Anda di halaman 1dari 36

KELOMPOK 6

STRATEGI PEMBELAJARAN
ASRI SITI NURBAYA
FIERLIN SARIANI HUTAGAOL
KAMILA SIMANJUNTAK
LERISSA MANURUNG
MANJA TAMBUNAN
STARTEGI PEMBELAJARAN DI SD

MODUL 3
 KB 1
 MODEL-MODEL BELAJAR

 KB 2
 RUMPUN MODEL MENGAJAR
A. BELAJAR KOLABORASI (COLLABORATIVE LEARNING)

1. HAKIKAT BELAJAR KOLABORATIF


Belajar kolaboratif bukan sekedar bekerja sama antar siswa
dalam suatu kelompok biasa, tetapu suatu kegiatan belajar dikatakan
kolaboratif apabila dua orang atau lebih bekerja bersama, memecahkan
masalah bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Dua unsur yang
penting dalam belajar kolaboratif adalah (1) adanya tujuan yang sama,
dan (2) ketergantungan yang positif.
Dalam menerapkan belajar kolaboratif ini, anda harus
memperhatikan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a. Mengajarkan keterampilan kerja sama, mempraktikkan, dan balikan
diberikan dalam hal seberapa baik keterampilan-keterampilan
digunakan.
b. Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yang
kohesif.
c. Individu-individu diberi tanggung jawab untuk kegiatan belajar dan
prilaku masing-masing.
2. MANFAAT BELAJAR KOLABORATIF
a. meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena interaksi dalam
kelompok merupakan faktor berpengaruh terhadap penguasaan konsep.
b. Pelajar belajar memecahkan masalah bersama dalamkelompok.
c. Memupuk rasa kebersamaan antar siswa, setiap inividu tidak dapat
lepas dari kelompoknya, mereka perlu mengenali sifat, pendapat yang
berbeda dan mampu mengelolahnya. Selain itu hakikat manusia sebagai
makhluk sosial mereka tidak dapat menyendiri melainkan memerlukan
orang lain dalam hidupnya.
d. Menigkatkan keberanian memuncukan ide atau pendapat untuk
pemecahan masalah bagi setiap individu yang diarahkan untuk
mengajarkan atau memberi tahu kepada teman kelompoknya jika
mengetahui dan menguasai permasalahannya.
e. Memupuk rasa tanggung jawab individu dalam mencapai suatu tujuan
bersama dalam bekerja agar tidak terjadi tumpang tindih atau
perbedaan pendapat yang prinsip.
f. Setiap anggota melihat dirinya sebagai milik kelompok yang merasa
memiliki tanggung jawab karena kebersamaan dalam belajar
menyebabkan mereka juga sangat memeprhatikan kelompok.
B. BELAJAR KUANTUM (QUANTUM LEARNING)
1. HAKIKAT BELAJAR KUANTUM
Model belajar ini muncul untuk menanggulangi masalah yang paling sukar di
sekolah, yaitu “kebosanan”. Istilah kuantum secara harfiah berarti “kualitas sesuatu”,
mekanis (yang berkenaan dengan gerak). Kuantum mekanis merupakan suatu studi
tentang gerakan-gerakan partikel-partikel subatomic (Shelton, 1999). Quantum
learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar. De Porter & Hernacki
(1999) mendefenisikan quantum learning sebagai interaksi-interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya, sedangkan Agus Nggermanto (2002) mengatakan bahwa
quantum learning menjelaskan bagaimana cara belajar efektif sehingga mendapatkan
hasil yang sama dengan kecepatan caha. Metode membaca kuantum adalah sebagai
quantum learning mencapai kecepatan cahaya.
Quantum Learning berakar dari upaya Lozanov dengan eksperimennya
tentang suggestopedia. Prinsipnya bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar
dan setiap detai apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Beberapa teknik yang
digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah sebagai berikut:
a. Mendudukan siswa secara nyaman
b. Memasang musik latar di dalam kelas
c. Meningkatkan partisipasi individu
d. Menggunakan poster untuk memberikan kesan besar sambil menunjukkan
informasi
e. Menyediakan guru-guru yang terlatih dalam seni pembelajaran sugesti.
2. PRINSIP-PRINSIP UTAMA PEMBELAJARAN KUANTUM
a. Segala berbicara, segala sesuatu, lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari
kertas yang dibagikan sampai rancangan pemebelajaran, semua mengirim pesan
tentang belajar
b. Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan
yaitu para siswa mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran.
c. Berangkat dari pengalaman, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah
mengalami informasi sebelum memperoleh label untuk sesuatu yang dipelajari.
d. Hargai setiap usaha, belajar mengandung resiko, belajar berarti melangkah keluar
dari kenyamanan, saat siswa mengambil langkah ini, meraka patut mendapat
pengakuan atas kecakapan dan keprcayaan dirinya. Pemberian pengakuan tersebut
harus kuat dan kongkret seperti kata “bagus, baik, hebat, dan memuaskan” sudah
lazim digunakan oleh guru, tetapi kurang jelas apanya yang bagus, baik atau
memuaskan, akan lebih kongkret apabila disebutkan bagian mana yang bagus,
misalnya paragraf yang kamu tulis bagus sekali, jawabanmu tepat sekali, gambarmu
sesuai dengan kenyataan dan excellent. Dengan demikian anak menjadi tahu
bagian mana yang mendapat penghargaan.
e. Rayakan setiap keberhasilan; perayaan memberikan umpan balik tentang kemajuan
belajar dan meningkatkan asosiasi emosi yang positif sebagai guru, kita layak
menanamkan bibit kesuksesan dan selalu menghubungkan belajar dengan
perayaan karena perayaan membangun keinginan untuk sulkses. Bentuk perayaan
dapat berupa; tepuk tangan, berteriak hore tiga kali, jentikan jari, poster umum,
catatan pribadi, persekongkolan, kejutan, pengakuan kekuatan pujian kepada
teman sebangku.
3. MANFAAT BELAJAR KUANTUM
a. Suasana kelas menyenagkan sehingga siswa
bergairah belajar.
b. Siswa dapat memanfaatkan segala sesuatu
yang ada disekelilingnya sebagai pendorong
belajar.
c. Siswa belajar sesuai dengan gaya belajar
masing-masing.
d. Apapun yang dilakukan oleh siswa
sepatutnya dihargai.
C. BELAJAR KOOPERATIF (COPERATIVE LEARNING)
1. HAKIKAT BELAJAR KOOPERATIF

