Anda di halaman 1dari 11

Bab I

A. Latar belakang
Jilbab Islam yang datang sebagai agama terakhir melihat bahwa ada orang-orang yang
menyimpan penyakit di hati mereka, memandang jelek dan rendah kepada wanita. Mereka
memperturutkan hawa nafsu mereka, melalui mata dan angan-angan di dalam hati.
Karena hal itu bertentangan dengan agama, maka Al-Quran menetapkan batas baginya
dan mengharamkan apa saja yang bertentangan dengan agama, etika dan kemanusiaan.
Islam kemudian memerintahkan wanita-wanita muslim untuk memakai jilbab sebagai
busana muslimah yang membedakan orang-orang muslim dengan non-muslim.
Meskipun sebenarnya jilbab sudah ada sebelum Islam datang, Islam memberikan ketetapan
yang begitu jelas dalam Al-Quran sebagai panduan bagi seluruh kaum muslimah dalam
berbusana. Namun, dalam kenyataan sekarang ini banyak sekali jenis pakaian muslimah
dalam hal ini jilbab yang tidak sesuai dengan apa yang digambarkan dalam Al-Quran.
Karenanya, dalam makalah ini penulis akan memaparkan beberapa syarat dan kriteria jibab
menurut Islam.
Berbusana muslimah selain menjadi sarana untuk menjaga pandangan dari nafsu
syahwat, juga memberikan pengaruh dalam persepsi sosial dan tingkah laku seseorang
untuk tetap berusaha berada dalam aturan Islam.
B. Permasalahan
Dari uraian di atas, menjadi tugas penulis untuk memebahas pokok-pokok masalah
sebagai berikut:
1. Apakah jilbab itu dan apa saja syarat jilbab menurut syariat Islam ?
2. Bagaimana fungsi jilbab sebagai busana muslimah dalam kehidupan bermasyarakat?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian jilbab dan kriteria jilbab menurut syariat Islam
2. Fungsi jilbab sebagai busana muslimah dalam kehidupan bermasyarakat



BAB II
A. Jilbab dan Kriterianya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilbab berarti sejenis baju kurung yang
lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.[1]
Dalam beberapa ayat Al-Quran tentang jilbab atau dalam bahasa Al-Quran
disebut hijab selalu dihubungkan dengan larangan menampakkan perhiasan.
Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. An-Nur (24 : 31) yang berbunyi :


