Cooperative Learning
1. Fitur penting dari kooperatif belajar adalah bahwa siswa belajar dari satu sama lain.
Kecuali "pengajaran dengan teman sebaya" ini efektif, siswa dapat belajar jauh lebih
sedikit daripada yang mereka lakukan di bawah instruksi langsung dari guru.
2. Tidak masuk akal bagi guru untuk mengharapkan siswa akan secara otomatis memahami
dan menerima filosofi dan kepraktisan pembelajaran kooperatif. Guru mungkin harus
menghabiskan banyak waktu mempersiapkan siswa untuk belajar dengan cara ini.
3. Beberapa siswa mungkin awalnya keberatan dengan gagasan bahwa penilaian mereka
tergantung pada pembelajaran siswa lain dalam grdup mereka.
4. Agar berhasil, pembelajaran kooperatif perlu digunakan selama jangka waktu yang
panjang sehingga siswa mengembangkan interdependensi kelompok yang diperlukan. Ini
bukan strategi yang dapat berhasil dengan dilakukan sekali saja.
5. Untuk menggunakan pembelajaran kooperatif (dari tipe yang disarankan oleh Slavin)
dengan benar, guru harus menyimpan catatan yang sangat rinci tentang kinerja setiap
siswa pada setiap tugas belajar, dan menghabiskan waktu yang cukup untuk menghitung
skor pencapaian kelompok.
6. Karena pembelajaran kooperatif sangat bergantung pada insentif kelompok untuk
memotivasi siswa, ada beberapa kekhawatiran bahwa pembelajaran siswa tidak dapat
berpindah ke situasi yang tidak ada (Stallings & Stipeck, 1986).
7. Fungsi kelompok-kelompok kooperatif dapat dipengaruhi oleh persepsi siswa tentang
kemampuan dan status sosial anggota kelompok. Guru perlu menekankan bahwa setiap
siswa memiliki kemampuan unik yang dapat berkontribusi pada keseluruhan fungsi grup.
Dalam menggunakan model ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 2-6 orang siswa. Setiap kelompok bebas memilih topik yang ingin
dipelajari kemudian laporan atas penyelidikan yang telah dilakukan dapat
dipresentasikan di depan kelas.
5. Metode Struktural
Metode hampir sama dengan tipe-tipe sebelumnya, hanya saja anggota kelompok
hanya terdiri dari 2 orang (berpasangan). Ada beberapa metode structural yang
digunakan dalam pendidikan formal maupun informal, yaitu :
- Structure Dyadic Methods (SDM) atau Structured Pairs Learning Methods
(SPLM).
Dalam metode ini, satu siswa berperan sebagai “guru” dan siswa lain berperan
sebagai “siswa”. Jika jawaban siswa benar maka siswa tersebut mendapat
poin, jika jawaban siswa salah, tutor memberikan jawaban dan siswa
menuliskan jawaban tiga kali dan membacanya kembali secara benar. Setiap
sepuluh menit, masing-masing siswa berganti peran. Melalui metode ini,
biasanya siswa akan diminta untuk meringkas informasi-informasi penting
dari buku dan saling bertukar pengetahuan antar siswa sehingga hasil
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
- Classwide Perr Tutoring (CPT)
Hamper sama dengan SDM, metode ini melibatkan pasangan tutor (peer
tutors), dimana seorang siswa berperan sebagai “tutor” (tutor) dan siswa lain
sebagai “yang ditutor” (tutee). Tutor menyajikan atau menanyakan suatu
masalah kepada tutee. Peraturannya pun sama yaitu tutor dan tutte akan saling
bergantian menjadi tutor dan yang ditutor.
Dari beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang ada, dapat disimpulkan secara
umum bahwa ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
mengimplementasikan model pembelajaran ini di dalam kelas.
Anonim. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif. Diakses pada 14 Mei 2018 dari
http://www.karyatulisku.com/2016/04/penerapan-model-pemebelajaran.html
Raharjo, K. B. 2013. Model Pembelajaran Kooperative Learning. Diakses pada tanggal 14 Mei
2018 dari https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/model-pembelajaran-
kooperatif-cooperative-learning/
Sudrajat, Ahmad. 2008. Cooperative Learning Teknik Jigsaw. Diakses pada 14 Mei 2018 dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/