Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KLIPING

BERBUSANA MUSLIM DAN MUSLIMAH


MENURUT AGAMA ISLAM

NAMA: NARTI
KELAS: X MIPA 6

SMA NEGERI 6 KENDARI


A.      Pengertian dan Istilah Berpakaian Menurut Islam
Pakaian (sandang) adalah salah satu kebutuhan pokok manusia di samping
makanan (pangan) dan tempat tinggal (papan). Selain berfungsi menutup tubuh,
pakaian juga dapat merupakan pernyataan lambang status seseorang dalam
masyarakat. Sebab berpakaian ternyata merupakan perwujudan dari sifat dasar
manusia yang mempunyai rasa malu sehingga berusaha selalu menutupi tubuhnya.
Busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut istilah, busana adalah pakaian yang
kita kenakan setiap hari dari ujung rambut sampai ujung kaki berserta segala
pelengkapannya, seperti tas, sepatu, dan segala macam perhiasan/aksesoris yang
melekat padanya.
Dalam ajaran Islam, pakaian bukan semata-mata masalah budaya dan mode.
Islam menetapkan batasan-batasan tertentu untuk laki-laki maupun perempuan.
Khusus untuk muslimah, memiliki pakaian khusus yang menunjukkan jatidirinya
sebagai seorang  muslimah. Bila pakaian adat umumnya bersifat lokal, maka
pakaian muslimah bersifat universal. Dalam arti dapat dipakai oleh muslimah di
manapun ia berada.
َ ‫ت هّللا ِ لَ َعلَّ ُه ْم َي َّذ َّكر‬
‫ُون‬ َ ِ‫ك َخ ْي ٌر َذل‬
ِ ‫ك مِنْ آ َيا‬ َ ِ‫ى َذل‬
َ ‫اري َس ْو َءا ِت ُك ْم َو ِريشا ً َولِ َباسُ ال َّت ْق َو‬ َ ‫َيا َبنِي آ َد َم َق ْد َأ‬
ِ ‫نز ْل َنا َعلَ ْي ُك ْم لِ َباسا ً ي َُو‬
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Al-A’RAF 26)
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa pakaian bani Adam ada itu ada tiga
macam, yaitu:
Pertama, pakaian yuwaari sau-atikum, artinya pakaian sekedar penutup bagian-
bagian yang malu dilihat atau terlihat orang. Kedua, pakaian riisyan, artinya pakaian
yang merupakan hiasan yang layak bagi manusia , jadi lebih daripada hanya
menyembunyikan aurat saja. Ketiga, (dan yang terpenting) pakaian yang disebut
libasut taqwa yang berarti pakaian yang merupakan ketakwaan, yang
menyelamatkan diri, menyegarkan jiwa, membangkitkan budi pekerti dan akhlak
yang mulia. Pakaian inilah yang menjamin keselamatan diri, dunia dan akhirat,
menjamin kebahagiaan rumah tangga dan menjamin keamanan serta ketentraman
dalam masyarakat dan negara.
Begitu hebatnya pengaruh budaya dan mode dalam berpakaian, membuat
manusia lupa memahami hakekat dari fungsi adanya pakaian. Dalam hal ini Islam
sebagai agama yang salih li kulli zaman wa makan memberikan perhatian yang
besar terhadap fungsi berpakaian. Menurut ajaran Islam, - sebagaimana dijelaskan
oleh Allah di dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl : 81 dan Surat Al-A’raaf : 26
Pakaian itu mempunyai tiga fungsi utama yaitu :
1.      Sebagai penutup aurat.
2.      Sebagai perhiasan. Maksudnya adalah sebagai perhiasan untuk memperindah
penampilan dihadapan Allah dan sesama manusia. Sebagai perhiasan, seseorang
bebas merancang dan membuat bentuk atau mode serta warna pakaian yang
dianggap indah, menarik, serta menyenangkan, selama tidak melanggar batas-batas
yang telah ditentukan.
3.      Sebagai pelindung tubuh dari hal-hal yang merusak, seperti panas, dingin,
angin kencang, sengatan matahari dan sebagainya.
Demikianlah tiga fungsi utama pakaian dalam pandangan Islam, mudah-mudahan
dalam berpakaian kita bisa menyadari apa sebenarnya fungsi yang kita inginkan dari
pakaian kita, sehingga kita termasuk hamba-hamba Allah yang mensyukuri nikmat-
Nya dan terhindar dari sifat kufur terhadap karunia-Nya.
B.       Berpakaian Sesuai Syariat Islam
Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai karena pakaian
sopan dan menutup aurat adalah cermin seseorang itu muslim sebenarnya.
Islam tidak menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk dipakai, baik ketika
beribadah atau di luar ibadah. Islam hanya menetapkan bahwa pakaian itu mestilah
bersih, menutup aurat, sopan dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.
Mengapa berjilbab bagi wanita muslim diwajibkan oleh Allah swt ?
Karena dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah aurat bagi wanita dan diperintah
kan oleh Allah untuk menutupinya. Aurat wanita dapat mengundang kemaksiatan
bagi orang yang melihatnya, menutup auratpun dapat menghindarkan wanita dari
kedzaliman orang lain. Selain daripada itu, bisa mengangkat derajat dan martabat
wanita di mata Allah maupun masyarakat. 
Dalam beberapa hadist telah jelas sangat dilarang bermegah – megahan
membangga – banggakan barang yang dikenakan, Allah SWT sangat membenci
orang yang sombong bisa dipikirkan dan ditelaah dalam-dalam, Allah saja pemilik
