Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia dalam menjalani kehidupan senantiasa dihadapkan pada banyak


pilihan. Salah satu dari pilihan yang telah ditetapkan individu tersebut ialah mengenakan
pakaian muslimah yaitu jilbab. Mahasiswa muslim yang memutuskan untuk mengenakan
pakaian muslim yaitu jilbab tentunya mempunyai alasan yang berbeda antara satu dengan
lainnya. Di tahun 2010 model berbagai jilbab mamprah dipasaran, dari model jilbab instan,
jilbab gaul, dan jilbab jilbab lainya. Sehingga dengan boomingnya model model jilbab
tersebut membuat para muslimah bersemangat dan tidak malu lagi untuk memakai jilbab.
Fenomena seperti ini membuat kita bersyukur di satu sisi, tetapi disisi lain jilbab yang
seharusnya memenuhi syarat syar’i telah beralih fungsi.Jilbab bisa dijadikan sebagai perisai,
pelindung, dan identitas seorang muslimah pastinya. jika kita belum bisa ketingkat identitas,
minimal kita usahakan ketingkat awal yaitu sebagai perisai. Karena biasanya orang yang
menggganggap jilbab sebagai identitas dirinya akan berbeda memahaminya dibandingkan
dengan orang yang baru “ sekedar” berjilbab.

Kadang ada orang yang berkomentar, “ ah saya belum mau berjilbab, menjilbabi hati
saja belum bisa, nanti kalau hati sudah terjilbabi baru menjilbabi rambut” . komentar seperti
ini mungkin memang bisa kita maklumi bagi mereka yang belum paham tentang perintah
berjilbab, karena semua butuh proses, dan proses itu tidak bisa dipaksakan, akan sangat sulit
dan memerlukan waktu yang panjang. Tetapi kalau tidak pernah ada usaha, kapan kita akan
menjadi lebih baik, selama hati kita masih sulit untuk “dijilbabi” berarti selama itu pula kita
belum akan berjilbab. Ada juga sebagian orang mengatakan keimanan tidak harus dilihat dari
simbol simbol yang dipakai atau yang ada, tetapi bukankah iman itu juga tidak cukup hanya
dihati ? harus diucapkan dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan, tiga hal tersebut yang
akan membuat sempurnanya iman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian jilbab dan mengapa wanita memakai jilbab ?
2. Bagaimana hukum berjilbab dalam islam ?
3. Apa tujuan dan manfaat yang didapati dalam berjilbab ?

1.3 Tujuan
Tujuan makalah “mengapa wanita berjilbab?” yaitu menambah pengetahuan pembaca
bagaimana dalam mengenakan jlbab yang syar’i yang memang perintah langsung dari
Allah SWT .

BAB 2

Pendidikan Agama Isalam


1
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jilbab

Jilbāb (Arab: ‫ ) جلباب‬adalah busana muslim terusan panjang menutupi seluruh badan
kecuali tangan, kaki dan wajah yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Penggunaan
jenis pakaian ini terkait dengan tuntunan syariat Islam untuk menggunakan pakaian yang
menutup aurat atau dikenal dengan istilah hijab. Sementara kerudung sendiri di dalam Al-
Qur'an disebut dengan istilah khumur, sebagaimana terdapat pada surat An Nuur ayat 31.
Secara etimologis jilbab berasal dari bahasa arab jalaba yang berarti menghimpun atau
membawa. Istilah jilbab digunakan pada negeri-negeri berpenduduk muslim lain sebagai
jenis pakaian dengan penamaan berbeda-beda. Di Iran disebut chador, di India dan Pakistan
disebut pardeh, di Libya milayat, di Irak abaya, di Turki charshaf, dan tudung di Malaysia,
sementara di negara Arab-Afrika disebut hijab.

Di Indonesia, penggunaan kata "jilbab" digunakan secara luas sebagai busana


kerudung yang menutupi sebagian kepala perempuan (rambut dan leher) yang dirangkai
dengan baju yang menutupi tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Kata ini masuk
dalam lema Kamus Besar Bahasa Indonesia pada tahun 1990 bersamaan dengan mulai
populernya penggunaan jilbab di kalangan muslimah perkotaan. Dalam kosakata bahasa
Indonesia menurut KBBI daring, jilbab adalah kerudung lebar yang dipakai perempuan
muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai ke dada. Secara umum mereka yang
menutupi bagian itu disebut orang yang berjilbab.

