Anda di halaman 1dari 16

PERINTAH BERHIJAB BAGI PEREMPUAN

MAKA

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Qur’an Hadis 3
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Bone

OLEH:

KELOMPOK XIII

ANISA KHUSNUL FADHILA


862082021020

Dosen Pengajar : Dr. Sarifa Nursabaha, S.Pd.,M.Pd.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “perintah berhijab bagi perempuan” ini sebagai tugas pada mata
kuliah Qur’an Hadis 3 dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya, tentunya
penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad saw. yang senantiasa kita nantikan syafa’atnya di akhirat kelak.
Ibarat “tiada gading yang tak retak”, makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan yang ada. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik
kedepannya.
Demikian, dan apabila terdapat kesalahan pada makalah ini, penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis sendiri dan para pembaca serta dapat membuka cakrawala berpikir
mahasiswa. Aamiin.

Watampone, 16 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Berhijab Bagi Perempuan...............................................................3
B. Dalil Tentang Berhijab Bagi Perempuan..........................................................4
C. Perintah Berhijab Bagi Perempuan Dalam Islam..............................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memakai jilbab merupakan kewajiban bagi seorang muslimah. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kehormatan perempuan dengan menutup aurat
mereka. Di zaman jahiliyah dulu, kedudukan seorang wanita tidaklah lebih dari
sekedar pemuas nafsu belaka. Seorang perempuan biasanya memiliki banyak
suami, dan mereka dianggap seperti makhluk hina yang dilarang bersanding
dengan seorang lelaki.
Hingga akhirnya Islam datang dan memberikan perhatian yang layak dan
lebih pada seorang perempuan. Perempuan tidak lagi dianggap seperti binatang
dan pemuas nafsu para lelaki saja. Perempuan dijaga dan dihormati. Dan bukti
lain bagaimana Islam menjaga seorang perempuan adalah dengan adanya perintah
untuk menutup aurat mereka.
Allah SWT memerintahkan kepada segenap kaum wanita yang beriman
supaya mengenakan jilbab untuk menutupi bagian rambut, wajah, dan bagian
anggota lain. Sehingga mereka dikenal sebagai orang yang menjaga kehormatan
dirinya, karena itu mereka tidak diganggu.
Jilbab memberikan dan menjaga seorang wanita dari hal-hal yang
membahayakan dan gangguan karena salah satu fungsi jilbab adalah menutup
aurat. Sah-sah saja setiap mahasiswi memakai model jilbab yang disukai. karena
fungsi jilbab selain untuk menutup aurat adalah untuk mempercantik dan
pemakainya. Namun perlu diingat bahwa aurat perempuan adalah seluruh tubuh
kecuali wajah dan telapak tangan, sehingga pemakai jilbab harus bijak
mempertimbangkan model dan bahan jilbab yang akan dikenakan.
Al-Qur'an menandaskan bahwa Allah SWT memberi manusia pakaian
yang berfungsi untuk menutup aurat dan pakaian yang indah sebagai perhiasan,
Pakaian tersebut termasuk jilbab yang menutup aurat bagian atas muslimah.
Rasulullah pun tidak melarang orang untuk mengikuti perkembangan mode, asal
saja tetap memenuhi kriteria busana muslimah, yaitu busana yang serba tertutup

