pendidik mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok menyajikan hasil kerjanya.
6. Memberikan penghargaan Pendidik memberikan cara-cara untuk
menghargai, baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompok.

d. Lingkungan Belajar Model Pembelajaran Kooperatif


Lingkungan belajar dicirikan oleh lingkungan demokratis dan peranan
aktif pembelajar dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara
mempelajarinya.
Lingkungan belajar untuk dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif adalah:
1) Metode : metode mengajar yang dapat digunakan
adalah penemuan, inkuiri, pemecahan masalah, atau
pemberian tugas melalui kontekstual atau open ended.
2) Media : buku pembelajar, LKS
3) Peralatan/bahan : sesuai dengan materi
4) Prasarana/sarana: kelas yang dapat digunakan untuk diskusi kelompok.
e. Sistem Manajemen Model Pembelajaran Kooperatif
1) Pendidik membagi pembelajar dalam kelompok kecil 4-5 orang/kelompok.
2) Pendidik menjelaskan prosedur, kerja kelompok.
3) Pendidik membimbing kelompok jika diperlukan dan memonitor semua
kegiatan pembelajar.
4) Materi pembelajaran seperti buku dan LK harus tersedia.
5) Pendidik memberikan kuis pada setiap akhir pokok bahasan secara
individual.
6) Pendidik memberikan penghargaan pada kelompok yang berhasil.
f. Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif
1) Memerlukan waktu yang cukup bagi pembelajar untuk bekerja dalam tim.
2) Memerlukan latihan agar pembelajar terbiasa belajar dalam tim.
3) Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan
pembahasan materi ajar, materi ajar harus dipilih sebaik-baiknya agar
sesuai dengan misi belajar kooperatif.
4) Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.
5) Memerlukan kemampuan khusus bagi pendidik untuk mengkaji berbagai
teknik pelaksanaan belajar kooperatif.

4. Merencanakan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran

Nama Sekolah : SMP Bina Ilmu

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : VIII/Genap


Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit

Standar Kompetensi

Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta


menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar

Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas.

Indikator

 Menemukan rumus luas permukaan balok


 Menghitung luas permukaan balok

Tujuan Pembelajaran

 Siswa dapat menemukan luas permukaan balok


 Siswa dapat menghitung luas permukaan balok

Materi pembelajaran

Bangun ruang sisi datar : Luas Permukaan Balok

Model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL)

Langkah-langkah pembelajaran

Langkah-langkah Aktivitas
No pembelajaran dengan waktu
pendekatan CTL Guru Siswa

1. Guru menyampaikan Kegiatan 5 menit


Kegiatan pendahuluan
kompetensi yang ingin pendahuluan
dicapai
-Mengingatkan kembali materi
sebelumnya, yaitu bagian-
bagian balok

-Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi
siswa untuk belajar

-merespon apersepsi dari guru

-bertanya jika ada yang belum


dimengerti bila materi
sebelumnya belum dimengerti

Kegiatan
Kegiatan pendahuluan
pendahuluan

Guru membagikan LKS


dimana pada LKS tersebut
Memulai pelajaran sudah diajukan masalah
dengan mengajukan kontekstual yang mengarah ke
2 luas permukaan benda yang 5 menit
masalah yang riil bagi
siswa berbentuk balok

Siswa termotivasi dan berfikir


alternatif penyelesaian
masalah kontekstual tersebut

Kegiatan inti Kegiatan inti

Guru membimbing siswa


untuk menemukan rumus luas
permukaan balok melalui LKS
siswa
Siswa mengembangkan
Guru berkeliling kelas untuk
atau menciptakan model-
mengamati, memotivasi, dan
model matematis 15
3 membantu kelompok siswa
simbolik secara informal menit
yang mengalami kesulitan
terhadap persoalan atau
masalah yang diajukan Siswa berdiskusi dalam
kelompok masing-masing
untuk menyelesaikan masalah
kontekstual

Siswa bertanya jika


mengalami kesulitan

4. Presentasi hasil diskusi 10


menit
-Guru memilih beberapa
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusinya

-Siswa yang terpilih


mempresentasikan hasil
diskusi

-Siswa lain menanggapi


setuju atau tidak setuju

Penjelasan materi

-Guru meluruskan
beberapa jawaban siswa
yang kurang tepat

-Guru menjelaskan
materi luas permukaan 10
5. balok menit
-siswa memperhatikan
penjelasan guru

-Bertanya jika belum


mengerti

Latihan

-Guru memberikan soal


latihan yang ada didalam
LKS secar berkelompok 20
6.
menit
-siswa mengerjakan soal
latihan yang ada di
dalam LKS secara
berkelompok

Salah satu
Membahas soal latihan siswa
mewakili
-Guru memilih kelompok kelompoknya
7. secara acak untuk 5 menit
untuk
menliskan jawaban menuliskan
kelompoknya hasil kerja
kelompoknya

8. Penutup Kegiatan akhir Kegiatan akhir 20


menit
-Guru memberikan kuis akhir,
untuk melihat tingkat
penalaran siswa secara
individu terhadap materi luas
permukaan balok