2.2 Mengapa Wanita Berjilbab?

Apabila seseorang memang beriman dan bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
cukuplah baginya satu dalil saja (baik dari Alquran maupun Assunnah Shahih) untuk
bersegera mengamalkan isi dari dalil tersebut. Berhijab bagi seorang perempuan muslim
(muslimah) adalah wajib hukumnya berdasarkan dalil dari Alquran maupun Assunnah. Oleh
karena itu, jika seorang muslimah itu memang beriman dan bertakwa kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka wajiblah ia untuk melaksanakan berhijab.
Berhijab berkaitan dengan keadaan tubuh secara fisik. Maka tidak ada istilah “yang
penting hatinya dulu yang berhijab, baru kemudian badannya yang berhijab”. Sungguh
telah jelaslah perintah Alquran dan Assunnah mengenai hijab ini, yang mana kaitannya
adalah dengan badan, bukan hati. Karena hati memiliki pengaturan sendiri, dan badan pun
(secara fisik tampak luar) memiliki pengaturan tersendiri, tidak dapat dicampur-adukkan.
Agar lebih memberikan penjelasan bagi sahabat muslim sekalian, berikut ini adalah
tafsiran ayat Alquran oleh Imam Ibnu Katsir mengenai perintah berhijab.

Alloh Subhanahu wa Ta’alaa berfirman dalam surah Al-Ahzaab (33) ayat 59,

Pendidikan Agama Isalam


2
Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman memerintahkan kepada Rasul-Nya agar
menyuruh para wanita mukmin seluruhnya, begitu juga kekhususan perintah kepada isteri-
isteri dan anak-anak beliau karena kemuliaan mereka, untuk menjulurkan atau menutupkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Tujuannya agar mereka mudah untuk dikenali dari para wanita jahiliyah dan hamba-
hamba sahaya perempuan. Jilbab sendiri adalah sejenis selendang panjang yang diletakkan
melapisi kerudung. Penafsiran jilbab seperti ini dikemukakan oleh Ibnu Mas”ud, “Ubaidah,
al-Hasan al-Bashri, S”aid bin Jubair, Ibrahim an-Nakha”i, “Atha” al-Khurasani dan banyak
ulama lainnya. Jilbab pada saat sekarang adalah sama dengan izar (kain). Al-Jauhari berkata,
“Jilbab adalah kain yang menutupi seluruh tubuh”.
“Ali bin Abi Thalhah menuturkan dari Ibnu “Abbas radhiyallohu”anhumaa, ia
berkata, “Allah memerintahkan para wanita mukmin, bila mereka keluar dari rumah-rumah
mereka untuk sebuah keperluan, hendaknya mereka menutupi wajah-wajah mereka dari atas
kepala mereka dengan jilbab. Hingga yang tampak dari mereka adalah sebuah biji mata saja”.
(Ath-Thabari, XX/324)
Muhammad bin Sirin berkata, “Aku bertanya kepada “Ubaidah as-Salmani tentang
firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa, “Hendaknya mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.”, maka “Ubaidah langsung menutup wajah dan kepalanya serta
menampakkan mata kirinya saja.” (Ath-Thabari, XX/325)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa, “Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”, yakni, jika mereka menutupkan
jilbab ke seluruh tubuh, niscaya akan mudah dikenal bahwa mereka itu adalah wanita-wanita
mukmin yang merdeka. Mereka bukan hamba sahaya dan bukan pula pelacur, dan mereka
tidak akan diganggu.

Pendidikan Agama Isalam


3
Firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa, Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”, atas segala dosa dan kesalahan yang mereka lakukan di zaman jahiliyah, karena
mereka melakukan itu semua tanpa pengetahuan agama.
Berikut ini adalah penjelasan ayat tersebut yang kami ambil berdasarkan penafsiran
Imam Ibnu Katsirrahimahullohu ta”alaa.
Alloh Subhanahu wa Ta”alaa berfirman dalam Surat An-Nuur (24) Ayatt 31:

2.3 Hukum

Berdasarkan surat An Nuur (24) Ayat 31 bahwa ini (berhijab) merupakan perintah
Illahi yang ditujukan kepada segenap wanita-wanita mukmin sekaligus ketetapan-Nya yang
diarahkan untuk menjunjung tinggi kehormatan suami-suami mereka, komunitas hamba-
hamba Allah yang beriman. Perintah ini berfungsi membedakan wanita-wanita mukmin dari
wanita-wanita jahiliyah dan perbuatan-perbuatan perempuan-perempuan musyrik.