1
2

dan dikenakannya bukan untuk mendapat pujian dan penghargaan manusia.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, maka rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Berhijab Bagi Perempuan?
2. Apa Dalil Tentang Berhijab Bagi Perempuan?
3. Bagaimana Perintah Berhijab Bagi Perempuan Dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan penulisan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Berhijab Bagi Perempuan!
2. Untuk Mengetahui Dalil Tentang Berhijab Bagi Perempuan!
3. Untuk Mengetahui Perintah Berhijab Bagi Perempuan Dalam Islam!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berhijab Bagi Perempuan
Jilbab merupakan kosa kata asli Arab, jilbab adalah bentuk tunggal,
sedangkan bentuk jamanya adalah jalaba, yang berarti menghimpun dan
membawa.
Sedangkan secara istilah jilbab mempunyai arti antara lain:
1. Pakaian yang lapang dan dapat menutup bagian angguta tubuh wanita
(auratnya) kecuali muka dan dua telapak tangan sampai pergelangan
tangan.1
2. Dalam AL.Qur’an dan Terjemahannya, jilbab berati sejenis baju kurung
yang lapang, yang dapat menutupi kepala, muka dan dada.2
3. Ensiklopedia Hukum Islam mendefinisikan jilbab adalah sejenis pakaian
kurung yang longgar yang dilengkapi dengan kerudung yang menutup
kepala, leher dan dada.3
Kata jilbab sama dengan kata al-qamish atau baju kurung yang bermakna
baju yang menutupi seluruh tubuh. Ia juga sama dengan al-khimar atau tudung
kepala yang bisa dimaknai dengan apa yang dipakai di atas baju seperti selimut
dan kain yang menutupi seluruh tubuh wanita.
Jilbab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung lebar
yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada.
Sedangkan kerudung berarti kain penutup kepala perempuan.4
Kata hijab sering dikaitkan dengan jilbab dan kerudung yang digunakan
oleh wanita muslim. Dalam kamus bahasa Arab Jilbab sendiri diartikan sebagai
baju kurung panjang sejenis jubah. Sedangkan Khimaar/ khumrun berarti tutup,
tudung, tutup kepala wanita.5

1
Janatin al.Wasiun, Wanita dan Jilbab dalam Islam (Solo:Sendang Ilmu, 1999), 157.
2
Departemen Agama RI, Al.Quran dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara/Pentafsir al.Qura’an, 1971),666.
3
Dewan Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997,
820.
4
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), him.
5
Ibid.368

3
Meskipun terdapat banyak macam penutup kepala muslim, hijab biasanya
merujuk kepada kain yang dikenakan di sekitar kepala dan leher perempuan, yang
menutup rambut namun tidak menutup wajah.6
Jilbab menurut Ibnu Mandzur adalah pakaian besar yang lebih panjang
dari khimar (kerudung), bukan selendang dan bukan pula selimut kain besar yang
menutupi kepala, punggung, dada, dan seluruhnya dengan jilbab tersebut. Jilbab
juga dapat diartikan sebagai pakaian wanita untuk menutupi kepala, punggung dan
dada. Abu 'Abdullah al-Qurtubi memberikan pengertian bahwa jilbab adalah baju
kurung longgar atau lebar dan lebih lebar dari selendang atau kerudung.7
Pakaian penutup aurat bagi Muslimah maka disyaratkan untuk longgar,
dan tidak membuka aurat yang diperintah Allah untuk ditutup. Juga pakaian
Muslimah itu harus panjang yang tidak membuka bagian tubuh. Kemudian juga
bukan merupakan pakaian kebesaran yang menarik pandangan mata karena
modelnya atau karena warna-warni, atau semisalnya. Dan juga tidak
memperlihatkan aurat karena terlalu ketat.8
Hikmah berpakaian yaitu penunjuk identitas, atau diferensiasi, yakni
pembeda antara identitas seseorang atau satu suku bangsa, dengan lainnya.
B . Dalil Tentang Berhijab Bagi Perempuan
Salah satu ayat yang membahas perihalperintah berhijab bagi perempuan
adalah dalam QS. Al.Ahzab/33: 59 sebagi berikut:
‫ك َوبَ ٰنتِكَ َونِ َس ۤا ِء ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ يُ ْدنِ ْينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجاَل بِ ْيبِ ِه ۗ َّن‬
Zَ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ اِّل َ ْز َوا ِج‬
‫ك اَ ْد ٰن ٓى اَ ْن يُّع َْر ْفنَ فَاَل يُْؤ َذ ْي ۗنَ َو َكانَ هّٰللا ُ َغفُوْ رًا َّر ِح ْي ًما‬ َ ِ‫ٰذل‬
’’Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan
jilbabnya622) ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka
lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha

6
Mark Juergensmeyer, Wade Clark Roof, ed. (2012). "Hijab". Encyclopedia of Global
Religion [Ensiklopedia Agama Global]
7
M Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslim: Pandangan Ulama Masa Lalu dan
Cendekiawan Temporer (Jakarta: Lentera Hati. 2004) hlm. 321
8
Syeikh Athiyyah Shaqr, Fatawa Li al-Syabab, terj. M. Wahib Aziz, Fatwa
Kontemporer Seputar Dunia Remaja, h. 49.

