Anda di halaman 1dari 12

5 Macam-Macam Model Pembelajaran Matematika

1. Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa aktif
menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses. Siswa belajar dalam
kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok
setiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu dalam memahami suatu bahan ajar.
Agar siswa dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya maka mereka perlu
diajari ketrampilan-ketrampilan kooperatif sebagai berikut :
1. Berada dalam tugas
Berada dalam tugas maksudnya adalah tetap berada dalam kerja kelompok,
menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sampai selesai dan
bekerjasama dalam kelompok sesuai dengan kesepakatan kelompok, ada kedisiplinan
individu dalam kelompok.
2. Mengambil giliran dan berbagi tugas
Mengambil giliran dan berbagi tugas yaitu bersedia menerima tugas dan membantu
menyelesaikan tugas.
3. Mendorong partisipasi
Mendorong partisipasi yaitu memotivasi teman sekelompok untuk memberikan
kontribusi tugas kelompok.
4. Mendengarkan dengan aktif
Mendengarkan dengan aktif maksudnya adalah mendengarkan dan menyerap
informasi yang disampaikan teman dan menghargai pendapat teman. Hal ini penting
untuk memberikan perhatian pada yang sedang berbicara sehingga anggota kelompok
yang menjadi pembicara akan merasa senang dan menumbuh kembangkan motivasi
belajar bagi dirinya sendiri dan yang lainnya.
5. Bertanya
Menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok kalau
perlu didiskusikan, apabila tetap tidak ada pemecahan tiap anggota wajib mencari
pustaka yang mendukung, jika tetap tidak terselesaikan baru bertanya kepada guru.
Unsur-unsur pembelajaan kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup
sepenanggungan bersama”.
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik
mereka sendiri.
3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan
yang sama.
4. Siswa harus membagai tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan yang juga akan
dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya.
7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Nur (2000), ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan renda Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing i
Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya, setiap anggota
kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama,
setiap anggota kelompok harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara
anggota kelompoknya, setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi, setiap anggota
kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya, dan setiap anggota kelompok akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah siswa dalam kelompok secara
kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai;
kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; dan, penghargaan lebih menekankan pada
kelompok daripada masing-masing individu. Adapun keunggulan dan kelemahan model
pembelajaran kooperatif yaitu :
Keunggulan Model apembelajaran Kooperatif (MPK)
1. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa lain.
2. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan
kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar.
5. Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga
diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-managewaktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berparktik
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang
dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang.
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif (MPK)
9. Untuk memahami dan mengerti filosofis MPK memang butuh waktu. Sangat
tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti
dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap
memiliki kelebihan, contohnya, meraka akan merasa terhambat oleh siswa
yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini
dapat mengganggu iklm kerja sama dalam kelompok.
10. Ciri utama dari MPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena
itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan
pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa
yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
11. Penilaian yang diberikan dalam MPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi
yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
12. Keberhasilan MPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin
dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
13. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu idealnya melalui
SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana
membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam MPK
memang bukan pekerjaan yang mudah.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar
siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan
pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar,
saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 6 (enam)
langkah model pembelajaran kooperatif meliputi menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar, membimbing kelompok belajar, evaluasi dan pemberian umpan balik, serta
memberikan penghargaan. Adapun jenis-jenis dari model pembelajaran kooperatif yaitu :

2. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)


Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk
kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling
membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan
bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang
lemah.
Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang
pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah
dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Model pembelajaran kooperatif
tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen, yaitu :
1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa.
2. Placement test, yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai
harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang tertentu.
3. Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya.
4. Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok
dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkannya.
5. Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan criteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil
secara cemerang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan
tugas.
6. Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok.
7. Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8. Whole Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Ciri-ciri model pembelajaran TAI (Team Assisted-Individualization atau Team Accelerated):
1. Belajar bersama dengan teman.
2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman.
3. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok.
4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok’
5. Belajar dalam kelompok kecil.
6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat.
7. Keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri.
8. Mahasiswa aktif (Stahl, 1994).
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa.
2. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar
guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi
komponen Placement Test).
3. Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching Group).
4. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai
ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponenTeams).
5. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang
sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang
memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team Study).
6. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan
hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru. (Mengadopsi
komponen Student Creative).
7. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. (Mengadopsi
komponen Fact Test).
8. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada)
berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and Team
Recognition).
9. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
TAI dirancang untuk memuaskan kriteria berikut ini untuk menyelesaiakan masalah-masalah
teoretis dan praktis dari sistem pengajaran individual :
1. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.
2. Guru setidaknya akan menghabiskan separuh waktunya untuk mengajar kelompok-
kelompok kecil.
3. Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya sehingga para siswa
dikelas tiga keatas dapat melakukannya.
4. Para siswa akan termotifasi untuk mempelakjari mater-materi yang diberikan dengan
cepat dan akurat, dan idak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas.
5. Tersedianya banyak cara pengecekkan pengusaan supaya para sisiwa jarang
menghabiskan waktu nmempelkajari kembali materi yang sudah mereka kuasai atau
menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru. Pada pos pengecekkan
penguasaan, dapat tersedia kegiatan-kegiatan pengajaran alternatif dan tes-tes yang
paralel.
6. Para siswa akan dapat melakukan pengecekkan satu sama lain, sekalipun bila siswa
mengecek kemampuannya ada dibawah siswa yang dicek dalam rangkaian
pengajaran, danm prosedur pengecekkan akan cukup sederhana dan tidak terganggu si
pengecek.
7. Programnya mudah dipelajari baik oleh guru maupun siswa, tidak mahal, fleksibel,
dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim guru.
8. Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kooperatif, dengan
status yang sejajar, program ini akan membangun kondisi untuk terbentuknya sikap-
sikap positif terhadap siswa-siswa main stream yang cacat secara akademik dan
diantara para siswa dari latar belakang yang ras atau etnik yang berbeda.
Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Hal
demikian juga dimiliki model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Berikut ini adalah kelebihan
dan kelemahan model pembelajaran tipe TAI.
Kelebihan TAI
1. Meningkatkan hasil belajar.
2. Meningkatkan motivasi belajar.
3. Mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar pribadi.
4. Program ini bisa membantu siswa yang lemah/ siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami materi belajar.
5. Model pembelajaran Team Assisted Individualizationmembantu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik dan mengurangi anggapan banyak
peserta didik bahwa matematika itu sulit.
6. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization peserta
didik mendapatkan penghargaan atas usaha mereka.
7. Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan dalam
hidup bersama atas dasar saling menghargai.
Kelemahan
1. Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI).
2. Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajan yang baru diketahui,
kemungkinan sejumlah peserta didik bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri
dan sebagian mengganggu antar peserta didik lain.

3. Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw


Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh Elliot Arronson dari Universitas Texas dan
kemudian diadaptasi oleh Slavin (Nurhadi, 2004:65). Metode jigsaw adalah teknik
pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih
besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan
kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang
tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini
mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Langkah-langkah penggunaan
metode Jigsaw :
1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim atau kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang
dengan karakteristik yang berbeda.
2. Setiap siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari
sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian bertemu dengan anggota kelompok
lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain, dan setelah menguasai
materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan
menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya.
3. Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan mereka
bertemu serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman.
4. Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” – dimana anggotanya berasal dari
kelompok lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-
kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan
mempelajari materi-materi yang baru.
5. Setelah menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan
setiap anggota berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok
“jigsaw.” Seperti dalam “jigsaw puzzle” (teka-teki potongan gambar), setiap potongan
gambar – analogi dari setiap bagian pengetahuan – adalah penting untuk penyelesaian
dan pemahaman utuh dari hasil akhir.
Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Menurut Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan
tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat
mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka
dalam belajar kooperatif dari pada dari guru. Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi
yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa. Menurut Kardi & Nur (2000) belajar kooperatif sangat
efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan
memperbaiki hubungan antara siswa normal dan siswa penyandang cacat. Davidson (1991)
memberikan sejumlah implikasi positif dalam belajar matematika dengan menggunakan
strategi belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut:
1. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar matematika. Kelompok
kecil membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan pertanyaan, mendiskusikan
pendapat, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan
menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan.
2. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa dalam
matematika. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari
konsep dan strategi pemecahan masalah.
3. Masalah matematika idealnya cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi
yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat mempengaruhi
siswa lain dengan argumentasi yang logis.
4. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-
masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka-
teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.
5. Ruang lingkup matematika dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang
bermanfaat bila didiskusikan. Belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak cara,
tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan sifat berikut (1) tujuan kelompok, (2)
tanggung jawab individual, (3) kesempatan yang sama untuk sukses, (4) kompetisi
kelompok, (5) spesialisasi tugas, dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu (Slavin-
1995).

Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Beberapa hal yang mungkin bisa menjadi ‘pengganjal’ aplikasi metode ini dilapangan yang
harus kita cari jalan keluar atau solusinya, menurut (Roy Killen, 1996) adalah:
1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah “peer teaching”, pembelajaran oleh teman
sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu
konsep yang akan di diskusiskan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini
pengawasan guru menjadi hal mutlak di perlukan, agar jangan sampai terjadi
“missconception”.
2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan meteri pada
teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri. Pendidik harus mempu memainkan
perannya mengorkestrasikan metode ini.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali
tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
4. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang
cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan
dengan baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi
bisa diatasi dengan model “team teaching”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di sederhanakan baik kelebihan maupun kelemahan dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu:
1. Guru berperan sebagai pedamping, penolong, dan mengarahkan siswa dalam
mem[elajari materi pada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada
teman-temannya.
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan atau kelemahan-kelemahan,
yaitu:
1. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang
anggotanya lemah semua.
2. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
3. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
4. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai tenaga ahli sehingga dimungkinkan
terjadinya kesalahan(miskonsepsi).

4. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).


Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam
Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan
pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang
yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang
materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran
inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning
yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks. Adapun tahap ahap Pelaksanaan
Pembelajaran Model STAD yaitu :

Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok


Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang
akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa
dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 – 6 orang, aturan heterogenitas dapat
berdasarkan pada :
1. Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) yang didapat dari hasil akademik
(skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga
setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
2. Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
3. Penyajian Materi Pelajaran
4. Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan
menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang
konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru
dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan
seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya
5. Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-
peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami
konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
6. Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa
mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan
masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.

Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa.
Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi
bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam
kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi,
membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja
sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.

Evaluasi
Dilakukan selama 45 – 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa
pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan
kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak
diperkenankan saling membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan
individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.

Penghargaan kelompok
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai
perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan
penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor
awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja
dengan teman yang lain.

Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD


Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) kelebihan model pembelajaran kooperatif
STAD meliputi :
1. Meningkatkan kecakapan individu
2. Meningkatkan kecakapan kelompok
3. Meningkatkan komitmen
4. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
5. Tidak bersifat kompetitif
6. Tidak memiliki rasa dendam

Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD


Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 ) kekurangan model pembelajaran kooperatif
STAD yaitu:
1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.

5. Model Pembelajaran Langsung


Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori belajar social dari Albert Bandura.
Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang diajarkan setahap demi setahap.
Menurut Silbernam (2006), strategi pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan
secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang akan
diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil
melakukan kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan
materi pelajaran apapun.
Cara lain untuk menjadikan siswa belajar aktif dari awal dapat menggunakan berbagai
strategi, misalnya strategi pembelajaran langsung melalui berbagi pengetahuan secara aktif.
Strategi pembelajaran langsung ini dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata
pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka
untuk berpikir. Siswa tidak bisa berbuat apa–apa jika pikiran mereka jika dikembangkan oleh
guru. Banyak guru yang membuat kesalahan dengan mengajar, yakni sebelum siswa merasa
terlibat dan siap secara mental guru langsung memberikan materi pelajaran. Penggunaan
beberapa strategi berikut ini akan mengoreksi terjadi kecenderungan ini.

Ciri – ciri pembelajaran langsung antara lain :


1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pengajaran.

Lima prinsip dasar yang dapat membimbing guru dalam merencana system penilaian dalam
model pembelajaran langsung antara lain :
1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Mencakup semua tugas pembelajaran
3. Menggunakan soal tes yang sesuai
4. Membuat soal sevalid (terukur) dan sereliabel (konsisten) mungkin
5. Manfaatkan hasil tes untuk memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya

Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran


1. Fase I, Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
Pada fase ini guru berperan dalam menjelaskan TPK, materi prasyarat,
memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa.
2. Fase II, Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan
Pada fase ini guru berperan dalam mendemonstrasikan keterampilan atau
menyajikan informasi tahap demi tahap.
3. Fase III, Mebimbing pelatihan pada fase ini guru berperan memberikan latihan
terbimbing.
4. Fase IV, Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Pada fase ini seorang guru berperan mengecek kemampuan siswa seperti
memberi kuis terkini dan memberi umpan balik seperti membuka diskusi
untuk siswa
5. Fase V, Memberikan latihan dan penerapan konsep
Pada fase ini guru berperan dalam mempersiapkn latihan untuk siswa dengan
menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

Kelebihan Pembelajaran Langsung


Strategi pembelajaran langsung sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran matematika
karena itu adanya kelebihan pada pembelajaran ini yaitu :
1. Guru dapat memberikan apa yang dia kuasai kepada muridnya sehingga adanya
timbal balik di dalam proses pembelajaran.
2. Siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah sehingga daya berpikir mereka
semakin berkembang dan baik.
3. Mengembangkan sikap mandiri siswa dalam menemukan dan mencari akan
permasalahan yang ada.
4. Memberikan penguatan yang positif kepada anak untuk dapat meyakini dirinya akan
hal-hal yang berat dan penuh rintangan.
5. Dengan strategi pembelajaran langsung guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran dan dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan.
6. Melalui strategi pembelajaran langsung selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat
atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
7. Strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang
besar.

Kekurangan Pembelajaran Langsung


Strategi pembelajaran langsung selain memikiki kelebihan juga memiliki kekurangan antara
lain :
1. Strategi pembelajaran ini hanya dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu dilakukan strategi yang lain.
2. Tidak dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan,
pengetahuan, minat, bakat serta perbedaan gaya belajar.
3. Strategi ini lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berfikir kritis.
4. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti
persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, motivasi dan berbagai
kemampuan. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin
berhasil.

Anda mungkin juga menyukai