Artinya :
Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,
[2]
Yang dimaksud dengan kata kerudung dalam kalimat dan hendaklah mereka
menutupkan kain kerudung ke dadanya ialah kain yang menutupi kepala, leher dan dada.
Sedangkan kata al-jayb menunjukkan makna dada terbuka yang tidak ditutup dengan
pakaian, atau bahkan yang lebih luas dari itu, yakni dada, perhiasan, pakaian, dan make up.
[3]
Sedangkan kata perhiasan dimaknai dengan keinginan dan kesenangan wanita untuk
dapat mempercantik dan melengkapi dirinya dengan cara apapun, yang nantinya akan ia
tampakkan kepada kaum lelaki. [4] Hal ini merupakan fitrah yang tidak mungkin dilarang,
karena manusia sangat senang terhadap fitrah dan kesenangannya. Islam datang tidak
untuk melarang perhiasan ini, melainkan menertibkan dan menetapkan bentuk-bentuk
yang wajar yang tidak mengundang nafsu birahi dan bentuk-bentuk yang dapat
menghindarkannya dari kejahatan dan kekejian.
Ayat ini merincikan kebaikan yang diinginkan Allah untuk kita, dan menjaga
masyarakat dari kehinaan dan kebobrokan. Ayat tersebut menginginkan keselamatan bagi
kehidupan manusia dari kobaran nafsu seksual yang tidak sah, agar dapat menjaga diri dari
noda dan dosa.
Adapun beberapa kriteria jilbab dan pakaian muslimah adalah [5] :
1. Menutup aurat. Sebagai tujuan utama jilbab yaitu menutup aurat. Ada pengecualian
terhadap wajah dan telapak tangan. Jilbab seharusnya menjadi penghalang yang menutupi
pandangandarikulit.
2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan. Tujuan kedua dari perintah menggunakan jilbab
adalah untuk menutupi perhiasan wanita. Dengan demikian tidaklah masuk akal jika jilbab
itu sendiri menjadi perhiasan.
3. Kainnya harus tebal. Sebab, yang menutup itu tidak akan terwujud kecuali dengan kain
yang tebal. Jika kainnya tipis, maka hanya akan semakin memancing fitnah dan godaan,
yang berarti menampakkan perhiasan. Karena itu ulama mengatakan:
Diwajibkan menutup aurat dengan pakaian yang tidak mensifati warna kulit, berupa
pakaian yang cukup tebal atau yang terbuat dari kulit. Menutupi aurat dengan pakaian
yang masih dapat menampakkan warna kulit umpamanya dengan pakaian yang tipis
adalah tidak dibolehkan karena hal itu tidak memenuhi kriteria menutupi . [6]
1. Harus longgar, sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya. Tujuan
berpakaian adalah menghilangkan fitnah, dan hal itu tidak akan terwujud kecuali pakaian
yang digunakan wanita itu longgar dan luas. Jika pakaian itu ketat, maka tetap dapat
menggambarkan bentuk atau lekuk tubuhnya, atau sebagian dari tubuhnya dari
pandangan mata. Kalau begitu keadaannya, maka sudah pasti akan mengundang
kemaksiatan bagi kaum laki-laki.
2. Tidak diberi wewangian. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah Saw. yang artinya
Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar
mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina [7]
Dari kelima kriteria dan syarat jilbab menurut aturan Islam, maka kita dapat mengambil
gambaran yang jelas tentang bagaimana jilbab sebenarnya.



B. Pengaruh Jilbab Sebagai Busana Muslimah dalam Pergaulan
Perintah memakai busana muslimah, juga terdapat dalam QS. Al-Ahzab : 59 yang
berbunyi :


Artinya :
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mumin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. [8]



Dalam ayat ini, perintah berbusana muslimah akan memberikan beberapa hikmah,
yaitu
supaya lebih mudah dikenal, sehingga tidak diganggu. Busana muslimah, secara
langsung ataupun tidak akan memberikan pengaruh pada pembentukan konsep diri. Baik
bagi yang memakai, maupun bagi yang memandang.
Anita Taylor menyatakan bahwa konsep diri adalah semua yang anda pikirkan dan
anda rasakan tentang diri anda, seluruh kompleks kepercayaan dan sikap tentang anda
yang anda pegang teguh.[9] Konsep diri menentukan perilaku anda. Sebagai contoh,
seorang yang memandang dirinya sebagai seorang yang selalu gagal. Seringkali jika
upayanya hampir berhasil, ia dipukul oleh kegagalan yang tidak terduga. Begitu juga
akhirnya, bila anda merasa anda bukan orang baik, segala perilaku anda disesuaikan dengan
orang tersebut. Anda akan bergaul dengan orang jahat, berbicara kasar, dan melakukan
tindakan kejahatan.



Dalam psikologi sosial, jilbab sebagai busana muslimah mempunyai tiga fungsi utama,[10]
yaitu :
1. Diferensiasi.
Dengan busana muslimah seseorang membedakan dirinya, kelompoknya atau
golongannya dari orang lain. Busana memberikan identitas yang memperteguh konsep
diri. Kelompok anak muda yang ingin menegaskan identitasnya, berusaha menunjukkan
pakaian yang aneh-aneh. Dengan perilaku aneh, ia membedakan dirinya dengan orang
tua. Busana muslimah memberikan identitas keislaman, yang membedakan dirinya dari
kelompok wanita yang lain.
Dalam dunia modern sekarang ini, banyak wanita yang mencari-cari identitas
dengan menampilkan pakaian-pakaian yang sedang in atau menjadi mode zaman. Seorang
wanita yang tiba-tiba naik pada posisi tinggi mengalami krisis identitas. Untuk
memperteguh identitas dirinya, ia akan mencari busana yang melambangkan status
barunya.
2. Perilaku.
Busana muslimah bagi seorang muslimah, memberikan citra diri yang stabil. Ia ingin
menunjukkan bahwa Saya adalah muslimah melalui jilbabnya. Dengan itu, tertanam
dalam dirinya untuk menolak segala macam sistem jahiliyah dan ingin hidup dalam sistem
islami. Karena itu, selembar kain kerudung yang menutup rambut dan lehernya menjadi
simbol keterlibatan pada Islam.
Dari sini, busana muslimah mendorong pemakainya berperilaku sesuai dengan citra
muslimah. Hal ini dapat dipahami bahwa dengan memakai pakaian seragam kelompok
tertentu, seorang menunjukkan melalui pakaian seragamnya itu bahwa ia telah
melepaskan haknya untuk bertindak bebas dan dalam batas-batas kaidah-kaidah
kelompoknya. ABRI yang berpakaian seragam akan merasakan perilakunya berbeda ketika
ia berpakaian preman. Santri yang menanggalkan sarung dan peci serta menggantikannya
dengan celana blue-jeans dan t-Shirt akan merasakan perubahan perilakunya.
3.Emosi.
Pakaian mencerminkan emosi pemakainya, sekaligus mempengaruhi perilaku orang
lain. Busana muslimah yang diungkapkan secara massal akan mendorong emosi
keagamaan yang konstruktif. Emosi dan perilaku sebenarnya kembali kepada fungsi
pertama dari pakaian, yakni diferensiasi.
Bila kita berjumpa dengan orang lain, kita akan mengkategorikan orang itu dalam
satu kategori yang terdapat di dalam memori kita. Kita akan segera mengelompokkan
orang ke dalam kategori mahasiswa, cendekiawan, penjahat, dan lain-lain. Kita
menetapkan kategori itu berdasarkan gambaran yang tampak, petunjuk wajah, petunjuk
bahasa dan petunjuk artifaktual. Dalam waktu yang singkat, kita akan umumnya
menggunakan petunjuk artifaktual, dalam hal ini busana. Karena busana terlihat sebelum
terdengar.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gibbins pada gadis-gadis sekolah menengah
menunjukkan bahwa manusia memang betul-betul menilai orang lain atas dasar
busananya dan makna yang disampaikan busana tertentu cenderung disepakati.[11]
Wanita yang menggunakan busana muslimah akan selalu dipersepsi dalam kategori
muslimah. Boleh jadi, berbagai gambaran tentang kriteria seorang muslimah dikaitkan
dengan kategori ini, misalnya wanita saleh, istri yang baik, tahu banyak tentang agama dan
lain-lain. Apa pun konotasinya, inti persepsinya tidak mungkin lepas dari kategori
muslimah. Dari persepsi itu, orang kemudian mengatur perilakunya terhadap pemakai
busana muslimah. Orang tidak akan melakukan perbuatan tidak senonoh, kemungkinan
hanya gangguan kecil seperti ucapan Assalamu Alaikum untuk bercanda.
Inilah barangkali yang dimaksud oleh Allah dengan sehingga mereka tidak diganggu .
Busana muslimah mempunyai fungsi penegas identitas. Dengan busana itu, seorang
muslimah mengidentifikasikan dirinya dengan ajaran Islam. Karena identifikasi ini, ia akan
terdorong untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Busana muslimah akan
menyebabkan orang lain mempersepsi pemakainya sebagai wanita muslimah dan akan
memperlakukannya seperti dia.
C. Kesalahan berjilbab secara etika SYARI.
1

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Kesalahan biasanya di lakukan karena
minimnya pengetahuan terhadap sesuatu,atau dengan sengaja melalaikannya. Islam telah
mengajarkan para wanita muslimah untuk memakai jilbab yang sesuai dengan syariat
islam,namun banyak muslimah yang masih melakukan banyak kesalahan.
Sesuai tema dari buku ini yang akan membahas tentang kesalahan-kesalahan
muslimah dalam memakai jilbab,pada bab kedua ini kita akan langsung membahasnya.
Kesalahan dalam berjilbab bisa terjadi dari berbagai aspek, diantaranya dari segi syari,
estetika dan juga persepsi yang salah. Karenanya penulis membaginya menjadi tiga
kelompok kesalahan. Pada bab ini kita akan membahas tentang kesalahan secara etika
berjilbab syar;i.






1
Idatul Fittri dan Nurul Khasanah R A, 60 Kesalahan Dalam Berjilbab, (Cet.I ; Jakarta: Bismillah, 2011), h.34.

1. terlalu pendek.
2

Fungsi asli dari pada jilbab adalah sebagai alat untuk menutup aurat kita, maka
selayaknya mampu menutupi bagian-bagian yang wajib tetutup. Maksud dari terlalu
pendek disini adalah tidak menutup aurat yang seharusnya tidak di tutup. Salah satu syarat
jilbab yang baik adalah mampu menutup seluruh badan kecuali yang tidak harus di tutup.
2. jilbab transparan (paris).
3

Kita juga di larang memakai jilbab yang transparan atau tipis, karena jilbab yang di
syaratkan harus terbuat dari kain yang tebal. Jika kain di gunakan tipis hanya akan
menambah daya tarik bagi si wanita yang mengenakannya atau malah menjadi perhiasan
baginya. Rasulullah bersabda, pada akhir zaman nanti akan ada wanita-wanita dari
kalangan umatku yang berpakain, namun pada hakekatnya mereka telanjang. Di atas
kepala mereka se-perti terdapat punuk untan. Kutuklah mereka itu, karena sebenarnya
mereka wanita-wanita yang terkutuk. (Hadis Mashur).
3. memakai baju ketat dan seksi.
4

Jika kita memakai jilbab, pakaian yang kita pakai juga harus sopan dan tidak
mengundang perhatian. Jika pakaian yang kita ketat dan seksi, walaupun kita berjilbab
maka sama saja nihil. Karena pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuh kita bisa
mengundang bisa mengundang perhatian kaum lelaki untuk berbuat jahat.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan muslim menyebutkan,
sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah permpuan-perempuan yang berpakaian tapi
yang lelanjang yang condong kepada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan
maksiat. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. (Riwayat
Bukhari dan muslim).
4. Tidak menutupi dada.
5

Allah swt. Berfirman, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali
yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung
kedada mereka. (QS. An-Nuur : 31).
Allah memerintahkan para muslimah untuk memakai jilbab yang bisa menutupi
dadanya. Ini dikatakan langsung oleh Allah swt. Dalam surat An-Nuur diatas. Ayat

2
Idatul Fitri dan Nurul Khasanah R A, 60 Kesalahan Dalam Berjilbab, (Cet.I; Jakarta: Bismillah, 2011), h.35
3
Idatul Fitri dan Nurul Khasanah R A, 60 Kesalahan Dalam Berjilbab, (Cet.I; Jakarta: Bismillah, 2011), h.39
4
Idatul Fitri dan Nurul Khasanah R A, 60 Kesalahan Dalam Berjilbab, (Cet.I; Jakarta: Bismillah, 2011), h.40
5
Idatul Fitri dan Nurul Khasanah R A, 60 Kesalahan Dalam Berjilbab, (Cet.I; Jakarta: Bismillah, 2011), h.41
tersebut juga menunjukkan bahwa jilbab itu harus menutup leher. Leher termasuk bagian
batin yang harus disembunyikan, termasuk kalung yang melingkarinya.
Allah swt. Memang mengharamkan aurat perempuan diperlihatkan kepada selain
mahramnya. Rasulullah saw. Bersabda, jagalah auratmu kecuali dari suami atau budak-
budak yang kamu miliki. Aku bertanya, kalau kaum itu sebagian berada beserta yang lain?
Beliau menjawab, kalau kamu sanggup tidak akan dilihat seorangpun perempuan, maka
janganlah memperlihatkannya. Aku bertanya, jika salah satu diantara kami dalam
keadaan sunyi? beliau mengingatkan kalau begitu kamu lebih berhak malu kepada Allah
swt. Daripada yang lainnya. (HR. Bahz bin Hakim)


5. Pakaian yang dipakai kurang panjang.
6

Maksudnya adalah pakaian yang dipakai masih belum sempat sepenuhnya menutupi
aurat. Contohnya adalah pakaian yang panjangnya hanya sampai perut, sehingga tidak
menutup daerah kemaluan dan pantat kita. Walaupun dibawahnya memakai celana atau
rok panjang tapi masih bisa memperlihatkan lekuk tubuh yang seharusnya ditutup.
Contoh lainnya juga seperti memakai celana dan rok yang gantung atau kurang panjang.
Sai dari Ummu Salamah r.a, Ya rasulullah, bagaimana perempuan akan berbuat
kain-kain mereka yang sebelah bawah?. Dan rasulullah saw. Pun bersabda : hendaklah
mereka memanjangkan barang sejangkal dan janganlah menambahkan lagi keatasnya.
6. Lengan baju pendek.
7

Sama halnya dengan penjelasan sebelumnya, baju yang berlengan pendek juga tidak
pantas dan sesuai dipakai dengan jilbab. Pertama, lengan hingga pergelangan tangan adalah
termasuk aurat yang wajib ditutupi. Kedua, jika dilihat akan tampak janggal dan karena itu
berarti kita tidak sepenuhnya menutup aurat kita. Dan alasan terakhir pakaian berlengan
pendek tidak sesuai dengan syariat.
Sebagaiman Sai dari Ummu Salamah r.a, Ya rasulullah, bagaimana perempuan akan
berbuat kain-kain mereka yang sebelah bawah?.
Dan sabda dari rasulullah saw : hendaklah mereka memanjangkan barang sejengkal
dan jangan menambahkan lagi keatasnya. Makal hendaklah kita memakai pakaian yang
berlengan panjang saat memakai jilbab.


6
Idatul Fitri dan Nurul Khasanah R A, 60 Kesalahan Dalam Berjibab, (Cet.I; Jakarta: Bismillah, 2011), h.42
7
Idatul Fitri dan Nurul Khasanah R A, 60 Kesalahan Dalam Berjibab, (Cet.I; Jakarta: Bismillah, 2011), h.44
7. Memakai rok yang berbelah.
8

Sama saja bohong jika pakaian yang di pakai sudah besar dan panjang, tetapi berbelah
hingga memperlihatkan bagian paha atau lutut kita itu. Aurat seorang laki-laki saja sampai
lutut, dan mereka di larang memprlihatkannya kepada orang lain kecuali dalam keadaan
tertentu seperti perang. Apalagi seorang perempuan yang auratnya adalah seluruh tubuh
kecuali muka dan telapak tangan hingga pergelangan tangan. Itu berarti secara sengaja kita
mempertontonkan aurat kita ke khalayak ramai.
barang siapa yang memakai pakaian yang mencolok mata, maka Allah SWT akan
memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti. Riwayat Ahmad,Abu Daud,An nasai
dan Ibnu Maja.
8. kain pakaian yang di pakai tipis.
9

Sama halnya dengan diharuskannya kain jilbab yang tebal. Pakaian yang berfungsi
sebagai penutup aurat juga harus tebal dan tidak transparan. Jika pakaian yang di gunakan
tipis dan transparan, maka hanya akan mengundang syahwat lelaki yang melihat. Memakai
pakaian yang tipis dan transparan akan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh anda, dan itu
bisa mamancing kemaksiatan. Rasulullah bersabda, Dua kelompok dari penghuni neraka
yang merupakan umatku, belum saya melihat keduanya. Wanita-wanita yang berbusana
(tetapi) telanjang sengaja berlenggak-lenggok dan melenggak-lenggokkan (orang lain)
diatas kepala mereka (sesuatu) seperti punuk-punuk unta. Maka tidak akan masuk surga
dan tidak juga menghirup aromanya, dan (yang kedua) adalah laki-laki yang memiliki
cemeti-cemeti seperti ekor sapi . Dengannya mereka menyiksa hamba-hamba Allah.
(HR. Muslim melalui Abu Hurairah).
9. memakai wewangian.
10