Apabila anda telah memahami belajar kolaboratif maka disini


anda akan melihat perbedaannya dengan belajar kooperatif.
Kooperasi berarti bekerja bersama untuk menyelesaikan suatu
tujuan. Dalam kegiatan kooperatif, seseorang mencari hasil
yang menguntungkan bagi dirinya dan menguntungkan bagi
seluruh anggota kelompoknya. Belajar kooperatif adalah
pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga
siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan
belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Idenya sangat
sederhana, anggota kelas diorganisasikan ke dalam kelompok-
kelompok kecil setelah menerima pembelajaran dari guru.
Kemudian, para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua
anggota kelompok berhasil memahaminya.
2. PRINSIP UTAMA BELAJAR KOOPERATIF
a. Kesamaan Tujuan
Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok membuat kegiatan
belajar lebih kooperatif. Pada suatu saat anak-anak mungkin tampak bekerja
kooperatif apabila bertanya tentang ejaan suatu kata atau berbagi pensil saat
menggambar. Mungkin anak-anak tersebut memiliki tujuan sendiri yang terpisah
dalam kasus ini.
b. Ketergantungan Posistif
Prinsip kedua dari belajar kooperatif adalah ketergantungan positif. Beberapa
orang direkrut sebagai anggota kelompok karena kegiatan hanya dapat berhasil jika
anggota dapat bekerja sama. Ketergantungan antara individu-individu dapat
dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
1) Beri anggota kelompok peranan khusus untut membentuk pengamat, peningkat,
penjelas atau perekam.
2) Bagilah tugas menjadi sub-sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas.
3) Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-individu
4) Struktur tujuan kooperatif dan kompetitif dapat dikoordinasikan dengan
menggunakan kelompok belajar kooperatif, menghindari pertentangan satu sama
lain.
5) Ciptakan situasi pantasi yang menjadikan kelompok bekerjasama untuk
membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi.
Perbedaan antara belajar kooperatif dengan belajar kelompok
dapat di lihat pada tabel berikut :

