Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“HUKUM AURAT WANITA MENURUT ISLAM”

DISUSUN OLEH :
NURUL JURNALISA RAUF
551423041

PRODI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa dengan Rahmat dan Ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Agama yang berjudul “HUKUM AURAT
WANITA MENURUT ISLAM” sebagai tugas Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) Semester
satu.
Sebelumnya penulis ingin berterimakasih kepada:
1. Dr. H. Rusdin Djibu M.Pd selaku Dosen Agama Islam di FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Adapun isi dari Makalah ini adalah Pancasila Sebagai refrensi atau tambahan ilmu agar
bisa menjadi pelajaran bagi wanita untuk menjaga auratnya dan Semoga Makalah ini dapat
menambah wawasan kita semua dan dapat memenuhi kriteria tugas yang bapak berikan serta
dapat menjadi nilai tambah untuk penulis.
Tak ada yang sempurna, begitu pula dengan penulisan makalah ini. Oleh sebab itu
penulis menerima kritik positif dari pembaca sebagai perbaikan bagi penulis dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini bermanfat.
Akhir kata penulis ucapkan “Terima Kasih”

Penulis

Nurul Jurnalisa Rauf

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
A. Kewajiban Menutup Aurat ........................................................................................... 2
B. Aurat Wanita Dalam Shalat ........................................................................................ 3
C. Aurat wanita diluar sholat ........................................................................................... 4
D. Siapakah Yang Disebut Dengan Muhrim ......................................................................... 4
E. Batasan aurat wanita dihadapan bukan muhrim .......................................................... 5
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 8
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fungsi pakaian terutama sebagai penutup aurat, sekaligus sebagai perhiasan,
memperindah jasmani manusia. Agama Islam memerintahkan kepada setiap orang untuk
berpakaian yang baik dan bagus. Baik berarti sesuai dengan fungsi pakaian itu sendiri, yaitu
menutup aurat, dan bagus berarti cukup memadai serasa sebagai perhiasan tubuh yang sesuai
dengan kemampuan si pemakai untuk memilikinya. Untuk keperluan ibadah misalnya untuk
shalat dimasjid, kita dianjurkan memakai pakaian yang baik dan suci.
Berpakaian dengan mengikuti muda yang berkembang saat ini, bukan merupakan
halangan, sejauh tidak menyalahi fungsi menurut Islam. Namun demikian kita diperintahkan
untuk tidak berlebih-lebihan. Berpakaian bagi kaum wanita mukimn telah digariskan oleh Al-
Qur’an adalah menutup seluruh auratnya. Hal tersebut selain sebaya identitas mukminah juga
menghindari diri dari gangguan yang tidak diinginkan pada dasarnya pakaian muslim tidak
menghalangi pemakaiannya untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam bermasyarakat.
Semuanya kembali kepada niat si pemakainya dalam melaksanakan ajaran Allah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis merumuskan masalah-masalah
yang akan di bahas diantaranya:
1. Bagaimana kewajiban menutup aurat ?
2. Bagaimana aurat wanita dalam shalat dan diluar sholat ?
3. Bagaimana batasan aurat wanita dihadap muhrim dan bukan muhrim ?
4. Bagaimanakah busana muslimah dan syaratnya ?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui hukum berpakaian yang benar menurut islam
2. Untuk mengetahui batasan aurat
3. Untuk mengetahui upaya – upaya agar tidak terjemurus dengan dosa

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kewajiban Menutup Aurat

Firman Allah dalam surat Al-Ar’af : 26

‫اس‬
ُ َ‫شاؕ َو ِلب‬ ً ‫س ۡو ٰاتِ ُك ۡم َو ِر ۡي‬َ ‫سا ي َُّو ِار ۡى‬ َ ‫ٰيبَنِ ۡۤۡى ٰادَ َم قَ ۡد ا َ ۡنزَ ۡلنَا‬
ً ‫علَ ۡي ُك ۡم ِلبَا‬
َ‫ّٰللا لَ َعلَّ ُه ۡم يَذَّ َّك ُر ۡون‬
ِ‫ت ه‬ ِ ‫الت َّ ۡق ٰوى ۙ ٰذ ِل َك خ َۡيرؕ ٰذ ِل َك ِم ۡن ٰا ٰي‬
Yaa Baniii Aadama qad anzalnaa 'alaikum libaasany yuwaarii saw aatikum wa riishanw wa
libaasut taqwaa zaalika khair; zaalika min Aayaatil laahi la'allahum yaz zakkaruun Artinya :

“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi
auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik.
Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.

Pada ayat-ayat yang lalu ditegaskan bahwa Allah menyuruh Adam dan istrinya keluar dari
surga dan bertempat tinggal di bumi, dan dijelaskan pula bahwa setan adalah musuhnya yang
sangat berbahaya. Pada ayat-ayat berikut Allah memberikan peringatan dan tuntunan kepada
anak keturunan Adam akan hal-hal yang dapat memberi mereka manfaat di dunia, dan peringatan
terhadap setan yang senantiasa berusaha menyesatkannya. Wahai anak cucu Adam! Ingatlah dan
bersyukurlah pada Kami dengan menaati perintah Kami, karena sesungguhnya Kami telah
memberikan karunia kepadamu dengan menyediakan kemudahan untuk mendapatkan pakaian
untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, yakni dengan
menghambakan diri kepada Allah dengan penuh ketulusan dan kecintaan, itulah yang lebih baik,
karena hal tersebut akan mendatangkan kebahagiaan, meraih kecintaan Allah, dan
menyelamatkan kamu dari azab Allah.
Demikianlah Allah menceritakan tentang Adam dan istrinya. Hal tersebut merupakan
sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan dengan kisah tersebut mereka, yakni
manusia, menjadi ingat dan dapat mengambil pelajaran, bahwa siapa pun yang menyalahi
perintah Allah dan melanggar larangan-Nya akan mendapatkan murka Allah.
Menutup aurat adalah dengan menggunakan kain atau pakaian yang berfungsi sebagai
penghalang (penghambat) pandangan terhadap aurat terbuka. Dengan demikian kain yang tipis,
tembus pandang atau yang berlubang-lubang sudah barang tentu tidak dapat dikategorikan
sebagai menutup aurat. Begitu pula pakaian yang terlalu tipis (ketat) sehingga tampak lokuk-

2
lokuk anggota tubuhnya. Tidaklah dibenarkan dalam ajaran agama Islam sebagai penutup aurat.
Dan menutup aurat adalah termasuk ciri khusus umat Islam dengan umat pemeluk agama lain.
Makalah tentang Aurat Wanita
Kita terkadang banyak menemukan pakaian panjang. Akan tetapi, pakaian tersebut terlihat
sempit sehingga mempertontonkan seluruh bagian dan lakukan tubuh. Sekarang kita beralih
kepenutup wajah. Menurut Syaikh Mutawall (2009 : 23) agama tidak mewajibkan seorang
perempuan muslimah untuk mempergunakan penutup wajah. Juga tidak melarangnya seandainya
ada yang hendak mempergunakannya. Oleh karena itu bagi orang-orang yang tidak setuju
dengan mereka yang mempergunakannya, maka tidak pantas untuk menolaknya.

B. Aurat Wanita Dalam Shalat

Seorang wanita muslimah yang telah baligh hendaknya menyediakan pakaian shalat. Pakaian
shalat bagi seorang wanita bisa berupa gaun atau baju kurung yang cukup panjang, yang dapat
menutup, kedua kaki sampai tumit, bisa juga memakai mukenah yang cukup lebar, panjang dan
tebal. Dengan demikian pakaian shalat bagi seorang wanita harus bisa menutup aurat. Aurat
wanita (semua anggota tubuhnya) kecuali muka dan telapak tangan. Dalam hubungan ini Allah
Ta’ala berfirman :

ْ َ‫ار ِه َّن َو َي ْحف‬


‫ظنَ فُ ُر ْو َج ُه َّن َو َل يُ ْب ِديْنَ ِز ْينَتَ ُه َّن‬ ِ ‫ص‬ ِ ‫َوقُ ْل ِل ْل ُمؤْ ِم ٰن‬
ُ ‫ت َي ْغ‬
َ ‫ضضْنَ ِم ْن اَ ْب‬
‫ع ٰلى ُجيُ ْو ِب ِه َّن‬ َ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو ْل َيض ِْربْنَ ِب ُخ ُم ِر ِه َّن‬َ ‫ا َِّل َما‬
Artinya :

“… dan janganlah mereka (kaum wanita) menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya…” (An-Nur : 31).

Maksud dan ayat ini adalah, bahwa wanita itu tidak boleh menampakkan bagian-bagian tubuh
yang biasa diberi perhiasan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dengan demikian bahwa
pakaian wanita dalam shalat harus memakai pakaian yang bisa menutup dari kepala sampai
keujung kaki (tumit), maka dalam hal ini bentuk pakaiannya bisa berupa mukenah, baju kurung
dan sebagainya : pokoknya bisa menutup dari kepada sampai ketumit yang kelihatan hanya muak
dan kedua telapak tangan.

3
C. Aurat Wanita Di luar Shalat
Kalau aurat wanita dalam shalat itu para fuqaha telah sepakat menyatakan sekujur badan
kecuali muka dan telapak tangan. Maka aurat wanita diluar shalatnya juga seperti dalam shalat
jikalau berhadapan dengan selain muhrim, karena memang demikianlah konsep agama Islam
dalam mengatur dan menganjurkan cara berbusana wanita muslimah diluar rumah atau ketika
berhadapan dengan laki-laki lain yang bukan muhrimnya. Dan disamping itu perlu diingat,
sepakat atas kebolehannya memperlihatkan wajah dan kedua telapak tangan kepada selain
muhrim, namun apabila dikhawatirkan akan dapat menimbulkan fitnah. Maka wajah dan telapak
tangan tu pun wajib ditutupi / dirahasiakan dengan menanamkan akidah yang kuat. Demikianlah
Allah yang lebih Maha Tahu.

D. Siapakah yang disebut dengan muhrim?

Muhrim menurut artinya adalah yang diharamkan, dalam istilah ilmu fiqih wanita yang
diharamkan untuk dikawini dengan sebab ada hubungan keturunan / pertalian darah, karena
sepersusunan, karena perkawinan dan sebagainya. Selanjutnya siapa sajakah laki-laki yang
tergolong laki-laki muhrim bagi seorang wanita. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam
surah An-Nur ayat 31

Artinya :

“… Dan janganlah perempuan menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau
putra-putri mereka atau putra-putri suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putra-putri
saudara laki-laki mereka atau putra-putri saudara perempuan mereka atau wanita-wanita Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pula yang laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita …”

4
D. Batasan Aurat wanita dihadapan muhrim

Imam Al-Qurtuby mengatakan tingkatkan para muhrim itu berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya ditinjau dari segi hubungan pribadi secara manusiawi. Kalau seorang
wanita dihadapkan suaminya bolehkah membuka / menampakkan semua perhiasannya, bahkan
boleh bertelanjang bulat. Apakah tingkah laku yang demikian itu harus ditampakkan dihadapan
saudara laki-lakinya? Anak tirinya? Kami rasa tidaklah demikian, kita harus pandai-pandai
menjaga diri dan tidak terlalu bebas untuk menampakkan perhiasan kita.

MADZHAB MALIKI ; Dalam madzhab ini bahwa aurat wanita dihadapan laki-laki
para muhrim ialah sekujur tubuh wanita itu kecuali muka dan ujung-ujung anggota tubuh, seperti
kepala kedua-dua tangan dan kaki.

MADZHAB HANBALI ; Dalam madzhab ini dikatakan bahwa aurat wanita dihadapan
para muhrim ialah sekujur tubuh kecuali muka, keduk, kepala, dua tangan, kaki dan betis.

Mereka ini tidak berbeda pendapat tentang aurat wanita dihadapan sesama wanitanya,
baik yang muslimah dan yang bukan muslimah. Tidak haram bagi wanita muslimah tubuhnya
terbuka dihadapan mereka.

E. Batasan aurat wanita dihadapan bukan muhrim

Golongan selain muhrim yang kami sebutkan diatas dinamakan “ajnab” (orang asing),
yaitu orang-orang yang tidak tersebut dalam golongan orang-orang yang haram manakah dengan
wanita tersebut untuk selama-lamanya. Jadi muhrim kebalikannya bukan muhrim (orang ajnab).
Selanjutnya kembali kepada permasalahan diatas yaitu sampai dimanakah batasan aurat seorang
wanita dihadapan laki-laki yang bukan muhrim itu?

Dalam hal ini ada dua pendapat yaitu :

Pendapat pertama menyatakan bahwa wanita itu seluruhnya adalah aurat, mulai dari ujung
rambut sampai ke ujung kaki. Tidak ada perhiasan yang boleh tampak kecuali pakaiannya saja.

5
Pendapat kedua mengatakan bahwa aurat wanita dihadapkan bukan muhrim adalah muka
dan kedua telapak tangan. Jadi kedua anggota tersebut yang boleh ditampakkan.
Dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini seseorang tidaklah bisa hidup bersendirian
tanpa memerlukan bantuan tangan orang lain mengurung diri dirumah untuk selama-lamanya.
Suatu saat ia harus keluar rumah berhadapan dengan khayalak sama, misalnya ke pasar, pusat
perbelanjaan, supermarket, ke rumah sakit, ke pengadilan untuk menjadi saksi dan sebagainya.
Di saat itulah yang penting bagi seorang wanita muslimah harus pandai menjaga kekacau mata
diri, menjaga pandangan (artinya pandangannya harus senantiasa ditundukkan, di samping itu
pakaian yang dikenakannya harus pakaian yang identitas Islam (busana muslimah). Dengan cara
demikian Insya Allah kita terhindar dari berbagai macam fitnah.

F. Busana Muslimah dan Syaratnya

Pakaian wanita muslimah ketika diluar rumah adalah dengan menggunakan Jilbab yaitu pakaian
yang bisa menutup seluruh tubuh sejak dari kepada ke kaki atau menutup sebagian besar tubuh
dan di pakai pada bagian luar sekali seperti halnya muka dan telapak tangan. Sebab muka dan
telapak tangan Menurut Jumhur Fuqaha tidak termasuk aurat, dengan syarat apabila dirasa aman
dari fitnah.
Syekh Muhammad Nashiruddin Albani telah menguraikan (memerinci) syarat-syarat tertentu
pakaian jilbab sebagai pakaian wanita muslimah yang terdapat dalam kitabnya HIJABUL MAR-
ATIL MUSLIMAH FIL KITAABI WAS-SUNNAH, sebagai berikut :
a. Pakaian itu dapat menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan
b. Jenis kainnya harus tebal, yang tidak tembus pandang, sehingga warna kulitnya tidak bisa
dilihat dari luar.
c. Lapang, tidak sempit (ketat), sehingga masih bisa menampakkan bentuk tubuh yang
ditutupinya.
d. Tidak menyerupai pakaian laki-laki
e. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
f. Tidak terlalu menyolok warnanya sehingga menarik perhatian orang yang
memandangnya.
g. Tidak ada hiasan pada pakaian itu sendiri.

6
Pakaian Rasulullah SAW

Nabi Saw biasa mengenakan gamis sebagai pakaian yang paling beliau suka. Lengan gamis
tersebut hingga batas pergelangan tangan. Beliau juga pernah mengenakan jubah dan pakaian
sejenis mantel. Dalam Shahihul Bukhari terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa Nabi
Saw melarang pakaian-pakaian yang terbuat dari sutra bagi laki-laki dan tidak apa-apa dikenakan
kaum wanita.

Diantara hukum-hukum dan adab-adab yang terpenting berkaitan dengan gamis adalah :
a. Hendaknya lengan gamis hingga mencapai pergelangan betis
b. Hendaknya panjang gamis hingga pertengahan betis
c. Hendaknya berwarna putih
d. Dilarang memanjangkan melebihi mata kaki dan menjulurkannya ke tanah dengan sikap
ujub dan sombong. Hal itu bagi kaum laki-laki saja.
Dari Sa’d Ra, ia berkata, “pada perang uhud, aku melihat disamping kanan dan kiri Nabi Saw
ada dua orang laki-laki yang mengenakan baju putih yang belum pernah aku lihat sebelum dan
sesudahnya.

Al-Hafizh mensyarah hadits diatas dalam kitab Al-Fath x : 295. Ahmad dan penulis kitab sunnah
telah meriwayatkan sebuah hadits yang dishahikan oleh Hakim berupa hadits Samurah yang ia
marfukan sampai kepada Nabi Saw. “Hendaklah kalian senantiasa mengenakan pakaian putih
karena ia lebih baik dab lebih suci. Kafanilah orang-orang yang meninggal diantara kalian
dengannya.” Kemudian, Al-Hafizh melanjutkan, “Adapun dalam hadits sa’d, yakni saad bin Abi
Waqqa Ra, yang telah disebutkan dimuka, disebutkan nama kedua orang tersebut, yaitu : Jibril
dan Mikail. Bagi yang mengira bahwa salah satunya adalah Israfil, maka ia telah keliru.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menutup aurat adalah dengan menggunakan kain atau pakaian yang berfungsi sebagai
penghalang (penghambat) padanya aurat terbuka.
2. Pakaian shalat bagi seorang wanita harus bisa menutupi aurat. Aurat wanita (semua anggota
tubuhnya) kecuali muka dan telapak tangan.
3. Muhrim dalam istilah ilmu fiqih adalah wanita yang diharamkan untuk dikawini dengan
sebab ada hubungan keturunan / pertalian darah, karena sepersusun, karena perkawinan.
4. Syarat-syarat tertentu pakaian jilbab sebagai berikut : Pakaian itu dapat menutupi seluruh
tubuh kecuali muka dan telapak tangan, Jenis kainnya harus tebal, Lapang tidak sempit
(ketat), Tidak menyerupai pakaian laki-laki, Tidak menyerupai pakaian wanita kafir, Tidak
terlalu menyolok dan Tidak ada hiasan pada pakaian itu sendiri

B. Saran
Berpakaian dengan menurut syariat islam itu sangat penting mengigat jaman sekarang
banyak sekali korban korban pelecehan seksual, nah salah satu untuk mencaga agar terhindar
dari hal tersebut ialah kita harus menutupi aurat kita agar kaum lelaki apalagi yang berniat jahat
tidak akan terpancing oleh godaan setan, selain itu kita juga mendapatkan pahala dan jauh dari
perbuatan dosa

8
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Mutawalli As-Syarawi, Fiqih Perempuan, Jakarta, AMZAH, 2009.

Saputra Thoyib Sah, AQIDAH AKHLAK, Semarang, Toha Putra, 1996.

Ahnan Mahtuf, Risalah Fiqih Wanita, Surabaya, Terbit Terang

Abu Thalha bin Abdus Sattar, Tata Busana Parasalaf, Solo, Zamzam, 2008. Makalah
tentang Aurat Wanita

7 Ketentuan Berpakaian Sesuai Syariat Islam dan Fungsi Pakaian | kumparan.com

Anda mungkin juga menyukai