Anda di halaman 1dari 11

KONSEP BUSANA DALAM ISLAM

KELOMPOK 7
Disusun oleh:
1) Eka Riski Meximahlino
2) Muhammad Nahel Zulidham

KELAS : AKUNTANSI 1A
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul “Konsep Busana Dalam Islam” tepat pada waktunya.
Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah ikut membantu hingga dapat disusunnya
makalah ini.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Dalam makalah ini, membahas Konsep-konsep dan Adab
Berpakaian dalam Islam. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-
makalah lainnya pada waktu mendatang.

Depok, 14 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1

DAFTAR ISI………………………………………………………………….....……....2

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG .................................................................................... 4-5


2. RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 5
3. TUJUAN ......................................................................................................... 5

BAB II ISI

1. Masa Sebelum Kemerdekaan Indonesia ......................................................... 6-7


2. Masa Demokrasi Terpimpin ........................................................................... 7-13
3. Masa Reformasi ............................................................................................ 13-17

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN ............................................................................................. 18
2. SARAN ......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu perbedaan sistem Islam dengan sistem Kapitalis adalah bahwa sistem
Kapitalis memandang persoalan sosial dan rumah tangga dianggap sebagai masalah ekonomi,
sedangkan sistem Islam masalah-masalah di atas dibahas tersendiri dalam hukum-hukum
seputar interaksi pria-wanita (nizhâm al-ijtima’iyyah). Misalnya dalam sistem kapitalisme
tidak ada istilah zina jika laki-laki dan perempuan melakukan hubungan suami isteritanpa
ikatan pernikahan asal dilakukan suka-sama suka atau saling menguntungkan sebaliknya
disebut pelecehan seksual dan pelakunya dapat diajukan ke pengadilan jika seorang suami
memaksa dilayani oleh seorang isteri sementara isterinya menolak.
Karena itu alam persoalan pakaian antara penganut sistem kapitalis dan sistem Islam
jelas perbeda. Dalam sistem kapitalis pakaian dianggap
sebagai salah satu ungkapan kepribadian, sebagai unsur penarik lawan
jenis dan karena itu memiliki nilai ekonomis. Bentuk tubuh seseorang
apalagi wanita sangat berpengaruh terhadap makna kebahagiaan dan masa,
depan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Busana (Pakaian) ?
2. Apa Saja Ketentuan Berbusana Muslim dan Muslimah ?
3. Apa Implementasi Berbusana menurut islam dalam Era Globalisasi ?
4. Adakah Penyimpangan berbusana dalam islam ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep-konsep Berbusana dalam Islam
2. Mengetahui Fungsi-fungsi Busana menurut syariat islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pakaian
Pakaian (sandang) adalah salah satu kebutuhan pokok manusia di samping makanan
(pangan) dan tempat tinggal (papan). Selain berfungsi menutup tubuh, pakaian juga dapat
merupakan pernyataan lambang status seseorang dalam masyarakat. Sebab berpakaian
ternyata merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang mempunyai rasa malu
sehingga berusaha selalu menutupi tubuhnya.
Busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Menurut istilah, busana adalah pakaian yang kita kenakan setiap
hari dari ujung rambut sampai ujung kaki berserta segala pelengkapannya, seperti tas, sepatu,
dan segala macam perhiasan/aksesoris yang melekat padanya.

Dalam ajaran Islam, pakaian bukan semata-mata masalah budaya dan mode, Islam
menetapkan batasan-batasan tertentu untuk laki-laki maupun perempuan. Seperti yang
tercantum dala surah Al- Araf Ayat 26 :

‫ّللا لَعَلَّ ُه ْم‬


‫ت ه‬ َ ‫اس الت َّ ْق َو‬
ِ ‫ى ذَلِكَ َخي ٌْر ذَلِكَ ِم ْن آيَا‬ ُ َ‫س ْو َءاتِ ُك ْم َو ِريشا ً َو ِلب‬ َ ‫يَا بَنِي آدَ َم قَ ْد أَنزَ ْلنَا‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم ِلبَاسا ً ي َُو ِاري‬
َ‫يَذَّ َّك ُرون‬

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat.” (Al-A’RAF 26)
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa pakaian bani Adam ada itu ada tiga macam,
yaitu:
 Pertama, pakaian yuwaari sau-atikum, artinya pakaian sekedar penutup bagian-bagian
yang malu dilihat atau terlihat orang.
 Kedua, pakaian riisyan, artinya pakaian yang merupakan hiasan yang layak bagi
manusia, jadi lebih daripada hanya menyembunyikan aurat saja.
 Ketiga, (dan yang terpenting) pakaian yang disebut libasut taqwa yang berarti pakaian
yang merupakan ketakwaan, yang menyelamatkan diri, menyegarkan jiwa,
membangkitkan budi pekerti dan akhlak yang mulia.
Pakaian inilah yang menjamin keselamatan diri, dunia dan akhirat, menjamin
kebahagiaan rumah tangga dan menjamin keamanan serta ketentraman dalam masyarakat dan
negara.

B. Ketentuan Berbusana Muslim dan Muslimah


Oleh sebagian perancang busana Indonesia disebut sebagai busana seni
kontemporer. Dalam kolom konsultasi syari'ah online, ada beberapa syarat yang wajib
dipenuhi dalam berbusana. Syarat-syarat tersebut adalah: menutupi seluruh tubuh selain yang
dikecualikan, tidak tembus pandang, tidak ketat sehingga membentuk lekuk tubuh, tidak
menyerupai pakaian laki-laki dan tidak menyerupai pakaian 'khas' milik orang kafir atau
pakaian orang fasik. Berikut ketentuan berbusana muslim dan muslimah:
1. Bukan berfungsi sebagai perhiasan.
Ini berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nuur ayat 31 yang berbunyi: "Dan
janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka." Secara umum kandungan ayat
ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu, yang menyebabkan kaum laki-
laki melirikkan pandangan kepadanya.
Hal ini dikuatkan firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 33: "Dan hendaklah kamu
tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
jahiliyah." Berhias diri seperti orang-orang jahiliyah disini artinya bertabarruj. Tabarruj
adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu
yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).
2. Tidak tembus pandang.
Dalam sebuah hadits Rasulullah telah bersabda: "Pada akhir umatku nanti akan ada
wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti
terdapat bongkol (punuk) unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum
wanita yang terkutuk." Di dalam hadits lain terdapat tambahan: "Mereka tidak akan masuk
surga dan juga tidak akan mencium baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari
perjalanan sekian dan sekian." (HR. Muslim dari riwayat Abu Hurairah).

Isi riwayat di atas menunjukkan bahwa pakaian yang tipis atau yang mensifati dan
menggambarkan lekuk-lekuk tubuh adalah dilarang. Oleh karena itu Aisyah pernah berkata:
"Yang namanya khimar adalah yang dapat menyembunyikan kulit dan rambut." Saat ini
banyak diproduksi bahan-bahan lenan yang tipis dan berbahan lembut. Dengan sentuhan
teknologi jahit menjahit mungkin bisa disiasati dengan menambahkan lapisan (yang agak
tebal/senada) didalam bahan baju ketika menjahitnya atau memakainya, sehingga kita tetap
bisa mengenakan busana yang kita inginkan.

3. Tidak ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuh.


Usamah bin Zaid pernah berkata: Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah
yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju
itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku: "Mengapa kamu tidak
mengenakan baju Quthbiyah?" Aku menjawab: "Aku pakaikan baju itu pada istriku." Nabi
lalu bersabda: "Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena
saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya." (HR. Ahmad dan Al-
Baihaqi dengan sanad Hasan).
Aisyah pernah berkata: "Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga pakaian: baju,
jilbab dan khimar." Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya (pakaian sejenis jubah) dan
berjilbab dengannya.

4. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.


Dari Abu Hurairah berkata: "Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita
dan wanita yang memakai pakaian pria."
Dari Abdullah bin Amru yang berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda: 'Tidak
termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum
pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita.'"
Dalam hadits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai diharamkannya
tindakan wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya. Tidak menyerupai pakaian
pria disini, misalnya seorang muslimah memakai celana panjang yang layaknya dipakai oleh
seorang laki-laki, memakai kemeja laki-laki dll. Sehingga secara psikologis terpengaruh pada
pribadi pemakainya, misalnya merasa sekuat pria, merasa tomboy dll.

5. Tidak menyerupai pakaian 'khas' orang kafir atau orang fasik.


Syariat Islam telah menetapkan bahwa kaum muslimin (laki-laki maupun
perempuan) tidak boleh bertasyabuh (menyerupai) kepada orang-orang kafir, baik dalam
ibadah, ikut merayakan hari raya, dan berpakaian khas mereka. Allah berfirman dalam surat
Al-Mujadalah:22 bahwa tidak ada seorang mumin yang mencintai orang-orang kafir.
Barangsiapa yang mencintai orang-orang kafir, maka ia bukan orang mumin, sedangkan
tindakan menyerupakan diri secara lahiriah merupakan hal yang dicurigai sebagai wujud
kecintaan, oleh karena itu diharamkan.

6. Memakai busana bukan untuk mencari popularitas.


Berdasarkan hadits Ibnu Umar yang berkata: "Rasulullah bersabda: 'Barangsiapa
mengenakan pakaian (libas) syuhrah di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan
kepadanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka.'" (Abu Daud II/172;
Ibnu Majah II/278-279).
Libas Syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih
popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakain tersebut mahal, yang dipakai oleh
seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai
rendah, yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan
riya. Ibnul Atsir berkata: "Syuhrah artinya terlihatnya sesuatu. Maksud dari Libas Syuhrah
adalah pakaiannya terkenal di kalangan orang-orang yang mengangkat pandangannya mereka
kepadanya. Ia berbangga terhadap orang lain dengan sikap angkuh dan sombong.
Demikianlah syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang muslimah dalam
menentukan busana yang akan dikenakannya. Semakin kita mengetahui dengan jelas syarat-
syarat berbusana muslimah, kita akan lebih dapat berkreasi dengan busana kita. Berbusana
muslimah yang harmonis merupakan salah satu tanda ke syukuran kita kepada Allah .
C. Implementasi Berbusana Menurut Islam Dalam Era Globalisasi
Dengan kemajuan tekhnologi seperti ini banyak bermunculan model – model dan trend
baju muslim pria wanita yang tidak kalah modern. Bahkan sekarang banyak wanita yang
memakai kerudung dengan baju tertutup dan gaya yang sepadan, sehingga tidak akan
mengurangi rasa percaya diri dan mengganggu aktivitas sehari - hari. Dengan begitu tidak
ada lagi istilah ‘ketinggalan zaman’ untuk wanita atau pria yang berbusana menurut kaidah
islam. Tidak hanya semata – mata ikut – ikutan trend, kita berpakaian muslim karena Allah
SWT.

D. Berpakaian yang menyimpang dari ajaran Islam


Semakin berkembangnya zaman, malah semakin rusak moral masyarakat. Perzinaan
di mana-mana. Pornografi yang sudah semakin marak. Bahkan hal-hal porno semacam ini
bukan hanya digandrungi oleh orang dewasa, namun juga anak-anak. Mode pakaian dan
barang-barang lain yang semakin berkembang membuat semua tak menghiraukan lagi
peraturan yang berlaku baik secara umum maupun agama. Saat ini sangat berbeda dengan
beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan
hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi.
Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani membuka paha dengan memakai celana atau
rok setinggi betis. Ya Allah, kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang
semakin rusak ini.
Kami tidak tahu beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin
parah dan lebih parah dari saat ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang
transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga
Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari musibah ini.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pakaian untuk menutupi aurat yaitu perkara yang dianggap buruk bila terlihat.
Perhiasan ialah perkara untuk keindahan lahiriah. Akramah berkata bahwa pakaian takwa
ialah busana yang dipakai oleh orang-orang yang takwa pada hari kiamat.Kata zinah yang
secara bahasa berarti perhiasan, tetapi bukanlah perhi asan yang biasa dipakai orang tetapi
makna zinah di sini adalah anggotabadan yang merupakan tempat perhiasan (mahaluzzinah),
karena illa mâzhahara minha yang dimaksud adalah yang biasa nampak pada saat itu (saat
ayat ini turun) yaitu muka dan telapak tangan.

B. Penutup
Demikianlah makalah ini kami sampaikan dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, hal ini dikarenakan kami masih dalam
proses pembelajaran. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
guna mendukung proses pembelajaran kami agar lebih baik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://ariesjubed.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://blog.re.or.id/hukum-berpakaian-muslimah.htm
http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/202.html
Muhammad nasib ar-rifa’I, 1999, Ringkasan Ibnu Katsir II, Jakarta, Gema Insane Press.

Anda mungkin juga menyukai