Belajar Kooperatif Belajar Kelompok


Memiliki beraragam model dan Hanya memiliki satu model, yaitu
teknik beberapa siswa tergabung dalam
satu kelompok
Memiliki struktur, jumlah, dan Memiliki satu cara, yaitu
teknik tertentu menyelesaikan tugas tertentu
bersama-sama
Mengaktifkan semua anggota Menimbulkan gejala
kelompok untuk berperan serta ketergantungan antaraanggota
dalam penyelesaian tugas tertentu kelompok
Belajar kooperatif menggalang Sangat tergantung dari niat baik
potensi sosialisasi di antara setiap anggota kelompok
anggonya
3. MANFAAT BELAJAR KOOPERATIF
a. Meningkatkan hasil belajar
b. Meningkatkan hubungan antarkelompok,
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi
belajar,
d. Menumbuhkan realisasi kebutuhan pelajar
untuk belajar berfikir,
e. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan.
f. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
g. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya
khusus untuk menerapkannya.
4. KETERBATASAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF

a. Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa


untuk bekerja dalam tim.
b. Memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar
dalam tim.
c. Model belajar yang kooperatif yang diterapkan
harus sesuai dengan pembahasan materi ajar,
d. Memerlukan format penilaian belajar yang
berbeda.
e. Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk
mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar
koperatif
D. BELAJAR TEMATIK

1. HAKIKAT BELAJAR TEMATIK


Belajar tematik didefinisikan sebagai suatu kegiatan belajar yang direncancang sekitar ide pokok
(tema) dan melibatkan beberapa bidang studi (mata pelajaran) yang berkaitan dengan tema.
Pendekatan ini dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk menciptakan konteks dalam berbagai
jenis penembangan yang terjadi sehingga apa yang dipelajari atau dibahas disajikan secara utuh
dan menyeluruh, bukan bagian-bagian dari satu konsep yang utuh. Pappas (1995) menagatakan
bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang digunakan guru untuk mendorong
partisipasi aktif pelajar dalam kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu topik yang disukai
pebelajar dan dipilih untuk belajar.

2. PRINSIP BELAJAR TEMATIK


Belajar tematik menggunakan tema sentral dalam kegiatan belajar yang berlangsung. Semua
kegiatan belajar dipusatkan sekitar tema tersebut. Meinbach (1995) mengatakan bahwa
pembelajaran tematik mengombinasikan struktur, urutan dan startegi yang diorganisasikan
dengan baik. Kegiatan-kegiatan, bacaan dan bahan-bahan digunakan untuk mengembangkan
konsep-konsep tertentu.
Para ahli mengasumsikan bahwa belajar tematik merupakan suatu cara untuk mencapai
keterpaduan kurikulum. Meinbach (1995) mengatakan dalam pembelajaran bahsa, unit tematik
merupakan suatu epitome (kerangka isi) pembelajaran bahasa secara keseluruhan (membaca,
menulis, menyimak dan berbicara). Pappas (1995) mengatakan bahwa belajar tematik
mencerminkan pola-pola berpikir, tujuan, dan konsep-konsep umum bidang ilmu.
3. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK
Pembelajaran tetamik memiliki karakteristik yang khas dengan pembelajaran lainnya. Kegiatan belajarnya
lebih banyak dilakukan melalui pengalaman langsung atau hand on experiences. Secara terperinci Barbara
Rohde dan Kostelnik, et.al. (1991) mengemukakan karakteristik pembelajaran tersebut sebagai berikut:
a. Memberikan pengalaman langsung dengan objek-objek yang nayata bagi pembelajar untuk menilai
dan memanipulasinya.
b. Menciptakan kegiatan di mana anak menggunakan semua pemikirannya.
c. Membangun kegiatan sekitar minat-minat umum pebelajar.
d. Membantu pelajar mengembagkan pegetahuan dan keterampilan baru yang didasarkan pada apa
yang telah meraka ketahui dan kerjakan.
e. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang menghubungkan semua aspek perkembangan kognitif,
emosional, sosial, dan fisik.
f. Mengakomodasi kebutuhan pelajar untuk bergerak dan melajukan kegiatan fisik, interaksi sosial,
kemandirian, dan harga diri yang positif.

