Anda di halaman 1dari 38

“PENGARUH RELIGIUSITAS, HARGA DAN KELOMPOK ACUAN TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKAIAN SYAR’I PADA IBU-IBU KELOMPOK

YASINAN DI TEMBILAHAN”

PROPOSAL TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat


GunaMemperoleh Gelar Magister Ekonomi
(M.E)
Pada Progam Studi Ekonomi Syariah

Oleh :
FITRIANI
22190324354

PROGRAM PASCASARJANA EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF KASIM


RIAU1443 H/2023 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang syamil, dimana segala aspek kehidupan diatur, mulai dari

yang paling mendasar seperti aqidah dan ibadah hingga aspek yang sebagai orang dipandang

remeh, seperti adab makan, minum ataupun mandi. Bahkan dalam masalah berpakaian.1

Dalam ajaran Islam, pakaian bukan semata-mata masalah kultural, namun lebih jauh

dari itu merupakan tindakan ritual dan sakral yang dijanjikan pahala sebagai imbalannya dari

Allah Swt, bagi yang mengenakan secara benar. Oleh karena itu dalam masalah pakaian, Islam

menetapkan batasan-batasan tertentu untuk laki-laki maupun perempuan. Khusus untuk

perempuan Islam mempunyai pakaian tersendiri yang khas, yang akan menunjukan jati diri

seorang muslimah. Dan bila pakaian adat biasanya bersifat kedaerahan atau paling hebat

mencapai skala nasional maka pakaian syar’i bersifat universal dalam arti dapat dipakai oleh

perempuan Islam dimanapun ia berada tanpa membedakan suku atau bangsa maupun letak

geografisnya. Dengan demikian pakaian syar’i merupakan pakaian abadi, budana sepanjang

zaman, yang akan tetap hadir ditengah-tengah revolusi dan reinkarnasi mode busana

perempuan.2

Busana syar’i adalah pakaian atau busana yang dipakai semua umat Islam baik itu

muslim maupun muslimah dalam aktivitas keseharian. Busana bertujuan untuk menutup aurat

penggunanya yang tidak boleh dilihat orang lain yang bukan mahramnya. Busana yang sesuai

syari’at Islam adalah busana yang dapat menutup seluruh tubuhnya, selain wajah dan telapak

tangan serta diisyaratkan juga agar perempuan tersebut menggunakan pakaian yang tidak

sempit dan membentuk tubuh perempuan. Jangan sampai tipis dan menerawang sehingga

1
Afifah Afra, Panduan Amal Wanita (Surakarta: Afra Publishing, 2008). H. 216.
2
Nina Surtiretna, Anggun Berjilbab (Bandung: PT Mizan Pustaka, 1995). H. 18.
bagian tubuh perempuan yang berada di dalam busana tersebut dapat terlihat. Bahkan

seandainya ia merasa terjadinya fitnah, maka ia diwajibkan untuk menutup wajah dan telapak

tangan.3

Sebagai umat Islam khususnya wanita telah diwajibkan baginya untuk berpakaian

sesuai syariah, dimana pakaian itu sendiri adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali

yang dikecualiukan, kainnya tidak transparran atau tipis, dan harus longgar tidak ketat. Aurat

wanita wajib ditutup sebagaimana perintah Allah kecuali pada orang-orang tertentu,

sebagaimana Allah berfirman Q.S An-Nur ayat 24: 31 sebagai berikut:

Artinya: “katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah
merekaa menutup kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudar-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka,
atau putera-putera saudari perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak punya
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.4
Dari surah tersebut terdapat batasan-batasan dalam penggunaan pakaian syar’i meliputi

pakaian yang harus menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, tidak boleh

3
Fustahul Aulia Prima Setya, Skripsi, Persepsi Siswi Terhadap Kewajiban Berbusana Muslimah di
Madrasah Aliyah Negri 2 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017. (Surakarta: Iain Surakarta, 2017), h. 18.
dipakai untuk berhias dan tidak boleh ketat atau menampakkan lekuk tubuh dan tidak boleh

menggunakan kain yang tipis atau tembus pandang.5

Dijelaskan pula fungsi-fungsi pakaian dalam Al-Qur’an (Q.S Al-A’raf:26)

Artinya:“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwaItulah
yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat”.(Q.S Al-A’raf:26)
Ayat ini mengisyaratkan dua fungsi pakaian yaitu menutup aurat yakni hal-hal yang

tidak wajar dilihat oleh orang lain dan rawan “kecelakaan”, serta sebagai hiasan bagi

pemakainya. Dalam ayat lain Allah SWT berfirman ketika memerintahkan sementara orang

bertawaf tanpa mengenakan pakaian. Dalam (Q.S Al-A’raf: 31) bahwa:

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) Mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S Al-A’raf: 31).
Kemudian, dijelaskan dalam (Q.S An-Nahl: 81) bahwa:

Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan,
dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan
bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang
memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-
Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)”. (Q.S An-Nahl: 81)
Ayat ini mengisyaratkan fungsi pakaian sebagai memelihara manusia dari sengatan

panas dan dingin serta membentengi manusia dari hal-hal yang dapat mengganggu

ketentramannya. Dalam (Q.S Al- Ahzab:59) bahwa:

5
Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an ku dengan Tajwid Blok Warna: 55
Masterpiece 1 (Jakarta: Lestari Books, 2014). H. 246.
Artinya: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (Q.S Al- Ahzab:59)
Ayat ini bercerita tentang fungsi pakaian sebagai pembeda seseorang muslim dengan

lawan jenisnya.

Dari lima ayat di atas kita dapat melihat fungsi-fungsi pakaian sebagaimana yang

dikehendaki dan digariskan Allah SWT. Disamping pakaian lahir, Al-Qur’an juga

menyatakan bahwa ada yang dinamai Libas at-taqwa dzalika khair (pakaian takwa dan itu

lebih baik).

Pakaian takwa menutupi hal-hal yang dapat memalukan dan memperburuk penampilan

manusia jika ia terbuka. Keterbukaan aurat jasmani dan rohani dapat menimbulkan rasa malu

dalam jiwa manusia baik di dunia maupun di akhirat. Sering kali menjadi masalah bagi

kebanyakan orang adalah memadukan antara fungsi pakaian sebagai hiasan dan fungsi

pakaian untuk penutup aurat. Tidak jarang orang tergelincir sehingga mengabaikan

ketertutupan aurat demi sesuatu yang dapat menimbulkan nilai keindahan dan hiasan semata.6

Kota Tembilahan dijuluki sebagai kota ibadah, dapat dilihat dari banyaknya masyarakat

yang agamis dan religius juga dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang memenuhi

mesjid-mesjid untuk mengikuti pengajian-pengajian yang dilakukan disetiap kesempatan baik

itu dihari-hari besar Islam maupun dihari-hari biasanya. Keagamaan dan kereligiusan

masyarakat Tembilahan pastinya sudah tertanam sejak dulu, secara harfiah mereka sangat

6
M. Quraish shihab,Jilbab, Pakaian wanita muslimah pandangan ulama masa lalu & cendikiawan
kontenporer, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2004). H. 52.
patuh menjalankan syariat agama seperti melaksanakan sholat lima waktu, berpuasa,

membayar zakat, berinfaq, bersedekah, naik haji serta amalan-amalan lain.