4
Pengampun lagi Maha Penyayang’’.9
Asbabun Nuzul ayat ini adalah karna pada suatu riwayat dikemukakan
bahwa Siti Saudah (istri Rasulullah) keluar rumah untuk suatu keperluan setelah
diturunkannya ayat hijab. Ia adalah seorang yang badannya tinggi besar sehingga
mudah dikenali orang. Pada waktu itu Umar melihatnya, dan ia berkata: ’’Hai
Saudah. Demi Allah, bagaimanapun kami akan tetap mengenalmu. Karenanya
cobalah pikir mengapa engkau keluar?’’ Dengan tergesa-gesa ia pulang dan saat
itu Rasulullah berada di rumah Aisyah sedang memegang tulang waktu makan.
Ketika masuk ia berkata: ’’Ya Rasulullah, aku keluar untuk suatu keperluan, dan
Umar menegurku (karena ia masih mengenalku)’’. Karena peristiwa itulah turun
ayat ini (surah AL.ahzab ayat 59) kepada Rasulullah SAW.10
Tafsir ayat ini menurut al-Misbah menjelaskan bahwa sebelum turunnya
ayat ini[Al.Ahzab:59] cara berpakaian wanita merdeka atau budak, yang baik-baik
atau yang kurang sopan bisa dikatakan sama, karena itu lelaki seringkali usil
mengganggu wanita khususnya yang mereka ketahui atau juga sebagai hamba
sahaya. Untuk menghindarkan gangguan tersebut serta menampakkan kehormatan
wanita muslimah turunlah ayat 59 ini dan menyatakan: Hai nabi Muhammad
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dan wanita-wanita keluarga
orang-orang mukmin agar mereka mengulurkan atas diri mereka yakni jilbab
keseluruh tubuh mereka. yang demikian itu menjadikan mereka lebih dikenal
sebagai wanita-wanita terhormat atau sebagai wanita-wanita muslimah, atau
sebagai wanita-wanita merdeka sehingga dengan demikian mereka tidak diganggu
dan Allah senantiasa maha pengampun lagi maha penyayang.11
Ayat di atas menggunakan kalimat berbentuk amr (perintah) yang menurut
ilmu ushul fikih akan dapat memproduk wajib ‘ainī ta’abbudī, yaitu suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap pribadi orang yang beragama
Islam dengan tanpa tanya mengapa.12 Sebebab turunnya ayat hijab di atas dapat

9
Kementrian Agama RI, Al.Qur’an dan Terjemahan. (QS.Al.Ahzab/33:59)
10
K.H.Q. Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul (Bandung: Dipenogoro, 2007), 443
11
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan keserasiaan al-Qur‟an, juz
11 (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 319-320.
12
Problematika Fikih kontenporer, Prof.Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA(Ketua
Bidang Fatwa MUI Pusat), Gaung Parsada Press, Jakarta, 2019.