4. PERLUNYA PEMBELAJARAN TEMATIK, KHUSUSNYA DI SD


g. Pada dasarnya siswa SD kelas awal memahami suatu konsep secara utuh, global/tematis makin
meningkatkan kecerdasannya, dan makin terperinci serta spesisfik pemahamannya terhadap konsep
tertentu.
h. Siswa SD kelas awal mengembangkan kecerdasannya dengan secara komprehensif, semua unsur
kecerdasan ingin dikembangkannya sehingga muncul konsep pentingnya multiple intelligent untuk
dikembangkan.
i. Kenyataan hidup sehari-hari menampilkan fakta yang utuh dan tematis.
j. Ada konteksnya
k. Guru SD adalah guru kelas, akan lebih mudah mengajar satu konsep secara utuh, akan sulit mengajar
sub-sub konsep secara terpisah-pisah.
5. MANFAAT BELAJAR TEMATIK
Dalam belajar tematik, ada perubahan peranan guru dari seorang pemimpin
dan penyedia kebajikan serta pengetahuan fasilitator, pembimbing,
penantang, pemberi saran, dan organisator. Pembelajaran tematik
menghadapkan pebelajar pada arena yang realistik, mendorong pebelajara
memanfaatkan suatu konteks dan literatur yang luas.
Pembelajaran ini juga membantu pebelajar melihat hubungan antara ide-ide
dan konsep-konsep. Dengan demikian, akan meningkatkan pemahaman
pebelajar terhadap yang dipelajari. Disamping itu, belajar tematik juga
memberi kesempatan yang nyata kepada pebelajar untuk membentuk latar
belakang informasi sendiri dalam rangka membangun pengetahuan baru.
Pembelajaran tematik selain memperhatikan kompetensi dan baha ajar juga
perlu. Pembelajaran tematik selain memperhatiakn komprtensi dan bahan
ajar juga perlu memperhatikan logika, estetika, etika, dan kinestetika serta
life skill (Personal Skill, Social Skill, Akademic Skill, Thinking Skill, vokatonal
Skill).
Dengan mengenal jenis-jenis model belajar, anda diharapkan dapat
menerapkan model tertentu yang sesuai dengan bidang studi serta peserta
didik yang anda hadapi.
RUMPUN MODEL MENGAJAR
A. RUMPUN MODEL SOSIAL
Joice dan Weil (2000) mengatakan bahwa model-model sosial
dirancang untuk menilai keberhasilan dan tujuan akademik, termasuk studi
tentang nilai-nilai sosial, kebijakan publik, dan memecahkan masalah.
Dalam berbagai rumpun model mengajar, rumpun model sosial dipaparkan
pertama kali karena perkembangan sosial pebelajar sangat penting pada
semua kegiatan pembelajaran. Apabila pebelajar bekerja sama yang
menimbulkan energi kolektif disebut sinergi. Model mengajar sosial
diciptakan untuk membentuk masyarakat belajar. Kegiatan terpenting dalam
pengelolahan kelas sebenarnya merupakan pengembangan hubungan
kooperatif di dalam kelas.

1. Partner dalam Belajar


2. Investigasi Kelompok
3. Bermain Peran
4. Inkuiri Yusrisprudensi
5. Kepribadian dan Gaya Belajar
6. Inkuiri Sosial
B. RUMPUN MODEL PEMROSESAN INFORMASI
Model pemrosesan informasi menekankan pada cara menekankan pada
caya meningkatkan pembawaan seseorang memahami dunia dengan memperoleh
dan mengorganisasikan data, memahami masalah dan mencari pemecahannya, serta
mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menyampaikannya. Beberapa
model memberikan informasi konsep-konsep kepada pebelajar, diantaranya
menekankan pada bentuk-bentuk konsep dan pengujian hipotesis, sedangkan yang
lain membangkitkan cara berpikir kreatif. Hanya sedikit yang dirancang untuk
meningkatkan kemampuan intelektual umum. Banyak model pemerosesan informasi
yang berguna untuk mempelajari kemampuan diri maupun masyarakakat untuk
menilai tujuan pendidikan pribadi maupun sosial.