Pendidikan Agama Isalam


4
Adapun sebab turun ayat ini seperti yang disebutkan oleh Muqatil bin Hayyan adalah
sebagai berikut: Muqatil berkata, “Telah sampai kepada kami – wallahua”lam - bahwa Jabir
bin Abdillah al-Anshari telah bercerita, bahwa Asma” binti Mursyidah dahulu pernah berada
disebuah tempat miliknya di Bani Haritsah. Para wanita Bani Haritsah kerap masuk
kerumahnya tanpa mengenakan kain penutup badan hingga tampaklah gelang kaki yang
menempel dikakinya. Tampak pula dada-dada mereka dan rambut mereka yang dipintal.
Asma” berkata, “Betapa buruknya kebiasaan mereka ini.” Kemudia Allah menurunkan
firman-Nya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya,” hingga akhir ayat. (Ad-Durrul Mantsuur, VI/179)
Firman Allah, “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya.”. Maksudnya adalah menjaga pandangannya dari hal-hal yang
diharamkan oleh Allah, yaitu memandang kepada laki-laki lain selain suami mereka.
Sebagian ulama menetapkan kebolehan wanita melihat laki-laki lain jika tidak
menimbulkan syahwat. Dasar argumentasinya adalah hadits yang termaktub dalam kitab Ash-
Shahiih bahwa Rasulullah Shallallahu”alaihi wa Sallam melihat orang-orang Habsyi
memainkan tombak mereka di dalam masjid pada hari raya “Id. Sementara
“Aisyah radhiyallahu”anhaa, Ummul Mukminin juga melihat mereka dari arah belakang
Nabi, dan beliau menutup “Aisyah dari pandangan mereka. ”Aisyah radhiyallahu”anhaa pun
melihat mereka sampai ia merasa bosan dan kembali ke rumah. (Shahih al-Bukhari No. 454
dan diriwayatkan pula oleh selainnya)
Selanjutnya Allah Ta”alaa berfirman, “dan memelihara kemaluannya”. Sa”id bin
Jubair berkata, “maksudnya adalah memelihara kemaluannya dari tindakan perzinahan.”
Abul “Aliyah berkata, “Seluruh ayat yang diturunkan di dalam Al-Quran yang menyebut
tentang memelihara kemaluan, maksudnya adalah memelihara kemaluan dari perbuatan zina,
terkecuali ayat ini. Karena yang dimaksud disini adalah memelihara kemaluan agar jangan
terlihat oleh siapapun.” (Ath-Thabari, XIX/154)
Adapun maksud dari firman Allah, “dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.”. Maksudnya, janganlah kalian
(wahai wanita-wanita mukmin) menampakkan satupun perhiasan kalian kepada laki-laki
yang bukan mahram, kecuali perhiasan yang tidak bisa disembunyikan. Ibnu Mas”ud berkata,
“Maksudnya seperti selendang dan kain baju” (Ath-Thabari, XIX/156). Ini artinya, kain yang
biasa dikenakan oleh wanita-wanita arab seperti kain penutup kepala dan baju yang
menutupi badannya, berikut baju bagian bawah yang terlihat, tidaklah dosa untuk
ditampakkan, karena busana-busana ini tidak mungkin untuk disembunyikan. Demikian pula
yang semisal dengannya, berupa pakaian wanita yang nampak untuk menutup badannya dan
kain-kain yang tidak mungkin untuk ditutupi.
Pendapat yang senada seperti yang tersebut diatas diungkapkan pula oleh al-Hasan al-
Bashri, Ibnu Sirin, Abul Jauza”, Ibrahim an-Nakhai dan lain-lain. (Ath-Thabari, XIX/156).
Kemudian Allah berfirman, “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke
dadanya”, maksudnya kain kerudung yang memanjang melebihi dada hingga dapat menutupi
dada dan tulang dada. Aturan ini dibuat agar para wanita mukmin memiliki perbedaan yang
jauh dengan umumnya wanita-wanita jahiliyah, karena wanita-wanita jahiliyah tidak pernah
melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah tadi (sesuai ayat ini). Bahkan mereka kerap

