Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FASHION DAN HUKUM MENUTUP AURAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Ushul fiqih

Dosen Pengampu : Drs..KH. Abd. Hayyi Imam,M.Ag

Disusun Oleh :

IMAM SAFI’I

NIM : 2022.1.25.1.03126

YASIR ABDULLAH

NIM : 2022.1.25.1.03185

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIAH

UNIVERSITAS ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON

TAHUN 2023

Jln.Widarasari III Tuparev Cirebon Telp. (0231)24615

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi salah satu tugas
kewarganegaraan, Fakultas tarbiyah, Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada : Drs..KH. Abd. Hayyi Imam,M.Ag yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan selama penulisan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu memberikan dukungan,
semangat, dan motivasi selama penulisan makalah ini.makalah ini membahas tentang Tipe
dan gaya kepemimpinan.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi penulis dan
para pembaca. Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dan membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
karya yang lebih baik di masa mendatang.

Cirebon, 3 September 2023

penyusun

1
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................0
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................3
C. TUJUAN.........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. DEFINISI FASHION..................................................................................................... 7
B. PANDANGAN ISLAM TERHADAP FASHION.........................................................7
C. AURAT.......................................................................................................................... 6
D. BATAS-BATAS AURAT.............................................................................................. 6
B. KEWAJIBAN NUTUP AURAT....................................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................... 8
A. KESIMPULAN................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fashion memiliki definisi berbeda-beda, tetapi pengertian fashion pada prinsipnya tetap tidak
terpisah dari perubahan selera masyarakat di jamannya yang dipengaruhi oleh perkembangan
sosial budaya tertentu dan dalam rentang waktu tertentu. Dalam Islam aturan fashion sudah
termaktub di dalam nash yang tidak bisa dipisahkan dengan aturan syariat. Hampir seluruh syariat
yang dibangun di dalam nash mengandung misi politik hukum Identitas sehingga mengarah pada
suatu tujuan membentuk bangunan hukum yang terpadu, juga memiliki identitas yang kuat,
konsep fashion memiliki nilai yang tinggi dalam membentuk etika hukum dalam berpakaian
bukan sekedar menggunakan dan menutup bagian tubuh tetapi Islam telah menanamkan nilai-
nilai filosofi yang sangat tinggi tercermin dari konsep fashion. Bahkan fashion telah menjelma
menjadi identitas bagi setiap Muslim di dunia tanpa disadari menjadi bargading position umat
Islam. Sekian banyak perintah nash kepada umat Islam bisa ditafsirkan sebagai politik hukum
identitas, karena selain mengandung kemaslahatan secara moral juga ingin F Musyfikah Ilyas 134
- Vol. 5 / No. 1 / Juni 2016 menegaskan identitas yang tegas sebagai sebagai seorang Muslim.
Perintah menutup aurat bagi perempuan adalah salah satu dari sekian banyak penegasan identitas
yang terdapat di dalam nash. Islam adalah ajaran global yang tidak menampik identitas lokal oleh
masing-masing kelompok dalam masyarakat Islam. Walaupun demikian Islam ingin membangun
identitas yang khas dari umat Islam menjadi semacam brand yang memiliki ikatan emosional
kuat, dalam mempengaruhi opini masyarakat agar terpengaruh terhadapnya.1 Fashion dalam
segala macam bentuknya, mendapat perhatian khusus bagi umat Islam khususnya kalangan ulama
dan tokoh ulama bahkan sejumlah fatwa ulama telah diterbitkan, namun sepertinya tidak tergubris
dengan fatwa tersebut. Bahkan sebaliknya, cenderung adanya fenomena bahwa pihak yang
melakukan tindakan seperti itu angkat bicara dan membela diri atas nama seni dan hak asasi
manusia. Dari sini tanpak adanya sikap egoisme dan kecenderungan untuk menang sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan fashion?
b. Apa yang dimaksud dengan aurat?
c. Bagaimana hukum menutup aurat?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menganalisis makna fashion dan hukum menutup aurat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI FASHION
Fashion berasal dari bahasa Latin, factio, yang artinya membuat atau melakukan. Karena
itu, arti kata asli fashion mengacu pada kegiatan; fashion merupakan sesuatu yang
dilakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini, yang memaknai fashion sebagai sesuatu
yang dikenakan seseorang. Arti asli fashion pun mengacu pada ide tentang fetish atau
obyek fetish. Kata ini mengungkapkan bahwa butir-butir fashion dan pakaian adalah
komoditas yang paling di-fetishkan, yang diproduksi dan dikonsumsi di masyarakat
kapitalis. Polhemus dan Procter (dalam Barnard, 2006) menunjukkan bahwa dalam
masyarakat kontemporer Barat, istilah fashion sering digunakan sebagai sinonim dari
istilah dandanan, gaya dan busana.
B. PANDANGAN ISLAM TENTANG FASHION
Pada prinsipnya Islam membolehkan seorang muslim bahkan memintanya untuk berpenampilan
menarik dan terhormat. Ada dua hal pokok yang menarik dari penampilan seseorang: Pertama:
merupakan sesuatu yang sudah melekat pada dirinya, bukan tambahan. Bentuk badan, warna kulit,
mata hidung, telinga, dan sebagainya adalah hal-hal melekat pada diri seseorang. Kedua: adalah
sesuatu yang ditambahkan pada badan. Gelang, cincin, arloji, kalung dan semacamnya.3