1. Berpikir Induktif
2. Inkuiri Ilmiah
3. Latihan Inkuiri
4. Mnemonic
5. Sinektik
6. Pengorganisasian Awal (Advennce Organnizer)
7. Penyesusian dengan Pembelajaran
C. RUMPUN MODEL PERSONAL
Model belajar personal dimulai dari pandangan tentang harga diri individu.
Seseorang berusaha memperoleh pendidikan sehingga memperoleh pendidikan
sehingga berusaha memahami diri sendiri dengan lebih baik, bertanggung jawab
atas pendidikannya sendiri, dan belajar mencapai pengembangan yang baru dengan
lebih kuat, leboih sensitif, dan lebih kreatif dalam meraih kehidupan yang
berkualitas tinggi.

1. Pengajaran Nondirektif
2. Peningkatan Harga Diri
D. RUMPUN MODEL SISTEM PERILAKU
Dasar teoritik model ini sering disebut teori belajar sosial, modifikasi prilaku, terapi
prilaku, dan cybernetic. Manusia memiliki sistem komunikasi koreksi diri yang
memodifikasi prilaku dalam merspon informasi tentang seberapa jauh keberhasilan
tugas-tugas yang dikehendaki. Contohnya, bayangkan manusia yang memanjat
suatu tangga rumah yang belom dikenal dan dalam suasana gelap. Langkah pertama
sementara adalah melangkahkan tapak kaki. Jika langkah terlampau cepat,
kemungkinan terpeleset di tempat kosong, dan jatuh. Jika terlampau lambat, kaki
terantuk anak tangga. Secara bertahap, perilaku disesuaikan dengan balikan sampai
ada kemajuan dalam meniti anak tangga dengan aman.

1. Belajar Tuntas dan Pembelajaran Terprogram


2. Pembelajaran Langsung
3. Belajar Melalui Simulasi : Latihan dan Latihan Mandiri
PROSEDUR PEMBELAJARAN
KEGIATAN PRA DAN AWAL PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Pra Pembelajaran
1. Menciptakan Sikap dan Suasana Kelas Yang Menarik
2. Memeriksa Kehadirian Siswa
3. Menciptakan Kesiapan Belajar Siswa
4. Menciptakan Suasana Belajar Yang Demokratis

A. Kegiatan Awal Pembelajaran


1. Menimbulkan Motivasi dan Perhatian siswa
2. Memberi Acuan
a. Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan
atau garis besar materi yang akan dipelajari.
b. Menyampaikan alternafif kegiatan belajar yang akan
ditempuh siswa
3. Membuat Kaitan
a. Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya
b. Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari
c. Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi yang
akan dibahas.