Pendidikan Agama Isalam


5
lewat di hadapan para lelaki dengan menampakkan dada, tidak ditutupi apa-apa. Terkadang
mereka sengaja menampakkan leher, jambul rambut dan anting-anting telinga mereka. Maka
Allah Subhaanahu wa Ta”ala pun memerintahkan kepada wanita-wanita beriman untuk
menutup diri dalam keadaan dan situasi mereka. Sebagaimana firman-Nya yang mulia dalam
surat Al-Ahzaab : 59.
Pada ayat ini Alloh berfirman, “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung
ke dada mereka”. Lafadz “al-khumru” yang termaktub pada ayat ini adalah bentuk jama”
dari lafadz “khimaar” yang berarti sesuatu yang dapat menutupi. Maksudnya adalah
menutupi kepala. Saat ini busana tersebut sering disebut dengan nama “al-maqaani”" atau
kerudung. Sa”id bin Jubair berkata, “Maksud dari kutipan firman Allah ini adalah
menutupkan kain Lors de la lecture internet roulette de casino la toute premiere fois, vous
comprendrez que chaque jeu est positionne instantanement. kerudung ke dada dan bagian atas
dada hingga (di bagian itu) tidak ada satupun yang terlihat”. (Ad-Durrul Mantsuur, VI/182)
Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari “Aisyah radhiyallohu”anhaa, ia berkata,
“Semoga Allah memberikan kasih sayang-Nya kepada para wanita Muhajirin terdahulu,
karena ketika Allah menurunkan ayat ini, mereka memotong-motong pakaian milik mereka
yang terbuat dari bulu. Mereka pun menutupi wajah-wajah mereka dengannya.” (Fat-hul
Baari, VIII/347 atau Shahih Bukhari No. 4758)
Diriwayatkan juga dari Shafiyyah binti Syaibah bahwa
“Aisyah radhiyallohu”anhaa pernah berkata, “Di saat turun ayat ini, mereka mengambil kain
penutup badan mereka, kemudian mereka potong kain itu dari bagian ujungnya dan mereka
menutupi wajah-wajah mereka dengannya”. (Fat-hul Baari, VIII/347 atau Shahih Bukhari
No. 4759)
Firman Allah Ta”alaa, “Dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka”. Orang-
orang yang disebutkan tadi adalahmahram bagi mereka dan dihalalkan bagi mereka untuk
menampakkan perhiasan di hadapan mereka, dengan syarat tidak bersolek (tabarruj) dan
berpenampilan seronok.
Ibnul Mundzir telah meriwayatkan atsar hadits yang bersumber dari “Ikrimah dalam
menafsirkan ayat ini, ia (“Ikrimah) berkata, “Pada ayat ini Allah tidak menyebutkan paman
dari pihak bapak atau paman dari pihak ibu. Karena hukum paman ini mengikuti putera-
putera paman (sepupu). Dengan demikian, mereka tidak boleh melepaskan kerudung ketika
berhadapan dengan paman dari pihak bapak atau paman dari pihak ibu”. (Al-Mushannaf,
Ibnu Abi Syaibah, IV/338)
Adapun suami (tentu dibolehkan), sebab semua perilaku istri dalam menjaga
kehormatannya adalah dalam rangka berbakti untuk suami. Dengan demikian, istri boleh
melakukan apa saja di hadapan suaminya, selama tidak ada lelaki lain bersamanya.
Firman Allah, “Atau wanita-wanita Islam”. Maksudnya, mereka boleh
menampakkan auratnya di hadapan para wanita muslim, tidak di hadapan wanita-wanita kafir
dzimmi (orang kafir yang menetap di negara Islam dengan kewajiban mematuhi undang-
undang Islam dan membayar jizyah/pajak). Alasan larangan menampakkan aurat di depan