5
dikatakan bersifat khusus, yaitu tatakrama bertamu di rumah Rasul SAW di mana
isteri-isterinya dapat menerima tamu. Kendati demikian, sebab khusus ini, oleh
sebagian ulama diperluas jangkauan esensinya kepada seluruh umat Islam.
Pandang memandang bukan hanya terjadi dengan isteri-isteri nabi, tetapi juga bagi
umatnya, sebagaimana ditekankan oleh Allah SWT dalam surat anNur ayat 30-31
agar orang mukmin laki-laki dan perempuan membatasi pendangannya terhadap
lawan jenisnya.13
Adapun hadis tentang perintah berhijab bagi perempuan:
‫ق‬Zٌ ‫ا‬ZZَ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَ ْيهَا ثِيَابٌ ِرق‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ت َعلَى َرس‬ ْ َ‫نَّ َأ ْس َما َء بِ ْنتَ َأبِي بَ ْك ٍر َد َخل‬
ِ ‫رْ َأةَ ِإ َذا بَلَ َغ‬ZZ‫ َما ُء ِإ َّن ْال َم‬Z‫ا َأ ْس‬ZZَ‫ا َل ي‬ZZَ‫لَّ َم َوق‬Z‫ ِه َو َس‬Z‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬Z‫ص‬
‫ت‬ َ ِ ‫و ُل هَّللا‬Z‫ض َع ْنهَا َر ُس‬ َ ‫فََأ ْع َر‬
Zَ ZZZZ‫ َذا َوَأ َش‬ZZZZَ‫ َذا َوه‬ZZZZَ‫ا ِإاَّل ه‬ZZZZَ‫رى ِم ْنه‬ZZZZُ
‫ ِه‬ZZZZْ‫ ِه َو َكفَّي‬ZZZZ‫ار ِإلَى َوجْ ِه‬ َ ‫لُحْ َأ ْن ي‬ZZZZ‫َص‬ َ ‫ْال َم ِح‬
ْ ‫يض لَ ْم ت‬

"Aisyah ra berkata: asma' binti Abi Bakar menemui Rasul SAW dengan
pakaian tipis, seketika itu Rasul SAW berpaling seraya berkata: Hai
Asma’, sesungguhnya jika perempuan telah haid, tidak lagi wajar
terlihatdarinya kecuali ini dan ini (ia menunjuk wajah dan kedua
tangannya).14
Dari hadis di atas, syarat busana wanita adalah tidak memperlihatkan
aurat, tidak mempertontonkan bentuk tubuhnya (karena terlalu ketat atau terlalu
tipis). Masalah pakaian yang diatur oleh Islam ialah tuntunan dari aspek lahiriyah
jasmaniyah yang selayaknya dibarengi perilaku yang baik dalam aspek ruhaniyah
sehingga tidak mungkin keduanya dipisahkan.
Pada hadis Nabi riwayat Muslim dan Abu Dawud dari Aisyah yang
menyatakan bahwa Allah tidak menerima shalat perempuan kecuali memakai
jilbab yang menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.15
C. Perintah Berhijab Bagi Perempuan Dalam Islam
Berhijab (menutup aurat) adalah perintah Allah dan Rasulnya kepada
kaum perempuan muslim. Menurut kaedah penemuan hukum Islam, sesuatu yang
13
Abdul Munir Mulkhan, Masalah-Masalah Teologi & Fiqh Dalam Tarjih
Muhammadiyah, (Cetakan pertama, Yogyakarta: Roykhan, 2005), h. 126
14
Abu Daud, Sunan Abi Daud, Jilid 2, (Cetakan pertama, t.t: Dar al-Fikr, 1990), h. 270
15
Abdurrahman ‘Abdul Mun’im,Darul Kutub al-ilmiyah, Beirut, 2010.

