Anda di halaman 1dari 33

Cara berpakaian yang baik menurut Islam

macam fungsi pakaian, yakni sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan, dan untuk
keindahan. Tuntunan Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam masalah aurat, Islam
telah menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar samapi kedua lutut. Sedangkan bagi
perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.

Mengenai bentuk atau model pakaian, Islam tidak memberi batasan, karena hal ini berkaitan
dengan budaya setempat. Oleh karena itu, kita diperkenankan memakai pakaian dengan model
apapun, selama pakaian tersebut memenuhi persyaratan sebagai penutup aurat.

Pakaian merupakan penutup tubuh untuk memberikan proteksi dari bahaya asusila, memberikan
perlindungan dari sengatan matahari dan terpaan hujan, sebagai identitas seseorang, sebagai
harga diri seseorang, dan sebuah kebutuhan untuk mengungkapkan rasa malu seseorang. Dahulu,
pakaian yang sopan adalah pakaian yang menutup aurat, dan juga longgar sehingga tidak
memberikan gambaran atau relief bentuk tubuh seseorang terutama untuk kaum wanita.
Sekarang orang-orang sudah menyebut pakaian seperti itu sudah dibilang kuno dan tidak
mengikuti mode zaman sekarang atau tidak modis. Timbul pakaian you can see atau sejenis
tanktop, dll. Yang uniknya, semakin sedikit bahan yang digunakan dan semakin ketat pakaian
tersebut maka semakin mahal pakaian tersebut. Ada seseorang yang berkata sedikit mengena,
“Anak jaman sekarang bajunya kayak baju anak kecil, pantesan saya nyari baju anak rada susah,
berebut ama orang dewasa.” Memang tidak salah dia mengatakan hal seperti itu, toh, itu memang
kenyataan. Padahal jika kita tidak bisa menjaga aurat kita, kita akan kerepotan. Sangat tidak
mungkin kita akan mengumbar aurat di depan umum, jika hal tersebut dilakukan, maka kita bisa
disebut gila. Mau tidak anda disebut gila?

Anehnya, sekarang banyak kaum wanita terutama muslimah yang belomba-lomba untuk
memakai pakaian yang katanya modis tersebut. Pakaian tersebut sebenarnya digunakan oleh para
(maaf) PSK dan WTS untuk memikat pelanggan, akan tetapi seiring perkembangan waktu,
fungsi pakaian tersebut sudah berubah untuk memikat lawan jenis, sehingga semakin terpikat
lawan jenis, semakin banyak pula kasus tindakan asusila yang sering kita baca di media cetak,
elektronik, atau mungkin kita pernah melihat atau mengalaminya sendiri. Pelecehan seksual ada
di mana-mana. Tidakkah para mukminin dan mukminat telah diperintahkan oleh Allah di dalam
kitab nan suci, al-Qur’an, surat Al-A’raf ayat 26: (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: Hai, anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling
baik. Yang demikian itu adalah sebagaian dari tanda-tanda Kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat. (QS Al A’raf : 26)

Atau Q.S. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya : (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: Hai para Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri
orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang
demikian itu supaya mereka mudah dikenali karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Ahzab : 29)

Tapi mengapa kaum hanya kaum wanita saja yang dibahas? Ya, karena wanita adalah manusia
yang paling dijaga harga dirinya oleh Allah SWT. Sudah dijaga koq masih tidak bersyukur?

Coba pikirkan, sangat sayangnya Allah kepada wanita, Allah Yang Maha Penyayang sampai-
sampai membahas hal-hal sekecil itu. Maka dari itu marilah kita menjaga harga diri wanita
muslimah kita demi tercapainya masa depan yang cerah.

b. Adab Berpakaian

Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis atau ketat (sempit sehingga membentuk
tubuhnya yang asli). Kendati pun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun
apabila pakaian tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu dilarang oleh Islam. Demikian
juga halnya pakaian yang terlalu tipis. Pakaian yang ketat akan menampilkan bentuk tubuh
pemakainya, sedangkan pakaian yang terlalu tipis akan menampakkan warna kulit pemakainya.
Kedua cara tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik perhatian dan menggugah
nafsu syahwat bagi lawan jenisnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

‫ َو ِنَس اٌء َك ا ِسَياٌت َعاِر َياٌت ُمِم ْيَالٌت َر َؤ ْو َس ُهَّن‬. ‫ِص ْنَقاِن ِم ْن َاْهِل الَّناِر َلْم َاَر ُهَم ا َقْو ٌم ِسَياٌط َك ا اَالْذ َناِب اْلَبَقِر َيْض ِرُبْو َن ِبَها الَّناَس‬
)‫َك َأْش ِنَم ِة اْلُبْخ ِت اْلَم اِئَالِة َال َيْدُخ ْلَن اْلَج َّنَة َو َال َيِخ ْذ َن ِر ْيَحَها َلُيْو َخ ُذ ِم ْن َم ِس ْيَر ِة َك ذًا َو َك ذًا (رواه مسلم‬

Artinya: “Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu 1)
kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang
(penguasa yang kejam, 2) perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, yang
cenderung kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak bisa
masuk surga dan tidak akan mencium bau surga padahal bau surga itu dapat tercium sejauh
perjalanan demikian dan demikian.” (HR Muslim)

Ada dua maksud yang menjadi kesimpulan pada hadits ini, yaitu sebagai berikut:

1.
1. Maksud kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi ialah perempuan-perempuan yang
suka menggunakan rambut sambungan (cemara dalam bahasa jawa), dengan maksud agar
rambutnya tampak banyak dan panjang sebagaimana wanita lainnya. Selanjutnya, yang
dimaksud rambutnya seperti atau sebesar punuk unta adalah sebutan bagi wanita yang suka
menyanggul rambutnya. Kedua macam cara tersebut (memakai cemara dan menyanggul)
termasuk perkara yang tecela dalam Islam
2. Mereka dikatakan berpakaian karena memang mereka menempelkan pakaian pada tubuhnya,
tetapi pakaian tersebut tidak berfungsi sebagai penutup aurat. Oleh karena itu, mereka dikatakan
telanjang. Pada zaman modern seperti sekarang ini, amat banyak manusia (perempuan)
mengenakan pakaian yang amat tipis sehingga warna kulitnya tampak jelas dari luar. Sementara
itu banyak pula perempuan yang memakai pakaian relatif tebal, namun karena sangat ketat
sehinga bentuk lekuk tubuhnya terlihat jelas. Kedua cara berpakaian seperti itu (terlampau tipis
dan ketat) termasuk perkara yang dilarang dalam Islam.

Ciri-ciri pakaian wanita Islam di luar rumah ialah:

* Pakaian itu haruslah menutup aurat sebagaimana yang dikehendaki syariat.


* Pakaian itu tidak terlalu tipis sehingga kelihatan bayang-bayang tubuh badan dari luar.
* Pakaian itu tidak ketat atau sempit tapi longgar dan enak dipakai. la haruslah menutup bagian-
bagian bentuk badan yang menggiurkan nafsu laki-laki.
* Warna pakaian tsb suram atau gelap seperti hitam, kelabu asap atau perang.
* Pakaian itu tidak sekali-kali dipakai dengan bau-bauan yang harum
* Pakaian itu tdak ‘bertasyabbuh’ (bersamaan atau menyerupai)dengan pakaian laki-laki yaitu
tidak meniru-niru atau menyerupai pakaian laki-laki.
* Pakaian itu tidak menyerupai pakaian perempuan-perempuan kafir dan musyrik.
* Pakaian itu bukanlah pakaian untuk bermegah-megah atau untuk menunjuk-nunjuk atau
berhias-hias.