-Guru membimbing siswa


untuk menyimpulkan
mengenai luas permukaan
balok dan cara menghitung
luas permukaan balok
-Siswa diberikan PR

-Siswa mengerjakan kuis


secara individu

-Siswa dengan bimbingan


guru menyimpulkan rumus
luas permukaan balok dan cara
menghitungnya

Alat dan sumber belajar


Alat: Model balok dan jaring-jaring balok
Sumber belajar: Matematika untuk kelas VIII SMP
5. Melaksanakan Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Menciptakan masyarakat belajar.
e. Menghadirkan model sebagia contoh belajar.
f. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
g. Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Menurut E. Mulyasa, sedikitnya ada lima elemen yang harus diperhatikan


dalam pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:
a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
peserta didik.
b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya
secara khusus (dari umum ke khusus).
c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: menyusun
konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan
tanggapan dari orang lain, dan merevisi dan mengembangkan konsep.
d. Pembelajaran ditekankan pada upaya nmempraktikkan secara langsung
apa-apa yang dipelajari.
e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan
pengetahuan yang dipelajari.
Oleh karena itu, program pembelajaran kontekstual hendaknya:
a. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan
kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi
pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar.
b. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.
c. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan
digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
d. Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan
siswa dalam melakukan proses pembelajarannya.
e. Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada
kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat
berlangsungnya proses maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.

6. Mengelola Lingkungan Pembelajaran


Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi
siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri
(learning to do), dan bahkan tidak hanya sekedar pendengar yang pasif
sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Dengan
demikian pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan
pengalaman atau dunia nyata (real world learning), berfikir tingkat tinggi,
berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa
bekajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan (joyfull and quantum
learning), dan menggunakan berbagai sumber belajar.
Model pembelajaran kontekstual mengacu pada sejumlah prinsip dasar
pembelajaran. Menurut Ditjen Dikdasmen Depdiknas 2002, dalam Gafur (2003:
2) menyebutkan bahwa kurikulum dan pembelajaran kontekstual perlu didasarkan
pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Keterkaitan, relevansi (relation). Proses belajar hendaknya ada keterkaitan
dengan bekal pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada
diri siswa.
b. Pengalaman langsung (experiencing). Pengalaman langsung dapat
diperoleh melalui kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventory,
investigasi, penelitian dan sebagainya. Experiencing dipandang sebagai
jantung pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran akan berlangsung
cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan,
memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan
penelitian yang lain secara aktif.
c. Aplikasi (applying). Menerapkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang
dipelajari dalam kelas dengan guru, antara siswa dengan narasumber,
memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi
pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual.
d. Alih pengetahuan (transferring). Pembelajaran kontekstual menekankan
pada kemampuan siswa untuk mentransfer situasi dan konteks yang lain
merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari pada sekedar hafal.
e. Kerja sama (cooperating). Kerjasama dalam konteks saling tukar pikiran,
mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama
siswa, antara siswa.
f. Pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang telah dimiliki pada
situasi lain.
Berdasarkan uraian diatas, prinsip-prinsip tersebut merupakan bahan
acuan untuk menerapkan model kontekstual dalam pembelajaran. Implementasi
model pembelajaran kontekstual lebih mengutamakan strategi pembelajaran dari
pada hasil belajar, yakni proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari
guru ke siswa.
7. Penilaian dan Evaluasi
Adapun metode penilaian dalam pembelajaran kontekstual adalah:
a. Diskusi: kemampuan siswa berbicara, mengemukakan ide dsb.
b. Wawancara: kemampuan siswa dalam memahami konsep dan
kedalamannya
c. Paper &pencil test: berbagai jenis tes dengan tingkat pemikiran yang
tinggi
d. Observasi: menilai sikap dan perilaku siswa
e. Demonstrasi: kemampuan mentransformasikan ide-ide ke dalam sesuatu
yang konkret yang dapat diamati melalui penglihatan, pendengaran, seni,
drama, pergerakan dan atau musik.
8. Daftar Referensi
Hamdayana, Jumanta. 2015. Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan
Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hasnawati. 2006. Pendekatan Contextual Teaching Learning Hubungannya
dengan Evaluasi apaembelajaran. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. 3 (1)
Hasibuan, Idrus. 2014. Model Pembelajaran CTL. Logaritma.2 (1).
Hutagaol, Kartini. 2013. Pembelajaran Kontekstual untuk Menigkatkan
Kemampuan Representasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIPM Siliwangi Bandung. 2
(1)
Jumadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya. Jawa Tengah:
FMIPA UNY.
Kadir, Abdul. 2013. Konsep Pembelajaran Kontekstual di Sekolah. Dinamika
Ilmu. 13 (3).
Lilia, Lili & Antonius Tri Widodo. Implementasi Pembelajaran Kontekstual.
Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Santoso, Erik. 2017. Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Cakrawala. 3(1).
Setiawan, I Gusti Nyoman. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Laboratorium
Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. 2 (1).

Anda mungkin juga menyukai