semesta alam tidak pernah sombong kepada Makhluknya.
Surat Al a’raf ayat 26 menjelaskan bahwa Allah menurunkan pakaian yang
baik untuk menutup aurat dan menghindarkan Manusia dari zalim terhadap dirinya
dan orang lain. yang artinya : “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah
menyediakan pakaian untuk menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimu’tetapi
pakaian takwa itulah yang lebih baik demikianlah sebagai tanda-tanda Allah’mudah-
mudahan ingat.”(al-A’raf: 26)
C.      Kriteria-kriteria dalam berbusana muslim
Ketentuan berbusana muslim dan muslimah Surat An-Nur ayat 31: yang
artinya : Katakanlah kepada wanita beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau  ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
mereka, atau putera-putera saudara laki mereka, atau putera saudara-saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan –pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.”
Busana muslim, begitu sering disebut saat ini. Oleh sebagian perancang
busana Indonesia disebut sebagai busana seni kontemporer. Dalam kolom
konsultasi syari'ah online, ada beberapa syarat yang wajib dipenuhi dalam
berbusana. Syarat-syarat tersebut adalah: menutupi seluruh tubuh selain yang
dikecualikan, tidak tembus pandang, tidak ketat sehingga membentuk lekuk tubuh,
tidak menyerupai pakaian laki-laki dan tidak menyerupai pakaian 'khas' milik orang
kafir atau pakaian orang fasik. Berikut penjelasannya yang dikutip dari buku Jilbab Al
Mar'ah Al Muslimah fil Kitabi wa Sunnah (Syaikh Al Albany), beberapa syarat yang
wajib dipenuhi agar dapat berbusana harmonis dan tentunya syar'i:
1.    Menutupi seluruh tubuh selain yang dikecualikan Syarat.
Terdapat dalam surat An Nuur ayat 31 Allah berfirman: "Katakanlah kepada
wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan
memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasan
mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan Prhiasan
mereka.'"
Juga firman Allah dalam surat Al-Ahzab:59 yang berbunyi: "Hai Nabi
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin:
'Hendaklah mereka mengulurkann jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.'" Ayat ini
menjelaskan pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap
wanita muslimah (mukminah) dan merupakan tanda keimanan mereka. Menutup
aurat adalah salah satu dari kewajiban yang telah ditetapkan bagi muslimah,
sedangkan menuntut ilmu adalah kewajiban lain yang berlaku untuk seumur hidup.
Al-Qurthubi berkata: "Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak
tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu
Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah
sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan
berkata kepadanya: "Wahai Asma! Sesungguhnya jika seorang wanita itu
telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat,
kecuali ini.' Kemudian beliau menunjuk wajah dan (telapak) tangannya. Allah
Pemberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya."
2.    Bukan berfungsi sebagai perhiasan.
Ini berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nuur ayat 31 yang berbunyi:
"Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka." Secara umum
kandungan ayat ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu, yang
menyebabkan kaum laki-laki melirikkan pandangan kepadanya.
Hal ini dikuatkan firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 33: "Dan hendaklah
kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang jahiliyah." Berhias diri seperti orang-orang jahiliyah disini artinya
bertabarruj. Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan
kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat
membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).
3.    Tidak tembus pandang.
Dalam sebuah hadits Rasulullah telah bersabda: "Pada akhir umatku nanti
akan ada wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas
kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) unta. Kutuklah mereka karena
sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk." Di dalam hadits lain
terdapat tambahan: "Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan mencium
baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian dan sekian."
(HR. Muslim dari riwayat Abu Hurairah).
Atsar di atas menunjukkan bahwa pakaian yang tipis atau yang mensifati dan
menggambarkan lekuk-lekuk tubuh adalah dilarang. Oleh karena itu Aisyah pernah
berkata: "Yang namanya khimar adalah yang dapat menyembunyikan kulit dan
rambut." Saat ini banyak diproduksi bahan-bahan lenan yang tipis dan berbahan
lembut. Dengan sentuhan teknologi jahit menjahit mungkin bisa disiasati dengan