Pendidikan Agama Isalam


6
wanita-wanita kafir dzimmi adalah agar mereka tidak menceritakan rahasia wanita-wanita
muslim yang mereka lihat, kepada para suami mereka. Meskipun kemungkinan ini bisa pula
terjadi pada wanita-wanita muslim yang lain, namun kekhawatiran terhadap wanita-wanita
kafir lebih membahayakan, karena tidak memiliki aturan hukum yang melarang untuk
menceritakan rahasia wanita lain kepada suami mereka. Lain halnya dengan wanita
muslimah, mereka sangat paham bahwa membicarakan kemolekan tubuh atau rahasia wanita
lain kepada suaminya sendiri adalah hal yang diharamkan. Mengingat keharaman tersebut,
mereka pun akan menjauh dari perbuatan tersebut. Rasulullah shallallohu”alayhi
wasallam bersabda,
seorang wanita tidak boleh melihat tubuh wanita lain, karena ia akan menceritakan
(kemolekan) temannya tersebut kepada suaminya, seolah-olah suaminya langsung melihat
tubuh temannya.(Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Mas”ud)
Firman Allah, “Atau budak-budak yang mereka miliki”. Ibnu Jarir berkata,
“Maksudnya adalah hamba sahaya yang berasal dari wanita-wanita musyrik. Dengan
demikian, wanita-wanita muslim boleh menampakkan auratnya di hadapan mereka, meskipun
mereka tergolong orang musyrik. Alasannya adalah karena mereka hamba sahaya”. (Ath-
Thabari – XIX/160). Pendapat diatas juga dikemukakan oleh Sa”id bin al-Musayyab. (Ad-
Durrul Mantsuur – VI/183)
Firman Alloh, “Atau para pelayan laki-laki tua yang tidak memiliki keinginan
(terhadap perempuan)”. Yakni, seperti orang-orang yang derajat keilmuannya rendah, atau
orang yang biasa disuruh, selain itu mereka juga lemah dari segi akalnya. Ibnu
“Abbasradhiyallohu”anhumaa menafsirkannya dengan orang-orang yang tidak punya
perhatian dan tidak memiliki syahwat dan keinginan. “Ikrimah berkata, “Maksud dari ayat ini
adalah laki-laki banci yang zakarnya tidak berfungsi”. Pendapat ini dikemukakan pula oleh
ulama salaf yang tidak terhitung jumlahnya.
Termaktub dalam kitab ash-Shahiih yang bersumber dari “Aisyah bahwa seorang
laki-laki banci memasuki rumah keluarga Rasulullah. Mereka menganggap laki-laki itu
sebagai ghayri ulil irbah (tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan). Kemudian Nabi
masuk, sementara laki-laki itu sedang mensifati seorang perempuan, seraya berkata: “Wanita
tersebut (yang disifati) jika menghadap, menghadap dengan empat lipatan (yakni pada
perutnya disebabkan gemuk) dan jika membelakangi, ia membelakangi dengan delapan
lipatan”. [Adat yang berlangsung saat itu adalah, biasanya para lelaki sangat menyukai wanita
yang disifati dengan seperti itu]. Maka Rasulullah pun bersabda,
Orang ini mengetahui banyak tentang keadaan wanita itu. Jangan sekali-kali ia
masuk ke ruangan kalian.
Maka Nabi pun mengeluarkannya. Selanjutnya ia tinggal di suatu tempat terpencil
(antara Madinah dan Makkah). Ia (dibolehkan) masuk ke Madinah setiap hari Jumat untuk
meminta makanan.
Firman Allah Ta”ala, “Atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita”, karena usia mereka yang masih belia. Anak-anak kecil itu tidak memahami masalah
wanita, aurat-aurat mereka, nada bicara mereka yang lembut, gaya berjalan mereka yang
halus, gerakan-gerakan tubuh atau pun diamnya mereka. Jika ia seorang anak kecil yang tidak
memahami masalah-masalah tadi, maka tidak ada larangan baginya untuk memasuki ruangan

Pendidikan Agama Isalam


7
wanita. Namun bila ia telah memasuki usia remaja, usia dimana ia telah memiliki
pengetahuan tentang wanita, misalnya saja ia telah mengetahui mana wanita yang disifati
cantik dan tidak, maka tidak diperbolehkan ia memasuki ruangan wanita.Termaktub dalam
kita Shahih Bukhari dan Muslim dari Rasulullah shallallohu”alayhi wasallam, beliau
bersabda,
“kalian tidak boleh memasuki (ruangan) wanita”
Seseorang bertanya, “bagaimana dengan ipar? Bolehkah seseorang memasuki ruangan
iparnya?” Beliau menjawab,
(Tidak). Ipar adalah kematian/kebinasaan.
Kematian/Kebinasaan, maknanya adalah Beliau memperingatkan hal ini mengingat
kebanyakan manusia menyepelekan perkaranya. Dianggapnya bercampurnya seseorang
dengan istri/suami saudaranya adalah tidak masalah, padahal terjadinya fitnah dengannya
adalah lebih mudah daripada terjadinya fitnah dengan orang asing. Dengan kata lain, ipar
adalah bukan mahrom, jadi tidak boleh ber-ikhtilat (bercampur).