Terdapat sejumlah ayat al Qur’an dan hadis Nabi yang menyatakan bolehnya manusia
memperbaiki kedua tampilan tersebut. Antara lain firman Allah:

ِ ‫اريْ َسوْ ءٰ تِ ُك ْم َو ِر ْي ًش ۗا َولِبَاسُ التَّ ْق ٰوى ٰذلِكَ خَ ْي ۗ ٌر ٰذلِكَ ِم ْن ٰا ٰي‬


‫ت‬ ٰ
ِ ‫ٰيبَنِ ْٓي ا َد َم قَ ْد اَ ْنز َْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَاسًا يُّ َو‬
َ‫هّٰللا ِ لَ َعلَّهُ ْم يَ َّذ َّكرُوْ ن‬
Artinya: Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik.
yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka
selalu ingat.4 Adapun hadis Nabi yang berbicara tentang hal ini, antara lain:

Seorang laki-laki menemui Rasulullah dengan pakaian yang jelek, Nabi bertanya kepadanya?
Apakah engkau punya harta? Ia menjawab: ia. Nabi bertanya: Harta apa? Segala jenis harta yang
Allah telah limpahkan kepadaku. Rasulullah bersabda: Apabila Allah memberimu harta hendaklah
terlihat nikmat dan pemberianNya itu pada dirimu.5

Namun bila diteliti lebih lanjut, terdapat pula sejumlah hadis Nabi yang melarang berhias. Apakah
itu berarti bahwa terdapat kontradiksi antara teks-teks agama dalam masalah berhias ?
Jawabannya, tentu saja tidak. Ulama sepakat bahwa dalil-dalil agama tidak bertentangan pada

4
hakikatnya. Kendatipun terdapat kontradiksi itu hanya dari segi zahir, artinya ketika ia diteliti
lebih mendalam maka akan saling mendukung6.

Dalil yang membolehkan berhias dibatasi dengan syarat sepanjang ia dalam batas fitrah manusia,
sedangkan dalil yang melarang berhias itu terbatas pada gaya dan cara berhias yang melampaui
batas fitrah. Artinya, berhias dalam Islam itu boleh bila memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Bahan yang digunakan untuk fashion and beauty halal dan baik.

Pada prinsipnya Islam hanya membolehkan hal-hal yang halal dan baik dalam seluruh aspek.
Makanan, mencari rezki, mencari jodoh, berobat, dan termasuk berhias. Allah berfirman:

َ ~‫ق~ ۚ~ قُ~ ْ~ل~ ِه‬


~‫ي‬ ِ ~‫ت~ ِم~ َ~ن~ ا~ل~ ِّر~ ْ~ز‬ ِ ~‫قُ~ ْ~ل~ َم~ ْ~ن~ َح~ َّر~ َم~ ِز~ ي~نَ~ ةَ~ هَّللا ِ~ ا~لَّ~تِ~ ي~ َأ ْ~خ~ َر~ َج~ لِ~ ِ~ع~ بَ~ ا~ ِد~ ِه~ َو~ ا~ل~طَّ~ يِّ~ بَ~ ا‬
ِ ~‫ص~ ُل~ ا~آْل يَ~ ا‬
~‫ت~ لِ~ قَ~ ْ~و~ ٍم‬ ِّ ~َ‫ك~ نُ~ف‬ ~َ ~ِ‫ص~ ةً~ يَ~ ْ~و~ َم~ ا~ ْل~ قِ~ يَ~ ا~ َم~ ِة~ ۗ~ َك~ ٰ~ َذ~ ل‬ َ ~ِ‫لِ~ لَّ~ ِذ~ ي~ َ~ن~ آ~ َم~ نُ~ و~ا~ فِ~ ي~ ا~ ْل~ َ~ح~ يَ~ ا~ ِة~ ا~ل~ ُّد~ ْن~ يَ~ ا~ َخ~ ا~ل‬
~‫يَ~ ْع~ لَ~ ُم~ و~ َن‬
Terjemahnya: Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang
baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah Kami menjelaskan ayatayat itu
bagi orang-orang yang mengetahui.( Q.S. Al-A’raaf: 32)

2. Tujuan Fashion and Beauty untuk menjaga kehormatan dan harga diri. Prinsip selanjutnya
yang ditekankan dalam Islam adalah menjaga kehormatan. Salah satu bentuk kehormatan
manusia ketika ia menutup bagian bagian tertentu dari tubuhnya. Bagian tubuh yang tidak
boleh ditampakkan disebut dengan aurat.