6
diperintahkan pada dasarnya adalah wajib, kecuali jika ada indikator yang dapat
mengalihkan hukum ini ke status sunat (diapresiasi jika dikerjakan). Berdasarkan
teks-teks suci Alquran dan Sunnah Rasul, urgensi perintah berhijab bagi
perempuan adalah menghindari terjadinya resiko seks (zina), tidak terkecuali
prolognya, yaitu pandangan terhadap aurat perempuan. Oleh sebab itu, perintah
berhijab lebih ditekankan kepada perempuan karena di tubuhnya terdapat titik-
titik yang dapat menimbulkan syahwat bagi laki-laki jika dibiarkan terbuka.
Memakai jilbab tidak dapat dipisahkan dari persoalan aurat yakni batas minimal
bagian yang wajib ditutupi oleh kalangan kaum muslimah.16
Dalam Islam, terdapat beberapa batasan aurat yg harus ditutup. Untuk
wanita batasan aurat yang wajib di tutup adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah
dan telapak tanyan. Namun terdapat beberapa pendapat di antara ulama mengenai
apakah dagu termasuk aurat atau tidak.Beberapa ulama berpendapat bahwa bagian
bawah dagu termasuk aurat yg harus di tutup, sementara yang lain mengangga
bahwa tidak masuk dalam kategori aurat. Sedangkan untuk laki-laki, batasan aurat
yang harus ditutup adalah dari pusar hingga lutut.
Aththoba‟i memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang
menutupi seluruh badan atau kerudung yang menutupi wajah dan kepala wanita.
Thahir bin Ashur memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang lebih kecil dari
jubah tetapi lebih besar dari kerudung atau penutup wajah. Ini diletakkan wanita
di atas kepala dan terulur kedua sisi kerudung itu melalui pipi hingga keseluruh
bahu dan belakangnya. 17
Adapun menurut alQurthubi, Ibnu al‟Arabi, dan
anNasafi, jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruhtubuh. Meskipun berbeda-
beda pendapat, menurut alBiqai, semua makna yang dimaksud itu tidak salah.18
Jilbab itu dapat menjaga iffah (kesucian diri), Allah Swt menjadikan
perintah berjilbab sebagai bentuk kesucian diri. Jilbab memiliki fungsi sebagai
penutup aurat dan menjadikan wanita-wanita yang suci dan terpelihara sehingga

16
Al-Tirmi©i. Sunan al-Tirmi©i. Juz. 4. Beirut: Dar al-Fikr.
17
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan keserasiaan al-Qur‟an, Juz 9,320.
18
AlQuthubi, al-Jâmi‟ li Ahkâm al-Qur‟ân, Vol. 13 (Beirut: Dar alKutub
alIlmiyyah,1993), 156.Ibnu al- ‟Arabi, Ahkâm al-Qur‟ân, Vol. 3 (Beirut: Dar alKutub
al‟Ilmiyyah), 382.AlNasafi, Madârik al-Tanzîl, Vol. 2 (Beirut: Dar alKutub al‟Ilmiyyah, 2001),
355. MahmudHijazi, al- Tafsîr al-Wadhîh (Beirut: Dar atTafsir, 1992), 625

7
mereka tidak diganggu. Dengan menggunakan jilbab orang-orang fasik akan takut
untuk mendekati mereka,sehingga aman dari fitrah dan kejahatan.
Ada perbedaan pemaknaan jilbab menurut para ulama. Perbedaan tersebut
terletak pada batasan yang ditutupi ataupun jilbab tersebut. Misalnya saja seperti
penafsiran yang berada dalam kitab tafsir Jalâlain. Dalam kitab tersebut
disebutkan pengertian dari lafadz khimâr dalam QS. al-Nûr ayat 31 adalah
menutupi kepala, leher dan dada. (Jalaludin alSuyuthi & Jalaludin al-Mahali).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya juga menjelaskan dengan makna yang hampir sama
dengan penafsiran yang terdapat dalam tafsir Jalâlain. (Abu al Fida’ Isma’il Ibn
Umar Ibn Katsir al-Qursyi al-Dimasyqi) Begitu juga penafsiran dalam Al-Qur’an
dan Terjemahnya karya Departemen Agama RI yang memberikan penafsiran
bahwa jilbab itu untuk menutupi kepala, leher dan dada.19
Pandangan Ulama Empat Madzhab berpendapat batasan aurat wanita,
para ulama berbeda pendapat dalam menentukan batasan aurat wanita berikut ini:
1. Madzhab Hanafi
Menurut Madzhab Hanafi aurat wanita dengan non mahram adalah
seluruh tubuhnya, kecuali wajah, bagian telapak tangan dan bagian luar
telapak kaki sampai mata kaki di dalam shalat atau di luarnya. Menurut
madzhab ini, wanita yang shalat dalam keadaan telapak tangannya
terlihat, maka hukumnya boleh sebagaimana hukumnya boleh kedua
telapak kaki bagian luar hingga mata kaki. Namun, apabila disentuh oleh
yang bukan mahram atau dilihat dangan pandangan hawa nafsu maka
menjadi aurat yang harus ditutupi.20
2. Madzhab Maliki
Bahwa aurat wanita di dalam dan di luar shalat adalah seluruh tubuhnya
kecuali wajah dan telapak tangan serta wajib ditutup jika ketika
dikhawatirkan terjadinya fitnah. Lalu dalam madzhab ini aurat wanita
diklasifikasikan menjadi dua: aurat berat (mughalladhoh) seluruh
badannya kecuali dada, rambut, kepala, leher, ujung tangan dan kaki.
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Penafsir al-Qur‟an, 1971.
20
Rizem Aizid. 2018. Fiqh Keluarga Terlengkap, Yogyakarta