4. Melaksanakan Tes Awal


Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana
materi atau bahan pelajaran yang akan dipelajari sudah dikuasi oleh siswa.
Informasi ini akan digunakan oleh guru untuk menentukan dari mana pembahasan
materi abru akan dimualai. Tes awa dapat dilakukan dengan cara lisan yang
tunjukan pada beberapa siswa yang dianggap representatif (mewakili) seluruh siswa.
Dalam keseluruhan proses pembelajaran, alokasi waktu untuk kegiatan awal
pembelajaran relatif singkat. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki
kemampuan untuk menciptakan kondisi awal pembelajaran tang efektif yang
mendukung proses dan hasil pembelajaran yang optimal. Untuk itu, ada beberapa
hal yang harus dilakukan oleh guru sejalan dengan tugasnya di sekolah, khususnya
dalam melaksanakan kegiatan awal pembelajaran diantaranya adalah guru
henadknya :
a. Memahami latar belakang (termasuk kemampuan) siswa.
b. Dapat membangkitkan (menarik) perhatian siswa sehingga perhatian siswa
terpusat pada pelajaran yang akan diikutinya.
c. Dapat memberikan bimbingan belajar secara kelompok maupun individu
d. Dapat menciptakan interaksi edukatif yang efektif sehingga siswa merasakan
adanya suasana belajar yang aman dan menyenangkan
e. Memberikan penguatan pada siswa
f. Menanamkan disiplin pada siswa.
KEGIATAN INTI DALAM PEMBELAJARAN
A. Pembahasan Materi Pembelajaran Dalam Pembelajaran Klasik
1. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kalsik
a. Sistematis
b. Perhatian dan aktifitas
c. Media pembelajaran
d. Latihan atau penugasan
2. Kegiatan Inti Dalam Pembelajaran Klasik
Pertama, menyajikan (presentasi) bahan pelajaran dengan ceramah bervariasi.
Penjelasan guru tentang materi pelajaran harus dapat disimak oleh seluruh siswa
dalam kelas. Selama menjelaskan guru hendaknya tidak terus menerus berbicara
tetapi selang beberapa menit selalu memberi kesempatan pada siswa untuk
bertanta atau guru sendiri mengajukan pertanyaan kepada siswa. Setelah merasa
yakin siswa memahami materi yang dijelaskan, guru melanjutkan kembali ke materi
berikutnya.
Kedua, melakukan asosiasi dan memberikan ilustrasi untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran dengan cara menghubungkan atau
mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan situasi nyata atau dengan bahan
pelajaran yang lain atau dengan bahan pelajaran menggambar sebab akibat. Melalui
kegiatan ini diharapkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan semakin
meningkat.
Pada akhir pembelajaran klasikal, guru dapat
meminta siswa untuk melakukan kegiatan berikut.
a. Aplikasi bahan pelajaran yang telah dipelajari
dengan cara tertulis atau lisan. Kegiatan yang
dapat dilakukan di antaranya siswa diminta untuk
mengerjakan soal-soal atau menjawab
pertanyaan.
b. Menyimpulkan bahan pelajaran yang telah
dipelajari. Kesimpulan ini sebaiknya dibuat siswa
di bawah bimbingan guru.

Untuk melihat prosedur pembelajaran klasikal secara


utuh, mari kita cermati diagram berikut.
B. PEMBAHASAN MATERI PELAJARAN DALAM
PEMBELAJARAN KELOMPOK

Pembenlajaran kelompok merupakan suatu proses pembelajaran yang


didisain dalam bentuk kelompok dengan jumlah siswa antara 4 sampai 6
orang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar . Pembelajaran
kelompok cenderung banyak digunakan dalam pembelajaran dengan
pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Disamping itu, pembelajaran
ini dilandasi oleh pendekatan konstruktivis. Pembelajaran kelompok sering
disebut dengan pembelajaran kooperatif (cooperatif learning). Selain itu,
melalui belajar kelompok siswa tidak hanya mendapat kesempatan untuk
mengembangkan konsep, tetapi juga kesempatan untuk mengembangkan
aktifitas sosial, sikap dan nilai (Depdikbud, 1990).
1. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kelompok
a. Adanya topik dan permasalahan
b. Pembentukan kelompok
c. Kerja sama
d. Perhatian
e. Motivasi
f. Sumber belajar dan fasilitas
g. Latihan dan tugas
2. Kegiatan Inti Dalam Pembelajaran Kelompok
pertama, merumuskan maslah berdasarkan topik pembahasan dan tujuan
pembelajaran. Perumusan masalah harus dilakukan oleh siswa dibawah bimbingan
guru.
Kedua, mengidentifikasi masalah atau sub-sub masalah berdasarkan permasalahan
yang telah dirumuskan.
Ketiga, analisis masalah berdasarkan sub-sub maslaah. Dalam tahap ini siswa
dikondisikan secara individu dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan atau
persoalan-persoalan sampai mencapai satu kesepakatan untuk menjawab persoalan
kelompok.
Keempat, menyusun laporan oleh masing-masing kelompok.
Kelima, presentasi kelompok atau melaporkan hasil diskusi kelompok kecil pada
seluruh kelompok dilanjutkan diskusi kelas yang langsung dibimbing oleh guru.
Dalam tahapan ini sekaligus melaksanakan penguatan pemahaman konsep dan prinsip
yang diperoleh dari diskusi.

