YASINAN DI TEMBILAHAN”
PROPOSAL TESIS
Oleh :
FITRIANI
22190324354
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang syamil, dimana segala aspek kehidupan diatur, mulai dari
yang paling mendasar seperti aqidah dan ibadah hingga aspek yang sebagai orang dipandang
remeh, seperti adab makan, minum ataupun mandi. Bahkan dalam masalah berpakaian.1
Dalam ajaran Islam, pakaian bukan semata-mata masalah kultural, namun lebih jauh
dari itu merupakan tindakan ritual dan sakral yang dijanjikan pahala sebagai imbalannya dari
Allah Swt, bagi yang mengenakan secara benar. Oleh karena itu dalam masalah pakaian, Islam
perempuan Islam mempunyai pakaian tersendiri yang khas, yang akan menunjukan jati diri
seorang muslimah. Dan bila pakaian adat biasanya bersifat kedaerahan atau paling hebat
mencapai skala nasional maka pakaian syar’i bersifat universal dalam arti dapat dipakai oleh
perempuan Islam dimanapun ia berada tanpa membedakan suku atau bangsa maupun letak
geografisnya. Dengan demikian pakaian syar’i merupakan pakaian abadi, budana sepanjang
zaman, yang akan tetap hadir ditengah-tengah revolusi dan reinkarnasi mode busana
perempuan.2
Busana syar’i adalah pakaian atau busana yang dipakai semua umat Islam baik itu
muslim maupun muslimah dalam aktivitas keseharian. Busana bertujuan untuk menutup aurat
penggunanya yang tidak boleh dilihat orang lain yang bukan mahramnya. Busana yang sesuai
syari’at Islam adalah busana yang dapat menutup seluruh tubuhnya, selain wajah dan telapak
tangan serta diisyaratkan juga agar perempuan tersebut menggunakan pakaian yang tidak
sempit dan membentuk tubuh perempuan. Jangan sampai tipis dan menerawang sehingga
1
Afifah Afra, Panduan Amal Wanita (Surakarta: Afra Publishing, 2008). H. 216.
2
Nina Surtiretna, Anggun Berjilbab (Bandung: PT Mizan Pustaka, 1995). H. 18.
bagian tubuh perempuan yang berada di dalam busana tersebut dapat terlihat. Bahkan
seandainya ia merasa terjadinya fitnah, maka ia diwajibkan untuk menutup wajah dan telapak
tangan.3
Sebagai umat Islam khususnya wanita telah diwajibkan baginya untuk berpakaian
sesuai syariah, dimana pakaian itu sendiri adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali
yang dikecualiukan, kainnya tidak transparran atau tipis, dan harus longgar tidak ketat. Aurat
wanita wajib ditutup sebagaimana perintah Allah kecuali pada orang-orang tertentu,
pakaian yang harus menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, tidak boleh
3
Fustahul Aulia Prima Setya, Skripsi, Persepsi Siswi Terhadap Kewajiban Berbusana Muslimah di
Madrasah Aliyah Negri 2 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017. (Surakarta: Iain Surakarta, 2017), h. 18.
dipakai untuk berhias dan tidak boleh ketat atau menampakkan lekuk tubuh dan tidak boleh
Artinya:“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwaItulah
yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat”.(Q.S Al-A’raf:26)
Ayat ini mengisyaratkan dua fungsi pakaian yaitu menutup aurat yakni hal-hal yang
tidak wajar dilihat oleh orang lain dan rawan “kecelakaan”, serta sebagai hiasan bagi
pemakainya. Dalam ayat lain Allah SWT berfirman ketika memerintahkan sementara orang
Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) Mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S Al-A’raf: 31).
Kemudian, dijelaskan dalam (Q.S An-Nahl: 81) bahwa:
Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan,
dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan
bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang
memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-
Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)”. (Q.S An-Nahl: 81)
Ayat ini mengisyaratkan fungsi pakaian sebagai memelihara manusia dari sengatan
panas dan dingin serta membentengi manusia dari hal-hal yang dapat mengganggu
5
Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an ku dengan Tajwid Blok Warna: 55
Masterpiece 1 (Jakarta: Lestari Books, 2014). H. 246.
Artinya: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (Q.S Al- Ahzab:59)
Ayat ini bercerita tentang fungsi pakaian sebagai pembeda seseorang muslim dengan
lawan jenisnya.
Dari lima ayat di atas kita dapat melihat fungsi-fungsi pakaian sebagaimana yang
dikehendaki dan digariskan Allah SWT. Disamping pakaian lahir, Al-Qur’an juga
menyatakan bahwa ada yang dinamai Libas at-taqwa dzalika khair (pakaian takwa dan itu
lebih baik).
Pakaian takwa menutupi hal-hal yang dapat memalukan dan memperburuk penampilan
manusia jika ia terbuka. Keterbukaan aurat jasmani dan rohani dapat menimbulkan rasa malu
dalam jiwa manusia baik di dunia maupun di akhirat. Sering kali menjadi masalah bagi
kebanyakan orang adalah memadukan antara fungsi pakaian sebagai hiasan dan fungsi
pakaian untuk penutup aurat. Tidak jarang orang tergelincir sehingga mengabaikan
ketertutupan aurat demi sesuatu yang dapat menimbulkan nilai keindahan dan hiasan semata.6
Kota Tembilahan dijuluki sebagai kota ibadah, dapat dilihat dari banyaknya masyarakat
yang agamis dan religius juga dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang memenuhi
itu dihari-hari besar Islam maupun dihari-hari biasanya. Keagamaan dan kereligiusan
masyarakat Tembilahan pastinya sudah tertanam sejak dulu, secara harfiah mereka sangat
6
M. Quraish shihab,Jilbab, Pakaian wanita muslimah pandangan ulama masa lalu & cendikiawan
kontenporer, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2004). H. 52.
patuh menjalankan syariat agama seperti melaksanakan sholat lima waktu, berpuasa,
Pemaparan diatas kita ketahui bahwa faktor religiusitas bisa menjadi landasan dasar
seorang berkeinginan membeli pakaian syar’i akan tetapi ada beberapa faktor selain
religiusitas yang menjadi landasan seseorang berminat membeli pakaian syar’i. Dalam kamus
Berpakaian yang dianjurkan oleh Allah pun bisa dimodifikasi sedemikian rupa. Coba kita lihat
saja masyarakat sekarang lebih tertarik kepada pakaian-pakaian muslim yang menutup aurat
mulai dari anak-anak, muda-mudi, ibu-ibu, sampai nenek-nenek pun memakai pakaian syar’i.8
Di era modern, masih terdapat masyarakat yang tidak memperhatikan aturan yang
menjadi ketentuan didalam syariah. Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang memiliki
tingkat religiusitas dan menyandarkan hidupnya kepada agama yang diyakini dengan cara
mematuhi dan mentaati aturan-aturan yang telah ada didalam agama. Karena itulah kehidupan
akhirat akan diutamakan manusia dihadapkan pada kondisi harus memilih antara kebahagiaan
akhirat dan kebahagiaan dunia. Konsep dasar ekonomi Islam menjelaskan, kebahagiaan
diperoleh ketika seluruh kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi, baik dalam aspek material
maupun spritual.9
bentuk dan mode pakaian perempuan. Dan dalam perjalanan budaya dan teknologi manakala
terjadi kemerdekaan kreativitas, para perancang mode sering menengok kebelakang, lalu
macam improvisasi. Pngulangan ini tentunya mengalami perubahan bentuk dan corak, serta
tampil dengan meningkatkan mutu. Sebab tidaklah mengherankan bila dalam perputaran
7
Frista Artmanda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang:Lintas Media). H. 948.
8
Nina Surtiretna, Op. Cit. H. 7.
9
usat pengkajian dan pengembangan ekonomi islam (P3EI), EKONOMI ISLAM,(Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada,2014), H. 1.
mode busana sering kembali kepada bentuk-bentuk lampau.10 Dari sinilah pakaian syar’i hadir
dengan mode-mode pakaian terbaru dengan jenis yang bermacam-macam warna dan bentuk
Kita ketahui bahwa keputusan beli adalah agar menarik para konsumen untuk membeli
pakaian syar’i yang dipilih bukan lagi karena religiusitas tetapi bisa karena harga yang adanya
kesepakatan harga barang antara penjual dan pembeli dalam suatu waktu.
Hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara suatu barang dengan tingkat
harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan
makin rendah harga suatu barang makan makin banyak permintaan terhadap barang tersebut.
Sebaliknya makin tinggi harga barang tersebut maka makin sedikit permintaan terhadap
barang tersebut.11
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar untuk satu unit barang atau jasa. Sebagai
tambahan para ahli ekonomi sering kali mengartikan harga dalam pengertian yang luas untuk
menunjukkan apa saja uang maupun barang yang harus dibayarkan.12 Dalam hal ini harga
mempengaruhi minat beli seseorang dalam memilih pakaian syar’i. Karena sebagian besar
masyarakat lebih memilih untuk melihat harganya baru beberapa faktor yang lainnya. Harga
sangat erat kaitannya dengan permintaan suatu barang. Dalam analisis ekonomi dianggap
bahwa permintaan suatu barang dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh karena itu dalam
Kita ketahui keputusan dalam membeli pakaian syar’i bukan hanya keinginan
seseorang yang mempengaruhi dalam membeli pakaian syar’i. Hal ini bisa dikarenakan
beberapa faktor yaitu bisa karena faktor religiusitas, faktor harga, atau faktor keputusan
kelompok acuan dalam pembahasan diatas kita telah membahas tentang faktor religiusitas
serta faktor harga, dan kemudian peneliti akan membahas minat seseorang dalam membeli
10
Nina Surtiretna, Loc.Cit. H. 17
11
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994).
12
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1994). H. 290.
13
Sadono Sukirno, Op.Cit. H. 76.
pakaian syar’i yaitu karena faktor kelompok acuan.
dalam pembelian yaitu kelompok acuan. Kelompok acuan bisa menjadi faktor utama dalam
pemilihan produk, dimana kelompok acuan menjadi pandangan awal sebelum konsumen
membeli produk.14
Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata
mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar
untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respons afektif, kognitif, dan
perilaku. Kelompok acuan akan memberikan standar dan nilai yang akan mempengaruhi
perilaku seseorang. Dalam perspektif pemasaran, kelompok acuan adalah kelompok yang
berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi.
Kelompok acuan bagi seseorang bisa terdiri dari satu orang atau lebih dari satu sampai
puluhan. Kelompok acuan bisa merupakan sesuatu yang nyata (orang sesungguhnya) atau
yang bersifat tidak nyata dan bersifat simbolik (misalnya para eksekutif yang sukses atau para
selebriti yang sukses, tokoh politik, aktor, olahragawan, dsb). Kelompok acuan bagi seseorang
mungkin berasal dari kelas sosial yang sama atau berbeda, dari budaya yang sama atau
pakaian seragam syar’i. Kita bisa melihat fenomena sekarang maraknya ibu-ibu
Peneliti telah mensurvei bahwa kelompok acuan berperan penting dalam memutuskan
membeli pakaian syar’i, dikarenakan kelompok acuan yang dipercayakan langsung untuk
14
Affiano Armando Dengah, Silvya L Mandey, dan Djurwati Soepeno, Pengaruh Kelompok Acuan,
Promosi dan Brand Image Terhadap keputusan Pembelian Sepatu Ventela Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, Jurnal EMBA, Vol. 11 No. 2 April 2023, H. 151.
15
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen. H. 305
memilih pakaian yang mereka sudah ketahui dari beberapa referensi yang telah mereka
dapatkan. Dalam wawancara pada ibu Mariyam sebagai salah satu anggota yasinan
mengatakan bahwa ketika memutuskan untuk membeli pakaian seragam yasinan, dia
mengikuti saran yang telah dipaparkan oleh ketuanya langsung karena lebih banyak tau dan
banyak referensinya.16
Hasil observasi terhadap 13 ibu-ibu anggota yasinan dapat dikatakan bahwa mereka
memiliki alasan menggunakan pakaian syar’i yaitu 6 orang memutuskan untuk membeli
pakaian syar’i karena mereka melihat dari religiusitas mereka mengatakan bahwa tidak
melihat harga yang penting sesuai dengan syariat apalagi kami sudah pada tua. Dapat kita lihat
dari hasil wawancara tersebut ibu-ibu yasinan lebih memutuskan membeli pakaian syar’i
untuk baju seragam yasinan dikarenakan faktor religiusitas berapapun harga pakaian syar’i
mereka siap untuk menambah dan tetap memilih untuk memakai pakaian syar’i. 5 orang
memutuskan untuk membeli pakaian syar’i karena melihat harga. Karena terkadang uang kas
yasinan tidak cukup untuk membeli pakaian seragam sehingga harus menambah
menggunakan uang pribadi, sehingga mereka keberatan untuk menambahkan uang kas
yasinan dengan uang pribadi, dikarenakan banyak kebutuhan lainnya yang harus terlebih
dahulu didahulukan. 2 orang memutuskan untuk membeli pakaian syar’i mengikuti arahan
dan saran dari ketua kelompok yasinan saja.17 Dapat kita lihat dari hasil wawancara tersebut
bahwa ibu-ibu kelompok anggota yasinan lebih berminat membeli pakaian syar’i dikarenakan
faktor religiusitas berapapun harga dan saran dari ketua kelompok yasinan mengenai pakaian
syar’i, mereka akan tetap memilih pakaian syar’i untuk identitas seorang muslimah.
Observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti maka ditarik kesimpulan bahwa
16
Wawancara dengan Ibu Mariyam (Anggota Yasinan Badariyah), tanggal 13 Juni 2023, di Tembilahan.
17
wawancara dengan Ibu-ibu Anggota Yasinan 15-17 Juni 2023, di Tembilahan.
makin tinggi tingkat iman seseorang maka makin tinggi pula tingkat religiusitas sehingga
penggunaan pakaian syar’i berpengaruh pada ibu-ibu kelompok yasinan di Tembilahan. Ada
3 faktor yang memengaruhi minat beli pakaian syar’i yaitu faktor religiusitas, harga dan
kelompok acuan. Sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat fenomena ini dalam suatu
penelitian. Dan hasilnya akan dituangkan dalam Tesis yang berjudul “PENGARUH
TEMBILAHAN”.
B. DEFINISI ISTILAH
Berdasarkan fokus dan rumusan masalah penelitian, maka uraian definisi istilah
1. Teori Religiusitas
Secara bahasa ada tiga istilah yang masing-masing kata tersebut memiliki perbedaan
arti yakni religi, religiusitas, dan religious. Kata “religi” berasal dari bahasa Latin
“religio” yaitu dari akar kata religare yang artinya mengikat, disamakan dengan religious
(Inggris) dan religie (Belanda). Para ahli mengarahkan kata religi yang maksudnya agama
atau keagamaan.18 Menurut kamus KKBI religi adalah kepercayaan kepada Tuhan,
dinamisme).19 Sedangkan religius adalah sesuatu hal yang bersifat keagamaan, artinya
18
Muslimah, Nilai Religious Culture Di Lembaga Pendidikan, ed. oleh Muhammad Tang S (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2016), h. 16.
19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 993–94.
20
Ahmad Thontowi, “Hakekat Religiusitas,” dalam http://sumsel. Kemenag. go.
id/file/dokumen/hakekatreligiusitas. pdf. diakses pada 1 Agustus 2020
2. Teori Harga
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar untuk satu unit barang atau jasa.
Sebagai tambahan para ahli ekonomi sering kali mengartikan harga dalam pengertian yang
luas untuk menunjukkan apa saja uang maupun barang yang harus dibayarkan.21
Sering kali mendengar kata harga di dalam kehidupan sehari-hari. Terutama apabila
hal ini dikaitkan dengan dunia perdagangan, maka yang sering muncul adalah harga
pembeli dan penjual yang saling bernegosiasi. Penjual akan meminta harga lebih tinggi
daripada yang mereka harap akan mereka terima, dan pembeli akan menawar kurang
daripada yang mereka harap akan mereka bayar. Melalui tawar-menawar, mereka
harga adalah variabel pemasaran dan harus ditetapkan hati-hati. Lebih lanjut ia
menjelaskan sebagi berikut. Price is a marketing variable and must be set carefully, as
must pricing policy. This is not only to make sure that financial objectives are met, but
also to create an appropriate feeling of value for money among customers and potential
customers.23
pemasaran yang harus ditetapkan dengan hati-hati. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk
memastikan tujuan keuangan terpenuhi, tetapi juga untuk menciptakan perasaan yang
tepat terhadap nilai uang antara pelanggan dan pelanggan potensial. Senada dengan
Patrick Forsyth yang menyebutkan harga adalah variabel pemasaran, Jack Nobbs dan Ian
21
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 290
22
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, ,terj.
Hendra Teguh, Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2005, h. 107.
23
Patrick Forsyth, Marketing a Guide to the Fundamentals, New York: Bloomberg Press, 2009, h. 8
Hopkins menyebutkan bahwa harga adalah satu-satunya elemen bauran pembahasan yang
Menurut Basu Swastha harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau
mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya. Jadi harga adalah nilai yang dinyatakan dalam rupiah.25 Pendapatnya ini
tidak jauh berbeda dengan pendapat Reed K. Holden dan Thomas T. Nagle yang
menyebutkan bahwa harga adalah senjata pilihan bagi perusahaan dalam bersaing
Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata
dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respons afektif,
kognitif, dan perilaku. Kelompok acuan akan memberikan standar dan nilai yang akan
kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian
dan konsumsi.
tidak langsung mempengaruhi sikap dan perilaku individu. Bisa teman, saudara, tetangga,
artis pujaan, pemimpin agama, atau figur-figur politik seperti artis dan pimpinan
Kelompok acuan bagi seseorang bisa terdiri dari satu orang atau lebih dari satu
24
Ibid
25
Basu Swastha, Azas-Azas Marketing Edisi 3, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1999, h 147.
26
Reed K. Holden and Thomas T. Nagle, Kamikaze Pricing, ed. John E. Richardson Amerika: Annual
Edition, 2004, h. 136
27
M. Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada,
2005), H. 50.
sampai puluhan. Kelompok acuan bisa merupakan sesuatu yang nyata (orang
sesungguhnya) atau yang bersifat tidak nyata dan bersifat simbolik (misalnya para
eksekutif yang sukses atau para selebriti yang sukses, tokoh politik, aktor, olahragawan,
dsb). Kelompok acuan bagi seseorang mungkin berasal dari kelas sosial yang sama atau
berbeda, dari budaya yang sama atau berbeda, bahkan dari subbudaya yang berbeda atau
sama.28
4. Keputusan Pembelian
menjadi acuan diantara produk dalam pemilihan kelompok dan membeli produk
permintaan. Prilaku konsumen inilah yang menjadi dasar bagi konsumen untuk
mengambil keputusan pembelian. Ini adalah proses dan aktivitas ketika individu
5. Pakaian Syar’i
Pakaian syar’i diartikan sebagai suatu pakaian perempuan yang tidak kentat atau
longgar dengan ukuran yang lebih besar yang menutup seluruh tubuh atau aurat kecuali
muka dan telapak tangan sampai pergelangan.31 Maksud pakaian syar’i dalam penelitian
ini adalah pakaian yang digunakan oleh Ibu-ibu anggota yasinan yang menutup aurat
28
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen, H. 305.
29
Philip Khotler, Manajemen Pemasaran Prenhallindo, Edisi 9, (Jakarta: 2009), H. 2014.
30
Boyd L. Walker, Manajemen Pemesaran, Jilid I, Ahli Bahasa Oleh Imam Nurmawan (Jakarta: Erlangga
, 1997), H. 123.
31
Nina Surtiretna, Op. Cit, hlm. 59.
sesuai dengan syariat Islam yang ukurannya lebih lebar atau panjang.
C. PERMASALAHAN
1. Identifikasi Masalah
pakaian syar’i.
dipilih.
harganya dianggap terlalu mahal dan tidak sesuai dengan keinginan sebelumnya.
e) Harga yang tidak sesuai dan tidak cukup ditanggung oleh uang kas, maka harus
f) Keputusan pembelian diputuskan oleh ketua langsung kerana sebagian Ibu-ibu tidak
g) Menyerahkan langsung keputusan oleh ketua karena banyak refrensi dan saran-saran
yang diberikan.
2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus maka perlu adanya pembatasan
masalah. Dimana penelitian ini hanya terbatas atau berfokus pada variabel penelitian pada
religiusitas, harga dan kelompok acuan dalam pengambilan keputusan pembelian pakaian
syar’i.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka, permasalahan yang
a. Apakah religiusitas, harga dan kelompok acuan berpengaruh secara simultan dan
parsial terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i pada ibu-ibu kelompok yasinan
di Tembilahan ?
b. Antara Religiusitas, harga dan kelompok acuan, variabel manakah yang paling
1. Tujuan Penelitian
adalah untuk:
a) Untuk mengetahui apakah variabel religiusitas, variabel harga dan variabel kelompok
acuan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap minat beli pakaian syar’i
b) Untuk mengetahui antara variabel Religiusitas, variabel harga dan variabel kelompok
acuan, variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap minat beli
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
1. Religiusitas, harga dan kelompok acuan merupakan salah satu faktor yang
yasinan, dengan adanya penelitian lebih lanjut mengenai variabel mana yang
memiliki pengaruh besar terhadap minat mahasiswi dalam berpakaian syar’i kita
akan mengetahui antara religiusitas, harga dan kelompok acuan yang mana lebih
efektif dalam mempengaruhi minat beli. Sebagaimana kita ketahui bahwa teori
dikehidupan. Oleh kerena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi
sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya dari sudut pandang yang berbeda.
2. Dapat dijadikan acuan awal dan bahan pertimbangan bagi pembaca untuk
b. Manfaat Teoritis
2. Hal penelitian ini sangat berarti bagi peneliti karena dapat menambah ilmu dan
Kasim Riau pilihan yang sangat tepat selain sebagai cermin Universitas agama
Islam juga sebagai cermin taat dalam kewajiban kepada Allah sehingga dengan
adanya penelitian ini bisa memberikan kontribusi yang nyata pada mahasiswi
syar’i karena itu juga merupakan bentuk ketaatan kita terhadap Allah
SWT.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. KERANGKA TEORI
a. Religiusitas
Secara bahasa ada tiga istilah yang masing-masing kata tersebut memiliki
perbedaan arti yakni religi, religiusitas, dan religious. Kata “religi” berasal dari
bahasa Latin “religio” yaitu dari akar kata religare yang artinya mengikat,
disamakan dengan religious (Inggris) dan religie (Belanda). Para ahli mengarahkan
kata religi yang maksudnya agama atau keagamaan.32 Menurut kamus KKBI religi
berarti agama, kemudian menjadi kata sifat “religios” yang berarti agamis atau
saleh. Religiusitas adalah sikap keagamaan yaitu suatu keadaan yang ada dalam diri
Menururt Anshari agama atau religion dalam bahasa Inggris dan addyn dalam
bahasa Arab yang dikutip oleh Subandi adalah sebagai sistem keyakinan atas adanya
32
Muslimah, Nilai Religious Culture Di Lembaga Pendidikan, ed. oleh Muhammad Tang S (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2016), H. 16
33
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, H. 993–94.
34
Ahmad Thontowi, “Hakekat Religiusitas,” dalam http://sumsel. Kemenag. go.
id/file/dokumen/hakekatreligiusitas. pdf. diakses pada 25 Juli 2023
35
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Pres, 2008), H. 12.
yang mutlak di luar diri manusia dan suatu sistem peribadatan kepada sesuatu yang
dianggap mutlak, yaitu Tuhan yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan, serta
sistem norma (kaidah) yang mengatur hubungan sesama manusia dengan manusia,
dan dengan alam sekitarnya sesuai dan sejalan dengan keyakinan manusia itu
sendiri.36
Setiap muslim baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak diperintahkan untuk
berislam, dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial, politik atau aktivitas apapun,
Allah, dimana pun dan dalam keadaan apa pun, setiap muslim hendaknya berislam.37
Menurut Glock dan Stark mengemukakan ada lima dimensi yang dapat
praktik agama ini seperti salat, puasa, haji, doa, wiridan, pembacaan ayat suci
Artinya: “Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak
36
Subandi, Psikologi Agama & Kesehatan Mental (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), H. 26.
37
Djamaluddin Ancok dan Fuad NashoriSuroso, Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), H.
79.
perkaranya adalah jihad” (HR. Tirmidzi).38
pada empat tinadirgkatan: konfirmatif (merasakan kehadiran Tuhan atau apa saja
keluhannya), eskatif (merasakan hubungan yang akrab dan penuh cinta dengan
Tuhan), partisipatif (merasa menjadi kawan setia kekasih atau wali Tuhan dan
agama terhadap doktrin teoritis, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi atau kultur
keberagamaan.
Artinya: “Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anakanak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang
memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah
mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi
(dalam syurga).”
38
Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan At- Tirmidzi, (Beirut: Darul Fiqri, 1988), H. 299.
39
Imam Suprayoga dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), H. 21-22.
b. Harga
apabila hal ini dikaitkan dengan dunia perdagangan, maka yang sering muncul adalah
ditetapkan oleh pembeli dan penjual yang saling bernegosiasi. Penjual akan meminta
harga lebih tinggi daripada yang mereka harap akan mereka terima, dan pembeli akan
menawar kurang daripada yang mereka harap akan mereka bayar. Melalui tawar-
menawar, mereka akhirnya akan sampai pada harga yang dapat diterima.40
Fundamentals, harga adalah variabel pemasaran dan harus ditetapkan hati-hati. Lebih
lanjut ia menjelaskan sebagi berikut. Price is a marketing variable and must be set
carefully, as must pricing policy. This is not only to make sure that financial objectives
are met, but also to create an appropriate feeling of value for money among customers
pemasaran yang harus ditetapkan dengan hati-hati. Hal ini dilakukan tidak hanya
perasaan yang tepat terhadap nilai uang antara pelanggan dan pelanggan potensial.
pemasaran, Jack Nobbs dan Ian Hopkins menyebutkan bahwa harga adalah satu-
Menurut Basu Swastha harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
40
9Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, ,terj.
Hendra Teguh, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2005), H. 107.
41
Patrick Forsyth, Marketing a Guide to the Fundamentals, New York: Bloomberg Press, 2009, H. 8
42
Ibid,
beserta pelayanannya. Jadi harga adalah nilai yang dinyatakan dalam rupiah.
Pendapatnya ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Reed K. Holden dan Thomas T.
Nagle yang menyebutkan bahwa harga adalah senjata pilihan bagi perusahaan dalam
merah bahwa harga adalah nilai yang dapat menghasilkan pendapatan berupa
sejumlah uang yang harus dibayarkan pada produk atau jasa tertentu apabila harga
lebih tinggi dari nilai tersebut maka pertukaran tidak akan terjadi.
Ada beberapa faktor yang mencirikan indikator dari harga yaitu sebagai
berikut:
1) Keterjangkauan Harga
Keterjangkauan harga adalah harga sesungguhnya dari suatu produk yang tertulis
di produk yang akan dibeli konsumen dan harus dibayarkan. Maksudnya adalah
konsumen cenderung melihat harga akhir dan memutuskan apakah akan menerima
nilai yang baik seperti yang diharapkan. Harapan pelanggan dalam melihat harga
yaitu:
b) Penentuan harga harus sesuai dengan kualitas produk sehingga pelanggan dapat
2) Diskon
Umumnya masyarakat menyukai diskon, karena dengan adanya diskon ini akan
lebih murah dalam berbelanja. Diskon adalah pengurangan dari harga yang
43
Reed K. Holden and Thomas T. Nagle, Kamikaze Pricing, ed. John E. Richardson Amerika: Annual
Edition, 2004, H. 136
44
Sasi Agustin, “Pengaruh harga, kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
konsumen kebab kingabi,” Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen (JIRM) 5, no. 1 (2016).
45
Canon, Perreault, dan McCarthy, Pemasaran Dasar Pendekatan Manajerial Global, terj. Diana
Angelica, Jakarta: Salemba Empat, 2009, H. 192.
3) Kesesuaian harga dengan kualitas produk
pada pembelian laptop yang lebih mahal biasanya dianggap lebih baik. Orang
biasanya melihat harga yang lebih tinggi di antara dua barang karena mereka melihat
adanya perbedaan. Apabila harga lebih tinggi, orang cenderung beranggapan bahwa
nilainya. Barang dengan harga tinggi biasanya dinggap superior dan barang yang
barang yang sifatnya homogen seperti bensin tidaklah demikian. Ada kenyataan
bahwa harga yang sesuai dengan keinginan konsumen belum tentu sama untuk
harga itu sendiri. Barang sejenis yang berharga murah justru dapat tidak dibeli oleh
konsumen.47
Harga termasuk bagian dari jual beli, jual beli itu sendiri adalah proses
pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain dengan menggunakan
uang sebagai alat tukarnya. Apabila harga tidak disesuaikan kualitas produk dengan
tujuan mencari keuntungan bagi pihak produsen atas harta konsumen, maka hal
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”.
46
Basu Swastha, Azas-Azas..., H. 149
47
Ibid,
lainnya. Dalam hal ini mahal atau murahnya suatu produk sangat dipertimbangkan
oleh konsumen pada saat akan membeli produk tersebut. Berkaitan dengan hal ini
An obvious inverse relationship exists between price and volume. When sales
necessary to raise prices to reduce growth. If higher prices increase the profit
margin, the price increase will also raise the sustainable growth rate.48
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa relasi terbalik yang jelas ada
antara harga dan volume. Ketika pertumbuhan penjualan terlalu tinggi dibandingkan
mengurangi pertembuhan. Jika kenaikan harga margin yang lebih tinggi, kenaikan
Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan pesaing
yang ada. Barang-barang dari hasil pertanian misalnya, dijual dalam keadaan
persaingan murni (pure competition). Persaingan seperti ini penjual yang berjumlah
banyak aktif menghadapi pembeli yang banyak pula. Banyaknya penjual dan
pembeli ini akan mempersulit penjual perorangan untuk menjual dengan harga lebih
tinggi kepada pembeli yang lain. Selain persaingan murni, dapat pula terjadi
monopoli.49
48
Robert C. Higgins, Analysis for Financial Management, New York: McGraw-Hill Irwin, 2004, H. 127.
49
Basu Swastha, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2000, H. 214.
Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan
lebih besar atau sama dengan yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya. Jika
konsumen merasakan manfaat produk lebih kecil dari uang yang dikeluarkan, maka
konsumen akan beranggapan bahwa produk tersebut mahal dan konsumen akan
Apabila harga sebuah barang yang dibeli oleh konsumen dapat memberikan
hasil yang memuaskan, maka dapat dikatakan bahwa penjualan total perusahaan
akan berada pada tingkat yang memuaskan, diukur dalam nilai rupiah sehingga
c. Kelompok Acuan
Kelompok acuan adalah setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai
dasar pembanding bagi seseorang dalam membentuk nilai dan sikap atau pedoman
kepaduan kelompok.52
beberapa indikator kelompok acuan yang terkait dengan konsumen, antara lain:53
pertemanan.
sama.
3) Kelompok kerja, yaitu kelompok yang bekerja bersama-sama dalam satu tempat
kerja.
50
Basu Swastha, Azaz-Azaz Marketing…,H. 148
51
Dwiastuti, Shinta, dan Isaskar, Ilmu Perilaku Konsumen, H. 67.
52
Nellyaningsih dan Hidayat Rahmat, “Analisis Pengaruh Kelompok Referensi Terhadap Keputusan
Pembelian Jasa Asuransi,” H. 148.
53
Dwiastuti, Shinta, dan Isaskar, Ilmu Perilaku Konsumen, H. 78–81
berkomunikasi melalui internet dengan membentuk kelompokkelompok tertentu.
Kelompok maya sangat erat pula dengan kelompok pengagum atau pengikut
Konsumen Indonesia.
d. Keputusan Konsumen
ditawarkan.
Penerapan dalam Pemasaran”, ada beberapa kunci yang bisa kita dapatkan dari
b) Barang, jasa, merek, harga, kemasan, kualitas, kredit, layanan purna penjual.
komponen, antara lain: keputusan tentang jenis produk, bentuk produk, tentang
merek, tentang penjualnya, tentang jumlah produk, waktu pembelian dan cara
pembayaran.56
54
Philip Kotler & Gery Amstrong, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: PT Indeks Gramedia, 2003), H. 220
55
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2011), H. 45
56
Basu Swastha, Azaz-Azaz Marketing,(Yogyakarta: Liberti, 1998) H. 112.
a) Pencarian Informasi57
Pencarian informasi terdiri dari dua jenis, yaitu perhatian yang meningkat
informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala
sumber.
b) Keputusan Pembelian
Konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor yang
muncul adalah niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor
pertama adalah sikap orang lain, dan faktor kedua adalah faktor situasi yang
dan manfaat yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa yang tidak diharkan akan
berdasarkan rasa puas atau tidak puas. menjadi pusat perhatian para pemasar.
Bial memenuhi harapan, konsumen merasa puas dan bila melebihi harapan
d) Evaluasi Alternatif.
atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda pada produk
57
Basu Swastha, Azas-Azas Marketing Edisi 3, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1999, H 147.
e) Pengenalan Masalah.
kebutuhan atau masalah apa yang muncul, apa yang menarik , bagaimana hal
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat religiusitas, harga, dan
kelompok acuan terhadap keputusan pembelian dan juga mencari pengaruh dari variabel
religiusitas, harga, dan kelompok acuan terhadap keputusan pembelian. Untuk mengetahui
apakah elemen-elemen ini berpengaruh maka kerangka pikir yang peneliti susun untuk
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Religiusitas (X1)
Kelompok acuan
(X1)
58
Bilson Simamora, Panduan Riset Perlaku Konsumen, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), H.
15-17.
Penelitian ini terdapat 1 variabel dependen (terikat) dan 3 variabel independen
(bebas). Religiustias (X1), harga(X2) dan kelompok acuan (X3) adalah variabel independen
(bebas) yang dapat mempengaruhi variabel dependen (terikat). Keputusan pembelian (Y)
adalah variabel dependen yang akan dipengaruhi oleh variabel independen.59 Dari gambar
diatas pada kerangka pemikiran dapat diketahui bahwa variabel religiustias (X1), harga (X2)
dan kelompok acuan (X3) dapat berpengaruh secara silmultan atau bersama-sama
Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dalam penelitian yang perlu diuji
kebenarannya yang menjadikan nya sebagai objek penelitian. Hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
Ha1: Terdapat pengaruh secara simultan ketertarikan religiusitas, harga, kelompok acuan
Tembilahan.
H01: Tidak terdapat pengaruh secara simultan ketertarikan religiusitas, harga, kelompok
acuan terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i pada ibu-ibu kelompok yasinan
di Tembilahan.
Ha2 : Terdapat pengaruh religiustas terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i pada
H02: Tidak terdapat pengaruh religiustas terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i
Ha3: Terdapat pengaruh harga terhadap terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i
H03: Tidak terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i pada
59
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D (Bandung:
CV Alfabeth, 2016), Cet. K-16, hlm.69.
Ha4: Terdapat pengaruh kelompok acuan terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i
H04: Tidak terdapat pengaruh kelompok acuan terhadap keputusan pembelian pakaian
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
berfungsi untuk memperoleh data langsung di lapangan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan penelitian yang di lakukan untuk
pemberi informasi secara riil atau lengkap Penelitian ini menggunakan konsep
deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun secara
langsung kedaerah obyek penelitian, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
judul. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah penelitian lapangan (field
emic), dan bukan pandangan peneliti sendiri atau pandangan eksternal (Perspective
alamiah.61 Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana analisis hasil
persepektif Islam.
kualitatif, dimana penelitian kualitatif adalah proses eksplorasi dan memahami makna
60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm. 11
61
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 348.
prilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah
prosedur yang masih bersifat sementara, mengumpulkan data pada setting partisipan,
analisis data secara induktif, membangun data yang parsial kedalam tema, dan
selanjutnya memberikan interpretasi terhadap makna suatu data, Dan kegiatan akhir
kelompok yang sengaja diteliti untuk dipahami. Salah satu hal penting untuk
dipertimbangkan dalam memilih kasus ialah peneliti yakin bahwa dari kasus tersebut
akan dapat diperoleh pengetahuan lebih lanjut dan mendalam secara ilmiah.63
B. LOKASI PENELITIAN
masyarakat kecamatan Tembilahan dominan beragama Islam dan lokasinya mudah dijangkau
1. Populasi
lengkap dan jelas. Dengan kata lain, populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.64 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek dan objek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
62
Sugiyono, MetodePenelitianManajemen,(Bandung:Alfabeta, 2016), H. 347-348.
63
Mudija Rahardjo, Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan Prosedurnya, (Universitas Islam
Negeri Malik Ibrahim Malang , 2017), H. 13.
64
Boedi Abdullah, Beni Ahmad Soebandi, metode Peneltian Ekonomi Islam muamalah, (Bandung: CV
PustakaSetia, 2014), hlm. 34
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.65
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu kelompok yasinan yang bertempat
tinggal di Tembilahan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Untuk itu sampel yang di ambil dari populasi harus betul-betul (mewakili).66
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Quota sampling
yaitu teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri
dengan karakteristik umur yaitu 20 responden yang berumur diatas 30 (tiga puluh) tahun
dan 20 lagi berumur dibawah 30 (tiga puluh) tahun.68 Responden di khususkan untuk ibu-
penelitian. Karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
1. Observasi
65
Syofian Siregar, Statistik Parameter untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), H. 117.
66
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2016). H. 149.
67
Dr. Juliansyah Noor, METODOLOGI PENELITIAN: SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, DAN KARYA ILMIAH Edisi
Pertama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), H. 155
68
Amirullah, SE., M.M, POPULASI DAN SAMPEL (Pemahaman, Jenis dan Teknik), (Malang: Bayumedia
Publishing Malang, 2015), H. 72.
69
Ibid.,H.375
70
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), H. 63
secara spontan dan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan
sebelumnya.
2. Kuesioner/Angket
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data berupa angket atau
penelitian yang masing-masing dijabarkan dan disebarkan pada responden yang menjadi
3. Dokumentasi
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya foto, gambar, hidup, sketsadan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya hidup, berupa gambar, patung, film dan lain-lain.73
pelengkap dari penggunaan teknik observsi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Dokumentasi adalah cara mendapatkan data dengan mempelajari dan mencatat buku-
buku, arsip atau dokumen dan hal-hal yang terkait dengan penelitian.74
71
A.Aziz Alimul Hidayat, METODE PENELITIAN KEBIDANAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA (Jakarta: Selemba
Medika, 2014), H. 91.
72
Lexy J Moleong, Loc.Cit, h. 82.
73
Op.cit. h. 396.
74
A. Kadir Ahmad, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif, (Makassar: Indobis Media Centre,
2003), h. 106.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Jenis Instrumen
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.75 Skala Likert adalah skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu objek
atau fenomena tertentu.76 sehingga penulis pada penelitian ini menggunakan metode
skala Likert pada pengukuran jawaban responden. Dalam pengukuran skala likert ada
Instrumen kuesioner adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer
dalam penelitian ini dikembangkan dari variabel penelitian, baik variabel independen
TABEL 3.1
INDIKATOR KUESIONER
Variabel Definisi Oprasional Indikator Skala
75
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Dan R&D, Op.Cit, h
76
Syofian Siregar, Op. Cit, H. 50.
77
Ibid,,
78
Imam Suprayoga dan Tobroni, Loc.Cit, H. 21-22.
harga adalah variabel 4. Daya saing harga
pemasaran dan harus 5. Kesesuaian harga dengan
ditetapkan hati-hati. manfaat.79
Kelompok Seseorang atau 1. Kelompok persahabatan Likert
Acuan (X3) kelompok yang 2. Kelompok investor
menjadi pembanding 3. Kelompok kerja
atau acuan dalam 4. Kelompok maya.
melakukan suatu 5. Kelompok pegiat
80
tindakan. konsumen.
Keputusan Menurut Kotler dan 1. Pencarian Informasi Likert
Pembelian Amstrong keputusan 2. Keputusan Pembelian
(Y) pembelian adalah tahap 3. Perilaku Pasca Pembelian
dalam proses 4. Evaluasi Alternatif.82
pengambilan keputusan
pembelian dimana
konsumen benar-benar
membeli.81
a. Uji Validitas
keandalan atau keahlian suatu alat ukur, sehingga uji validasi merupakan ukuran yang
validitas pada penelitian ini menggunakan metodee correlations digunakan alat bantu
aplikasi program SPSS yang diukur dengan nlai signifikan antara skor dan total skor.
b. Uji Reliabilitas
kuesioner, baik berupa variabel maupun indikator struktural. Jika alat ukur
yang digunakan stabil dan dapat diandalkan disebut reliabilitasnya artinya data
yang dianggap reliabel merupakan alat ukur bekas yang dapat memproleh hasil
79
Basu Swastha, Loc.Cit. H. 148
80
Dwiastuti, Shinta, dan Isaskar, Ilmu Perilaku Konsumen, H. 78–81.
81
Philip Kotler & Gery Amstrong, Loc.Cit. H. 220.
82
Bilson Simamora, Loc.Cit. 2001, H. 15-17.
83
Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), H. 109.
ulang.84 Dalam perhitungan alpha digunakan alat bantu aplikasi program SPSS
a) Uji Normalitas
mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Bila data
Sedangkan bila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik
nonparametik.85 Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi
normal yakni distribusi data tersebut tidak melenceng kekiri dan ke kanan. Normalitas
Pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah jika Sig>0,05 maka data
distribusi normal.
b) Uji Multikolinierita
ditemukan korelasi kuat antar variabel independen. Jika korelasi kuat, terdapat
multikoliniearitas antara variabel dapat dilihat dari variance inflation factor (VIF).
Dengan ketentuan:87
1) Apabila VIF > 10 dan Tolerent < 0,1 maka tergejaga Multikoliniealitas
2) Apabila VIF < 10 dan Tolerent > 0,1 maka tidak tergejala Multikoliniealitas
84
Sofyan Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), H.
87.
85
Ibid, H. 153
86
Husein Umar, Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), H. 80
87
Ryan Anwari, Ekonometrika I Uji Asumsi Klasik: Multikoleniaritas, manuskrip (Banjarmasin:
Disimpan oleh Yusuf Anshari, tth)
c) Uji Heterokedasitas
variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. uji ini menunjukkan bahwa
variasi tidak sama untuk semua pengamatan. Jika variasi dari resedual satu
Pada penelitian ini menggunakan uji Glejser yang dilakukan dengan cara
meregresikan antara variable independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai
signifikansi antara variable independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka
Regresi ini memiliki satu variabel dependen (Y) dan dua atau lebih variabel
independen (X).90 Analisis ini digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik
turunnya) nilai dari variabel tergantung (kreterium), bila dua atau lebih variabel bebas
Keterangan:
Y = Keputusan Pembelian
a = Konstan
X1 = Regresai
X2 = Harga
X3 = Keputasan Pembelian
88
Husein Umar, op.cit, H. 82.
89
Ryan Anwari, Ekonometrika I Uji Asumsi Klasik Heterokedasitas, manuskrip (Banjarmasin: Disimpan
oleh Yusuf Anshari, tth).
90
V. Wiranta Sujarweni dan Poly Endrayanto, op. cit, H. 88.
91
Syofian Siregar, op.cit. H. 443
3. Uji Hipotesis
menunjukkan seberapa besar persentasi variasi variabel tergantung R=0, maka tidak
ada sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung
atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun
yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung adalah sempurna atau
variasi variabel bebas yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel
tergantung.
Uji f digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel tak bebas secara bersama-
sama (simultan) mempengaruhi variabel tak bebas.92 Hasil uji f dapat dilihat pada ouput
ANOVA dari hasil Analisis Liner Berganda. Dalam penelitian ini digunakan tingkat
Digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel
tergantung. Uji ini mengetahui kebenaran pernyataan atau dugaan yang dihipotesiskan
oleh si peneliti.93 Hasil uji t dapat dilihat pada output coefficiens dari hasil analisis
regresi linier berganda. Dalam penelitan ini digunakan tingkat signifikan 0,05 (α = 5%).
92
Ibid., H. 439
93
Ibid., H. 194