Pemaparan diatas kita ketahui bahwa faktor religiusitas bisa menjadi landasan dasar

seorang berkeinginan membeli pakaian syar’i akan tetapi ada beberapa faktor selain

religiusitas yang menjadi landasan seseorang berminat membeli pakaian syar’i. Dalam kamus

besar Bahasa Indonesia religiusitas diartikan sebagai pengabdian terhadap agama. 7

Berpakaian yang dianjurkan oleh Allah pun bisa dimodifikasi sedemikian rupa. Coba kita lihat

saja masyarakat sekarang lebih tertarik kepada pakaian-pakaian muslim yang menutup aurat

mulai dari anak-anak, muda-mudi, ibu-ibu, sampai nenek-nenek pun memakai pakaian syar’i.8

Di era modern, masih terdapat masyarakat yang tidak memperhatikan aturan yang

menjadi ketentuan didalam syariah. Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang memiliki

tingkat religiusitas dan menyandarkan hidupnya kepada agama yang diyakini dengan cara

mematuhi dan mentaati aturan-aturan yang telah ada didalam agama. Karena itulah kehidupan

akhirat akan diutamakan manusia dihadapkan pada kondisi harus memilih antara kebahagiaan

akhirat dan kebahagiaan dunia. Konsep dasar ekonomi Islam menjelaskan, kebahagiaan

diperoleh ketika seluruh kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi, baik dalam aspek material

maupun spritual.9

Perkembangan budaya dan teknologi yang senantiasa bergerak maju, mempengaruhi

bentuk dan mode pakaian perempuan. Dan dalam perjalanan budaya dan teknologi manakala

terjadi kemerdekaan kreativitas, para perancang mode sering menengok kebelakang, lalu

mengadaptasi mode-mode masa silam dengan sentuhan-sentuhan populer dan berbagai

macam improvisasi. Pngulangan ini tentunya mengalami perubahan bentuk dan corak, serta

tampil dengan meningkatkan mutu. Sebab tidaklah mengherankan bila dalam perputaran

7
Frista Artmanda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang:Lintas Media). H. 948.
8
Nina Surtiretna, Op. Cit. H. 7.
9
usat pengkajian dan pengembangan ekonomi islam (P3EI), EKONOMI ISLAM,(Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada,2014), H. 1.
mode busana sering kembali kepada bentuk-bentuk lampau.10 Dari sinilah pakaian syar’i hadir

dengan mode-mode pakaian terbaru dengan jenis yang bermacam-macam warna dan bentuk

Kita ketahui bahwa keputusan beli adalah agar menarik para konsumen untuk membeli

pakaian syar’i yang dipilih bukan lagi karena religiusitas tetapi bisa karena harga yang adanya

kesepakatan harga barang antara penjual dan pembeli dalam suatu waktu.

Hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara suatu barang dengan tingkat

harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan

makin rendah harga suatu barang makan makin banyak permintaan terhadap barang tersebut.

Sebaliknya makin tinggi harga barang tersebut maka makin sedikit permintaan terhadap

barang tersebut.11

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar untuk satu unit barang atau jasa. Sebagai

tambahan para ahli ekonomi sering kali mengartikan harga dalam pengertian yang luas untuk

menunjukkan apa saja uang maupun barang yang harus dibayarkan.12 Dalam hal ini harga

mempengaruhi minat beli seseorang dalam memilih pakaian syar’i. Karena sebagian besar

masyarakat lebih memilih untuk melihat harganya baru beberapa faktor yang lainnya. Harga

sangat erat kaitannya dengan permintaan suatu barang. Dalam analisis ekonomi dianggap

bahwa permintaan suatu barang dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh karena itu dalam

teori permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut.13

Kita ketahui keputusan dalam membeli pakaian syar’i bukan hanya keinginan

seseorang yang mempengaruhi dalam membeli pakaian syar’i. Hal ini bisa dikarenakan

beberapa faktor yaitu bisa karena faktor religiusitas, faktor harga, atau faktor keputusan

kelompok acuan dalam pembahasan diatas kita telah membahas tentang faktor religiusitas

serta faktor harga, dan kemudian peneliti akan membahas minat seseorang dalam membeli

10
Nina Surtiretna, Loc.Cit. H. 17
11
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994).
12
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1994). H. 290.
13
Sadono Sukirno, Op.Cit. H. 76.
pakaian syar’i yaitu karena faktor kelompok acuan.

Keputusan pembelian dapat dijadikan sebagai penentu dalam memutuskan pilihan

dalam pembelian yaitu kelompok acuan. Kelompok acuan bisa menjadi faktor utama dalam

pemilihan produk, dimana kelompok acuan menjadi pandangan awal sebelum konsumen

membeli produk.14

Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata

mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar

untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respons afektif, kognitif, dan

perilaku. Kelompok acuan akan memberikan standar dan nilai yang akan mempengaruhi

perilaku seseorang. Dalam perspektif pemasaran, kelompok acuan adalah kelompok yang

berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi.

Kelompok acuan bagi seseorang bisa terdiri dari satu orang atau lebih dari satu sampai

puluhan. Kelompok acuan bisa merupakan sesuatu yang nyata (orang sesungguhnya) atau

yang bersifat tidak nyata dan bersifat simbolik (misalnya para eksekutif yang sukses atau para

selebriti yang sukses, tokoh politik, aktor, olahragawan, dsb). Kelompok acuan bagi seseorang

mungkin berasal dari kelas sosial yang sama atau berbeda, dari budaya yang sama atau

berbeda, bahkan dari subbudaya yang berbeda atau sama.15

Kita ketahui mayoritas ibu-ibu yasinan Tembilahan lebih senang menggunakan

pakaian seragam syar’i. Kita bisa melihat fenomena sekarang maraknya ibu-ibu

menggunakan pakaian syar’i.

Peneliti telah mensurvei bahwa kelompok acuan berperan penting dalam memutuskan

membeli pakaian syar’i, dikarenakan kelompok acuan yang dipercayakan langsung untuk

14
Affiano Armando Dengah, Silvya L Mandey, dan Djurwati Soepeno, Pengaruh Kelompok Acuan,
Promosi dan Brand Image Terhadap keputusan Pembelian Sepatu Ventela Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, Jurnal EMBA, Vol. 11 No. 2 April 2023, H. 151.
15
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen. H. 305
memilih pakaian yang mereka sudah ketahui dari beberapa referensi yang telah mereka

dapatkan. Dalam wawancara pada ibu Mariyam sebagai salah satu anggota yasinan

mengatakan bahwa ketika memutuskan untuk membeli pakaian seragam yasinan, dia

mengikuti saran yang telah dipaparkan oleh ketuanya langsung karena lebih banyak tau dan

banyak referensinya.16

Disimpulkan bahwa kelompok acuan berperan dalam memutuskan seseorang untuk

membeli pakaian syar’i.

Hasil observasi terhadap 13 ibu-ibu anggota yasinan dapat dikatakan bahwa mereka

memiliki alasan menggunakan pakaian syar’i yaitu 6 orang memutuskan untuk membeli

pakaian syar’i karena mereka melihat dari religiusitas mereka mengatakan bahwa tidak

melihat harga yang penting sesuai dengan syariat apalagi kami sudah pada tua. Dapat kita lihat

dari hasil wawancara tersebut ibu-ibu yasinan lebih memutuskan membeli pakaian syar’i

untuk baju seragam yasinan dikarenakan faktor religiusitas berapapun harga pakaian syar’i

mereka siap untuk menambah dan tetap memilih untuk memakai pakaian syar’i. 5 orang

memutuskan untuk membeli pakaian syar’i karena melihat harga. Karena terkadang uang kas

yasinan tidak cukup untuk membeli pakaian seragam sehingga harus menambah

menggunakan uang pribadi, sehingga mereka keberatan untuk menambahkan uang kas

yasinan dengan uang pribadi, dikarenakan banyak kebutuhan lainnya yang harus terlebih

dahulu didahulukan. 2 orang memutuskan untuk membeli pakaian syar’i mengikuti arahan

dan saran dari ketua kelompok yasinan saja.17 Dapat kita lihat dari hasil wawancara tersebut

bahwa ibu-ibu kelompok anggota yasinan lebih berminat membeli pakaian syar’i dikarenakan

faktor religiusitas berapapun harga dan saran dari ketua kelompok yasinan mengenai pakaian

syar’i, mereka akan tetap memilih pakaian syar’i untuk identitas seorang muslimah.

Observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti maka ditarik kesimpulan bahwa

16
Wawancara dengan Ibu Mariyam (Anggota Yasinan Badariyah), tanggal 13 Juni 2023, di Tembilahan.
17
wawancara dengan Ibu-ibu Anggota Yasinan 15-17 Juni 2023, di Tembilahan.
makin tinggi tingkat iman seseorang maka makin tinggi pula tingkat religiusitas sehingga

penggunaan pakaian syar’i berpengaruh pada ibu-ibu kelompok yasinan di Tembilahan. Ada

3 faktor yang memengaruhi minat beli pakaian syar’i yaitu faktor religiusitas, harga dan

kelompok acuan. Sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat fenomena ini dalam suatu

penelitian. Dan hasilnya akan dituangkan dalam Tesis yang berjudul “PENGARUH

RELIGIUSITAS, HARGA DAN KELOMPOK ACUAN TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN PAKAIAN SYAR’I PADA IBU-IBU KELOMPOK YASINAN DI

TEMBILAHAN”.

B. DEFINISI ISTILAH

Berdasarkan fokus dan rumusan masalah penelitian, maka uraian definisi istilah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Teori Religiusitas

Secara bahasa ada tiga istilah yang masing-masing kata tersebut memiliki perbedaan

arti yakni religi, religiusitas, dan religious. Kata “religi” berasal dari bahasa Latin

“religio” yaitu dari akar kata religare yang artinya mengikat, disamakan dengan religious

(Inggris) dan religie (Belanda). Para ahli mengarahkan kata religi yang maksudnya agama

atau keagamaan.18 Menurut kamus KKBI religi adalah kepercayaan kepada Tuhan,

kepercayaan akan adanya kekuatan adikordati di atas kepercayaan (animism,

dinamisme).19 Sedangkan religius adalah sesuatu hal yang bersifat keagamaan, artinya

dalam melaksanakan apapun selalu berhubungan tentang agama misalnya melaksanakan

peringatan acara isra miraj.20

18
Muslimah, Nilai Religious Culture Di Lembaga Pendidikan, ed. oleh Muhammad Tang S (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2016), h. 16.
19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 993–94.
20
Ahmad Thontowi, “Hakekat Religiusitas,” dalam http://sumsel. Kemenag. go.
id/file/dokumen/hakekatreligiusitas. pdf. diakses pada 1 Agustus 2020
2. Teori Harga

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar untuk satu unit barang atau jasa.

Sebagai tambahan para ahli ekonomi sering kali mengartikan harga dalam pengertian yang

luas untuk menunjukkan apa saja uang maupun barang yang harus dibayarkan.21

Sering kali mendengar kata harga di dalam kehidupan sehari-hari. Terutama apabila

hal ini dikaitkan dengan dunia perdagangan, maka yang sering muncul adalah harga

barang-barang yang diperdagangkan. Apalagi dalam melakukan pembelian orang-orang

sering mempertimbangkan harga. Sepanjang sejarah, umumnya harga ditetapkan oleh

pembeli dan penjual yang saling bernegosiasi. Penjual akan meminta harga lebih tinggi

daripada yang mereka harap akan mereka terima, dan pembeli akan menawar kurang

daripada yang mereka harap akan mereka bayar. Melalui tawar-menawar, mereka

akhirnya akan sampai pada harga yang dapat diterima.22

Menurut Patrick Forsyth dalam bukunya Marketing a Guide to the Fundamentals,

harga adalah variabel pemasaran dan harus ditetapkan hati-hati. Lebih lanjut ia

menjelaskan sebagi berikut. Price is a marketing variable and must be set carefully, as

must pricing policy. This is not only to make sure that financial objectives are met, but

also to create an appropriate feeling of value for money among customers and potential

customers.23

Penjelasan Forsyth di atas dapat dipahami bahwa harga merupakan variabel

pemasaran yang harus ditetapkan dengan hati-hati. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk

memastikan tujuan keuangan terpenuhi, tetapi juga untuk menciptakan perasaan yang

tepat terhadap nilai uang antara pelanggan dan pelanggan potensial. Senada dengan

Patrick Forsyth yang menyebutkan harga adalah variabel pemasaran, Jack Nobbs dan Ian

21
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 290
22
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, ,terj.
Hendra Teguh, Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2005, h. 107.
23
Patrick Forsyth, Marketing a Guide to the Fundamentals, New York: Bloomberg Press, 2009, h. 8
Hopkins menyebutkan bahwa harga adalah satu-satunya elemen bauran pembahasan yang

menghasilkan pendapatan; elemen-elemen lainnya menimbulkan biaya.24

Menurut Basu Swastha harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau

mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta

pelayanannya. Jadi harga adalah nilai yang dinyatakan dalam rupiah.25 Pendapatnya ini

tidak jauh berbeda dengan pendapat Reed K. Holden dan Thomas T. Nagle yang

menyebutkan bahwa harga adalah senjata pilihan bagi perusahaan dalam bersaing

penjualan dan pangsa pasar.26

3. Teori Kelompok Acuan

Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata

mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai

dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respons afektif,

kognitif, dan perilaku. Kelompok acuan akan memberikan standar dan nilai yang akan

mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam perspektif pemasaran, kelompok acuan adalah

kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian

dan konsumsi.

Kelompok adalah orang-orang disekeliling individu, baik secara langsung maupun

tidak langsung mempengaruhi sikap dan perilaku individu. Bisa teman, saudara, tetangga,

artis pujaan, pemimpin agama, atau figur-figur politik seperti artis dan pimpinan

perusahaan yang terkemuka.27

Kelompok acuan bagi seseorang bisa terdiri dari satu orang atau lebih dari satu

24
Ibid
25
Basu Swastha, Azas-Azas Marketing Edisi 3, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1999, h 147.
26
Reed K. Holden and Thomas T. Nagle, Kamikaze Pricing, ed. John E. Richardson Amerika: Annual
Edition, 2004, h. 136
27
M. Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada,
2005), H. 50.
sampai puluhan. Kelompok acuan bisa merupakan sesuatu yang nyata (orang

sesungguhnya) atau yang bersifat tidak nyata dan bersifat simbolik (misalnya para

eksekutif yang sukses atau para selebriti yang sukses, tokoh politik, aktor, olahragawan,

dsb). Kelompok acuan bagi seseorang mungkin berasal dari kelas sosial yang sama atau

berbeda, dari budaya yang sama atau berbeda, bahkan dari subbudaya yang berbeda atau

sama.28

4. Keputusan Pembelian

Pengambilan keputusan merupakan suatu perilaku konsumen yang dapat

menjadi acuan diantara produk dalam pemilihan kelompok dan membeli produk

yang paling disukai.29

Pengambilan keputusan adalah metode pemecahan masalah yang

menyelesaikan aktivitas dimana manusia membeli produk untuk memenuhi

permintaan. Prilaku konsumen inilah yang menjadi dasar bagi konsumen untuk

mengambil keputusan pembelian. Ini adalah proses dan aktivitas ketika individu

(konsumen) mencari, memilih, membeli, dan mengevaluasi produk dan layanan

untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.30

5. Pakaian Syar’i

Pakaian syar’i diartikan sebagai suatu pakaian perempuan yang tidak kentat atau

longgar dengan ukuran yang lebih besar yang menutup seluruh tubuh atau aurat kecuali

muka dan telapak tangan sampai pergelangan.31 Maksud pakaian syar’i dalam penelitian

ini adalah pakaian yang digunakan oleh Ibu-ibu anggota yasinan yang menutup aurat

28
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen, H. 305.
29
Philip Khotler, Manajemen Pemasaran Prenhallindo, Edisi 9, (Jakarta: 2009), H. 2014.
30
Boyd L. Walker, Manajemen Pemesaran, Jilid I, Ahli Bahasa Oleh Imam Nurmawan (Jakarta: Erlangga
, 1997), H. 123.
31
Nina Surtiretna, Op. Cit, hlm. 59.
sesuai dengan syariat Islam yang ukurannya lebih lebar atau panjang.