2.4 Tujuan

Tujuannya agar mereka mudah untuk dikenali dari para wanita jahiliyah dan hamba-
hamba sahaya perempuan. Jilbab sendiri adalah sejenis selendang panjang yang diletakkan
melapisi kerudung. Penafsiran jilbab seperti ini dikemukakan oleh Ibnu Mas”ud, “Ubaidah,
al-Hasan al-Bashri, S”aid bin Jubair, Ibrahim an-Nakha”i, “Atha” al-Khurasani dan banyak
ulama lainnya. Jilbab pada saat sekarang adalah sama dengan izar (kain). Al-Jauhari berkata,
“Jilbab adalah kain yang menutupi seluruh tubuh”.
“Ali bin Abi Thalhah menuturkan dari Ibnu “Abbas radhiyallohu”anhumaa, ia
berkata, “Allah memerintahkan para wanita mukmin, bila mereka keluar dari rumah-rumah
mereka untuk sebuah keperluan, hendaknya mereka menutupi wajah-wajah mereka dari atas
kepala mereka dengan jilbab. Hingga yang tampak dari mereka adalah sebuah biji mata saja”.
(Ath-Thabari, XX/324)
Muhammad bin Sirin berkata, “Aku bertanya kepada “Ubaidah as-Salmani tentang
firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa, “Hendaknya mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.”, maka “Ubaidah langsung menutup wajah dan kepalanya serta
menampakkan mata kirinya saja.” (Ath-Thabari, XX/325)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa, “Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”, yakni, jika mereka menutupkan
jilbab ke seluruh tubuh, niscaya akan mudah dikenal bahwa mereka itu adalah wanita-wanita
mukmin yang merdeka. Mereka bukan hamba sahaya dan bukan pula pelacur, dan mereka
tidak akan diganggu.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa, Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”, atas segala dosa dan kesalahan yang mereka lakukan di zaman jahiliyah, karena
mereka melakukan itu semua tanpa pengetahuan agama
2.5 Manfaat

Pendidikan Agama Isalam


8
Manfaat menggunakan jilbab selain dekat dengan Allah juga akan dekat dengan batin
yang bersih. Berhijab merupakan kewajiban bagi setiap muslimah di dunia, karena berhijab
merupakan salah satu dari sunnah Rasullullah SAW. dan merupakan syariat agama yang
harus dilaksanakan.
Di era sekarang ini, semakin banyak para wanita menggunakan jilbab tanpa
tahu manfaat menggunakan jilbab itu sendiri. Kebanyakan dari mereka hanya tahu bahwa
memang di anjurkan untuk wanita menggunakan jilbab guna menutupi auratnya dan
menjauhi segala maksiat.
Tapi tahukah kalian para wanita? Bukan hanya untuk itu saja kita menggunakan
jilbab. Selain untuk meningkatkan ketaqwaan seorang muslimah, berhijab juga memiliki
manfaat lainnya seperti rambut yang tertutup dari sengatan panasnya matahari serta
terlindung dari debu dan polusi sehingga ketika jilbab itu di buka rambutnya tampak berkilau
dan selalu bersinar, manfaat menggunakan jilbab memang beragam.
Menggunakan jilbab tidak semata menutupi aurat, melainkan juga untuk menjaga
pandangan seorang muslimah serta dalam berprilaku. Yang dimaksud menjaga pandangan
disini adalah bagaimana wanita menjaga akhlaknya untuk tidak melakukan sesuatu yang di
luar syariat agama Islam. Selain itu, terjaga pula dari para pria ‘nakal’ yang hendak
menggodanya. Dan pria pun segan untuk menggoda apalagi untuk melecehkan. Berikut
manfaatnya:

1. Selamat dari adzab Allah

Seorang Muslimah yang meninggalkan jilbabnya otomatis tergolong dlm ahli maksiat.
Itu disebabkan karena dengan kita menampakkan Aurat,sama artinya kita memperlihatkan
perhiasan yang seharusnya dilindungi.Sehingga dapat mengundang mata laki-laki jahil dan
membuat mereka tergodang mengundang maksiat. Oleh karna itu dengan meninggalkan
jilbab atau tidak menutup aurat akan diadzap oleh Allah.

2. Ibadah yang mudah,tanpa lelah dan lebih dicintai Allah

Ketahuilah wahai sahabatku,mengenakan jilbab bukan hanya sekedar tradisi suatu


budaya atau sebuah tren masa kini. Namun mengenakan Jilbab termasuk Ibadah, dan
merupakan ibadah yang agung karena banyak mengandung kebaikan. bahkan ia lebih dicintai
daripada ibadah sunnah lainnya.