menambahkan lapisan (yang agak tebal/senada) didalam bahan baju ketika
menjahitnya atau memakainya, sehingga kita tetap bisa mengenakan busana yang
kita inginkan.
4.    Tidak ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuh.
Usamah bin Zaid pernah berkata: Rasulullah pernah memberiku baju
Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi
kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku:
"Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyah?" Aku menjawab: "Aku pakaikan
baju itu pada istriku." Nabi lalu bersabda: "Perintahkan ia agar mengenakan baju
dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa
menggambarkan bentuk tulangnya." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad
Hasan).
Aisyah pernah berkata: "Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga
pakaian: baju, jilbab dan khimar." Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya
(pakaian sejenis jubah) dan berjilbab dengannya.
5.    Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
Dari Abu Hurairah berkata: "Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian
wanita dan wanita yang memakai pakaian pria."
Dari Abdullah bin Amru yang berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda:
'Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum
pria dan kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita.'"
Dari Abdullah bin Umar yang berkata: "Rasulullah bersabda: 'Tiga golongan
yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan memandang mereka pada hari
kiamat; Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang bertingkah
kelaki-lakian dan menyerupakan diri dengan laki-laki dan dayyuts (orang yang tidak
memiliki rasa cemburu).'"
Dalam hadits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai
diharamkannya tindakan wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya. Tidak
menyerupai pakaian pria disini, misalnya seorang muslimah memakai celana
panjang yang layaknya dipakai oleh seorang laki-laki, memakai kemeja laki-laki dll.
Sehingga secara psikologis terpengaruh pada pribadi pemakainya, misalnya merasa
sekuat pria, merasa tomboy dll.
6.    Tidak menyerupai pakaian 'khas' orang kafir atau orang fasik.
Syariat Islam telah menetapkan bahwa kaum muslimin (laki-laki maupun
perempuan) tidak boleh bertasyabuh (menyerupai) kepada orang-orang kafir, baik
dalam ibadah, ikut merayakan hari raya, dan berpakaian khas mereka. Dalilnya
adalah firman Allah surat Al-Hadid:16, yang berbunyi: "Belumkah datang waktunya
bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan
kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik."Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah berkata dalam Al-Iqtidha hal. 43: Firman Allah "Janganlah mereka
seperti..." merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka, di samping
merupakan larangan khusus dari tindakan menyerupai mereka dalam hal
membatunya hati akibat kemaksiatan. Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini
(IV/310) berkata: "Karena itu Allah melarang orang-orang beriman menyerupai
mereka dalam perkara-perkara pokok maupun cabang. Allah berfirman dalam surat
Al-Mujadalah:22 bahwa tidak ada seorang mumin yang mencintai orang-orang kafir.
Barangsiapa yang mencintai orang-orang kafir, maka ia bukan orang mumin,
sedangkan tindakan menyerupakan diri secara lahiriah merupakan hal yang dicurigai
sebagai wujud kecintaan, oleh karena itu diharamkan.
7.    Memakai busana bukan untuk mencari popularitas.
Berdasarkan hadits Ibnu Umar yang berkata: "Rasulullah bersabda:
'Barangsiapa mengenakan pakaian (libas) syuhrah di dunia, niscaya Allah
mengenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari kiamat, kemudian
membakarnya dengan api neraka.'" (Abu Daud II/172; Ibnu Majah II/278-279).
Libas Syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk
meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakain tersebut mahal, yang
dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun
pakaian yang bernilai rendah, yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan
kezuhudannya dan dengan tujuan riya.
Ibnul Atsir berkata: "Syuhrah artinya terlihatnya sesuatu. Maksud dari Libas
Syuhrah adalah pakaiannya terkenal di kalangan orang-orang yang mengangkat
pandangannya mereka kepadanya. Ia berbangga terhadap orang lain dengan sikap
angkuh dan sombong.
Demikianlah syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang muslimah dalam
menentukan busana yang akan dikenakannya. Semakin kita mengetahui dengan
jelas syarat-syarat berbusana muslimah, kita akan lebih dapat berkreasi dengan
busana kita. Berbusana muslimah yang harmonis merupakan salah satu tanda ke
syukuran kita kepada Allah .

D.      Adab berpakaian menurut islam


Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian
(untuk lelaki dan wanita). Adab berpakaian adalah sebagai berikut :
1.         Menutup aurat: aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga
ke lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak
tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu adalah
aurat." (Bukhari).
2.         Tidak menampakkan tubuh: pakaian yang jarang sehingga menampakkan
aurat tidak memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak
warna kulit, malah boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya. Rasulullah SAW
bersabda yang bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat
ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi
memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi
telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang
tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau
syurga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh." (Muslim).
3.         Pakaian tidak ketat: tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh
badan.
4.         Tidak menimbulkan riak: Rasulullah saw bersabda bermaksud: "Sesiapa
yang melabuhkan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan
memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: "Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah
akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti." (Ahmad, Abu Daud,
an-Nasa'iy dan Ibnu Majah)
5.         Lelaki, wanita berbeza: maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak
boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan
hal ini dengan tegas menerusi sabdanya yang bermaksud:
 "Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang
meniru pakaian dan sikap perempuan." (Bukhari dan Muslim) Baginda juga
bersabda bermaksud: "Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita
berpakaian lelaki." ?(Abu Daud dan Al-Hakim).
6.         Larangan pakai sutera: Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera,
sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di
akhirat." (Muttafaq 'alaih)
7.         Melabuhkan pakaian: contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai
sesuai kehendak syarak iaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher
dan juga dada. Allah berfirman bermaksud:
"Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu
serta perempuan-perempuan beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi
menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih
sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu
mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha
Penyayang." (al-Ahzab:59)
8.         Memilih warna sesuai: contohnya warna-warna lembut termasuk putih
kerana ia nampak bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan
Rasulullah SAW. Baginda bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia
lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-
Hakim)
9.         Larangan memakai emas: termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam
ialah barang-barang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk
perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai
antara para lelaki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang
sanggup bersubang dan berantai. Semua ini amat bertentangan dengan hukum
Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Haram
kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada
wanita.
10.     Mulakan sebelah kanan: apabila memakai baju, seluar atau seumpamanya,
mulakan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah
bermaksud: "Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti
memakai kasut, berjalan kaki dan bersuci."Apabila memakai kasut atau
seumpamanya, mulakan dengan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya,
mulakan dengan sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila
seseorang memakai kasut, mulakan dengan sebelah kanan, dan apabila
menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang
pertama memakai kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).
11.     Selepas beli pakaian: apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah
seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud: "Ya Allah,
segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan
kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya.
Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".
12.     Berdoa: ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah
yang mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan
diri dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia”.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai
menurut tuntutan agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan
menutup aurat adalah cermin seorang Muslim yang sebenar.

E.       Batas-batas aurat wanita dan laki-laki


HANAFIYYAH
1.         Laki-laki: Dari pusar sampai lutut. Dalil:  ‫الركبة من‬ ,‫عورة الرجل ما بين سرته إلى ركبته‬
‫العورة‬
2.         Budak perempuan: Seperti aurat laki-laki dan ditambah punggung, perut,
lambung sebelah kanan dan kiri
3.         Perempuan merdeka: Seluruh badan kecuali muka, tangan, punggung kaki
dan telapak kaki. Suara bukan aurat, tapi suara merdu dalam bacaan termasuk
aurat. Kaki tidak termasuk aurat ketika sholat, tapi merupakan aurat jika dilihat dan
dipegang.

MALIKIYYAH
1.         Penjelasan Aurat Mugholladhoh wa mukhoffafah menurut malikiyyah
2.         Laki-laki
a.       Mugholladhoh: Dua lubang
b.      Mukhoffafah: Antara pusar sampai lutut selain dua lubang
3.         Budak perempuan
a.       Mugholladhoh: Pantat dan antara keduanya, kemaluan dan rambut kemaluan
b.      Mukhoffafah: Paha, antara rambut kemaluan dan pusar
4.         Perempuan merdeka
a.       Mugholladhoh: Seluruh badan kecuali athraf (leher, kepala, punggung kaki),
dada, punggung
5.         b.      Mukhoffafah: Seluruh badan kecuali wajah dan tangan
Jika tersingkap aurat mugholladhoh maka batal sholatnya. Dan jika tersingkap
aurat mukhoffafah sholatnya tidak batal, tapi dianjurkan untuk mengulanginya di
waktu sholat dloruri.
Dilarang melihat aurat walaupun tidak tertutup. Tapi jika aurat tertutup boleh
melihatnya. Hukum meraba aurat yang tertutup (dengan kain/baju) tidak boleh
Batas aurat laki-laki ketika sholat
1.         Laki-laki: Mugholadhoh (dua lubang) dan antara dua pantat. Maka wajib
mengulangi sholat jika kain yang menutupi pantat terbuka atau tersingkap rambut di
bawah perut. Paha bukan aurat dalam sholat.
2.         Budak perempuan: Dua lubang dan pantat. Jika terlihat ketika sholat maka
batal
3.         Perempuan merdeka: Seluruh badan kecuali dada, ujung rambut, tangan dan
kaki
Batas aurat yang dilihat
1.         Laki-laki: Antara pusar dan lutut. Dengan laki-laki lain: Antara pusar dan lutut
2.         Perempuan
a.       Di depan laki-laki bukan mahram: Seluruh badan kecuali wajah dan kedua
telapak tangan
b.      Di depan laki-laki mahram: Seluruh badan kecuali wajah dan athraf (kepala,
leher, kedua tangan dan kedua kaki
c.       Dengan perempuan lain muslimah/kafirah: Antara pusar sampai lutut
d.      Keluarga karena perkawinan atau menyusui: Seluruh badan kecuali muka dan
kedua telapak tangan.
SYAFI'IYYAH
Batas aurat ketika sholat
1.      Laki-laki: Antara pusar dan lutut
2.      Budak perempuan: Seperti aurat laki-laki
3.      Perempuan merdeka: Seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan (baik
punggungnya maupun telapknya)
Batas aurat yang dilihat
1.         Laki-laki
a.       Laki-laki lain: Antara pusar dan lutut
b.      Perempuan bukan mahram: Antara pusar dan lutut
c.       Perempuan mahram: Antara pusar dan lutut.
2.         Perempuan Merdeka
a.       Laki-laki bukan mahrom: Seluruh badan
b.      Laki-laki mahram: Antara pusar dan lutut
c.       Perempuan muslim: Antara pusar dan lutut
d.      Perempuan kafir: Seluruh badan kecuali yang terlihat ketika bekerja
e.      Keluarga karena perkawinan atau menyusui: Pusar sampai lutut. Hal ini
termasuk dalam bab kelonggaran (‫)فسحة‬.
Catatan:
Pusar dan lutut bukan aurat ‫على األصح‬ dalam madzhab syafi’iyyah. Tapi untuk
menutupi paha harus menutupi lutut. Hal ini sesuai dengan kaidah ushululiyyah  ‫ما ال‬
‫يتم الواجب إال به فهو واجب‬.
Jika aurat terbuka maka batal sholatnya, kecuali jika terkena angin atau
lupa.  Syafi’iyyah berseberangan dengan pendapat malikiyyah yang mengatakan
paha bukan aurat. Itu hikayah fi'il, sedangkan hadits qaul (perkataan) lebih rajih dari
hadits fi’il (perbuatan). Kaidahnya ‫القول أرجح من الفعل‬
HANABILAH
1.        Laki-laki: Antara pusar dan lutut. Pusar dan lutut bukan aurat. Hendaknya
ketika sholat menutup pundak. Dalil: ‫ ليس على عاتقه منه شيء‬،‫ال يصلي الرجل في الثوب الواحد‬
2.        Budak perempuan: Antara pusar dan lutut (seperti aurat laki-laki)
3.        Perempuan merdeka: Seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan.
a.       Dengan laki-laki mahramnya: Seluruh badan kecuali wajah, lutut, kedua
tangan, kaki dan betis
b.      Di depan perempuan kafir: Antara pusar sampai lutut. Hal ini dikarenakan
perbedaan pemahaman antara jumhur dan ulama’ hanabilah dalam memahami
ayat ‫ أو نسائهن‬... ‫وال يبدين زينتهن إال لبعولتهن‬ Menurut Jumhur: Maksud nisa' itu khusus
perempuan muslimah. Menurut Hanabilah: Maksud nisa' seluruh nisa'.
Boleh membuka aurat untuk berobat
Kesimpulan dari pembahasan ini
Kesepakatan para ulama'
·         Dua kemaluan aurat
·         Pusar bukan aurat
·         Aurat laki-laki antara pusar dan lutut
·         Aurat perempuan
a.       Dalam sholat: Seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan. Kedua kaki
menurut hanafiyyah tidak aurat
b.      Di luar sholat: Seluruh badan
c.       Di depan mahram atau perempuan muslimah:
o   Hanafiyyah dan Syafi'iyyah: Antara pusar dan lutut.
o   Malikiyyah: Seluruh badan kecuali wajah dan athraf (kepala, leher, kedua tangan
dan kedua kaki)
o   Hanabilah: Seluruh badan kecuali wajah, leher, kepala, kedua tangan, kaki dan
betis
·         Lutut bukan aurat
o   Hanafiyyah: lutut aurat
 Jumhur: Lutut bukan aurat, tapi wajib menutup lutut untuk menutupi paha,
dengan kaidah ushuliyah ‫ما ال يتم الواجب إال به فهو واجب‬. 
Busana Muslim Laki-laki

Benar Salah
BUSANA MUSLIM PEREMPUAN
BENAR SALAH

Anda mungkin juga menyukai