Untuk lebih memperjelas uraian tentang prosedur pembelajaran kelompok silahkan


kita cermati diagram berikut.
C. PEMBAHASAN MATERI PELAJARAN DALAM
PEMBELAJARAN PERSORANGAN
Kegiatan pembelajaran perseorangan dapat membantu proses pembelajaran yang
mengarah pada optimalitas kemampuan siswa secara individu. Kegiatan
pembelajaran perseorangan ditunjukan untuk menampung kegiatan pengayaan dan
perbaikan (Depdikbud: 1990 : 39). Program pengayaan (enrichment) perlu diberikan
pada siswa yang memiliki prestasi atau kemampuan yang melebihi dari teman
sekelasnya.
Pembelajatan perseorangan pada dasarnya dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar
tuntas (mastery learning). Pembelajaran perseorangan pada umumnya lebih banyak
diterapkan dalam pemberian tugas atau latihan. Dalam pelaksanaannya, setelah
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan pengaranahan tentang
tahapan atau teknik belajar yang harus ditempuh oleh siswa ( kegiatan awal
pembelajaran), langkah selanjutnya (kegiatan inti pembelajaran) yang dilakukan guru
adalah sebagai berikut.
Pertama, menjelaskan secara singkat tentang materi pembelajaran yang akan
ditugaskna atau yang akan dilatihkan pada siswa.
Kedua, memberikan lembaran kerja atau tugas. Pada tahap ini, guru memberikan
bimbingan atau arahan/petunjuk yang sistematis secara lisan dan tulisan.
Ketiga, memantau dan menilai kegiatan siswa. Pada kesempatan ini guru berkeliling
memantau kegiatan yang dilakukan siswa, dan memberi bantuan atau bimbingan,
apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau latihan.
Untuk lebih jelas, coba anda perhatikan prosedur pembelajaran perseorangan
pada diagram berikut.
KEGIATAN AKHIR DAN TINDAK LANJUT PEMBELAJARAN
A. KEGIATAN AKHIR PEMBELAJARAN
Kegiatan akhir dalam pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup
pelajaran. Yang lebih penting adalah untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi
yang diharapkan. Dengan melakukan kegiatan akhir pembelajaran, guru akan mengetahui
kompetensi yang sudah dan yang belum dikuasi oleh siswa. Kegiatan yang biasa dilakukan guru
dalam kegiatan akhir ini adalah memberikan tes, baik lisan maupun tertulis. Selain itu guru
hendaknya melakukan kegiatan akhir pembelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh
sudah dan yang belum
B. MELAKSANAKAN KEGIATAN TINDAK LANJUT PEMBELAJARAN
Berdasarkan hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan siswa dan/atau melaksanakan
penilaian), guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Kegiatan tindak lanjut pembelajaran dapat dilaksanakan di luar jam pelajaran, sesuai dengan
alokasi waktu yang tersedia.
1. Memberikan Tugas Atau Latihan yang Harus Dikerjakan Di Rumah
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam memberikan tugas kepada siswa. Pertama,
guru hendaknya menentukan dan menjelaskan secara singkat tentang topik tugas yang dikerjakan
oleh siswa. Kedua, guru perlu menjelaskan tentang tahapan tugas-tugas yang harus dikerjakan
berdasarkan lembaran tugas. Guru hendaknya memberikan gambaran alternatif penyelesaian tugas
tersebut. Ketiga, guru memberi kesempatan kepada siswa bertanya tentang tugas yang belum
dipahaminya. Guru hendaknya menegaskan tentang kriteria dan batas waktu penyelesaian tugas
tersebut. Keempat, guru menjelaskan tentang kriteria dan batas waktu penyelesaian tugas, apakah
tugas dapat dilaksanakan di rumah atau di sekolah, sesuai dengan karakteristik tugas yang
bersangkutan. Kelima, siswa yang diminta untuk menyerahkan dan mengerjakan tugas sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Keenam, guru harus memeriksa dan membahas setiap tugas
yang diberikan.
2. Membahas Kembali Bahan Pelajaran yang Belum Dikuasi oleh SIswa
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, guru mengetahui kemampuan yang sudah dan
yang belum dikuasai siswa. Ada dua kemungkinan kegiatan yang dapat dilakukan
guru untuk membantu siswa menguasai kompetensi yang belum dikuasainya.
Pertama, membahs kembali materi yang belum dikuasai siswa pada saat itu juga,
apabila waktunya tersedia. Atau, kedua membahas kembali materi tersebut pada
pertemuan berikutnya apabila membutuhkan waktu yang relatif lama.