8
Sedangkan aurat ringan (mukhaffafah) adalah seluruh tubuhnya kecuali
wajah dan telapak tangan. Apabila terbuka bagian dari aurat mughalladhoh
dalam shalat padahal ia mampu untuk menutupnya, batal shalatnya dan
wajib mengulangnya. Sedangkan apabila aurat mukhaffafah terbuka, tidak
batal shalatnya sekalipun membukanya makruh dan haram melihatnya.
Adapun aurat wanita di luar shalat dihadapan pria yang bukan mahram
adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Dihadapan
mahramnya seluruh tubuhnya selain wajah, rambut, kepala, leher, ujung
tangan dan kaki. Adapun ketika bersama wanita baik mahramnya maupun
tidak maka batasan auratnya adalah antara pusat dan lutut.21
3. Madzhab Syafi’i
Pendapat madzhab Syafi’i tentang batas aurat wanita di dalam shalat yaitu
seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Apabila bagian dari
aurat ini terbuka padahal ia mampu untuk menutpnya maka batal
shalatnya. Namun, apabila terbuka karena angin atau lupa maka segera ia
menutupnya dan tidak batal shalatnya. Adapun di luat shalat maka aurat
wanita ketika dihadapan pria bukan mahramnya seluruh tubuhnya.22
4. Madzhab Hambali
Terdapat dua riwayat dari Imam Ahmad bin Hanbal, salah satu riwayat
menyatakan bahwa aurat wanita baligh seluruh tubuhnya termasuk kuku
jari tangan dan wajah. Namun, pendapat yang kuat adalah bahwa aurat
wanita di dalam dan di luar shalat adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah
dan telapak tangan. Sedangkan ketika ia bersama wanita baik mahramnya
maupun tidak maka batas auratnya adalah antara pusat dan lutut. Dalam
hal ini pendapat hanabilah lebih cenderung kepada madzhab malikiyah.23
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa batasan aurat wanita adalah
seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya. Oleh karena itu, wajib

21
Ardiansyah, 2014, Konsep Aurat Menurut Ulama Klasik Dan Kontemporer,
Analytica Islamica, Vol.3, No.2.
22
Abu Bakr bin as-Saiyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi. 1994. Hasyiah I’anah
ath-Thalibin, Vol. 1, Damaskus: Dar al Fikr.
23
Ardiansyah, 2014, Konsep Aurat Menurut Ulama Klasik Dan Kontemporer,
Analytica Islamica, Vol.3, No.2.

9
bagi wanita muslimah merdeka dan baligh untuk menutup auratnya baik di dalam
maupun di luar shalat.
Jilbab mempunyai syarat-syarat tertentu, sebagaimana dijelaskan oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Albani dalam bukuny Hijabul Maratil Muslimah
fi Kitabi wa al.Sunnah, yaitu:
1. Menutup seluruh tubuh kecuali yang dikecualikan, yaitu muka dan telapak
tangan.
2. Kain tebal dan tidak tembus pandang.
3. Lamang dan tidak sempit.
4. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
5. Tidak menyerupai pakaian orang kafir.24
6. Tidak ketata sehingga masih menampakkan bentuk tubuh yang ditutupi.
7. Tidak berwarna mencolok sehingga menarik perhatian orang.
8. Dipakai bukan maksud memamerkan.25