Jilbab disyaratkan tidak diberi wewangian atau parfum berdasarkan hadis-hadis yang
melarang wanita memakai wewangian ketika keluar rumah.Abu Musa Al-asyari
mengatakan, Rasulullah SAW. Pernah berkata: perempuan yang memekai wewangian
lalu dia lewat dihadapan laki-laki agar mereka mencium wanginya maka ia adalah
penzina.
Larangan Rasulullah mengenai wewangian bersifat umum, yaitu meliputi pewangi
badan dan pakaian. Karena kita tahu ada parfum yang di gunakan khusus untuk badan dan
ada juga yang khusus digunakan untuk pakaian. Rasulullah kembali bersabda, Perempuan
yang memekai bakhur (sejenis pewangi pakaian) jangan shalat isya bersama kami. (HR.
Muslim dan Awanah)


8
Idatul Fitri dan Nurul Khasanah R A, 60 Kesalahan Dalam Berjilbab, (Cet.I; Jakarta: Bismillah, 2011), h.45
9
Idatul Fitri dan Nurul Khasanah R A, 60 Kesalahan Dalam Berjilbab, (Cet.I; Jakarta: Bismillah, 2011), h.45
10
Idatul Fitri dan Nurul Khasanah R A, 60 Kesalahan Dalam Berjilbab, (Cet.I; Jakarta: Bismillah, 2011), h.47






Bab III
A.Kesimpulan
Menurut kamus Bahasa Indonesia jilbab adalah sejenis baju kurung yang lapang yang
dapat menutup kepada muka dan dada. Karena apabiula kita menggunakan jilbab maupun
busana muslim itu melainkan menerbitkan dan menetapkan bentuk-bentuk yang wajar
yang tidang mengundang nafsu berani dan bentuk-bentuk yang dapat
menghuindarkannya dari kejahatan dan kekejian.
Dengan busana muslimah seorang membedakan dirinya, kelompoknya, atau
golongan dari orang lain. Dengan busana muslimah juga dapat mencerminkan emosi dan
perilaku sebenarnya kembali kepada fingsi pertama pada pakaian.
Manusia tempatnya salah dan lupa. Akaesalahan biasanya dilakukan karena
minimnya mengatakan terhadap sesuatu dengan sengaja melekukun kesalahannya. Dapat
meliputi: terlalu pendek, jilbab transparan,memakai baju ketat dan seksi tidak menutupi
dada, pakaian yang di pakai kurang panjang, lengan baju pendek, memakai rok yang
terbelah, kain pakaian yang di pakai tipis, dan memekai wewangian.
B. Saran
Islam mewajibkan para muslimah untuk menutup auratnya. Dan salah satu aurat
yang wajib dan ditutup oleh perempuan adalah rambut yaitu dengan menggunakan jilbab.
Namun, tidak semua perempuan paham dan tau pasti tentang cara memakai jilbab dan
busana tergantung juga kesalahan-kesalahan yang dilakukan, baik secara syari, estetika
dan juga persepsi masyarakat mengenai jilbab dan busana. Untuk itu kami membuat
makalah ini agar supaya bisa dijadikan koreksian oleh para muslimah terhadap pakaian
jilbab dan busana mereka. Dengan makalah ini kami juga ingin menyampaikan kepada
pembaca atau para muslimah sekalian bahwa berjilbab bukanlah hal yang sulit dan
memberatkan, yaitu dengan berjilbab dan berbusana yang baik anda bisa terlihat cantik
dengan tetap menjunjung tinggi etika serta estetika berbusana dalam islam.






DAFTAR PUSTAKA
Fitri, Idatul dan Nurul Khasanah R A. 60 Kesalahan Dalam Berjilbab. Cet.I . Jakarta:
Bismillah . 2011.

Anda mungkin juga menyukai