Aurat perempuan yang merdeka (demikian juga khunsa) dalam sholat adalah seluruh badan
kecuali muka dan telapak tangan yang lahir dan batin hingga pergelangan tangannya. Oleh
karena itu jika nampak rambut yang keluar ketika sholat atau nampak batin telapak kaki ketika
rukuk dan sujud, maka batallah sholatnya.

Aurat perempuan merdeka di luar sholat Di hadapan laki-laki ajnabi atau bukan muhram

Yaitu seluruh badan. Artinya, termasuklah muka, rambut, kedua telapak tangan (lahir dan batin)
dan kedua telapak kaki (lahir dan batin). Maka wajiblah ditutup atau dilindungi seluruh badan
dari pandangan laki-laki yang ajnabi untuk mengelakkan dari fitnah. Demikian menurut mahzab
Syafei.

Di hadapan perempuan yang kafir Auratnya adalah seperti aurat bekerja yaitu seluruh badan
kecuali kepala, muka, leher, dua telapak tangan sampai kedua siku dan kedua telapak kakinya.
Demikianlah juga aurat ketika di hadapan perempuan yang tidak jelas pribadi atau wataknya atau
perempuan yang rosak akhlaknya.

Ketika sendirian, sesama perempuan dan laki-laki yang menjadi muhramnya Auratnya adalah di
antara pusat dan lutut Walau bagaimanapun, untuk menjaga adab dan untuk memelihara dan
berlakunya hal yang tidak diingini, maka perlulah ditutup lebih dari itu agar tidak menggiurkan
nafsu. Ini adalah penting untuk menghindarkan fitnah.

Salah satu permasalahan yang kerap kali dialami oleh kebanyakan manusia dalam kesehariannya
adalah melepas dan memakai pakaian baik untuk tujuan pencucian pakaian, tidur, atau yang
selainnya. Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan melepas dan memakai pakaian adalah sebagai
berikut : Mengucapkan Bismillah. Hal itu diucapkan baik ketika melepas maupun memakai
pakaian. Imam An-Nawawy berkata : “Mengucapkan bismillah adalah sangat dianjurkan dalam
seluruh perbuatan”. Memulai Dengan Yang Sebelah Kanan Ketika Akan Memakai Pakaian.
Berdasarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Apabila kalian memakai pakaian maka
mulailah dengan yang sebelah kanan”.

c. Kaum Lelaki Dilarang Memakai Cincin Emas dan Pakaian Sutra

Dalam hal ini, cincin emas dan pakaian sutra yang dipakai oleh kaum lelaki

Larangan bagi laki-laki memakai cincin emas dan pakaian dari sutra adalah suatu didikan moral
yang tinggi. Allah telah menciptakan kaum lelaki yang memiliki naluri berbeda dengan
perempuan, memiliki susunan tubuh yang berbeda dengan tubuh perempuan. Lelaki memiliki
naluri untuk melindungi kaum perempuan yang relatif lemah kondosi fisiknya. Oleh sebab itu,
sangat tidak layak kiranya apabila lelaki meniru tingkah laku perempuan yang suka berhias dan
berpakaian indaah serta suka dimanja. Dari sisi lain, larangan ini sekaligus sebagai upaya
pencegahan terhadap sikap hidup bermewah-mewahan, sementara masih banyak rakyat yang
hidup dibawah garis kemiskinan.

3. Tata Krama Berhias

Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam
batasan yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama.
Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara lain sebagai berikut:

1. Laki-laki dilarang memakai cincin emas

Sebagaimana larangan yang ditujukan oleh Rasulullah SAW terhadap Ali r.a

1. Jangan bertato dan mengikir gigi

Pada zaman jahiliyah banyak wanita Arab yang menato sebagian besar tubuhnya, muka dan
tangannya dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Pada zaman sekarang ini (khususnya di
lingkungan masyrakat kita) bertato banyak dilakukan oleh kaum lelaki. Dengan bertato ini,
mereka merasa mempunyai kelebihan dari orang lain.

Adapun yang dimaksud dengan mengikir gigi ialah memendekkan dan merapikan gigi. Mengikir
gigi banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi dan cantik.
Rasulullah SAW bersabda;

)‫َلَع َن َر ُسْو ُل ِهللا ص م َاْلَو اِش َم َة َو اْلُم ْش َتْو ِش َم َة َو ْالَو اِشَر َة َو ْالُم ْش َتْو ِشَر َة (رواه الطبرانى‬

Artinya: “Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menato dan yang minta ditato, yang
mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya.” (HR At Thabrani)

1. Jangan menyambung rambut

Selain hadits yang tersebut didepan (dalam hal menyambung rambut) terdapat pula riwayat
sebagai berikut:

‫ َلَع َن ِهللا‬: ‫َس َاَلْت ِاْمَر َاَة الَّنِبَّي ص م َفَقاَلْت َيا َر ُس ِو ُل ِهللا ِاَّن اْبَنِتي َاَص اَبْتَها اْلِح ْص َيُة َفَاْمَر َق َش ْعُرَها َو ِاِّني َز َّو ْج ُتَها َاَفَأِص ُل ِفْيِه؟ َفَقاَل‬
)‫اْلَو اِص َلَة َو اْلُم ْسَتْو ِص َلَة (زواه البجارى‬

Artinya: “Seorang perempuan bertanya kepada nabi SAW: Ya Rasulullah, sesunguhnya anak
saya tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia.
Apakah boleh saya menyambung rambutnya?. Rasulullah menjawab: Allah melaknat perempuan
yang melaknat perempuan yang melaknat rambutnya.” (HR Bukhari)

1. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias

Berlebih lebihan ialah melewati datas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias secara
berlebih-lebiha cenderung kepada sombong dan bermegah-megahan yang sangat tercela dalam
Islam. Setipa muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat
menyebabkan kesombongan, baik dalam berpakaian maupun dalam berhias bentuk yang lain.
Memoles wajah dengan bahan make-up terlampau banyak serta menggunakan perhiasan emas
pada leher, kedua tangan dan kedua kaki secara mencolok termasuk berlebih-lebihan. Perbuatan
yang demikian itu tidak lain adalah bermaksud untuk menarik perhatian pihak lain, terutama
lawan jenisnya. Apabila yang dimaksudkan adalah untuk menarik perhatian suaminya maka hal
itu baik untuk dilakukan. Akan tetapi, apabila yang dimaksud itu semua orang (selain suami)
maka hal itu termasuk perbuatan yang dialranga dalam Islam. Selain menjurus kepada sikap
sombong, berlebih-lebihan termasuk perbuatan tabzir, sedangkan tabzir dilarang oleh Allah
SWT. (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: “26) Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. 27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra : 26-27)

Bertatakrama Dalam Bertamu dan Menerima Tamu

4. Tata Krama Bertamu

Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh
Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu
harus tetap dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka
tujuan bertamu itu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaran..
Islam telah memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat.

Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh.
Allah SWT berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian
(luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada
dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu,
sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An
Nur : 58)

Ketiga waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya
digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana
(karena panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak dan anak-anak
kecil saja diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang
lain yang bertamu. Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan
tuan rumah yang hendak istirahat, karena terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima
kedatangan tamunya.

5. Cara Bertamu yang Baik

Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:

1. Berpakaian yang rapi dan pantas


Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya
sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian
pula sebaliknya. Allah SWT berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: “Jika kamu berbua baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri….” (QS Al Isra : 7)

1. Memberi isyarat dan salam ketika datang

Allah SWT berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS An Nur : 27)

Diriwayatkan bahwa:

: ‫ ُاْخ ُرْج ِاَلى َهَذ ا َفَع ِّلْم ُه اِال ْس ِتْأَذ اَن َفَقَل َلُه‬: ‫ “َاِلُج” َفَقاَل الَّنِبُّي ص م ِلَج اِدِمِه‬: ‫ِاَّن َر ُج ًال ِاْسَتْأَذ َن َعلى الَّنِبِّي ص م َو ُهَو ِفى َبْيٍت َفَقاَل‬
)‫ُقْل “الَّسَالُم َع َلْيُك ْم َا َاْدُخ ْل ” َفَسِمَع ُه الِّر َج ْل َفُقْل “الَّس َالُم َع َلْيُك ْم َا َاْدُخ ْل ” َفَاِذ َن الَّنِبُّي ص م َقْد َد َخ َل (رواه ابو داود‬

Artinya: “Bahwasanya seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW
sedangkan beliau ada di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda
kepada pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan
kepadanya agar ia mengucapkan “Assalmu alikum, bolehkah aku masuk” lelaki itu mendengar
apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata “Assalmu alikum, bolehkah aku masuk?” nabi SAW
memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud)

1. Jangan mengintip ke dalam rumah

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang lelaki
mengintip dari sebuh lubang pintu rumah Rasulullah SAW dan pada waktu itu beliau sedang
menyisir rambutnya. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya
aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkanuntuk meminta izin itu adalah karena
untuk menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari)

1. Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali

Jika telah tiga namun belum ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan datang
pada lain kesempatan.

1. Memperkenalkan diri sebelum masuk

Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri secara jelas,
terutama jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “dari
Jabir ra Ia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah
beliau. Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau bersabda: “Saya,
saya…!” seakan-akan beliau marah” (HR Bukhari)

Kata “Saya” belum memberi kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama
dirinya secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima kedatangannya

1. Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita

Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin
masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri
sama halnya mengundang bahay bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup ditemui diluar
saja.

1. Masuk dan duduk dengan sopan

Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendajnya tamu masuk dan duduk dengan
sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak
memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu
asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang
tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan.
Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya), lebih ia berterus terang kepada
tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin memperhatikannya.

1. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati

Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan
senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika sekiranya tidak
suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati
makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah mempersilahkan untuk menikmati,
tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah menunggu sampai berkali-kali tuan rumah
mempersilahkan dirinya.

1. Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: “Jika seseorang diantara kamu hendak
makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada awalnya, hendaklah
membaca: Bismillahi awwaluhu waakhiruhu.” ( HR Abu Daud dan Turmudzi)

1. Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memili

Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan dengan tangan
kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara seperti ini tidak
hanya dilakukan saat bertamu saja. Mkelainkan dalam berbagai suasana, baik di rumah sendiri
maupun di rumah orang lain

1. Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran


Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis digunakan untuk makan
tampak bersih, tidak ada makann yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu lahap.
Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia yang
terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan tuan rumah,
hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu menyisakan makanan pada
pring yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan rasa jijik bagi yang melihatnya.

1. Segeralah pulang setelah selesai urusan

Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai permasalahan hidup.


Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja, sesuai
tujuan berkunjung. Hendaknya dihindari pembicraan yang tidak ada ujung pangkalnya, terlebih
membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang waktu
kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah tekah memperhatikan
jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi atau
mengurus masalah lain. Apabila tuan ruamh menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu,
hendaknya tamu pandai-pandai membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau
hanya sekadar pemanis suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika
tamu memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.

6. Lama Waktu Bertamu Maksimal Tiga Hari Tiga Malam

Terhadap tamu yang jauh tempat tinggalnya, Islam memberi kelonggaran bertamu selama tiga
hari tiga malam. Waktu twersebut dikatakan sebagai hak bertamu. Setelah waktu itu berlalu
maka habislah hak untuk bertamu, kecuali jika tuan rumah menghendakinya. Dengan
pembatasan waktu tiga hari tiga malam itu, beban tuan rumah tidak telampau berat dalam
menjamu tamuhnya.

7. Tata Krama Menerima Tamu

a. Kewajiban Menerima Tamu

Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi uamtnya dalam menerima
tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW
menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur kesempurnaan
iman seseorang ialah sikap dalam menerima tamu. Sabda Rasulullah SAW:

)‫َم ْن َك َاَن ُيْؤ ِم ُن ِبا ِهللا َو اْلَيْو ِم اَالِخ ِر َفاْلُيْك ِر ْم َض ْيَفُه (رواه البخارى‬

Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan
tamunya.” (HR Bukhari)

b. Cara Menerima Tamu yang Baik

1) Berpakaian yang pantas


Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang pantas pula
dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima kedatangan tamu
berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada seorang yang
berpakaian rapih, bersih dan sopan. Rasululah SAW bersabda yang artinya: “Makan dan
Minunmlah kamu, bersedekahlah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong
dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas nikmatnya pada
hambanya.” (HR Baihaqi)

2) Menerima tamu dengan sikap yang baik

Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik, misalnya dengan
wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan
muka dan tidak mau memandangnmya secara wajar. Memalingkan muka atau tidak melihat
kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.

3) Menjamu tamu sesuai kemampuan

Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.

4) Tidak perlu mengada-adakan

Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan rumah.
Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi tuan rumah
yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi yang kurang mampu
henaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu memberikan air putih maka air
putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah menjamu tamunya dengan
senyum dan sikap yang ramah

5) Lama waktu

Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari
istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:

)‫َالِّض َياَفُة َثَالَثُة َاَّياٍم َفَم ا َك اَن َو َر اَء َذ اِلَك َفُهَو َص َد َقُة َع َلْيِه (متفق عليه‬

Artinya: “ Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan
sedekah baginya,.” (HR Muttafaqu Alaihi)

6) Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang

Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah mengantarkan
tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat karena merasa dihormati
tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.

c. Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam rumahnya
tanpa izin suaminya
Larangan ini bermaksud untuk menjaga fitnah dan bahaya yang mungkin terjadi atas diri wanita
tersebut. Allah berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: ”…Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada SAW lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena SAW telah memelihara (mereka)…” (QS An Nisa : 34

Rasulullah SAW bersabda;

)‫َاْلَم ْر َأُة َر اِع َيٌة ِفى َبْيِت َز ْو ِج َها َو ِه َي َم ْس ُئْو َلٌة َع ْن َر اِعَيِتَها (رواه احمد و البجارى و مسلم و ابو داود و الترمدى و ابن عمر‬

Artinya: “ Wanita itu adalah (ibarat) pengembala di rumah suaminya. Dia akan ditanya tentang
pengembalaannya (dimintai pertanggung jawaban).” (HR Ahmad, bukhari, Muslim, Abu Daud,
Turmudzi dan Ibnu Umar)

Oleh sebab itu, tamu lelaki cukup ditemui diluar rumah saja, atau diminta datang lagi (jika perlu)
saat suaminya telah pulang bekerja. Membiarkan tamu lelaki masuk ke dalam rumah padahal dia
(wanita tersebut) hany seorang diri, sama saja dengan membuka peluang besar akan timbulnya
bahaya bagi diri sendiri. Bahaya yang dimaksud dapat berupa hilangnya harta dan mungkin
sekali akan timbul fitnah yang mengancam kelestarian rumah tangganya.

Sumber
http://www.teguhbayu.com/2011/06/cara-berpakaian-rapih-dan-baik-menurut.html

Pentingnya Seorang Wanita Islam Memakai


Jilbab
Saya seorang wanita yang sering menggunakan kendaraan umum untuk berpergian. Kadang saya
mengalami lelaki yang dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya ke saya sewaktu supir rem
mendadak atau ada jalanan berlubang. Atau lelaki yang sengaja mencolek tubuh saya ketika saya
lewat didepannya. Alhamdulillah setelah saya berjilbab lelaki itu mulai segan kepada saya dan
tidak melakukan hal itu lagi. Disitu saya menyadari benar betapa pentingnya menutup aurat
karena lelaki akan segan melakukan “pelecehan” terhadap kita, mereka akan lebih menghargai
dan bersikap lebih sopan terhadap kita.

Seorang wanita akan lebih bisa dihargai oleh kaum pria jika menutup auratnya, dengan menutup
aurat dapat menghindarkan kaum wanita dari pandangan “nakal” kaum lelaki. Seorang lelaki
normal pasti akan tertarik dengan wanita yang memamerkan keindahan tubuhnya, awalnya
mereka akan sekedar memandang , bagi yang tidak kuat iman, akan ada perasaan ingin
menyentuh wanita tersebut.

Hal ini bisa saya rasakan sendiri sebagai seorang wanita. Sewaktu saya masih “memamerkan
bentuk tubuh saya”, saya sering “dilecehkan” oleh kaum pria, kadang mereka dengan sengaja
mencolek dan meraba. Mungkin kita harus mafhum dengan keadaan tersebut karena kita sebagai
wanita juga tak dapat menjaga diri kita sendiri dari pandangan lelaki.

Allah SWT dalam surat Al Ahzab (59) berfirman : Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan Ister-isteri orang mu’min : “Hendaklah mereka megulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

Dalam ayat tersebut Allah SWT mengharuskan wanita berjilbab karena untuk menjaga
kehormatan wanita itu sendiri. Betapa indahnya jika keindahan tubuh yang wanita miliki hanya
diperuntukkan untuk suami tercinta, hanya sang suami yang dapat melihat dan menyentuhnya.

Berikut ini adalah alasan memakai jilbab yang saya kutip dari Buku “Alasan Mengapa Saya
Pakai Jilbab” :

1. Menjalankan syi’ar Islam.


2. Berniat untuk ibadah.
3. Menutup aurat terhadap yang bukan muhrim.
4. Karena saya ingin ta’at kepada Allah yang telah menciptakan saya, menyempurnakan
kejadian, memberi rizki, melindungi, dan menolong saya.
5. Karena saya ingin ta’at kepada Rasul-Nya, pembimbing ummat dengan risalah beliau
6. Untuk memperoleh Ridho Allah (InsyaAllah).
7. Merupakan wujud tanda bersyukur atas nikmat-Nya yang tiada putus.
8. Seluruh ulama sepakat bahwa hukum mengenakan jilbab itu wajib.
9. Agar kaum wanita menutup auratnya.
10. Bukan karena gaya-gayaan.
11. Bukan karena mengikut trend.
12. Bukan karena berlagak sok suci.
13. Lebih baik sok suci dari pada sok zholim ^_^ .
14. Tidak sekadar bermaksud agar berbeda dari yang lain.
15. Meninggikan derajat wanita dari belenggu kehinaan
yang hanya menjadi objek nafsu semata.
16. Jilbab cocok untuk semua wanita yang mau menjaga
dirinya dari objek nafsu semata.
17. Saya ingin menjadi wanita solihah.
18. Saya tengah berusaha mencapai derajat teqwa.
19. Jilbab adalah pakaian taqwa.
20. Jilbab adalah identitas wanita muslimah.

Adab berpakaian dan Berhias dalam Syariat Islam


6/10/2014

0 Comments

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas : X SMA

Pokok Bahasan : Adab Berpakaian dalam Islam

Tujuan/Indikator Pembelajaran :

1. Mengetahui cara dan syarat-syarat berpakaian dalam syariat islam

2. Mengetahui jenis-jenis pakaian bagi wanita dan pria dalam syari’at Islam

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Adanya berbagai kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang serba canggih dan cepat
dapat menghasilakan produk-produk yang beraneka ragam yang digunakan untuk kebutuhan
manusia. Salah satu aspek yang sangat berkembang dan dapat mempengaruhi kehidupan manusia
adalah industri pakaian. Pakaian pada dasarnya adalah kebutuhan primer (pokok) yang sangat
dibutuhkan oleh manusia di dunia dan perkembanganya cukup signifikan, hal ini terbukti
dengan berdirinya pabrik-pabrik pakaian dengan berbagai model dan bahan yang sangat
bervariasi diseluruh dunia, khususnya di Indonesia.

Sebagai seorang muslim kita harus melihat kaidah-kaidah berpakaian yang sesuai dengan
syari’at islam, supaya apa yang kita kenakan dapat dipertanggungjawabkan di akhirat kelak dan
tidak memicu hal-hal yang tidak diinginkan. Berbeda dengan zaman sekarang banyak dikenal
model yang tidak sesuai dengan syari’at islam, sebagai contoh adalah model pakaian yang
dikenal dengan istilah “you can see” yang artinya kamu boleh melihat, atau bahkan ada yang rela
mati-matian untuk menaikan bagian bawahnya ke atas dan yang atas rela diturunkan kebawah,
atau ada yang mengenangkan baju yang tidak semestinanya dipakai oleh anak TK/SD (pakaian
super ketat) hingga terlihatlah apa yang seharusnya tidak terlihat. Naudzubillah min
dzalik.Begitu pula dengan kehidupan di kampus yang tentunya tidak terlepas dari peratura-
peraturan kampus sendiri. Dimana kampus merupakan salah satu media untuk mencetak kader-
kader penerus bangsa yang menjadi figur dari beberapa kalangan, baik kota maupun desa dan
kalangan lainnya. Sehingga masalah berpakain di kampus juga perlu di jaga dan disesuaikan
dengan syari’at Islam.

Akhir-akhir ini banyak diantara mahasiswa dan mahasiswi yang memfigurkan pakaian-pakain
barat sebagai kebanggaan mereka biasanya identik serba seksi walaupun melanggar ketentuan
syari’at islam. Dengan gaya dan mode pakaian tersebut secara tidak langsung akan dapat memicu
para generasi muda bangsa pada perbuatan-perbuatan tidak diinginkan, terutama moral dan
akhlak mereka serta merugikan baik secara duniawi maupun ukhrawi.

BAB ll

PEMBAHASAN

A. ADAB DALAM BERPAKAIAN DAN BERHIAS

1. Pengertian adab dalam berpakaian

Menurut ajaran Islam, berpakaian adalah mengenakan pakaian untuk menutupi aurat, dan
sekaligus perhiasan untuk memperindah jasmani seseorang. Sebagaimana ditegaskan Allah Swt,
dalam firman-ya:

‫يَبِنْي ~ اَد َم َقْد َاْنَز ْلَناَع َلْيُك ْم ِلَباًثاُيَو اِر ْي َس ْو اِتُك ْم َو ِر ْيًش اَو ِلَباُس الَّتْقوى‬

٢٦ : ‫﴾ذِلَك َخْيٌر ْطذِلَك ِم ْناايِت هللا َلَع َّلُهْم َيَّذ َُّكُرْو َن ﴿ األءاف‬

Artinya:

“Wahai anak Adam! Susungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu
dan untuk perhiasan bagaimu tetpi takwa itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-
tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalui ingat.” (Q.S. Al-A’raf:26)

Ayat trsebut memberi acuan cara berpakaian sebagaimana dituntut oleh sifat takwa, yaitu untuk
menutup aurat dan berpakaian rapi, sehingga tanpak simpati dan berwibawa serta anggun
dipandangnya, bukan menggiurkan dibuatnya.

1. Pakaian Wanita

Seorang wanita dinilai berbusana baik dan serasi kalau ia senantiasa menggunakan pakaian
yang cocok dengan usia dan kepribadiannya. Pegangan utama yang perlu diperhatikan dalam
berpakaian adalah tidak perlu berlebihan dan lebih baik berpakaian sederhana yang menutupi
aurat. Menurut ajaran islam, aurat wanita islam ialah seluruh badannya, kecuali muka dan
telapak tangan sehingga wajib bagi seorang wanita islam memelihara beberapa bagian badannya
dan menutup dadanya dengan kerudung. Contoh adab berpakaian dalam berpakaian Didalam
ajaran Isalam, berpakaian tidak hanya sekedar kain penutup badan, tidak hanya sekedar mode
atau trend yang mengikuti perkembangan zaman. Islam mengajarkan tata car atau adab
berpakaian yang sesuai dengan ajaran agama, baik secara moral, indah dipandang dan nyaman
digunakan. Diantara adab berpakaian dalam pandangan Islam yaitu sebagai berikut:

a) Harus memperhatikan syarat-syarat pakaian yang islami, yaitu yang dapat menutupi aurat,
terutama wanita

b) Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak terkesan kumal dan dekil, yang akan
berpengaruh terhadap pergaulan dengan sesame

c) Hendaklah mendahulukan anggota badan yang sebelah kanan, baru kemudian sebelah kiri

d) Tidak menyerupai pakaian wanita bagi laki-laki, atau pakaian laki-laki bagi wanita

e) Tidak meyerupai pakaian Pendeta Yahudi atau Nasrani, dan atau melambangkan pakaian
kebesaran agama lain

f) Tidak terlalu ketat dan transparan, sehingga terkesan ingin memperlihatkan lekuk tubuhnya
atau mempertontonkan kelembutan kulitnya

g) Tidak terlalu berlebihan atau sengaja melebihkan lebar kainnya, sehingga terkesan berat dan
rikuh menggunakannya, disamping bisa mengurangi nilai kepantasan dan keindahan pemakainya

h) Sebelum memakai pakaian, hendaklah berdoa terlebih dahulu, yaitu :

‫َاْلَحْم ُد ِهلل اَلِذ ْي َك َس اِنْي هَذ االَّثْو َب َو َر َز َقِنْي ِم ْن َغْيِر َح ْو ٍلــ‬

‫ِم ِّنْي َو َالُقَّوٍة‬

Artinya :

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku tanpa jerih payahku
dan kekuatanku”
Syarat-syarat berpakaian bagi wanita antara lain sebagai berikut :

1. Kainnya tidak tipis atau tembus pandang

2. Potongannya tidak ketat

3. Tertutup aurat atau badannya, kecuali muka dan tangannya.

Fungsi pakaian (khusus bagi wanita) antara lain :

1. Menjauhkan wanita dari gangguan atau pelecehan.

2. Membedakan antara wanita berakhlak hina dengan wanita berakhlak mulia.

3. Mencegah timbulnya fitnah bagi kaum wanita.

4. Memelihara kesucian diri dan agama wanita yang bersangkutan

2. Pakaian Pria

Ilmu fikih menegaskan bahwa aurat laki-laki adalah diantara pusar sampai lutut sehingga
pakaian pria tidak sama dengan pakaian wanita dalam menutupi auratnya. Firman Allah swt.

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:hendaklah mereka menahan


pandangannya dan memelihara kemauannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nur:30)

Pakaian lelaki pada lazimnya adalah sebagai berikut:

a. Kemeja dan celana panjang serta dasi.

b. Jas (untuk pakaian resmi).

c. Kemeja batik

d. Pakaian bergaya timu, seperti gamis disertai sorban.

e. Ulama mengharamkan kaum lelaki memakai perhiasan emas dan pakaian sutra.

untuk mebiasakan diri mempraktikkan adab berpakaian secara Islami, hendaklah terlebih dahulu
untuk [erhatikan hal berikut ini :

a) Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar niat niat yang baik tidak tergoyahkan
b) Yakinkan dalam hati bahwa menutup aurat bagi seorang muslim dan muslimah adalah
wajib hukumnya, sehingga akan mendapat dosa bagi yang meninggalkannya

c) Tanamkan keyakinan bahwa Islam tidak bermaksud memberatkan umatnya dalam


berpakaian, bahkan sebaliknya memberikan kebebasan dan perlindungan bagi harkat dan
martabat umatnya.Tanamkan rasa bangga telah berpakaian sesuai ajaran Islam, sebagai
perwujudan keimanan yang kuat dri diri seorang muslim/muslimah

d) Ayo, mulailah dari sekarang

B. ADAB BERHIAS

2. Pengertian adab berhias

Berhias artinya berdandan atau merapikan diri baik fisiknya maupun pakiannya. Berhias dalam
pandangan Islam adalah suatu kebaikan dan sunah untuk dilakukan, sepanjang untuk ibadah atau
kebaikan. Menghiasi diri agar tmpil menarik dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain yang
memandangnya, merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, terutama bagi kaum wanita di
hadapan suaminya, dan kaum pria dihadapan istrinya.

Islam tidak umatnya berhias dengan cara apa pun, sepanjang tidak melanggar kaidai-kaidah
agama atau melanggar kodrat kewanitaan dan kelaki-lakian, serta tidak berlebihan dalam
melakukannya. Wanita tidak boleh berhias dengan cara laki-laki, begitu pula dengan sebaliknya
laki-laki tidak boleh berhias seperti layaknya wanita. Sebab yang demikian itu dilarang dalam
ajaran Islam. Perhatikan sabda Rasullulah saw, yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib;

‫َلَع َن َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َاّلِر َج َأل ْالُم َتَش اِبِهْيَن ِبالِّنَس ـاِء‬

‫ ﴿رواهالداقـطنى‬.‫﴾َو الِّنَس ـاِءَو الِّنَس ـاَء ْالُم َتَش اِبَهاِت ِبالِّر َج اِلــ‬

Artinya :

“Rasulullah saw, mengutuk (membeci) laiki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan
yang menyerupai laki-laki.” (H.R. Daruquthni)

Dengan demikian, berhias menurut ajaran Islam harus sesuai dengan adab dan tata cara yang
Islami. Sehingga perbuatan menghiasi diri, selain membuat penampilan menjadi indah dan
menarik, juga mendapat nilai ibadah dari Allah Swt. Contoh adab dalam berhias:

a) Memakai perhiasan atau alat-alat untuk berhias yang halal dan tidak mengandung efek
ketergantungan. Misalnya, alat-alat kecantikan tidak mengandung lemak babi, alcohol tinggi,
benda-benda yang mengandung najis dan sebagainya

b) Menggunkan alat-alat atau barang-barang hias sesuai kebutuhan dan kepantasan, dan tidak
berlebihan. Misalnya, menggunakan lipstik melebihi garis bibir, bedak yang terlalu tebal,
parfum yang berbau menyengat, dan sebagainya

c) Mendhulukan anggota sebelah kanan, beu kemudian sebelah kiri

d) Berhiaslah untuk tujuan ibadah atau kebaikan, misalnya untuk melaksanakan salat, mengaji,
belajar, menyabut suami tercinta, dan sebagainya.

e) Membaca “Basmalah” setiap kali akan memualai berhias, agar mendapatkan berkah dan
pahala

f) Membaca doa setiap kali menghadap cermin untuk berhias

‫َالَّلـُهَّم َجِّم ْلِنْي ِباْلِع ْلِم َو الَّتْقَو ى َو َز ِّيِنْي ِباْلِح ْلِم َو ْاَالْخ َالِق ْالَك ِرْيَم ِة‬.

Arinya:

“Ya Allah, percantiklah aku dengan ilmu dan takwa, dan hiasilah aku dengan hati yang lembut
dan budi pekerti mulia”

Untuk dapat mempraktikkan adab berhias secara Islami, hendaknya kamu perhatikan terlebih
dahulu beberapa hal berikut :

a) Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar dalam berhias sehari-hari tidak tergoda oleh
buju rayu setan yang selalu mengajak berlebihan

b) Tanamkan keyakinan bahwa berhias termasuk ibadah mendapat pahala, sepanjang tidak
dipakai maksiat.

c) Tanamkan niat, yang suci bahwa berhias hanya untuk kebaikan semata, menambah
kepaercayaan diri, dan mengangkat citra agama,

d) Hindari berhias yang hanya untuk mengharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain atau
bermaksud menggoda orang lain agar tertarik padanya.

e) Mulailah mempraktikkan adab berhias secara islami dari sekarang, agar kelak terbiasa
menjadi seorang yang pandai berhias untuk ibadah dan kebaikan.

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Islam melarang umatnya mengobral aurat, baik aurat laki-laki maupun perempuan. oleh
sebab itu, setiap muslim memiliki etika dalama berpergian.

Islam menganjurkan umatnya agar senantiasa berhias . Artinya setiap muslim harus tampil
memikat, sehigga tidak membuat orang lain merasa jijik bergaul dengannya. Oleh sebab itu,
setiap muslim harus memiliki etika dalam berhias.Beranda
Langganan: Entri (Atom)

BAB II
PEMBAHASAN
Yang saya ketahui mengenai cara berpakaian yang baik menurut Islam adalah:
fungsi pakaian sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan, untuk menjaga
keindahan, menjadikan seseorang bertakwa, dan juga sebagai identitas seorang
muslim ,mukmin,dan muttaqin. Tuntunan Islam mengandung didikan moral yang
tinggi. Dalam masalah aurat, islam telah menetapkan bahwa aurat lelaki adalah
antara pusar sampai kedua lutut. Sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuh
kecuali muka dan telapak tangan. Mengenai bentuk/model pakaian, islam tidak
member batasan, karena hal ini berkaitan dengan budaya setempat. Oleh karena
itu, kita diperkenankan memakai pakaian dengan model apapun selama pakaian
tersebut memenuhi syarat sebagai penutup aurat.

Ciri pakaian wanita Islam di luar rumah ialah sebagai berikut:

- Pakaian itu haruslah menutup aurat sebagaimana yang dikehendaki syari’at


- Pakaian itu tidak terlalu tipis yang menyebabkan kelihatan baying-bayang
tubuh badan dari luar
- Pakaian itu tidak ketat atau sempit tetapi longgar dan nyaman untuk di
pakai, sehingga kita dapat merasa senang jika harus memakai pakaian
tersebut (pakaian haruslah menutupi bagian – bagian bentuk badan yang
menggiurkan nafsu laki-laki)
- Warna pakaian tersebut harus suram atau gelap seperti hitam, kelabu asap,
dan sebagainya
- Pakaian itu tidak bertasyabbuh (bersamaan atau menyerupai) dengan
pakaian laki-laki
- Pakaian itu tidak menyerupai pakaian perempuan – perempuan kafir atau
musyrik
- Pakaian ituuntuk bermegah megah / untuk menunjuk-nunjuk / brhias hias.

Gambar tersebut dapat dikatakan sebagai pakaian Islami karena semua aurat
wanita tertutup, kecuali muka dan telapak tangan. Sehingga tidak menimbulkan
nafsu bagi kaum lelaki yang berlebihan. Motif pakaiannya sederhana, tidak
memiliki banyak corak, tidak terdapak gambit makhluk yang bernyawa, dan model
pakaiannya tidak mengikuti lekuk/bentuk tubuh.
pakaian tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pakaian yang
secara islami karena pada gambar prtama seorang wanita yang berjilbab
(khususnya) seharusnya pada bagian bawahnya tidak bolah mengenakan celana,
terlebih lagi celana yang ketat/nyetrit, jilbabnya pun tidak mnutupi bagian dada
wanita tersebut. Sedangkan pada gambar kedua model dari pakaiannya sangat
mengikuti lekuk tubuhnya dan terlalu banyak warna/corak, bagian jilbabnyajuga
tidak sampai menutupi bagian dada.

Menurut saya Tatakrama berhias padahakikatnya Isam mencintai keindahan


selama keindahan tersebut masih berada dalam batasan wajar dan tidak
bertentangan denagan norma – norma agama, ktentuan berhias antara lain:

- Laki laki dilarang memakai cincin emas, jangan bertatodan mengukir gigi
(memendekkan dan merapikan gigi) dengan maksud agar tampak rapih dan
cantik.
- Jangan menyambung rambut
- Jangan berlebih lebihan dalam berhias, karena berhias secara berlebihan
cenderung kepada kesombongan dan bermegah-megahan yang sangat tercela
dalam Islam. Berhias berlebihan seprti memoles wajah degan make up yang
terlampau banyak serta menggunakan perhiasan emas pada leher, kedua
tangan, kedua kaki secara mencolok.

Perbuatan yang demikian itu tidak lain adalah bermaksud untuk menarik
perhatian pihak lain, terutama lawan jenisnya. Apabila yang dimaksudkan
adalah untuk menarik perhatian suaminya maka hal itu baik untuk
dilakukan. Akan tetapi, apabila hal itu dimaksudkan untuk semua orang
( selain suami) maka hal itu termasuk perbuatan yang dilarang dalam Islam.

Sumber
http://www.teguhbayu.com/2011/06/cara-berpakaian-rapih-dan-baik-menurut.html
Adab berpakaian dan Berhias dalam Syariat Islam
6/10/2014

0 Comments

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas : X SMA

Pokok Bahasan : Adab Berpakaian dalam Islam

Tujuan/Indikator Pembelajaran :

1. Mengetahui cara dan syarat-syarat berpakaian dalam syariat islam


2. Mengetahui jenis-jenis pakaian bagi wanita dan pria dalam syari’at Islam

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Adanya berbagai kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang serba canggih dan
cepat dapat menghasilakan produk-produk yang beraneka ragam yang digunakan untuk
kebutuhan manusia. Salah satu aspek yang sangat berkembang dan dapat mempengaruhi
kehidupan manusia adalah industri pakaian. Pakaian pada dasarnya adalah kebutuhan primer
(pokok) yang sangat dibutuhkan oleh manusia di dunia dan perkembanganya cukup
signifikan, hal ini terbukti dengan berdirinya pabrik-pabrik pakaian dengan berbagai model
dan bahan yang sangat bervariasi diseluruh dunia, khususnya di Indonesia.

Sebagai seorang muslim kita harus melihat kaidah-kaidah berpakaian yang sesuai dengan
syari’at islam, supaya apa yang kita kenakan dapat dipertanggungjawabkan di akhirat kelak
dan tidak memicu hal-hal yang tidak diinginkan. Berbeda dengan zaman sekarang banyak
dikenal model yang tidak sesuai dengan syari’at islam, sebagai contoh adalah model pakaian
yang dikenal dengan istilah “you can see” yang artinya kamu boleh melihat, atau bahkan ada
yang rela mati-matian untuk menaikan bagian bawahnya ke atas dan yang atas rela
diturunkan kebawah, atau ada yang mengenangkan baju yang tidak semestinanya dipakai
oleh anak TK/SD (pakaian super ketat) hingga terlihatlah apa yang seharusnya tidak terlihat.
Naudzubillah min dzalik.Begitu pula dengan kehidupan di kampus yang tentunya tidak
terlepas dari peratura-peraturan kampus sendiri. Dimana kampus merupakan salah satu media
untuk mencetak kader-kader penerus bangsa yang menjadi figur dari beberapa kalangan, baik
kota maupun desa dan kalangan lainnya. Sehingga masalah berpakain di kampus juga perlu
di jaga dan disesuaikan dengan syari’at Islam.

Akhir-akhir ini banyak diantara mahasiswa dan mahasiswi yang memfigurkan pakaian-
pakain barat sebagai kebanggaan mereka biasanya identik serba seksi walaupun melanggar
ketentuan syari’at islam. Dengan gaya dan mode pakaian tersebut secara tidak langsung akan
dapat memicu para generasi muda bangsa pada perbuatan-perbuatan tidak diinginkan,
terutama moral dan akhlak mereka serta merugikan baik secara duniawi maupun ukhrawi.

BAB ll

PEMBAHASAN

A. ADAB DALAM BERPAKAIAN DAN BERHIAS

1. Pengertian adab dalam berpakaian

Menurut ajaran Islam, berpakaian adalah mengenakan pakaian untuk menutupi aurat, dan
sekaligus perhiasan untuk memperindah jasmani seseorang. Sebagaimana ditegaskan Allah
Swt, dalam firman-ya:

‫يَبِنْي ~ اَد َم َقْد َاْنَز ْلَناَع َلْيُك ْم ِلَباًثاُيَو اِر ْي َس ْو اِتُك ْم َو ِر ْيًش اَو ِلَباُس الَّتْقوى‬

٢٦ : ‫﴾ذِلَك َخْيٌر ْطذِلَك ِم ْناايِت هللا َلَع َّلُهْم َيَّذ َُّكُرْو َن ﴿ األءاف‬

Artinya:

“Wahai anak Adam! Susungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi
auratmu dan untuk perhiasan bagaimu tetpi takwa itulah yang lebih baik. Demikianlah
sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalui ingat.” (Q.S. Al-
A’raf:26)

Ayat trsebut memberi acuan cara berpakaian sebagaimana dituntut oleh sifat takwa, yaitu
untuk menutup aurat dan berpakaian rapi, sehingga tanpak simpati dan berwibawa serta
anggun dipandangnya, bukan menggiurkan dibuatnya.

1. Pakaian Wanita

Seorang wanita dinilai berbusana baik dan serasi kalau ia senantiasa menggunakan
pakaian yang cocok dengan usia dan kepribadiannya. Pegangan utama yang perlu
diperhatikan dalam berpakaian adalah tidak perlu berlebihan dan lebih baik berpakaian
sederhana yang menutupi aurat. Menurut ajaran islam, aurat wanita islam ialah seluruh
badannya, kecuali muka dan telapak tangan sehingga wajib bagi seorang wanita islam
memelihara beberapa bagian badannya dan menutup dadanya dengan kerudung. Contoh adab
berpakaian dalam berpakaian Didalam ajaran Isalam, berpakaian tidak hanya sekedar kain
penutup badan, tidak hanya sekedar mode atau trend yang mengikuti perkembangan zaman.
Islam mengajarkan tata car atau adab berpakaian yang sesuai dengan ajaran agama, baik
secara moral, indah dipandang dan nyaman digunakan. Diantara adab berpakaian dalam
pandangan Islam yaitu sebagai berikut:

a) Harus memperhatikan syarat-syarat pakaian yang islami, yaitu yang dapat menutupi
aurat, terutama wanita

b) Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak terkesan kumal dan dekil, yang
akan berpengaruh terhadap pergaulan dengan sesame

c) Hendaklah mendahulukan anggota badan yang sebelah kanan, baru kemudian sebelah
kiri

d) Tidak menyerupai pakaian wanita bagi laki-laki, atau pakaian laki-laki bagi wanita

e) Tidak meyerupai pakaian Pendeta Yahudi atau Nasrani, dan atau melambangkan pakaian
kebesaran agama lain
f) Tidak terlalu ketat dan transparan, sehingga terkesan ingin memperlihatkan lekuk
tubuhnya atau mempertontonkan kelembutan kulitnya

g) Tidak terlalu berlebihan atau sengaja melebihkan lebar kainnya, sehingga terkesan berat
dan rikuh menggunakannya, disamping bisa mengurangi nilai kepantasan dan keindahan
pemakainya

h) Sebelum memakai pakaian, hendaklah berdoa terlebih dahulu, yaitu :

‫َاْلَحْم ُد ِهلل اَلِذ ْي َك َس اِنْي هَذ االَّثْو َب َو َر َز َقِنْي ِم ْن َغْيِر َح ْو ٍلــ‬

‫ِم ِّنْي َو َالُقَّوٍة‬

Artinya :

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku tanpa jerih
payahku dan kekuatanku”

Syarat-syarat berpakaian bagi wanita antara lain sebagai berikut :

1. Kainnya tidak tipis atau tembus pandang

2. Potongannya tidak ketat

3. Tertutup aurat atau badannya, kecuali muka dan tangannya.

Fungsi pakaian (khusus bagi wanita) antara lain :

1. Menjauhkan wanita dari gangguan atau pelecehan.

2. Membedakan antara wanita berakhlak hina dengan wanita berakhlak mulia.

3. Mencegah timbulnya fitnah bagi kaum wanita.

4. Memelihara kesucian diri dan agama wanita yang bersangkutan

2. Pakaian Pria

Ilmu fikih menegaskan bahwa aurat laki-laki adalah diantara pusar sampai lutut sehingga
pakaian pria tidak sama dengan pakaian wanita dalam menutupi auratnya. Firman Allah swt.
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemauannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nur:30)

Pakaian lelaki pada lazimnya adalah sebagai berikut:

a. Kemeja dan celana panjang serta dasi.

b. Jas (untuk pakaian resmi).

c. Kemeja batik

d. Pakaian bergaya timu, seperti gamis disertai sorban.

e. Ulama mengharamkan kaum lelaki memakai perhiasan emas dan pakaian sutra.

untuk mebiasakan diri mempraktikkan adab berpakaian secara Islami, hendaklah terlebih
dahulu untuk [erhatikan hal berikut ini :

a) Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar niat niat yang baik tidak tergoyahkan

b) Yakinkan dalam hati bahwa menutup aurat bagi seorang muslim dan muslimah adalah
wajib hukumnya, sehingga akan mendapat dosa bagi yang meninggalkannya

c) Tanamkan keyakinan bahwa Islam tidak bermaksud memberatkan umatnya dalam


berpakaian, bahkan sebaliknya memberikan kebebasan dan perlindungan bagi harkat dan
martabat umatnya.Tanamkan rasa bangga telah berpakaian sesuai ajaran Islam, sebagai
perwujudan keimanan yang kuat dri diri seorang muslim/muslimah

d) Ayo, mulailah dari sekarang

B. ADAB BERHIAS

2. Pengertian adab berhias

Berhias artinya berdandan atau merapikan diri baik fisiknya maupun pakiannya. Berhias
dalam pandangan Islam adalah suatu kebaikan dan sunah untuk dilakukan, sepanjang untuk
ibadah atau kebaikan. Menghiasi diri agar tmpil menarik dan tidak mengganggu kenyamanan
orang lain yang memandangnya, merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, terutama
bagi kaum wanita di hadapan suaminya, dan kaum pria dihadapan istrinya.

Islam tidak umatnya berhias dengan cara apa pun, sepanjang tidak melanggar kaidai-kaidah
agama atau melanggar kodrat kewanitaan dan kelaki-lakian, serta tidak berlebihan dalam
melakukannya. Wanita tidak boleh berhias dengan cara laki-laki, begitu pula dengan
sebaliknya laki-laki tidak boleh berhias seperti layaknya wanita. Sebab yang demikian itu
dilarang dalam ajaran Islam. Perhatikan sabda Rasullulah saw, yang diriwayatkan oleh Ali
bin Abi Thalib;

‫َلَع َن َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َاّلِر َج َأل ْالُم َتَش اِبِهْيَن ِبالِّنَس ـاِء‬

‫ ﴿رواهالداقـطنى‬.‫﴾َو الِّنَس ـاِءَو الِّنَس ـاَء ْالُم َتَش اِبَهاِت ِبالِّر َج اِلــ‬

Artinya :

“Rasulullah saw, mengutuk (membeci) laiki-laki yang menyerupai perempuan dan


perempuan yang menyerupai laki-laki.” (H.R. Daruquthni)

Dengan demikian, berhias menurut ajaran Islam harus sesuai dengan adab dan tata cara yang
Islami. Sehingga perbuatan menghiasi diri, selain membuat penampilan menjadi indah dan
menarik, juga mendapat nilai ibadah dari Allah Swt. Contoh adab dalam berhias:

a) Memakai perhiasan atau alat-alat untuk berhias yang halal dan tidak mengandung efek
ketergantungan. Misalnya, alat-alat kecantikan tidak mengandung lemak babi, alcohol
tinggi, benda-benda yang mengandung najis dan sebagainya

b) Menggunkan alat-alat atau barang-barang hias sesuai kebutuhan dan kepantasan, dan
tidak berlebihan. Misalnya, menggunakan lipstik melebihi garis bibir, bedak yang terlalu
tebal, parfum yang berbau menyengat, dan sebagainya

c) Mendhulukan anggota sebelah kanan, beu kemudian sebelah kiri

d) Berhiaslah untuk tujuan ibadah atau kebaikan, misalnya untuk melaksanakan salat,
mengaji, belajar, menyabut suami tercinta, dan sebagainya.

e) Membaca “Basmalah” setiap kali akan memualai berhias, agar mendapatkan berkah dan
pahala

f) Membaca doa setiap kali menghadap cermin untuk berhias

‫َالَّلـُهَّم َجِّم ْلِنْي ِباْلِع ْلِم َو الَّتْقَو ى َو َز ِّيِنْي ِباْلِح ْلِم َو ْاَالْخ َالِق ْالَك ِرْيَم ِة‬.

Arinya:

“Ya Allah, percantiklah aku dengan ilmu dan takwa, dan hiasilah aku dengan hati yang
lembut dan budi pekerti mulia”

Untuk dapat mempraktikkan adab berhias secara Islami, hendaknya kamu perhatikan terlebih
dahulu beberapa hal berikut :

a) Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar dalam berhias sehari-hari tidak tergoda
oleh buju rayu setan yang selalu mengajak berlebihan

b) Tanamkan keyakinan bahwa berhias termasuk ibadah mendapat pahala, sepanjang tidak
dipakai maksiat.

c) Tanamkan niat, yang suci bahwa berhias hanya untuk kebaikan semata, menambah
kepaercayaan diri, dan mengangkat citra agama,

d) Hindari berhias yang hanya untuk mengharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain
atau bermaksud menggoda orang lain agar tertarik padanya.

e) Mulailah mempraktikkan adab berhias secara islami dari sekarang, agar kelak terbiasa
menjadi seorang yang pandai berhias untuk ibadah dan kebaikan.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Islam melarang umatnya mengobral aurat, baik aurat laki-laki maupun perempuan. oleh
sebab itu, setiap muslim memiliki etika dalama berpergian.

Islam menganjurkan umatnya agar senantiasa berhias . Artinya setiap muslim harus
tampil memikat, sehigga tidak membuat orang lain merasa jijik bergaul dengannya. Oleh
sebab itu, setiap muslim harus memiliki etika dalam berhias.
Syarat Pakaian Wanita yang Harus Diperhatikan

Pakaian wanita yang benar dan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya memiliki syarat-
syarat. Jadi belum tentu setiap pakaian yang dikatakan sebagai pakaian muslimah atau dijual di
toko muslimah dapat kita sebut sebagai pakaian yang syar’i. Semua pakaian tadi harus kita
kembalikan pada syarat-syarat pakaian muslimah.
Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat ini dan ini semua tidak menunjukkan bahwa pakaian
yang memenuhi syarat seperti ini adalah pakaian golongan atau aliran tertentu. Tidak sama
sekali. Semua syarat pakaian wanita ini adalah syarat yang berasal dari Al Qur’an dan hadits
yang shohih, bukan pemahaman golongan atau aliran tertentu. Kami mohon jangan disalah
pahami.
Ulama yang merinci syarat ini dan sangat bagus penjelasannya adalah Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al Albani rahimahullah –ulama pakar hadits abad ini-. Lalu ada ulama yang
melengkapi syarat yang beliau sampaikan yaitu Syaikh Amru Abdul Mun’im hafizhohullah.
Syarat pertama: pakaian wanita harus menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak
tangan. Ingat, selain kedua anggota tubuh ini wajib ditutupi termasuk juga telapak kaki.
Syarat kedua: bukan pakaian untuk berhias seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga
apalagi yang warna-warni, atau disertai gambar makhluk bernyawa, apalagi gambarnya lambang
partai politik! Yang terkahir ini bahkan bisa menimbulkan perpecahan di antara kaum muslimin.
Allah Ta’ala berfirman,

Syarat ketiga: pakaian tersebut tidak tipis dan tidak tembus pandang yang dapat menampakkan
bentuk lekuk tubuh. Pakaian muslimah juga harus longgar dan tidak ketat sehingga tidak
menggambarkan bentuk lekuk tubuh.

Syarat keempat: tidak diberi wewangian atau parfum.

Syarat kelima: tidak boleh menyerupai pakaian pria atau pakaian non muslim.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,

Syarat keenam: bukan pakaian untuk mencari ketenaran atau popularitas (baca: pakaian
syuhroh).

Syarat kedelapan: pakaian tersebut tidak terdapat gambar makhluk bernyawa (manusia dan
hewan).

Syarat kesembilan: pakaian tersebut berasal dari bahan yang suci dan halal.

Syarat kesepuluh: pakaian tersebut bukan pakaian kesombongan.


Syarat kesebelas: pakaian tersebut bukan pakaian pemborosan .

Syarat keduabelas: bukan pakaian yang mencocoki pakaian ahlu bid’ah. Seperti mengharuskan
memakai pakaian hitam ketika mendapat musibah sebagaimana yang dilakukan oleh Syi’ah
Rofidhoh pada wanita mereka ketika berada di bulan Muharram. Syaikh Ibnu Utsaimin
mengatakan bahwa pengharusan seperti ini adalah syi’ar batil yang tidak ada landasannya.

Terakhir, kami nasehatkan kepada kaum pria untuk memperingatkan istri, anggota keluarga atau
saudaranya mengeanai masalah pakaian ini. Sungguh kita selaku kaum pria sering lalai dari hal
ini. Semoga ayat ini dapat menjadi nasehatkan bagi kita semua.

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا ُقوا َأْنُفَس ُك ْم َو َأْهِليُك ْم َناًرا َو ُقوُدَها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَها َم اَل ِئَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَل َيْع ُصوَن َهَّللا َم ا‬
‫َأَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلوَن َم ا ُيْؤ َم ُروَن‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua dalam mematuhi setiap perintah-Nya dan
menjauhi setiap larangan-Nya.

Alhamdullillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihat.

Rujukan:
1. Faidul Qodir Syarh Al Jami’ Ash Shogir, Al Munawi, Mawqi’ Ya’sub, Asy Syamilah
2. Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Maktabah Al
Islamiyah-Amman, Asy Syamilah
3. Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah, Syaikh ‘Amru Abdul Mun’im Salim, Maktabah Al Iman
4. Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, Ibnul Jauziy, Darun Nasyr/Darul Wathon, Asy
Syamilah
5. Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, An Nawawi, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah

***

Pakaian tersebut dikatakan pakaian islami karena menutupi seluruh aurat mulai
dari jilbab sampai baju yang dikenakannya, motifnya juga dikataka sederhana dan
tidak berlebihan. Terdapat satu warna yang mendominasi

Anda mungkin juga menyukai