24
Haya Binti al-Mubarok al-Barik, Ensiklopedia Wanita Muslim (Jakarta: Buku Islam
Kaffah, tt), 149-149.
25
Ibrahim Muhammad al-Jamil, Fiqih Wanita, terj. Anshori Umar Sitanggal (Semarang:al-
Syifa, 1986), 130.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jilbab berasal dari kata jalaba yang berarti mengalihkan sesuatu dari suatu
tempat ke tempat lain. Kata jilbab sama dengan kata al-qamish atau baju
kurung yang bermakna baju yang menutupi seluruh tubuh. Ia juga sama dengan
al-khimar atau tudung kepala yang bisa dimaknai dengan apa yang dipakai di
atas baju seperti selimut dan kain yang menutupi seluruh tubuh wanita. Jilbab
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung lebar yang dipakai
wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada.
2. Al.Qur’an maupun Hadis telah membahas secara rinci terkait perintah
berhijab bagi perempuan salah satunya terdapat dalam QS. Al. Ahzab[33]: 59.
3. Berhijab (menutup aurat) adalah perintah Allah dan Rasulnya kepada kaum
perempuan muslim. Berdasarkan teks-teks suci Alquran dan Sunnah Rasul,
urgensi perintah berhijab bagi perempuan adalah menghindari terjadinya resiko
seks (zina), tidak terkecuali prolognya, yaitu pandangan terhadap aurat
perempuan.

B. Saran
Di dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan tentunya
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami menerima kritik/saran
untuk kesempurnaan makalah ini dan kami harapkan kritik dan saran para
pembaca bersifat membangun agar kami dapat menjadi lebih baik kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

ad-Dimyathi, Abu Bakr bin as-Saiyid Muhammad Syatha. Hasyiah I’anah ath-
Thalibin. Vol. 1. Damaskus: Dar al Fikr. 1994.
Al-Arabi, Ibnu. Ahkâm al-Qurân, Vol. 3 Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
al-Barik, Haya Binti al-Mubarok. Ensiklopedia Wanita Muslim. Jakarta: Buku
Islam Kaffah, tt.
al-Jamil, Ibrahim Muhammad. Fiqih Wanita, terj. Anshori Umar Sitanggal.
Semarang:al-Syifa, 1986.
Al-Nasafi, Madârik al-Tanzîl, Vol. 2 Beirut: Dar atTafsir, 1992.
Al-Quthubi. al-Jâmili Ahkâm al-Qurân. Vol. 13. Beirut: Dar alKutub
alIlmiyyah, 1993.
al-Wasiun, Janatin. Wanita dan Jilbab dalam Islam. Solo:Sendang Ilmu, 1999.
Ardiansyah. Konsep Aurat Menurut Ulama Klasik Dan Kontemporer,
Analytica Islamica, Vol.3. 2014.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Daud, Abu. Sunan Abi Daud, Jilid 2. Cetakan pertama, t.t: Dar al-Fikr, 1990.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah/Penafsir al-Qur‟an, 1971.
Dewan Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997.
Juergensmeyer, Mark. Wade Clark Roof, ed. "Hijab". Encyclopedia of
Global Religion. Ensiklopedia Agama Global. 2012.
Mulkhan, Abdul Munir. Masalah-Masalah Teologi & Fiqh Dalam Tarjih
Muhammadiyah, Cetakan pertama, Yogyakarta: Roykhan, 2005.
Mun’im, A ‘Abdul. Darul Kutub al-ilmiyah. Beirut: 2010.
Shihab, M Quraish. Jilbab Pakaian Wanita Muslim: Pandangan Ulama Masa
Lalu dan Cendekiawan Temporer. Jakarta: Lentera Hati. 2004.
Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan keserasiaan al-Qur‟an,
juz 21. Jakarta: Lentera Hati, 2004.

12
Yanggo, Huzaemah Tahido. Problematika Fikih kontenporer. Jakarta; Gaung
Parsada Press, 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai