Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TERKAIT

HAKEKAT BERBUSANA

IBADAH DAN MUAMALAH

Dosen Pengampu :

Shofrony, S.Pd I, M. Pd

Di Susun Oleh :

1. Dwi Nur Lestari (202310430311045)


2. Mahia Hita Nataneila (202310430311046)
3. Regita Dwi Agustina Anugrah N (202310430311047)
4. Intan Gemala Sari (202310430311046)
5. Khairal Mukhlisa (202310430311049)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2024-2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di
hari akhir kelak.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Shofrony Hidayat yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. Ada banyak hal yang bisa kami pelajari
melalui makalah ini.

Makalah berjudul “Hakekat Berbusana” disusun untuk memenuhi tugas


mata pelajaran Ibadah dan Muamalah. Selain itu, makalah ini juga diharapkan bisa
memberikan sudut pandang tentang bagaimana tata cara dalam berbusana menurut
syariat islam.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan


penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Terima
kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

MALANG, 26 FEBRUARI 2024

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ 2


DAFTAR ISI .......................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. TUJUAN .............................................................................................. 6
BAB II..................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................... 7
BAB III ................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................ 14
D. KESIMPULAN .................................................................................. 14
E. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbusana atau berpakaian merupakan salah satu wujud keberadaban manusia. Oleh karena itu,
berbusana, sesungguhnya bukan sekedar memenuhi kebutuhan biologis untuk melindungi tubuhdari
panas, dingin, bahkan serangan binatang, akan tetapi terkait dengan adat istiadat, pandangan hidup,
peristiwa, kedudukan ataustatus dan juga identitas. Pakaian merupakan salah satu penampilanlahiriah
yang paling jelas dimana penduduk dibedakan dengan yanglain dan sebaliknya menyamakan dengan
kelompok lainnya. Pakaian atau busana adalah konsep dari penanda dan maknaatas identitas sebuah
diri, atau dapat dinyatakan sebagai harkat danmartabat status dalam lingkup sosial dan pergaulan.
Pakaian juga menjadi alat komunikasi, melalui pakaian manusia berkomunikasi secara langsung tanpa
membutuhkan upaya untuk melakukan pendekatan secara personal. Dengan kata lain, pakaian atau
busana mencitrakan sesuatu dan nilai dibaliknya. Apapun wujudnya, pakaianmempresentasikan
sebuah nilai dan pemaknaan yang hakiki tentang budaya suatu komunitas.1 Bicara tentang masalah
pakaian, dalam Islam ada “satu istilah” yang sangat populer dan sering dijadikan topik oleh berbagai
kalangan yang sangat peduli terhadap keberadaan umat. 2Istilah tersebut dikenal dengan sebutan
“aurat” yang artinya sesuati yang harus ditutupi dan tidak boleh kelihatan walau sedikitpun. Aurat
bagi laki-laki adalah maa baina surrati wa rukba, artinya sesuatu apapun bentuk, warna dan
keadaannya yang terletak diantara pusar dan lutut. Sedangkan kalau perempuan defenisinya: jamii’u
badaniha illal wajha wakaffaiha, seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan, demikian sesuai
firman Allah:

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mukmin agar
mengulurkan atas mereka jilbab-jilbab mereka. Yang demikian itu menjadikan mereka lebih mudah
dikenal (sebagai wanita muslimah atau wanita merdeka atau orang baik-baik) sehingga mereka tidak
diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Ahzab ayat: 59).3

Busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Menurut isltilah, busana adalah pakaian yang kita kenakan setiap hari dari ujung
kaki beserta segala perlengkapan, seperti tas, sepatu, dan segala macam perhiasan yang melekat
padanya. Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan penggunaan gaun
tersebut mencerminkan seorang muslimah yang taaat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana.

4
Busana muslimah bukan sekedar simbol melainkan dengan mengenakannya berarti seorang
perempuan 2 Ridwan Asy-Syirbaany, Membentuk Pribadi Lebih Islami,

1M. Alifuddin, “Etika Berbusana dalam Perspektif Agama dan Budaya” dalamJurnal
ShaututTarbiyah, Vol no. 1/Nopember 2014h. 81

(Jakarta: PT Intimedia Ciptanusantara,2012), h.261 3Al-Quran dan Terjemah 3 telah


memproklamirkan kepada makhluk Allah SWT akan keyakinan mendalam terhadap Tuhan yang
Maha Esa dan Kuasa.4 Jadi busana muslimah adalah, sesuatu yang dikenakan oleh wanita mulai dari
ujung rambut sampai ujung kaki, busana yang dikenakan mencakup busana pokok, pelengkap, dan
tatariasnya, serta unsur kreativitas seseorang dalam berbusana dan tidak menyimpang dari syari‟at
Islam. Walid Muhammad dan Fitratul Uyun mengatakanbahwa: “Berbusana memiliki fungsi
melindungi, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik, pakaian dapat melindungi dari sengatan
panas matahari dan dingin serta dapat berfungsi melindungi dari gigitan serangga.

Secara non fisik, pakaian dapat mempengaruhi prilaku orang yang memakai. Dengan memakai
pakaian yang sopan misalnya, akan mendorong seseorang untuk berprilakubaik serta mendatangi
tempattempat yang terhormat. Sebaliknya, pakaian yang terkesan urakan akan mendorong seseorang
untuk menjauhi tempat terhormat karena merasa malu dengan pakaiannya, dan justru mendorong
seseorang untuk berprilaku urakan dan mendatangi tempat-tempat yang kurang bermanfaat.

” Kemudian M. Quraish Shihab menyatakan bahwa: “Pakaian memang tidak menciptakan santri,
tetapi dapat mendorong pemakai untuk berperilaku santri. Begitu seblaiknya, pakaian juga bisa
mendorong seorang untuk berperilaku seperti setan, tergantung dari cara model pakaiannya”: Ini
mungkin maksud dari pakaian sebagai pelindung yang dapat melindungi seseorang dari perilaku yang
kurang baik. Dalam hal ini, penulis mengambil keterkaitan antara fungsi busana muslimah dalam segi
non fisik, dimana busana muslimah itu bisa mempengaruhi perubahan prilaku orang yang
memakainya agar lebih baik sesuai norma agama yang dianutnya. Dalam hal ini prilaku yang
dimaksud oleh penulis adalah tentang adab bergaul.

An-Nisa,BusanaMuslimah Filsafat, Adab, dan


Kreativitas,http://hagustianii.blogspot.co.id/2015/01/busana-muslimah-filsafat-adab, diakses pada
tanggal 27 Februari 2018 pukul 09:19 5Walid Muhammad, dan Fitratul Uyun, Etika Berpakaian bagi
Perempuan, (Malang: Uin Maliki Press, 2011), h.24

5
B. Rumusan Masalah
1. Sebagian wanita sengaja mengenakan sebagian pakaian yang menampakkan tempat-tempat
fitnah dari tubuhnya dan perhiasan bagian dalam, seperti menampakkan punggung, paha atau
bagian darinya, atau mengenakan pakaian yang memperlihatkan tubuhnya, atau pakaian
sempit yang membentuk bagian-bagian yang bisa menimbulkan fitnah. Dan sebagian mereka
beralasan bahwa aurat yang diperintahkan untuk ditutup di antara wanita mulai dari pusar
hingga lutut, dan mereka hanya mengenakan pakaian tersebut di antara kumpulan wanita saja,
maka bagaimana jawaban atas pemyataan ini?

2. Apa fungsi utama berbusana menurut perspektif agama dan budaya, terutama dalam konteks
masyarakat Islam?

3. Bagaimana pandangan Islam terhadap fenomena tabarruj dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan nilai-nilai moral dan etika Islam?

4. Bagaimana ketentuan Islam terkait busana menurut Al-Quran dan Hadis, dan sejauh mana
ketentuan tersebut memengaruhi gaya berbusana dalam masyarakat Muslim?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
hubungan antara kebiasaan berbusana muslimah dengan adab bergaul menurut syariat islam.

6
BAB II
PEMBAHASAN

Tidak diragukan lagi bahwa aurat wanita bersama wanita lainnya adalah apa saja yang ada di
antara pusar dan lutut, akan tetapi hal ini disyaratkan jika memang aman dari fitnah. Dan yang terjadi
pada kebanyakan wanita sekarang bahwa mereka melampaui batas dalam menutup aurat mereka. 842

Bahkan keadaan ini menyebabkan terfitnahnya sebagian wanita dengan sebagian lainnya. Banyak kisah
populer yang berkaitan dengan mereka kaum wanita ini. Ada yang mengetahuinya dan ada pula yang
tidak. Berkumpulnya para wanita bukanlah alasan untuk

Syaikh al-Albani menshahihkan riwayat Abu Dawud (no. 3389).

Lihat Shahih al-Bukhari, kitab ash-Shalah, bab Maa Yudzkar fil Fakhdz.

Fatwa al-Lajnah ad-Da`imah (no. 2252) (VI/167-165).

Kabar-kabar tentang mereka tidak menggembirakan orang yang beriman, dan kami
membersihkan telinga dan mata kalian dari perkara yang mendatangkan kabar-kabar tersebut, dan siapa
yang ingin mengetahuinya ia bisa menanyakannya kepada wanita karena ada pada diri mereka terdapat
banyak kabar tentang keadaan mereka yang sebenarnya, wallahul Musta'an. mengenakan pakaian yang
wanita tidak halal mengenakannya, bahkan kapan saja pakaian itu menjadi faktor terjadinya fitnah dan
sebagai penggerak tabi'at yang buruk maka hal itu diharamkan walaupun dilakukan di tengah
perkumpulan para wanita.

Syaikh Ibnu 'Utsaimin memiliki pendapat tentang memakai pakaian yang sempit, dan alangkah
baiknya kami sebutkan di sini, beliau berkata, "Memakai pakaian sempit yang menampakkan bagian-
bagian tubuh yang bisa menimbulkan fitnah dari tubuh wanita adalah diharamkan. Nabi bersabda, 'Ada
dua golongan calon penghuni neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu suatu kaum yang membawa
cambuk seperti ekor sapi yang mereka pakai untuk mencambuk manusia, dan kaum wanita yang
berpakaian tetapi telanjang ('ariyat), 43 dia berjalan berlenggak-lenggok dan kepalanya seperti punuk unta
yang condong.BA5

Dan maksud sabda Nabi, "Mereka berpakaian tapi telanjang," bahwa mereka mengenakan
pakaian pendek yang tidak menutupi bagian yang wajib ditutup dari aurat, dan ditafsirkan bahwa mereka
mengenakan pakaian tipis yang tidak menghalangi pandangan terhadap apa yang ada dibaliknya dari kulit

7
wanita, dan ditafsirkan pula bahwa mereka mengenakan pakaian sempit (ketat) yang menutupi pandangan
akan tetapi menampakkan lekuk-lekuk tubuh. Dan berdasarkan alasan Ini wanita tidak boleh mengenakan
pakaian sempit kecuali di hadapan orang yang ia boleh menampakkan auratnya kepadanya, yaitu
suaminya, karena antara suami dan isteri tidak ada aurat berdasarkan firman Allah Ta'ala:

ْ‫اج ِه ْم أ َ ْو َما َملَكَت‬


ِ ‫علَى أ َ ْز َو‬ ِ ‫َوالَّذِينَ هُ ْم ِلفُ ُر‬
ُ ِ‫وج ِه ْم َحاف‬
َ ‫ظونَ إِ ََّّل‬

َ ‫) أ َ ْي َمت ُ ُه ْم فَإِ َّن ُه ْم‬


َ‫غي ُْر َملُومِ ين‬

3 Yakni membuka sebagian badannya untuk menampakkan kecantikannya atau memakai pakaian tipis
yang menampakkan tubuhnya. (Lihat terjemah Fiqih Sunnah Wanita yang diterbitkan oleh Griya Ilmu-
ed.). Memakai wewangian dan bergaya ketika berjalan dan memiringkan pundaknya atau cenderung
kepada kaum laki-laki dengan menampakkan perhiasannya. (Lihat terjemah Fiqih Sunnah Wanita yang
diterbitkan oleh Griya Ilmu-ed.) 845 HR. Muslim (no. 2128), Ahmad (no. 8451), Malik (no. 1694), dan
lafazh seluruhnya tercantum dalam riwayat Muslim, "Kepala mereka bagaikan punuk unta yang condong.
Mereka tidak akan masuk surga dan tidak pula mencium aromanya, padahal aroma surga dapat tercium
dari jarak sekian dan sekian.

Sedangkan fungsi dari berpakaian adalah Penutup aurat, Perangkat untuk beribadah kepada Allah
swt, Pelindung tubuh dan Perhiasan dan keindahan. Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat al A’raf Ayat
26 “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu
dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-
tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat”.

Sedangkan dalam Al Qur’an Surat An Nahl Ayat 81 “Dan Allah menjadikan tempat bernaung
bagimu dari apa yang telah Dia ciptakan, Dia menjadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-
gunung, dan Dia menjadikan pakaian bagimu yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi)
yang memeliharamu dalam peperangan. Demikian Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu agar
kamu berserah diri (kepada-Nya”).