3. Tidak menjadi ajang pamer riya dan kemewahan.

Agama melarang riya dan bermewah mewahan. Alasannya karena bermewah mewah
merupakan pemborosan. Pemborosan terlarang dalam segala hal, termasuk dalam hiasan.

4. Tidak bertujuan mempertontonkan keseksian tubuh.

Bila tujuan kosmetika dan busana dewasa ini banyak dirancang dengan sengaja agar
kelihatan seksi dan menarik bagi lawan jenis, maka Islam justru melarang hal tersebut.
Keseksian bukanlah hal yang harus dipertontonkan kepada lawan jenis. Keseksian hanya
boleh kepada pasangan saja. Islam memandang gaya tabarruj sebagai bentuk kebodohan dan
perbudakan nafsu. Hal itu tidak hanya akan merugikan yang mempertontokan diri tapi juga
pihak yang menyaksikan.

5. Tidak mengubah keaslian penciptaan Allah.

Tubuh bukanlah milik manusia. Tubuh merupakan milik Allah yang dititipkannya kepada
manusia untuk dipergunakan sebagaimana fungsinya. Sehingga manusia hanya memiliki hak
pakai bukan hak milik. Hak pakai tidak memberi kebebasan kepada pemakai untuk menjual,
mengubah dan merusak. Sedangkan hak milik memberi kekuasaan tersebut. Islam melarang
untuk mengubah, merusak atau memperjual belikan anggota tubuh sendiri, tanpa izin dari

5
sang pencipta.

C. AURAT

Aurat menurut bahasa adalah sesuatu yang menimbulkan rasa malu, sehingga
seseorang terdorong untuk menutupnya.7 Secara terminologi dalam Hukum Islam,
„aurat adalah bagian badan yang tidak boleh kelihatan menurut syariat Islam, 8 batas
minimal bagian tubuh manusia yang wajib ditutup berdasarkan perintah Allah.9
Berdasarkan pengertian ini, dipahami bahwa „aurat tidaklah identik dengan bahagian
tubuh yang ditutup menurut adat suatu kelompok masyarakat. Apabila pengertian
tentang aurat dikenakan pada tubuh wanita, maka hal itu terkait dengan situasi mana
wanita itu berada. Secara umum, situasi itu dapat dibedakan dalam tiga hal, yaitu;
Ketika ia berhadapan dengan Tuhan dalam keadaan shalat, ketika ia berada ditengah-
tengah muhrimnya, dan ketika ia berada di tengah-tengah orang yang bukan
muhrimnya.

D. BATAS-BATAS AURAT

‫ات َأرْ بَ ُع‬


ُ ‫ْالعَوْ َر‬

(1) ‫عَوْ َرةُ ال َّرج ُِل ُمطلَقًا‬

َّ ‫َواآْل َم ِة فِي ال‬


۲‫صاَل ِة َما بَ ْينَ الس َُّر ِة َوالرُّ ْكبَ ِة‬
ْ
۳‫ َج ِمي ُع بَ َدنِهَا َما ِس َوى ال َوجْ ِه‬:‫صاَل ِة‬َّ ‫عَوْ َرةُ ال ُح َّر ِة فِي ال‬
‫َو ْال َكفَّي ِْن‬

٤ ‫ َج ِمي ُع ْالبَ َد ِن‬: ‫ب‬ ِ ِ‫عَوْ َرةُ ْال ُح َر ِة َواآْل َم ِة ِع ْن َد اَأْل َجان‬
٥ ‫ َما بَ ْينَ ال ُّس َّر ِة َوالرُّ ْكبَ ِة‬:‫ار ِمه َما~ َوالنِّ َسا ِء‬ِ ‫ِع ْن َد َم َح‬

Aurat itu ada 4, yaitu:

1. Aurat semua laki-laki (merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat, yaitu
antara pusar dan lutut.

2. Aurat perempuan merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan

kecuali muka dan telapak tangan 3. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki
yang ajnabi (bukan muhrim), yaitu seluruh badan

4. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki muhrimya dan perempuan, yaitu
antara pusar dan lutut

6
E. KEWAJIBAN MENUTUP AURAT\
Pembicaraan masalah „aurat selalu saja mengacu kepada dua ayat Alquran yaitu AS. An-
Nur (32): 31 dan Al-Ahzab (34): 59. di samping ayat-ayat lain dan sejumlah hadits
Rasulullah Saw. Dua ayat yang dimaksud sebagai berikut
‫~ر ِه َّن َعلَ ٰى ُجيُ~~وبِ ِه َّن ۖ َواَل يُ ْب~ ِدينَ ِزينَتَه َُّن ِإاَّل لِبُ ُع~~ولَتِ ِه َّن َأوْ َءابَ~~ٓاِئ ِه َّن َأوْ َءابَ~~ٓا ِء‬
ِ ~‫ين ِزينَتَه َُّن ِإاَّل َما ظَهَ َر ِم ْنهَا ۖ َو ْليَضْ ِر ْبنَ بِ ُخ ُم‬
~َ ‫َواَل يُ ْب ِد‬
‫بُعُولَتِ ِه َّن‬
Terjemahnya
Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka,..13

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Definisi Fashion: Fashion pada awalnya mengacu pada kegiatan dan juga merupakan
konsep tentang fetish atau obyek fetish dalam masyarakat kapitalis. Ini berarti fashion
awalnya merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dan bukan hanya tentang
apa yang dikenakan oleh seseorang. Namun, dalam masyarakat kontemporer Barat,
fashion sering digunakan sebagai sinonim dari istilah dandanan, gaya, dan busana.

2. Pandangan Islam tentang Fashion: Islam membolehkan umatnya untuk


berpenampilan menarik dan terhormat. Hal ini didasarkan pada prinsip-prinsip seperti
penggunaan bahan halal, menjaga kehormatan dan harga diri, menghindari riya dan
kemewahan, tidak mempertontonkan keseksian tubuh, serta tidak mengubah keaslian
penciptaan Allah. Pandangan Islam tentang berhias juga berdasarkan situasi, dan
dalam shalat, wanita diwajibkan menutup segenap anggota tubuh kecuali muka dan
telapak tangan.

3. Aurat dalam Islam: Aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh terlihat menurut
syariat Islam. Aurat wanita dalam shalat meliputi segenap anggota tubuhnya, kecuali
muka dan telapak tangan. Al-Quran dan hadis menunjukkan kewajiban menutup
aurat, dan wanita hanya boleh menampakkan perhiasannya kepada suami, ayah, atau
ayah suami mereka

8
DAFTAR PUSTAKA

1. 1Muhammad Habibi, Otoritarisme Hukum Islam Kritik atas Hierarki Teks Al-Kutub
As-Sittah (Cet. I; Yogyakarta: LkiS, 2014), h. 228-230
2. Barnard, Malcolm, 2006, Fashion as Communication, diterjemahkan oleh Idy
Subandy Ibrahim, Fashion sebagai Komunikasi Cara Mengkomunikasikan Identias
Sosiasl, Seksual, Kelas dan Gender, Jalasutra, Yogyakarta.
3. M. Quraish Shihab, Perempuan, Cet.VI; Jakarta: Lentera Hati, 2010 , hal. 64.
4. Abu Daud Sulaiman As-Sajastany, Sunan Abi Daud , Cet. I; Lebanon: Dar ar Risalah
al Ilmiyah, 2009. No. 4063. Juz 6, hal. 169
5. Ibn Taimiyah, Syarh Umdatul Fiqh, Daar Ibn Hazm : Beirut, 1440H\2019M, Juz 1, h.
221
6. Muhammad Abu Zahra, Us}u>l Fiqh, Kairo: Dar alFikr al Araby, 2006, hal. 276.
7. Poerwadarminta, 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai
Pustaka.h. 65
8. Louis Ma‟ruf, Al-Munjid fi al-Lughah, Beyrut; Dar al- Masyruq, 1973, h.537
9. Al-Husayni, Kifayatul al-Akhyar, Kairo : Isa al-Halaby,t.t., Juz. I, h.92
10. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah. t.t. : Dar- Al-Kitab Al-Arabiy,tt, jilid I, h.114.
11. Ibnu Taimiyah, Hijab Al Ma’ah dalam Majmu‟ Rasail fil Al-Hijab wa alsafur, t.t.
12. Salim ibn sumair al-hadrami,dalam Safinatunnajah Bab pembagian Aurat
13. Departemen Agama RI. Al-Qur’an, dan Terjemahannya.

Anda mungkin juga menyukai