C. PERMASALAHAN

1. Identifikasi Masalah

a) Kelompok yasinan memiliki ketidaksesuaian sebelum memutuskan pembelian

pakaian syar’i.

b) Keputusan dalam pembelian pakaian syar’i bermcam-macam asumsi dalam

memutuskan pembeliannya, sehingga harus menyatukan pendapat mana yang harus

dipilih.

c) Ibu-ibu kelompok yasinan memiliki ketidaksesuaian sebelum pembelian pakaian

syar’i karena memikirkan pakaian yang sesuai dengan syari’at.

d) Ketidaksesuaian sebelum memutuskan melakukan pembelian pakaian syar’i karena

harganya dianggap terlalu mahal dan tidak sesuai dengan keinginan sebelumnya.

e) Harga yang tidak sesuai dan tidak cukup ditanggung oleh uang kas, maka harus

menambahkan dengan uang pribadi.

f) Keputusan pembelian diputuskan oleh ketua langsung kerana sebagian Ibu-ibu tidak

tahu mau model seperti apa.

g) Menyerahkan langsung keputusan oleh ketua karena banyak refrensi dan saran-saran

yang diberikan.

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus maka perlu adanya pembatasan

masalah. Dimana penelitian ini hanya terbatas atau berfokus pada variabel penelitian pada

religiusitas, harga dan kelompok acuan dalam pengambilan keputusan pembelian pakaian

syar’i.
3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka, permasalahan yang

akan dibahas adalah :

a. Apakah religiusitas, harga dan kelompok acuan berpengaruh secara simultan dan

parsial terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i pada ibu-ibu kelompok yasinan

di Tembilahan ?

b. Antara Religiusitas, harga dan kelompok acuan, variabel manakah yang paling

dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i pada ibu-ibu

kelompok yasinan di Tembilahan ?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukan penelitian ini

adalah untuk:

a) Untuk mengetahui apakah variabel religiusitas, variabel harga dan variabel kelompok

acuan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap minat beli pakaian syar’i

pada ibu-ibu kelompok yasinan di Tembilahan.

b) Untuk mengetahui antara variabel Religiusitas, variabel harga dan variabel kelompok

acuan, variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap minat beli

pakaian syar’i pada ibu-ibu kelompok yasinan di Tembilahan.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, judul, rumusan masalah dan

tujuan penelitian, selain untuk memenuhi persyaratan gelar master, juga

diharapkan diperoleh beberapa manfaat penelitian, sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis
1. Religiusitas, harga dan kelompok acuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian pakaian syar’i pada Ibu-ibu kelompok

yasinan, dengan adanya penelitian lebih lanjut mengenai variabel mana yang

memiliki pengaruh besar terhadap minat mahasiswi dalam berpakaian syar’i kita

akan mengetahui antara religiusitas, harga dan kelompok acuan yang mana lebih

efektif dalam mempengaruhi minat beli. Sebagaimana kita ketahui bahwa teori

terkadang akan memberikan respon yang bertolak belakang jika diaplikasikan

dikehidupan. Oleh kerena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi

sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya dari sudut pandang yang berbeda.

2. Dapat dijadikan acuan awal dan bahan pertimbangan bagi pembaca untuk

mengkaji ilmu ekonomi lebih lanjut, terutama mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan dalam pembelian pakaian syar’i.

b. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis dan

mengetahui seberapa besar keputusan pembelian pakaian syar’i dalam berpakaian

syar’i sehingga kedepannya mereka dapat mempelajari faktor-faktor yang

mempengarahui keputusan pembelian pakaian syar’i

2. Hal penelitian ini sangat berarti bagi peneliti karena dapat menambah ilmu dan

wawasan pengetahuan bagi mahasiswa Universitas Islam Negri Sultan Syarif

Kasim Riau pilihan yang sangat tepat selain sebagai cermin Universitas agama

Islam juga sebagai cermin taat dalam kewajiban kepada Allah sehingga dengan

adanya penelitian ini bisa memberikan kontribusi yang nyata pada mahasiswi

UIN Suska dalam penggunaan pakaian syar’i.

3. Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi saya khususnya bagi

masyarakat Tembilahan yang mayoritas orang muslim dalam berpakain

syar’i karena itu juga merupakan bentuk ketaatan kita terhadap Allah

SWT.
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. KERANGKA TEORI

1. PENGARUH RELIGIUSITAS, HARGA DAN KELOMPOK ACUAN

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKAIAN SYAR’I

a. Religiusitas

Secara bahasa ada tiga istilah yang masing-masing kata tersebut memiliki

perbedaan arti yakni religi, religiusitas, dan religious. Kata “religi” berasal dari

bahasa Latin “religio” yaitu dari akar kata religare yang artinya mengikat,

disamakan dengan religious (Inggris) dan religie (Belanda). Para ahli mengarahkan

kata religi yang maksudnya agama atau keagamaan.32 Menurut kamus KKBI religi

adalah kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan akan adanya kekuatan adikordati di

atas kepercayaan (animism, dinamisme).33

Sedangkan religius adalah sesuatu hal yang bersifat keagamaan, artinya

dalam melaksanakan apapun selalu berhubungan tentang agama misalnya

melaksanakan peringatan acara isra miraj.34

Istilah religiusitas (religiosity) berasal dari bahasa Inggris “religion” yang

berarti agama, kemudian menjadi kata sifat “religios” yang berarti agamis atau

saleh. Religiusitas adalah sikap keagamaan yaitu suatu keadaan yang ada dalam diri

seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar

ketaatannya terhadap agama.35

Menururt Anshari agama atau religion dalam bahasa Inggris dan addyn dalam

bahasa Arab yang dikutip oleh Subandi adalah sebagai sistem keyakinan atas adanya

32
Muslimah, Nilai Religious Culture Di Lembaga Pendidikan, ed. oleh Muhammad Tang S (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2016), H. 16
33
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, H. 993–94.
34
Ahmad Thontowi, “Hakekat Religiusitas,” dalam http://sumsel. Kemenag. go.
id/file/dokumen/hakekatreligiusitas. pdf. diakses pada 25 Juli 2023
35
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Pres, 2008), H. 12.
yang mutlak di luar diri manusia dan suatu sistem peribadatan kepada sesuatu yang

dianggap mutlak, yaitu Tuhan yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan, serta

sistem norma (kaidah) yang mengatur hubungan sesama manusia dengan manusia,

dan dengan alam sekitarnya sesuai dan sejalan dengan keyakinan manusia itu

sendiri.36

Islam menyuruh umatnya untuk beragama (atau berislam) secara menyeluruh.

Setiap muslim baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak diperintahkan untuk

berislam, dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial, politik atau aktivitas apapun,

si muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada

Allah, dimana pun dan dalam keadaan apa pun, setiap muslim hendaknya berislam.37

Menurut Glock dan Stark mengemukakan ada lima dimensi yang dapat

dijadikan objek dalam penelitian tentang religiusitas yaitu:

1) Keyakinan. Dimensi ini berkenaan dengan pandangan teologis dan pengakuan

terhadap doktrin-doktrin mengenai keyakinan kepada Tuhan. Misalnya

kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Sebagaimana

RasulullahShallallahu „alaihiwasallam bersabda yang artinya:

Artinya: “Dari Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu „anhuma-, katanya, Aku


mendengar Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam bersabda, Islam
dibangun di atas lima: persaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak
disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa
Ramadhan”. (HR. Bukhari)

2) Praktik agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, pelaksanaan ritus

formal keagamaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk

menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya, dalam Islam dimensi

praktik agama ini seperti salat, puasa, haji, doa, wiridan, pembacaan ayat suci

Alquran, perkawinan, dan khitan. Sebagaimana diatur oleh sabda Nabi :

Artinya: “Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak

36
Subandi, Psikologi Agama & Kesehatan Mental (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), H. 26.
37
Djamaluddin Ancok dan Fuad NashoriSuroso, Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), H.
79.
perkaranya adalah jihad” (HR. Tirmidzi).38

3) Pengalaman agama. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan,

perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang

atau sekelompok orang ketika berkomunikasi dengan zat yang supranatural.

Menurut Jalaludin Rakhmat membagi pengalaman keagamaan dalam dunia sufi

pada empat tinadirgkatan: konfirmatif (merasakan kehadiran Tuhan atau apa saja

yang diamatinya), responsif (merasa bahwa Tuhan menjawab kehendaknya atau

keluhannya), eskatif (merasakan hubungan yang akrab dan penuh cinta dengan

Tuhan), partisipatif (merasa menjadi kawan setia kekasih atau wali Tuhan dan

menyertai Tuhan dalam melakukan karya ilahiah).

4) Pengetahuan agama. Dimensi ini berkenaan dengan tingkat pengetahuan penganut

agama terhadap doktrin teoritis, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi atau kultur

keberagamaan.

5) Pengalaman. Dimensi ini berkenaan dengan identifikasi akibatakibat keyakinan

keagamaan, praktek, pengalaman dan pengetahuan keagamaan seseorang dalam

kehidupan sehari-hari. Merujuk pada seberapa tinggi tingkatan seorang muslim

berprilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya.Akhlak sebenarnya adalah buah

dari keyakinan dan ibadah seseorang.Akhlak merupakan fungsionalisasi agama,

artinya keberagamaan menjadi tidak berarti bila tidak dibuktikan dengan

berakhlak.Misalnyasuka menolong, bekerjasama, menegakkan keadilan dan

kebenaran, berkata jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup dan sebagainya.39

Sebagaimana dijelaskan Allah dalam Q.S Saba’ / 34: 37

Artinya: “Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anakanak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang
memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah
mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi
(dalam syurga).”

38
Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan At- Tirmidzi, (Beirut: Darul Fiqri, 1988), H. 299.
39
Imam Suprayoga dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), H. 21-22.
b. Harga

Sering kali mendengar kata harga di dalam kehidupan sehari-hari. Terutama

apabila hal ini dikaitkan dengan dunia perdagangan, maka yang sering muncul adalah

harga barang-barang yang diperdagangkan. Apalagi dalam melakukan pembelian

orang-orang sering mempertimbangkan harga. Sepanjang sejarah, umumnya harga

ditetapkan oleh pembeli dan penjual yang saling bernegosiasi. Penjual akan meminta

harga lebih tinggi daripada yang mereka harap akan mereka terima, dan pembeli akan

menawar kurang daripada yang mereka harap akan mereka bayar. Melalui tawar-

menawar, mereka akhirnya akan sampai pada harga yang dapat diterima.40

Menurut Patrick Forsyth dalam bukunya Marketing a Guide to the

Fundamentals, harga adalah variabel pemasaran dan harus ditetapkan hati-hati. Lebih

lanjut ia menjelaskan sebagi berikut. Price is a marketing variable and must be set

carefully, as must pricing policy. This is not only to make sure that financial objectives

are met, but also to create an appropriate feeling of value for money among customers

and potential customers.41

Penjelasan Forsyth di atas dapat dipahami bahwa harga merupakan variabel

pemasaran yang harus ditetapkan dengan hati-hati. Hal ini dilakukan tidak hanya

untuk memastikan tujuan keuangan terpenuhi, tetapi juga untuk menciptakan

perasaan yang tepat terhadap nilai uang antara pelanggan dan pelanggan potensial.

Senada dengan Patrick Forsyth yang menyebutkan harga adalah variabel

pemasaran, Jack Nobbs dan Ian Hopkins menyebutkan bahwa harga adalah satu-

satunya elemen bauran pembahasan yang menghasilkan pendapatan; elemen-elemen

lainnya menimbulkan biaya.42

Menurut Basu Swastha harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang

kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang

40
9Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, ,terj.
Hendra Teguh, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2005), H. 107.
41
Patrick Forsyth, Marketing a Guide to the Fundamentals, New York: Bloomberg Press, 2009, H. 8
42
Ibid,
beserta pelayanannya. Jadi harga adalah nilai yang dinyatakan dalam rupiah.

Pendapatnya ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Reed K. Holden dan Thomas T.

Nagle yang menyebutkan bahwa harga adalah senjata pilihan bagi perusahaan dalam

bersaing penjualan dan pangsa pasar.43

Berdasarkan paparan di atas mengenai harga, maka dapat ditarik benang

merah bahwa harga adalah nilai yang dapat menghasilkan pendapatan berupa

sejumlah uang yang harus dibayarkan pada produk atau jasa tertentu apabila harga

lebih tinggi dari nilai tersebut maka pertukaran tidak akan terjadi.

Ada beberapa faktor yang mencirikan indikator dari harga yaitu sebagai

berikut:

1) Keterjangkauan Harga

Keterjangkauan harga adalah harga sesungguhnya dari suatu produk yang tertulis

di produk yang akan dibeli konsumen dan harus dibayarkan. Maksudnya adalah

konsumen cenderung melihat harga akhir dan memutuskan apakah akan menerima

nilai yang baik seperti yang diharapkan. Harapan pelanggan dalam melihat harga

yaitu:

a) Harga yang ditawarkan mampu dijaga oleh pelanggan secara finansial.

b) Penentuan harga harus sesuai dengan kualitas produk sehingga pelanggan dapat

mempertimbangkan dalam melakukan pembelian.44

2) Diskon

Umumnya masyarakat menyukai diskon, karena dengan adanya diskon ini akan

lebih murah dalam berbelanja. Diskon adalah pengurangan dari harga yang

diberikan oleh penjual kepada pembeli yang menyerahkan sejumlah fungsi

pemasaran atau menyediakan sendiri fungsi tersebut.45

43
Reed K. Holden and Thomas T. Nagle, Kamikaze Pricing, ed. John E. Richardson Amerika: Annual
Edition, 2004, H. 136
44
Sasi Agustin, “Pengaruh harga, kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
konsumen kebab kingabi,” Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen (JIRM) 5, no. 1 (2016).
45
Canon, Perreault, dan McCarthy, Pemasaran Dasar Pendekatan Manajerial Global, terj. Diana
Angelica, Jakarta: Salemba Empat, 2009, H. 192.
3) Kesesuaian harga dengan kualitas produk

Harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen misalnya

pada pembelian laptop yang lebih mahal biasanya dianggap lebih baik. Orang

biasanya melihat harga yang lebih tinggi di antara dua barang karena mereka melihat

adanya perbedaan. Apabila harga lebih tinggi, orang cenderung beranggapan bahwa

kualitasnya juga lebih baik.46

Konsumen menggunakan harga sebagai kriteria utama dalam menentukan

nilainya. Barang dengan harga tinggi biasanya dinggap superior dan barang yang

mempunyai harga rendah dianggap inferior (rendah tingkatannya). Tetapi barang-

barang yang sifatnya homogen seperti bensin tidaklah demikian. Ada kenyataan

bahwa harga yang sesuai dengan keinginan konsumen belum tentu sama untuk

jangka waktu lama. Kadang-kadang konsumen lebih menonjolkan kesan daripada

harga itu sendiri. Barang sejenis yang berharga murah justru dapat tidak dibeli oleh

konsumen.47

Harga termasuk bagian dari jual beli, jual beli itu sendiri adalah proses

pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain dengan menggunakan

uang sebagai alat tukarnya. Apabila harga tidak disesuaikan kualitas produk dengan

tujuan mencari keuntungan bagi pihak produsen atas harta konsumen, maka hal

tersebut akan bertentangan dengan ajaran Islam sebagaimana dijelaskan Allah

dalam Q.S An-Nisa/ 4: 29

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”.

4) Daya saing harga

Konsumen sering membandingkan harga suatu produk dengan produk

46
Basu Swastha, Azas-Azas..., H. 149
47
Ibid,
lainnya. Dalam hal ini mahal atau murahnya suatu produk sangat dipertimbangkan

oleh konsumen pada saat akan membeli produk tersebut. Berkaitan dengan hal ini

Robert C. Higgins menyebutkan dalam bukunya sebagai berikut.

An obvious inverse relationship exists between price and volume. When sales

growth is too high relative to a company’s financing capabilities, it may be

necessary to raise prices to reduce growth. If higher prices increase the profit

margin, the price increase will also raise the sustainable growth rate.48

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa relasi terbalik yang jelas ada

antara harga dan volume. Ketika pertumbuhan penjualan terlalu tinggi dibandingkan

dengan kemampuan keuangan perusahaan, mungkin perlu menaikkan harga untuk

mengurangi pertembuhan. Jika kenaikan harga margin yang lebih tinggi, kenaikan

tersebut juga akan meningkatkan tingkat pertumbuhan berkelanjutan. apabila

perusahaan memiliki keuntungan dalam penjualan contohnya saja penjualan

pakaian syar`iyang mengalami peningkatan penjual sehingga keuntungan dari

perusahaan pun bertambah hal ini mengakibatkan pertumbuhan penjualan

berkelanjutan dan pesaing penjualan pakaian syar`imeningkat karena adanya harga

dan volume penjualan.

Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan pesaing

yang ada. Barang-barang dari hasil pertanian misalnya, dijual dalam keadaan

persaingan murni (pure competition). Persaingan seperti ini penjual yang berjumlah

banyak aktif menghadapi pembeli yang banyak pula. Banyaknya penjual dan

pembeli ini akan mempersulit penjual perorangan untuk menjual dengan harga lebih

tinggi kepada pembeli yang lain. Selain persaingan murni, dapat pula terjadi

keadaan persaingan lainnya, seperti persaingan tidak sempurna, oligopoli, dan

monopoli.49

5) Kesesuaian harga dengan manfaat

48
Robert C. Higgins, Analysis for Financial Management, New York: McGraw-Hill Irwin, 2004, H. 127.
49
Basu Swastha, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2000, H. 214.
Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan

lebih besar atau sama dengan yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya. Jika

konsumen merasakan manfaat produk lebih kecil dari uang yang dikeluarkan, maka

konsumen akan beranggapan bahwa produk tersebut mahal dan konsumen akan

berpikir dua kali untuk melakukan pembelian ulang.

Apabila harga sebuah barang yang dibeli oleh konsumen dapat memberikan

hasil yang memuaskan, maka dapat dikatakan bahwa penjualan total perusahaan

akan berada pada tingkat yang memuaskan, diukur dalam nilai rupiah sehingga

dapat menciptakan langganan.50

c. Kelompok Acuan

Kelompok acuan adalah setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai

dasar pembanding bagi seseorang dalam membentuk nilai dan sikap atau pedoman

khusus bagi perilaku seseorang.51 Seseorang berminat menjadi kelompok acuan

karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : keakraban, ekspos dan

kepaduan kelompok.52

Kelompok acuan memiliki pengaruh terhadap keputusan investor, terdapat

beberapa indikator kelompok acuan yang terkait dengan konsumen, antara lain:53

1) Kelompok persahabatan, yaitu kelompok yang memiliki ikatan atau hubungan

pertemanan.

2) Kelompok investor, yaitu kelompok yang melakukan investasi secara bersama-

sama.

3) Kelompok kerja, yaitu kelompok yang bekerja bersama-sama dalam satu tempat

kerja.

4) Kelompok maya, yaitu kelompok yang menggunakan teknologi dalam

50
Basu Swastha, Azaz-Azaz Marketing…,H. 148
51
Dwiastuti, Shinta, dan Isaskar, Ilmu Perilaku Konsumen, H. 67.
52
Nellyaningsih dan Hidayat Rahmat, “Analisis Pengaruh Kelompok Referensi Terhadap Keputusan
Pembelian Jasa Asuransi,” H. 148.
53
Dwiastuti, Shinta, dan Isaskar, Ilmu Perilaku Konsumen, H. 78–81
berkomunikasi melalui internet dengan membentuk kelompokkelompok tertentu.

Kelompok maya sangat erat pula dengan kelompok pengagum atau pengikut

tokoh atau selebritis.

5) Kelompok pegiat konsumen, kelompok yang berusaha melindungi atau

membantu mengatasi kekecewaan konsumen, seperti Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia.

d. Keputusan Konsumen

1) Pengertian Keputusan Konsumen

Menurut Kotler dan Amstrong keputusan pembelian adalah tahap dalam

proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen benar-benar

membeli.54 Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang

secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang

ditawarkan.

Menurut Sumarwan dalam bukunya “Perilaku Konsumen Teori dan

Penerapan dalam Pemasaran”, ada beberapa kunci yang bisa kita dapatkan dari

kata konsumen, yaitu:55

a) Pelanggan, pemakai, pengguna, pembeli, dan pengambil keputusan.

b) Barang, jasa, merek, harga, kemasan, kualitas, kredit, layanan purna penjual.

c) Menawar, mencari informasi, membandingan merek.

d) Persepsi, preferensi, sikap, loyalitas, kepuasan, motivasi, dan gaya hidup

Dalam keputusan membeli suatu produk, menurut Swastha memiliki 7

komponen, antara lain: keputusan tentang jenis produk, bentuk produk, tentang

merek, tentang penjualnya, tentang jumlah produk, waktu pembelian dan cara

pembayaran.56

2) Indikator Keputusan Pembelian

54
Philip Kotler & Gery Amstrong, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: PT Indeks Gramedia, 2003), H. 220
55
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2011), H. 45
56
Basu Swastha, Azaz-Azaz Marketing,(Yogyakarta: Liberti, 1998) H. 112.
a) Pencarian Informasi57

Pencarian informasi terdiri dari dua jenis, yaitu perhatian yang meningkat

yang ditandai dengan pencarian informasi sedang-sedang saja dan pencarian

informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala

sumber.

b) Keputusan Pembelian

Konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor yang

muncul adalah niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor

pertama adalah sikap orang lain, dan faktor kedua adalah faktor situasi yang

tidak diharapkan, konsumen membentuk niat membeli berdasarkan pada

faktor-faktor seperti pendapatan yang diharapkan, harga yang diharapkan,

dan manfaat yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa yang tidak diharkan akan

mengurangi niat pembeli.

c) Perilaku Pasca Pembelian

Perilaku pasca pembelian merupakan tahap proses keputusan pembelian yaitu

ketika konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli

berdasarkan rasa puas atau tidak puas. menjadi pusat perhatian para pemasar.

Bial memenuhi harapan, konsumen merasa puas dan bila melebihi harapan

akan merasa sangat puas.

d) Evaluasi Alternatif.

Konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat kepada

atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda pada produk

yang sesuai dengan kepentingannya, konsumen akan mengembangkan

himpunan kepercayaan merek. Konsumen juga dianggap memiliki fungsi

utilitas, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan produk

bervariasi menurut tingkat alternatif tiap ciri.

57
Basu Swastha, Azas-Azas Marketing Edisi 3, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1999, H 147.
e) Pengenalan Masalah.

Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk mengetahui

kebutuhan atau masalah apa yang muncul, apa yang menarik , bagaimana hal

menarik itu membawa konsumen pada produk tertentu. Dengan

mengumpulkan informasi, pemasar dapat mengenali faktor-faktor yang

paling sering memicu minat akan produk dan mengembangkan program

pemasaran yang mencakup faktor-faktor tersebut.58

B. TINJAUAN PENELITIAN YANG RELAVAN

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat religiusitas, harga, dan

kelompok acuan terhadap keputusan pembelian dan juga mencari pengaruh dari variabel

religiusitas, harga, dan kelompok acuan terhadap keputusan pembelian. Untuk mengetahui

apakah elemen-elemen ini berpengaruh maka kerangka pikir yang peneliti susun untuk

penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran

Religiusitas (X1)

Harga (X2) Keputusan


Pembelian (Y)

Kelompok acuan
(X1)

58
Bilson Simamora, Panduan Riset Perlaku Konsumen, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), H.
15-17.
Penelitian ini terdapat 1 variabel dependen (terikat) dan 3 variabel independen

(bebas). Religiustias (X1), harga(X2) dan kelompok acuan (X3) adalah variabel independen

(bebas) yang dapat mempengaruhi variabel dependen (terikat). Keputusan pembelian (Y)

adalah variabel dependen yang akan dipengaruhi oleh variabel independen.59 Dari gambar

diatas pada kerangka pemikiran dapat diketahui bahwa variabel religiustias (X1), harga (X2)

dan kelompok acuan (X3) dapat berpengaruh secara silmultan atau bersama-sama

terhadap variabel keputusan pembelian (Y).

Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dalam penelitian yang perlu diuji

kebenarannya yang menjadikan nya sebagai objek penelitian. Hipotesis dalam penelitian

ini adalah:

Ha1: Terdapat pengaruh secara simultan ketertarikan religiusitas, harga, kelompok acuan

terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i pada ibu-ibu kelompok yasinan di

Tembilahan.

H01: Tidak terdapat pengaruh secara simultan ketertarikan religiusitas, harga, kelompok

acuan terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i pada ibu-ibu kelompok yasinan

di Tembilahan.

Ha2 : Terdapat pengaruh religiustas terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i pada

ibu-ibu kelompok yasinan di Tembilahan.

H02: Tidak terdapat pengaruh religiustas terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i

pada ibu-ibu kelompok yasinan di Tembilahan.

Ha3: Terdapat pengaruh harga terhadap terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i

pada ibu-ibu kelompok yasinan di Tembilahan.

H03: Tidak terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i pada

ibu-ibu kelompok yasinan di Tembilahan.

59
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D (Bandung:
CV Alfabeth, 2016), Cet. K-16, hlm.69.
Ha4: Terdapat pengaruh kelompok acuan terhadap keputusan pembelian pakaian syar’i

pada ibu-ibu kelompok yasinan di Tembilahan.

H04: Tidak terdapat pengaruh kelompok acuan terhadap keputusan pembelian pakaian

syar’i pada ibu-ibu kelompok yasinan di Tembilahan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian lapangan (field research) merupakan suatu penelitian yang

berfungsi untuk memperoleh data langsung di lapangan. Jenis penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan penelitian yang di lakukan untuk

mengadakan pengamatan dan pengumpulan data sebanyak-banyaknya dari subyek

pemberi informasi secara riil atau lengkap Penelitian ini menggunakan konsep

deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun secara

langsung kedaerah obyek penelitian, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan

judul. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah penelitian lapangan (field

research). Penelitian lapangan (field research) merupakan suatu penelitian yang

berfungsi untuk memperoleh data langsung di lapangan.60

Dimana penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ingin memahami

fenomena berdasarkan pandangan partisipan atau pandangan internal (perspectives

emic), dan bukan pandangan peneliti sendiri atau pandangan eksternal (Perspective

etic). Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk pada objek yang

alamiah.61 Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana analisis hasil

produksi budidaya udang vannamei terhadap peningkatan ekonomi masyarakat dalam

persepektif Islam.

Sedang kendala penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

kualitatif, dimana penelitian kualitatif adalah proses eksplorasi dan memahami makna

60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm. 11
61
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 348.
prilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah

kemanusiaan. Proses kemanusiaan mencakup membuat pertanyaan penelitian dan

prosedur yang masih bersifat sementara, mengumpulkan data pada setting partisipan,

analisis data secara induktif, membangun data yang parsial kedalam tema, dan

selanjutnya memberikan interpretasi terhadap makna suatu data, Dan kegiatan akhir

adalah membuat laporan kedalam struktur yang fleksibel.62

Dalam penelitian kualitatif, studi kasus dapat dipandang sebagai metode

sekaligus suatu rancangan untuk mengumpulkan informasi yang memadai tentang

fakta-fakta atau keterangan-keterangan dari seseorang, latar sosial, peristiwa, atau

kelompok yang sengaja diteliti untuk dipahami. Salah satu hal penting untuk

dipertimbangkan dalam memilih kasus ialah peneliti yakin bahwa dari kasus tersebut

akan dapat diperoleh pengetahuan lebih lanjut dan mendalam secara ilmiah.63

B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir karena

masyarakat kecamatan Tembilahan dominan beragama Islam dan lokasinya mudah dijangkau

sehingga dapat memudahkan peneliti untuk melaksanakan penelitian.

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah semua hasil perhitungan dan pengukuran, baik kuantitatif

maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang

lengkap dan jelas. Dengan kata lain, populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian.64 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek dan objek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

62
Sugiyono, MetodePenelitianManajemen,(Bandung:Alfabeta, 2016), H. 347-348.
63
Mudija Rahardjo, Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan Prosedurnya, (Universitas Islam
Negeri Malik Ibrahim Malang , 2017), H. 13.
64
Boedi Abdullah, Beni Ahmad Soebandi, metode Peneltian Ekonomi Islam muamalah, (Bandung: CV
PustakaSetia, 2014), hlm. 34
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.65

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu kelompok yasinan yang bertempat

tinggal di Tembilahan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Untuk itu sampel yang di ambil dari populasi harus betul-betul (mewakili).66

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Quota sampling

yaitu teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri

tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.67

Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 40 responden dikelompokkan

dengan karakteristik umur yaitu 20 responden yang berumur diatas 30 (tiga puluh) tahun

dan 20 lagi berumur dibawah 30 (tiga puluh) tahun.68 Responden di khususkan untuk ibu-

ibu kelompok yasinan di Tembilahan.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian. Karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan.69

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis

mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala yang kemudian dilakukan

pencatatan.70 Observasi sebagai alat pengumpulan data yang dapat dilakukan

65
Syofian Siregar, Statistik Parameter untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), H. 117.
66
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2016). H. 149.
67
Dr. Juliansyah Noor, METODOLOGI PENELITIAN: SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, DAN KARYA ILMIAH Edisi
Pertama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), H. 155
68
Amirullah, SE., M.M, POPULASI DAN SAMPEL (Pemahaman, Jenis dan Teknik), (Malang: Bayumedia
Publishing Malang, 2015), H. 72.
69
Ibid.,H.375
70
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), H. 63
secara spontan dan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan

sebelumnya.

2. Kuesioner/Angket

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data berupa angket atau

kuesioner dengan beberapa pernyataan.71 Kuesioner merupakan teknik teknik yang

disusun dalam bentuk pertanyaan yang merupakan operasionalisasi dari indicator

penelitian yang masing-masing dijabarkan dan disebarkan pada responden yang menjadi

sampel penelitian ini yaitu ibi-ibu kelompok yasinan di Tembilahan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.72 Dokumentasi merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya

catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya foto, gambar, hidup, sketsadan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya hidup, berupa gambar, patung, film dan lain-lain.73

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui dokumentasi merupakan

pelengkap dari penggunaan teknik observsi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Dokumentasi adalah cara mendapatkan data dengan mempelajari dan mencatat buku-

buku, arsip atau dokumen dan hal-hal yang terkait dengan penelitian.74

71
A.Aziz Alimul Hidayat, METODE PENELITIAN KEBIDANAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA (Jakarta: Selemba
Medika, 2014), H. 91.
72
Lexy J Moleong, Loc.Cit, h. 82.
73
Op.cit. h. 396.
74
A. Kadir Ahmad, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif, (Makassar: Indobis Media Centre,
2003), h. 106.
E. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Jenis Instrumen

Menurut Sugiyono “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.75 Skala Likert adalah skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu objek

atau fenomena tertentu.76 sehingga penulis pada penelitian ini menggunakan metode

skala Likert pada pengukuran jawaban responden. Dalam pengukuran skala likert ada

lima opsi jawaban sebagai berikut:77

a. Sangat setuju (SS) = diberi skor 5

b. Setuju (S) = diberi skor 4

c. Kurang Setuju (KS) = diberi skor 3

d. Tidak setuju (TS) = diberi skor 2

e. Sangat tidak setuju (STS) = diberi skor 1

Instrumen kuesioner adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer

dalam penelitian ini dikembangkan dari variabel penelitian, baik variabel independen

maupun variabel dependen, sebagaimana dijelaskan dalam tabel ini :

TABEL 3.1
INDIKATOR KUESIONER
Variabel Definisi Oprasional Indikator Skala

Religiusitas Menurut kamus KKBI 1. Ideologis (Keyakinan) Likert


(X1) religi adalah 2. Ritualistik (Praktik
kepercayaan kepada Keagamaan)
Tuhan, kepercayaan 3. Experensial (Pengalaman
akan adanya kekuatan Agama)
adikordati di atas 4. Konsekuensi
kepercayaan (animism, (Pengalaman)
dinamisme) 5. Intelektual(Pengetahuan
Keagaman).78
Harga (X2) Menurut Patrick 1. Keterjangkauan Harga Likert
Forsyth dalam bukunya 2. Diskon
Marketing a Guide to 3. Kesesuaian harga dengan
the Fundamentals, kualitas produk

75
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Dan R&D, Op.Cit, h
76
Syofian Siregar, Op. Cit, H. 50.
77
Ibid,,
78
Imam Suprayoga dan Tobroni, Loc.Cit, H. 21-22.
harga adalah variabel 4. Daya saing harga
pemasaran dan harus 5. Kesesuaian harga dengan
ditetapkan hati-hati. manfaat.79
Kelompok Seseorang atau 1. Kelompok persahabatan Likert
Acuan (X3) kelompok yang 2. Kelompok investor
menjadi pembanding 3. Kelompok kerja
atau acuan dalam 4. Kelompok maya.
melakukan suatu 5. Kelompok pegiat
80
tindakan. konsumen.
Keputusan Menurut Kotler dan 1. Pencarian Informasi Likert
Pembelian Amstrong keputusan 2. Keputusan Pembelian
(Y) pembelian adalah tahap 3. Perilaku Pasca Pembelian
dalam proses 4. Evaluasi Alternatif.82
pengambilan keputusan
pembelian dimana
konsumen benar-benar
membeli.81

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

keandalan atau keahlian suatu alat ukur, sehingga uji validasi merupakan ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument (kuesioener).83 Dalam pengujian

validitas pada penelitian ini menggunakan metodee correlations digunakan alat bantu

aplikasi program SPSS yang diukur dengan nlai signifikan antara skor dan total skor.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat ukur yang digunakan untu mengukur

kuesioner, baik berupa variabel maupun indikator struktural. Jika alat ukur

yang digunakan stabil dan dapat diandalkan disebut reliabilitasnya artinya data

yang dianggap reliabel merupakan alat ukur bekas yang dapat memproleh hasil

yang sama meskipun peneliti yang berbeda menggunakannya secara berulang-

79
Basu Swastha, Loc.Cit. H. 148
80
Dwiastuti, Shinta, dan Isaskar, Ilmu Perilaku Konsumen, H. 78–81.
81
Philip Kotler & Gery Amstrong, Loc.Cit. H. 220.
82
Bilson Simamora, Loc.Cit. 2001, H. 15-17.
83
Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), H. 109.
ulang.84 Dalam perhitungan alpha digunakan alat bantu aplikasi program SPSS

dengan menggunakan Conbach’s Alpha.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji normalitas terhadap serangkaian data adalah untuk

mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Bila data

berdistribusi normal, maka dapat digunakan uji statistik berjenis parametik.

Sedangkan bila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik

nonparametik.85 Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi

normal yakni distribusi data tersebut tidak melenceng kekiri dan ke kanan. Normalitas

data dapat dilihat dengan menggunakan uji normalitas kolmogorov-smirnov.

Pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah jika Sig>0,05 maka data

distribusi normal.

b) Uji Multikolinierita

Berguna untuk mengetahui apakah model regresi yang diajukan telah

ditemukan korelasi kuat antar variabel independen. Jika korelasi kuat, terdapat

masalah multikoliniearitas yang harus diatasi.86 Untuk mengetahui adanya

multikoliniearitas antara variabel dapat dilihat dari variance inflation factor (VIF).

Dengan ketentuan:87

1) Apabila VIF > 10 dan Tolerent < 0,1 maka tergejaga Multikoliniealitas

2) Apabila VIF < 10 dan Tolerent > 0,1 maka tidak tergejala Multikoliniealitas

84
Sofyan Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), H.
87.
85
Ibid, H. 153
86
Husein Umar, Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), H. 80
87
Ryan Anwari, Ekonometrika I Uji Asumsi Klasik: Multikoleniaritas, manuskrip (Banjarmasin:
Disimpan oleh Yusuf Anshari, tth)
c) Uji Heterokedasitas

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. uji ini menunjukkan bahwa

variasi tidak sama untuk semua pengamatan. Jika variasi dari resedual satu

pengamatan dengan pengamatan yang lain tetap maka disebut Homokedastisitas.88

Pada penelitian ini menggunakan uji Glejser yang dilakukan dengan cara

meregresikan antara variable independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai

signifikansi antara variable independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka

tidak terjadi masalah heteroskedasitas.89

2. Analisis Regresi Liner Berganda

Regresi ini memiliki satu variabel dependen (Y) dan dua atau lebih variabel

independen (X).90 Analisis ini digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik

turunnya) nilai dari variabel tergantung (kreterium), bila dua atau lebih variabel bebas

(independen) sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaikturunkan nilai). Berikut adalah

rumus regresi linier berganda untuk 3 prediktor.91

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian

a = Konstan

b1,b2,b3 = Koefisien Regresi

X1 = Regresai

X2 = Harga

X3 = Keputasan Pembelian

88
Husein Umar, op.cit, H. 82.
89
Ryan Anwari, Ekonometrika I Uji Asumsi Klasik Heterokedasitas, manuskrip (Banjarmasin: Disimpan
oleh Yusuf Anshari, tth).
90
V. Wiranta Sujarweni dan Poly Endrayanto, op. cit, H. 88.
91
Syofian Siregar, op.cit. H. 443
3. Uji Hipotesis

a) Analisis Koefisien Determinan (R2 )

Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentasi sumbangan pengaruh

variabel bebas secara bersama-sama terhadap tergantung koefisien determinasi

menunjukkan seberapa besar persentasi variasi variabel tergantung R=0, maka tidak

ada sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung

atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun

variasi variabel tergantung. Sebaliknya R2 = 1 maka persentasi sumbangan pengaruh

yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung adalah sempurna atau

variasi variabel bebas yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel

tergantung.

b) Uji Koefisien Regresi secara Simultan (uji f)

Uji f digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel tak bebas secara bersama-

sama (simultan) mempengaruhi variabel tak bebas.92 Hasil uji f dapat dilihat pada ouput

ANOVA dari hasil Analisis Liner Berganda. Dalam penelitian ini digunakan tingkat

signifikan 0,05 (α = 5%).

c) Uji Koefisien secara Parsial (uji t)

Digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel

tergantung. Uji ini mengetahui kebenaran pernyataan atau dugaan yang dihipotesiskan

oleh si peneliti.93 Hasil uji t dapat dilihat pada output coefficiens dari hasil analisis

regresi linier berganda. Dalam penelitan ini digunakan tingkat signifikan 0,05 (α = 5%).

92
Ibid., H. 439
93
Ibid., H. 194

Anda mungkin juga menyukai