3. Mengundang turunnya pertolongan Allah

Dengan berjilbab, Anda telah ambil bagian dalam menolong agama Allah . yang
dimaksud menolong Agama Allah ialah memperjuangkan syariat-Nya. Allah berfirman: " hai
Orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, maka Allah akan dan
memantapkan Kedudukanmu ".(Qs. Muhammad: 7)

4. Tanda wanita terhormat

Pendidikan Agama Isalam


9
Ketika seseorang melihat wanita yang berjilbab secara sempurna, pertama kali yang
yang terlintas dalam benaknya ialah bahwa wanita ini pasti menjaga kehormatannya. Namun
jika yang mereka lihat penampilannya mirip wanita tuna susila ,maka jelas orang yang
melihat itu akan mempunyai imej yang jelek kepadanya.

5. Terhindar dari pelecehan

Banyak pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat dari tingkah laku
kaum wanita itu sendiri.Dengan tidak menggunakan jilbab dan menggunakan pakaian yang
tidak sopan alias banyak terbuka. Sehingga mengundang kaum laki-laki untuk melakukan
pelecehan bagi mereka.

6. Menjauhkan diri dari perbuatan nista

Dengan menggunakan jilbab, Anda akan terdorong untuk menjauhi tempat-tempat


maksiat. Anda pasti malu saat terlihat ditempat-tempat yang tidak baik.kalaulah ada diantara
mereka yang berjilbab sampai terjerumus dalam perbuatan nista. maka bukan jilbabnya yang
disalahkan tapi orangnya.

7. Bersahabat degan wanita shalihah

Dengan Mengenakan jilbab, anda akan cenderung untuk bergaul dengan mereka yang
berpenampilan sama(wanita-wanita shaliha). Karena memang begitulah tabiat manusia,
dimana saja ia berada pasti akan mencari teman yang sesuai dengan karakternya.

8. Mengundang jodoh yang shalihah

Ketahuilah bahwa lelaki shalihah adalah dambaan setiap wanita mulia, begitu pula
wanita shalihah adalah dambaan laki-laki mulia. Dengan mengenakan jilbab, anda akan
dinilai sebagai wanita shalihah, sehingga otomatis jodoh yang shalih pun akan segera mampir

9. Jilbab menunjukkan harga diri pemnakainya

Wanita yang memandang dirinya berharga, ia takkan membiarkan semua orang


melihatnya, apalagi menjamahnya.

10. Terhindar dari tindakan kriminal

Dengan berjilbab secara sempurna, InsyaAllah anda akan terhindar dari perampokan
dan penodongan, sebab perhiasan yang anda kenakan tidak terlihat dari luar.
2.6 Pakaian Muslimah yang Syar’i

Pendidikan Agama Isalam


10
Banyak Muslimah merasa sudah cukup ketika seluruh tubuhnya telah terbalut dengan
pakaian dan sehelai hijab alias kerudung di bagian kepalanya. Mereka merasa seperti itulah
wanita berjilbab, tanpa memperhatikan aturan Islam yang sesungguhnya mengenai syarat
pakaian seorang wanita ketika ia keluar rumahnya.
Padahal jika seorang wanita telah mengenakan pakaian yang menutupi seluruh
auratnya, belum berarti dia telah berjilbab sehingga dibolehkan mengenakan pakaian itu
dalam kehidupan umum, seperti di jalanan umum, atau di sekolah, pasar, kampus, kantor, dan
sebagainya. Mengapa? Sebab untuk kehidupan umum terdapat pakaian tertentu yang telah
ditetapkan oleh syara’. Jadi dalam kehidupan umum tidaklah cukup hanya dengan menutupi
aurat, seperti celana panjang, atau baju potongan, yang sebenarnya tidak boleh dikenakan di
jalanan umum meskipun dengan mengenakan itu ia sudah menutup aurat.
Seorang wanita yang mengenakan celana panjang atau baju potongan memang telah
menutupi aurat. Namun tidak berarti kemudian pakaian itu boleh dipakai di hadapan laki-laki
yang bukan mahram, karena dengan pakaian itu ia telah menampakkan keindahan tubuhnya
(tabarruj). Tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan keindahan tubuh kepada laki-laki
asing/non-mahram (izh-haruz ziinah wal mahasin lil ajaanib) (An-Nabhani, 1990 : 104). Oleh
karena itu walaupun ia telah menutupi auratnya, akan tetapi ia telah bertabarruj, sedangkan
tabarruj itu dilarang oleh syara’.
Pakaian wanita dalam kehidupan umum yang sesuai hukum syara ada dua bagian,
yaitu baju bawah (libas asfal) yang disebut dengan jilbab, dan baju atas (libas a’la) yaitu
khimar (kerudung). Hal ini telah dinyatakan oleh ayat-ayat Alquran yang sifatnya qath’i
(pasti). Allah SWT berfirman: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (TQS.
Al Ahzab : 59)
Allah SWT juga berfirman : “….dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung
(khimar) mereka hingga (menutupi) dada mereka…” (QS. An-Nuur : 31).
Dalam kitab Al Mu’jam Al Wasith karya Dr Ibrahim Anis (Kairo : Darul Maarif)
halaman 128, jilbab diartikan sebagai “Ats tsaubul musytamil ‘alal jasadi kullihi” (pakaian
yang menutupi seluruh tubuh), atau “Ma yulbasu fauqa ats tsiyab kal milhafah” (pakaian luar
yang dikenakan di atas pakaian rumah, seperti milhafah (baju terusan), atau “Al Mula`ah
tasytamilu biha al mar’ah” (pakaian luar yang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh
wanita).
Jadi, yang diwajibkan atas wanita adalah mengenakan jilbab, yakni kain terusan (dari
atas sampai bawah) (Arab: milhafah/mula`ah) yang dikenakan sebagai pakaian luar (di
bawahnya masih ada pakaian rumah, seperti daster, tidak langsung pakaian dalam) lalu
diulurkan ke bawah hingga menutupi kedua kakinya. Untuk baju atas, disyariatkan khimar,
yaitu kerudung atau apa saja yang serupa dengannya yang berfungsi menutupi seluruh kepala,
leher, dan lubang baju di dada. Pakaian sejenis inilah harus dikenakan jika hendak keluar
menuju pasar-pasar atau berjalan melalui jalanan umum (An-Nabhani, 1990 : 48).

Pendidikan Agama Isalam


11
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hijab adalah wajib bagi semua wanita, dan wanita-wanita yang bertalian dan
bersangkutan dengan kepemimpinan umat harus lebih berhati-hati, sebab mereka
akan menjadi tokoh atau panutan terhadap wanita-wanita lain. Dengan demikian baik
dalam berbicara, berhadapan dan bertemu dengan masyarakat serta aktivitas lainnya,
menjaga hijab sangatlah dianjurkan karena mereka dalam hal ini sangatlah peka dan
sensitif.
Menjaga kehormatan dan harga diri manusia khususnya kehormatan wanita adalah

Pendidikan Agama Isalam


12
suatu asas yang telah diterima dalam agama Islam serta dalam seluruh aturan-aturan
dan hukum-hukumnya. Dan masalah hijab adalah merupakan salah satu dari perkara
tersebut. Al-Quran Karim telah menjelaskan berbagai topik hijab dalam berbagai
bentuk, gambaran, dan ibarat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hijab dipandang
sebagai suatu kewajiban dalam agama islam dan apabila seseorang mengingkarinya
maka dia telah mengingkari satu hukum yang telah diwajibkan dalam agama dan
mengingkari kewajiban agama berarti terjerumus di dalam kekafiran.

3.2 Saran

Semua perempuan yang beragama islam hendaklah menutup aurat. Karena perintah
menutup aurat itu langsung dari Allah SWT, jadi tidak ada alasan
gerah,panas,kolot,tidak gaul dan lain sebagainya. Ingatlah meutup aurat itu hukumnya
wajib .

Daftar Pustaka
http://www.merdeka.com/ramadan/mengapa-wanita-harus-berjilbab.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Jilbab

http://sakinah.8k.com/artikel/jilbab.htm

http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/fikih-wanita/1009/ancaman-bagi-yang-
tidak-berjilbab.html

http://tentangwanita.com/dunia-wanita/mengapa-wanita-muslim-harus-berjilbab.html

Pendidikan Agama Isalam


13
http://mmn-dot-org.blogspot.com/2013/05/hukum-memakai-jilbab-menurut-islam-jilbab-
mmn.html

http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/saudariku-apa-yang-menghalangimu-untuk-
berjilbab-1.html

http://www.indahislam.com/artikel-islam-tentang-manfaat-memakai-jilbab/

Pendidikan Agama Isalam


14

Anda mungkin juga menyukai