Adab Berpakaian dalam Islam yaitu ketika akan berpakaian diawali doa, berpakaian dimulai dari
kanan, saat melepas dari kiri, tawadhu/ tidak berlebih-lebihan dalam berpakaian, pakaian yang dikenakan
bersih dan rapi, sesuai dengan situasi dan kondisi, pakaian yang dikenakan menutup aurat, tidak
membentuk lekukan tubuh, tidak memakai pakaian yang bersifat menarik perhatian orang dan tidak
terlalu mencolok dan menarik perhatian orang.

8
Dalam Al Qur’an Surat Al Ahzab 59 “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Manfaat menutup Aurat diantaranya menunjukkan identitas sebagai seorang mukmin, terhindar
dari gangguan yang tidak diinginkan. Menghindarkan diri dari dosa akibat mengumbar aurat.
Menghindari fitnah, tuduhan atau pandangan negatif.Mencegah timbulnya hawa nafsu lawan jenis
maupunsesama jenis. Menunjukkan diri sebagai bukan perempuan/ laki-laki murahan. Melindungi tubuh
dan kulit dari lingkungan. Mencegah rasa cemburu pasangan hidup kita. Mencegah terkena penyakit dan
gangguan kesehatan. Memberikan sesuatu yang spesial bagi suami atau isteri kita. Melindungi diri kita
dari berbagai tindak kejahatan. Menutupi aib rahasia yang ada pada diri kita.

Selain itu fenomena fashion hijab semakin berkembang di Indonesia dan melahirkan trend baru
dalam berhijab. Dengan banyaknya mode hijab yang ada memicu semangat para wanita untuk berhijab,
akan tetapi pemakaian hijab di sini tidak semata-mata untuk menutup aurat, tetapi ada unsur mengikuti
mode di dalamnya. Oleh sebab itu penting untuk dikaji mengenai konsep berhijab yang sebenarnya
dengan merujuk pada al-Qur’an, hadis serta pendapat ‘ulama. Tulisan ini membahas mengenai fashion
hijab ditinjau dari perspektif tafsir maqāṣidi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang
menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui tafsir maqāṣidi, dapat diketahui bahwasanya menutup aurat
adalah bagian dari hifẓ karāmah (menjaga kehormatan). Ada tiga fungsi dari menutup aurat. Pertama,
fungsi dasar, yakni menutup aurat secara zahir dan batin. Kedua, fungsi ganda (bilateral) yang melindungi
manusia dari bahaya iklim dan kerugian sosial. Ketiga, fungsi tambahan, yakni menutup aurat salah satu
sarana untuk menghias diri dan berpenampilan bagus dalam hal positif.

Namun demikian, tentang model berbusananya, syariat tidak menentukannya, bahkan


menyerahkan sepenuhnya pada manusia untuk berkreasi dalam berpakaian asalkan mengikuti aturan.

Artinya, meskipun Islam tidak menjelaskan secara detil model pakaian Islami, tetapi Islam
menjelaskan aturan umum dan etika berpakaian yang mesti dipahami dan diamalkan.

9
Syaik Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah dalam buku 'Panduan Berbusana Islami:
Berpenampilan sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah", ada beberapa aturan atau syarat yang harus
diketahui perempuan muslimah dalam menentukan model pakaian ini. Antara lain :

▪ Menutupi seluruh tubuh kecuali yang tidak wajib ditutupi


▪ Tidak berfungsi sebagai perhiasan (yaitu bukan untuk memperindah diri)
▪ Kainnya tebal tidak tipis apalagi menerawang
▪ Lebar, tidak ketat yang menampakkan bentuk lekukan tubuh
▪ Tidak diberi pewangi atau parfum
▪ Tidak menyerupai pakaian lelaki
▪ Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
▪ Bukan merupakan libas syuhrah (pakaian yang menarik perhatian orang-orang)

Berikut dalil-dalil dan hadis yang menguatkan atur an dan syarat berpakaian untuk kaum perempuan
muslimah ini;

1. Menutupi seluruh tubuh kecuali yang tidak wajib ditutupi.

Ada beberapa ulama yang berbeda pendapat tentang hukum menutup wajah dan telapak tangan. Namun
soal syarat harus menutup aurat dijelaskan dalam firman Allah Ta'ala :

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS An-Nur : 31)

Kemudian firman Allah :

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu

10
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al-Ahzab : 59)

Ada juga hadis yang diriwayatkan Aisyah radhiyallahu'anha, ia berkata: “ Sesungguhnya,


Asma’binti Abu Bakar menemui Nabi saw dengan memakai busana yang nipis ” Maka nabi berpaling
daripadanya dan bersabda “Wahai Asma’ , sesungguhnya apabila wanita itu telah baligh (sudah haid)
tidak boleh dilihat daripadanya kecuali ini dan ini , sambil mengisyaratkan kepada muka dan tapak
tangannya.”

2. Pakaian perempuan tidak Tidak berfungsi sebagai perhiasan

Dalilnya tersurat dalam firman Allah Ta'ala dalam surah An-Nur : 31. Secara umum, pengertian
ayat ini mencaku pakaian luar yang dipakai oleh perempuan jika dihias dengan aneka hiasan yang
menarik kaum lelaki.

Dalil lain adalah sabda Rasulullah SAW :

"Ada tiga golongan yang tidak perlu engkau tanya lebih jauh, orang yang memisahkan diri dari
jamaah atau membangkah pemimpin dan mati dalam kondisi membangkang, budak wanita atau budak
laki-laki yang melarikan diri dari tuannya lalu mati, dan wanita yang ditinggal pergi oleh suami dan
kebutuhan duniawinya telah dipenuhi, tapi saat suaminya pergi dia melakukan tabarruj. Engkau tidak
perlu bertanya tentang keadaan mereka itu," (HR Ahmad dan Hakim)

Tabarruj di sini berarti memperlihatkan perhiasan dan keindahan tubuh wanita serta semua bagian
badan yang seharusnya tertutup yang dapat mengundang syahwat lelaki.

3. Kainnya tebal tidak tipis apalagi menerawang

Dalam sebuah hadis shahih, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua golongan
dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu : Suatu kaum yang memiliki cambuk, seperti
ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala
mereka seperti punuk unta yang miring, wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan
mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan ini dan ini,” (HR.Muslim).

Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang
memakai pakaian yang tipis sehingga dapat menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum
menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun
pada hakikatnya mereka telanjang,” (Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah)

11
4. Kainnya lebar, tidak ketat yang menampakkan bentuk lekukan tubuh

Pakaian perempuan di sini maksudnya harus longgar. Ini sebenarnya yang banyak juga
mengundang keprihatinan kita terhadap kondisi wanita-wanita sekarang ini.Mereka dengan percaya
dirinya mengatakan dirinya telah menutupi auratnya di saat mengenakan jilbab yang dimodifikasi tetapi
biasanya masih menggunakan celana jeans, dan biasanya dipadukan dengan hanya memakai baju kaos.
Ini merupakan cara berpakaian yang salah, walaupun mereka telah mengenakan khimar atau penutup
kepala, tetapi yang bermasalah adalah celana jeans dan baju kaos yang mereka gunakan. Celana jeans dan
baju kaos dapat membentuk lekuk tubuh sehingga tidak termasuk pakaian yang syar’i.

5. Tidak diberi pewangi atau parfum

Sebagaimana aturan bahwa perempuan tidak boleh memakai parfum di saat keluar rumah, begitu
pula kaidah untuk pakaian yang wanita gunakan. Hal ini dikarenakan parfum diperuntukkan untuk pria di
saat keluar rumah.Dilarangnya wanita untuk memakai parfum di saat keluar rumah adalah karena Islam
sangat menjaga harkat dan martabat perempuan.

Selain itu, larangan memakai parfum bagi wanita juga untuk menghindarkan wanita dari
pengaruh fitnah. Yang memakai bau-bauan ketika keluar rumah sehingga lelaki mencium baunya
disifatkan oleh Rasulullah saw sebagai zaniyah, yakni pelacur atau penzina. “Wanita apabila memakai
wangi-wangian , kemudian berjalan melintasi kaum lelaki maka dia itu begini dan begini yaitu pelacur,”
(Riwayat Abu Dawud dan Tirmizi).

6. Tidak menyerupai pakaian lelaki

Hal ini disandarkan pada hadits dari Rasulullah SAW “Rasulullah saw telah melaknat lelaki yang
menyerupai wanita dan wanita-wanita yang menyerupai lelaki,” (Riwayat Bukhari).

7. Tidak menyerupai pakaian perempuan kafir

Alasannya adalah karena agama melarang seluruh kaum muslimin baik laki-laki maupun
perempuan menyerupai orang-orang kafir, baik dalam ibadah, perayaan hari raya, maupun pakaian yang
identik engan mereka.

Banyak sekali dalil yang menetapkan larang tersebut. Salah satunya adalah hadis Abdullah bin
Umar radhiyallahu'anhu," Rasulullah Saw pernah melihatku memakai dua helai kain mua'ashfar (kain
yang dicelup dengan sejenis pewarna), maka Beliau menegrku," Sesungguhnya, ini pakaian orang-orang
kafir, jangan kau pakai." (HR Muslim, Nasa'i dan Ahmad).

12
8. Bukan merupakan libas syuhrah (pakaian yang menarik perhatian orang-
orang)

Ibnu Umar ra menyatakan bahwa Rasulullah bersabda :

"Barangsiapa memakai pakaian syuhrah di dunia, maka pada hari kiamat kelak Allah akan
memakaikan kepadanya pakaian kehinaan, kemudian membakarnya dengan api neraka." (HR Abu Dawud
dan Ibnu Majah).

Pengertian pakaian syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk mengangkat
populritasnya dalam pandangan masyarakat. Ia bisa berupa pakaian mewah yang dipakai untuk
menunjukkan keistimewaan status sosial dan kelebihan materinya, atau bisa juga berupa pakaian lusuh
yang dipakai dengan tujuan untukmenunjukkan tingkat kezuhudannya yng tinggi dan riya.

Dengan demikian, pakaian yang dipakai perempuan muslimah ini, ternnyata tidak cukup hanya
menutup rambut dan kepalanya saja, namun harus sesuai dengan syarat-syarat sesuai syariat pula.

13
BAB III
PENUTUP

D. KESIMPULAN
Dengan ini dapatkan disimpulkab bahwa tidak ada yang diragukan lagi bahwa aurat wanita
bersama wanita lainnya adalah apa saja yang ada di antara pusar dan lutut, akan tetapi hal ini
disyaratkan jika memang aman dari fitnah. Dan yang terjadi pada kebanyakan wanita sekarang
bahwa mereka melampaui batas dalam menutup aurat mereka. 842 Bahkan keadaan ini
menyebabkan terfitnahnya sebagian wanita dengan sebagian lainnya. Banyak kisah populer yang
berkaitan dengan mereka kaum wanita ini. Ada yang mengetahuinya dan ada pula yang tidak.
Berkumpulnya para wanita bukanlah alasan untuk Syaikh al-Albani menshahihkan riwayat Abu
Dawud (no. 3389). Lihat Shahih al-Bukhari, kitab ash-Shalah, bab Maa Yudzkar fil Fakhdz.
Fatwa al-Lajnah ad-Da`imah (no. 2252) (VI/167-165). Kabar-kabar tentang mereka tidak
menggembirakan orang yang beriman, dan kami membersihkan telinga dan mata kalian dari
perkara yang mendatangkan kabar-kabar tersebut, dan siapa yang ingin mengetahuinya ia bisa
menanyakannya kepada wanita karena ada pada diri mereka terdapat banyak kabar tentang
keadaan mereka yang sebenarnya, wallahul Musta'an.

E. DAFTAR PUSTAKA
1M. Alifuddin, “Etika Berbusana dalam Perspektif Agama dan Budaya” dalamJurnal
ShaututTarbiyah, Vol no. 1/Nopember 2014h. 81

(Jakarta: PT Intimedia Ciptanusantara,2012), h.261 3Al-Quran dan Terjemah 3

An-Nisa,BusanaMuslimah Filsafat, Adab, dan


Kreativitas,http://hagustianii.blogspot.co.id/2015/01/busana-muslimah-filsafat-adab, diakses pada
tanggal 27 Februari 2018 pukul 09:19 5Walid Muhammad, dan Fitratul Uyun, Etika Berpakaian
bagi Perempuan, (Malang: Uin Maliki Press, 2011), h.24

Widaningsih,Selasa, 23 Mei 2023 -Dalil-dalil tentang Aturan dan Syarat Berpakaian yang Penting
Diketahui Muslimah

NOTE PEMBAGIAN TUGAS :

1. DWI NUR LESTARI : MENCARI MATERI


2. MAHIA HITA NATANEILA : MEMBUAT MAKALAH
3. REGITA DWI AGUSTINA ANUGRAH N : MEMBUAT PPT
4. INTAN GEMALA SARI : MENCARI MATERI
5. KHAIRAL MUKHLISA : MENCARI BUKU

14

Anda mungkin juga menyukai