3. Membaca Materi Pembelajaran Tertentu


Kegiatan membaca ini dapat ditugaskan kepada siswa yang belum maupun yang
sudah menguasai kompetensi yang ditetapkan. Supaya siswa mengerjakan tugas
tersebut secara optimal, guru sebaiknya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab oleh siswa atau meminta siswa untuk membuat laporan hasil
bacaannya. Perlu diperhatikan, bahwa kegiatan tindak lanjut ini tidak dapat
dilaksankan pada siswa di kelas rendah karena siswa belum dapat membaca dengan
lancar.
4. Memberikan Motivasi Dan Bimbingan
Memberikan balikan terhadap pekerjaan siswa merupakan kegiatan yang
harus dilakukan guru. Disamping memberikan balikan, guru hendaknya
memberikan bimbingan kepada siswa agar mereka mampu memperbaiki
kekurangannya. Untuk dapat memperbaiki atau meningkatkan
penguasaan, siswa perlu mendapatkan bimbibgan dari guru. Bimbingan
tersebut dapat berupa arahan atau petunjuk yang jelas kepada siswa
sehingga tugas yang diberikan dapat dikerjakan secara optimal oleh siswa.
Balikan dan bimbingan ini akan menjadi dorongan atau motivasi kepada
siswa untuk terus belajar.

5. Mengemukakan Tentang Topik yang Akan Dibahas pada Waktu yang


Akan Datang.
Apabila dari hasil penilaian diketahui bahwa siswa sudah menguasai
kemampuan yang telah ditetapkan, kegitan tindak lanjut yang dapat
dilakukan adalah mengemukakan atau memberikan gambaran pada siswa
tentang topik bahsan atau kompetensi yang akan dipelajari pada
pertemuan yang akan datang. Cara ini perlu dilakukan untuk membimbing
atau mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam
pelajaran.
Setelah guru menanggapi kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran
selesai dilaksanakan secara optimal dan sesuai dengan waktu yang
direncanakan maka langkah selanjutnya guru harus menutup pelajaran.
Apabila pelajaran berlangsung pada jam yang paling akhir harus dibiasakan
siswa menutup pelajaran dengan berdoa.

Itu lah beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru pada tahap kegiatan
akhir dan tindak lanjut pembelajaran. Kegiatan akhir dan tindak lanjut
pembelajaran merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan
dengan kegiatan awal dan kegiatan inti pelajaran. Sehubungan dengan itu,
karena waktu yang tersedia untuk kegiatan akhir dan tidak lanjut relatif
singkat dibandingkan dengan waktu untuk kegiatan inti maka guru perlu
mengatur dan memanfaatkan waktu efesiensi mungkin dalam melaksanakan
kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran. Kegiatan akhir dan tindak
lanjut harus dilaksanakan atas dasar perencanakan yang telah dibuat oleh
guru. Namun demikian, penyesuaian tetap dilakukan olrh guru sesuai
dengan situasi dan kondisi yang terjadi di dalam pembelajaran. Oleh karena
itu guru perlu merencanakan serta melaksankan kegiatan akhir dan tindak
lanjut pembelajaran secara efektif, efesien, fleksibel dan sistematis sehingga
siswa yang memperoleh hasil belajar yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai