Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

BEST PRACTICE

PENERAPAN HOTS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DI KELAS XII MIPA SMA Plus
Permata Insani Islamic School
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Oleh,

Khumaidi M., S.Pd

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN


DINAS PENDIDIKAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN BEST PRACTICE

Judul: Penerapan Hots Dalam Pembelajaran Matematika Untuk

Meningkatkan Prestasi Di Kelas XII MIPA SMA Plus Permata Insani


Islamic School

Penulis :

Nama Lengkap : Khumaidi M,, S.Pd


Jenis Kelamin : Laki-laki
NIP :-
Pangkat/Golongan :-
Guru : Pend. Matematika
Sekolah : SMA Plus Permata Insani Islamic School
Mengetahui Pasar Kemis , 2 November 2019
Kepala Sekolah Peneliti

Hasan Firdaus, S.Kom, M. Pd Khumaidi M., S.Pd

BIODATA PENULIS

1. Judul Penerapan Hots Dalam Pembelajaran Matematika


Untuk Meningkatkan Prestasi Di Kelas XII MIPA SMA Plus
Permata Insani Islamic School Kabupaten Tangerang Tahun
Pelajaran 2019/2020
2. Nama : Khumaidi M., S.Pd.
3. NIP :-
4. NUPTK: 5438764665110023
5. Jabatan : Guru
6. Pangkat /Gol :-
7. Tempat/tanggal lahir : Tangerang, 06 November 1986
8. Jenis Kelamin : Laki-Laki
9. Agama : Islam
10. Pendidikan terakhir : S-1
11. Unit Kerja : SMA Plus Permata Insani Islamic School Kab.
Tangerang
12. Alamat Rumah : Jl. Kawasan Industri Kp. Pasir Awi Ds. Suka Asih
: RT. 005/002 Kec. Pasar
Kemis, Tangerang

Pasar Kemis, 2 November 2019

Penulis
Khumaidi M., S.Pd.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada kita
semua sehingga penyusunan dan pelaksanana best practice ini dapat terselesaikan dengan
jadwal yang telah ditentukan. Best practice merupakan laporan uraian hasil pengalaman
nyata seorang guru dalam memecahkan masalah yang di jumpai sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan memiliki nilai bermanfaatan baik secara langsung untuk guru itu sendiri
atau tidak langsung meliputi (peserta didik, ,masyarakat, rekan sejawat lainnya). Best
practice juga berisi cara pembaharuan atau berinovasi untuk meningkatkan sebuah
pembelajaran dilingkungan sekolah bagi guru itu sendiri.

Penyusunan best practice ini dapat terselesaikan tentunya tidak terlepas adanya bantuan
dari berbagai pihak rekan-rekan guru mata pelajaran matematika yang tergabung dalam
MGMP Kabupaten Tangerang yang telah memberikan motivasi dan arahan selama
pendapingan PKP Se-Kabupaten Tangerang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan best practice ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan di dalamanya. Sehingga saran dan kritikan dapat menjadikan penulis untuk lebih
baik, demi kesempurnaan penyusunan best practice selanjutnya. Terima kasih
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL……………………………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………...ii
BIODATA PENULIS……………………………………………………………………iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..v
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………..vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….….1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………….
…..1
B. Jenis
Kegiatan……………………………………………………………………2
C. Manfaat
Kegiatan……………………………………………………………......2
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN…………………………………………………3
A. Tujuan dan
Sasaran……………………………………………………………..3
B. Bahan/Materi
Kegiatan………………………………………………………….3
C. Metode/Cara Melaksanakan
Kegiatan…………………………………………..3
D. Alat/Instrumen………………………………………………………………
… 4
E. Waktu dan Tempat Kegiatan………………………………………………….
4
BAB III HASIL KEGIATAN……………………………………………………………5
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI…………………………………………6
A. Simpulan………………………………………………………………………
.7
B. Rekomendasi………………………………………………………………….
..7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tidak dapat dipungkiri bahwa guru adalah salah satu pilar utama kemajuan
pendidikan. Sementara itu, kejayaan dan kemajuan suatu negara sangat dipengaruhi
oleh sektor pendidikan. Dengan demikian maka peran guru menjadi suatu keniscayaan
dalam menentukan nasib bangsa.
Bila ditelisik, pada dasarnya guru memiliki fungsi yang sangat beragam, baik dalam
kaitannya dengan alih pengetahuan (transfer of knowledge) maupun dalam hal
keteladanan dalam bersikap, berucap, dan bertindak. Sebagai guru, alih pengetahuan
dilakukan dalam bentuk mengajar, membimbing, dan melatih. Sedangkan dalam hal
keteladanan, seorang guru harus mampu mendidik baik melalui penanganan langsung
pada proses maupun dalam bentuk memberikan contoh terbaik untuk diteladani.
Menjadi seorang guru memiliki konsekuensi yang sangat luas, dalam semua aspek
kehidupan dan bagi semua kalangan. Saat seorang guru telah mengajar dan mendidik
serta memberi teladan maka tugas utamanya tersebut tidak berhenti. Guru harus
mencamkan dalam hati bahwa setiap detik ia adalah sosok yang pantas untuk digugu
dan ditiru hingga akhir hayatnya. Ia harus menjadi orang yang dapat dipercaya dan
diteladani, baik oleh siswa maupun oleh masyarakat. Tentu saja beban dan tanggung
jawab status tersebut amatlah berat bila tidak dilandasi oleh keikhlasan hati dan cita-cita
yang luhur.
Memiliki guru yang berprestasi dan profesional tentu saja menjadi dambaan
pemerintah maupun masyarakat. Pencapaian status tersebut juga menjadi dambaan
pribadi setiap guru. Terlebih dengan diluncurkannya program sertifikasi guru oleh
pemerintah maka status tersebut tidaklah menjadi sekadar kebutuhan, akan tetapi
menjadi tuntutan dan kewajiban. Setiap guru hendaknya selalu berupaya untuk
memenuhi berbagai persyaratan maupun kriteria untuk menjadi profesional dan
berprestasi. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa tunjangan profesi guru yang nota
bene meningkatkan penghasilan guru seharusnya termanfaatkan bukan saja untuk
peningkatan kesejahteraan namun juga demi pembuktian diri sebagai tenaga profesional
yang handal. Seorang guru harus mampu membuktikan bahwa dirinya pantas
memeroleh penghasilan lebih besar dengan meningkatkan prestasi dan profesionalitas
mereka. Kinerja mereka hendaknya jauh lebih baik dan meningkat dibandingkan
sebelum sertifikasi. Hal yang penting untuk dicatat adalah bahwa semua upaya tersebut
harus dilandasi oleh kejujuran baik dalam pelaksanaan tugas pembelajaran sehari-hari
maupun dalam pengembangan profesi serta pengembangan diri.

Kemampuan berfikir dasar (lower order thinking) hanya menggunakan kemampuan


terbatas pada hal-hal rutin dan bersifat mekanis, misalnya menghafal dan mengulang-
ulang informasi yang diberikan sebelumnya. Sementara, kemampuan berfikir tinggi
(higher order thinking) merangsang siswa untuk mengintrepretasikan, menganalisa atau
bahkan mampu memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak monoton.
Kemampuan berfikir tinggi (higher order thinking) digunakan apabila seseorang
menerima informasi baru dan menyimpannya untuk kemudian digunakan atau disusun
kembali untuk keperluan problem solving berdasarkan situasi. Dengan HOTS ini maka
memberikan dampak pembelajaran bagi siswa maupun guru yaitu :
1. Belajar akan lebih efektif dengan higher order thinking.
2. Kemampuan intelektual guru dalam mengembangkan higher order thinking.
3. Dalam evaluasi belajar dengan konsep baru ini, guru harus selalu menyiapkan soal
pertanyaan yang nantinya tidak dijawab secara sederhana.
Sejalan dengan teori pembelajaran terbaru seperti konstruktivisme dan munculnya
pendekatan baru seperti RME (Realistic Mathematics Education), PBL (Problem Based
Learning), serta CTL (Contextual Teaching & Learning), maka proses pembelajaran di
kelas sudah seharusnya dimulai dari masalah nyata yang pernah dialami atau dapat
dipikirkan para siswa, dilanjutkan dengan kegiatan bereksplorasi, lalu para siswa akan
belajar matematika secara informal, dan diakhiri dengan belajar matematika secara
formal. Dengan cara seperti itu, para siswa kita tidak hanya dicekoki dengan teori-teori
dan rumus-rumus matematika yang sudah jadi, akan tetapi para siswa dilatih dan
dibiasakan untuk belajar memecahkan masalah selama proses pembelajaran di kelas
sedang berlangsung.
Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal (recall
thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking)
(Krulik & Rudnick, 1999).
Tingkat berfikir paling rendah adalah keterampilan menghafal (recall thinking) yang
terdiri atas keterampilan yang hampir otomatis atau refleksif. Tingkat berfikir
selanjutnya adalah keterampilan dasar (basic thinking). Keterampilan ini meliputi
memahami konsep-konsep seperti penjumlahan, pengurangan dan sebagainya termasuk
aplikasinya dalam soal-soal. Berfikir kritis adalah berfikir yang memeriksa,
menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi atau masalah. Termasuk di
dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi.
Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan
mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Ini juga berarti mampu
menarik kesimpulan dari data yang diberikan dan mampu menentukan
ketidakkonsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data. Berfikir kritis adalah
analitis dan refleksif. Berfikir kreatif sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari
keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan di
antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan
efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang
biasanya menemukan hasil akhir yang baru.
Dua tingkat berfikir terakhir inilah yaitu berfikir kritis dan berfikir kreatif yang disebut
sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam
pembelajaran Matematika.

B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam best pracitice ini adalah kegiatan pembelajaran
Hots pada materi statistika yang telah terbukti membuat proses dan hasil belajar di
kelas XII menjadi baik. Pembelajaran seperti ini telah dilakukan penulis selama sebulan
pada beberapa kelas.
C. Manfaat Kegiatan
Dalam mengembangkan pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat
tinggi, dikembangkan dengan tujuan sebagai berikut.
1. Memberikan acuan kepada guru dalam mengembangkan pembelajaran berorientasi
pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
2. Memberikan acuan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik.
3. Memberikan acuan kepada pengawas sekolah dalam pelaksanaan supervisi
akademik dan manajerial.

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan Sasaran


Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan praktik baik penulis
dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS).
Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas XII MIPA semester 1 di SMA
Plus Permata Insani Islamic School.

B. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan/Materi yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materi
kelas XII untuk materi statistika.
Kompetensi Dasar Indikator

3.2 Menentukan dan menganalisis  Mengidentifikasi fakta pada ukuran pemusatan


ukuran pemusatan dan penyebaran dan penyebaran data yang disajikan dalam
data yang disajikan dalam bentuk bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram
tabel distribusi frekuensi dan  Menentukan ukuran pemusatan dan penyebaran
histogram data yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan histogram
 Menganalisis ukuran pemusatan dan penyebaran
data yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan histogram
4.2 Menyelesaikan masalah yang  Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
berkaitan dengan penyajian data penyajian data hasil pengukuran dan
hasil pengukuran dan pencacahan pencacahan dalam tabel distribusi frekuensi dan
dalam tabel distribusi frekuensi dan histogram
histogram  Menyajikan penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan penyajian data hasil
pengukuran dan pencacahan dalam tabel
distribusi frekuensi dan histogram

C. Cara Melaksanakan Kegiatan


Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik ini adalah menerapkan pembelajaran
problem based learning (PBL).
D. Media dan Instrumen
Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik terbaik ini adalah (a) Buku paket
matematika kelas 3 (b) materi power point statistika (c) lembar kerja Peserta Didik
(LKPD). Instrumen yang digunakan dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu (a)
instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi dan (b)
instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan (a) tes tulis pilihan
ganda dan uraian singkat.
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
Praktik baik ini dilaksanakan pada tanggal 25 oktober 2019 bertempat di kelas XII
SMA Plus Permata Insani Islamic School.
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Hasil
Hasil yang dapat diilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran Matematika yang dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran PBL berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan
dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas
pembelajaran yang dirancang sesuai sintak PBL megharuskan siswa aktif selama
proses pembelajaran.
2. Pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
PBL meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge.
3. Setelah membaca, meringkas, dan mendiskusikan materi statista, siswa tidak hanya
memahami konsep teks (pengetahuan konseptual) dan bagaimana membuat ringkasan
yang benar (pengetahuan prosedural), tetapi juga memahami konsep konstektual.
Pemahaman ini menjadi dasar siswa dalam mempelajari materi statistika.
4. Penerapan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis.
5. Penerapan model pembelajaran PBL juga meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah (problem solving). PBL yang diterapkan dengan menyajikan
teks tulis dan video berisi permasalahan kontekstual mampu mendorong siswa
merumuskan pemecahan masalah.
6. Sebelum menerapkan PBL, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku
guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku teks kadang
kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa, tetap saja penulis gunakan.
Jenis teks yang digunakan juga hanya pada teks tulis dari buku teks.
7. Dengan menerapkan PBL, siswa tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari
video serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya.
B. Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi terutama adalah belum terbiasanya siswa belajar degan model
PBL. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu
mengguakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri menghadapi
ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.
C. Cara Mengatasi Masalah
Agar siswa yakin bahwa pembelajaran Matematika dengan PBL dapat mebuat mereka
lebih meguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa,
bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). i
Bab IV
Simpulan dan Rekomendasi
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran PBL layak dijadikan
praktik baik pembeljaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan
kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan
pemecahan masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis
dan cermat, pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran PBL yang
dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan
PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model pembelajaran
problem based learning (PBL), berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan
buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani melakukan
inovasi pembelajaran tematik yang kontekstual sesuai dengan latar belakang
siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran
lebih bermakna.
2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam
belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar degan cara ini akan
membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama
(tidak mudah lupa).
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah,
seperti penyediaan sarana da prasarana yang memadai dan kesempatan bagi
penulis utuk mendesiminasikan praktik baik ini aka menambah wawasan guru
lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto-foto kegiatan

Siswa memresentasiikan hasil kerjanya

Guru memberi penilaian


R-9 Rubrik Laporan Best Practise
Rubrik ini digunakan fasilitator untuk menilai hasil refleksi dari peserta.

A. Langkah-langkah penilaian hasil kajian:

1. Cermati tugas yang diberikan kepada peserta pembekalan pada LK-9!


2. Berikan nilai pada hasil kajian berdasarkan penilaian anda terhadap hasil kerja peserta sesuai
rubrik berikut!

B. Kegiatan Praktik

1. Memuat Lembar Judul


2. Memuat Halaman Pengesahan yang ditanda tangani Kepala Sekolah
3. Memuat Biodata Penulis dengan lengkap
4. Memuat Kata Pengantar, Daftar Isi dan Daftar Lampiran
5. Menguraikan Latar Belakang Masalah dari kesenjangan harapan dengan kenyataan yang ada
dengan jelas
6. Menguraikan jenis dan manfaat kegiatan dengan jelas
7. Memuat tujuan dan sasaran, Bahan/Materi Kegiatan, Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan,
Alat/Instrumen, Waktu dan Tenpat Kegiatan dengan jelas
8. Menguraikan hasil kegiatan dengan penjelasan hasil yang diperoleh, masalah yang dihadapi dan
cara mengatasi masalah tersebut dengan jelas
9. Memuat simpulan dan rekomendasi yang relevan
10. Memuat daftar pustaka sesuai materi yang dituangkan
11. Memuat lampiran yang dilengkapi dokumentasi, instrumen dan hasil pembelajaran
Rubrik Penilaian:
Nilai Rubrik

90  nilai  100 Sebelas aspek sesuai dengan kriteria

80  nilai  90 Sembilan aspek sesuai dengan kriteria, dua aspek kurang sesuai

70  nilai  80 Tujuh sesuai dengan kriteria, empat aspek kurang sesuai

60  nilai  70 Lima sesuai dengan kriteria, enam aspek kurang sesuai

<60 Empat aspek sesuai dengan kriteria, tujuh aspek kurang sesuai

Anda mungkin juga menyukai