AL-ISLAM
oleh:
Wijdan Cahyo Utomo
(2111011140)
SYIRIK
Syirik dalam ajaran Islam merupakan kemaksiatan atau dosa besar kepada
Allah SWT. Syirik termasuk dosa besar yang tidak terampuni kesalahannya di sisi
Allah SWT.
Innallaaha laa yagfiru ay yusyraka bihii wa yagfiru maa duna zaalika limay yasyaa',
wa may yusyrik billaahi fa qadiftaraa isman 'aziimaa.
Artinya: "Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah SWT maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar."
Selain itu, siapa pun yang melakukan perbuatan syirik diancam neraka serta
dihapuskan amalan salehnya di masa silam. Orang yang melakukan syirik disebut
musyrik.
Macam-Macam Syirik dalam Islam :
Syirik akbar ialah menjadikan selain daripada Allah SWT sebagai tujuan
dalam beribadah. Syirik akbar dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu zahirun jali
(tampak nyata), yakni perbuatan kepada Tuhan-Tuhan selain Allah SWT atau baik
Tuhan yang berbentuk berhala, binatang, bulan, matahari, batu, gunung, pohon besar,
sapi, ular, manusia serta sebagainya.
ISLAM
• Secara Bahasa
Secara bahasa, Islam memiliki beberapa arti. Dalam bahasa Arab, Islam merupakan
mashdar dari kata aslama-yuslimu-islaaman yang artinya taat, tunduk, patuh, berserah diri
kepada Allah.
• Secara Al-Quran
1. Kata Islam sebagai agama disebut dalam Alquran dalam surah Al Maidah ayat
3, yang artinya:
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama
bagimu."
2. Kemudian dalam surah Ali Imran ayat 9 yang artinya:
"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam."
3. Lalu disebutkan pula dalam surah Ali Imran ayat 85 yang artinya:
"Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima
darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi."
• Peran dan Fungsi Agama Islam
3. Mengandung ajaran-ajaran yang moderat, seimbang dan lurus, atau al-din al-
qayyim. Islam menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.
4. Sebagai pemersatu umat yang berbeda-beda, baik dari segi keagamaan, suku
dan adat istiadat.
Islam memerintahkan umatnya agar berpakaian yang baik dan sopan, kalau
perlu berhias di kondisi-kondisi tertentu, asalkan tidak berlebihan. Tidak ada
ketentuan khusus mengenai pakaian mana yang lebih utama dari pakaian lainnya,
yang penting menutup aurat dan sesuai dengan kepantasan di lingkungan setempat.
Dalil mengenai adab berpakaian ini tertera dalam surah Al-A'raf ayat 26:
• Menutup Aurat
Berpakaian dan berhias harus menutup aurat dan sesuai dengan
kepantasan atau adat di wilayah setempat, sebagaimana dikutip dari buku
Akidah Akhlak (2020) yang ditulis Muta'allimah. Bagi laki-laki, auratnya
adalah dari pusar ke lutut. Namun, lazimnya, mengenakan kolor yang
menutupi pusar dan lutut tidak sesuai dengan kepantasan di Indonesia. Karena
itulah, seseorang harus menyesuaikan dengan keadaan sekitar, serta berhias
dengan sopan agar bisa diterima di masyarakat.
Bagi perempuan, auratnya adalah menutupi seluruh tubuh, kecuali
telapak tangan dan wajah. Karena itu, jika ingin bepergian, selayaknya
perempuan mengenakan jilbab dan menutupi seluruh tubuhnya, sebagaimana
tergambar dalam surah An-Nur ayat 31:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang [biasa] tampak daripadanya," (QS.
An-Nur [24]: 31).
Ahli tafsir menyatakan bahwa "yang biasa tampak daripadanya"
adalah telapak tangan dan wajah. Ayat inilah yang kerap dijadikan landasan
mengenai kewajiban jilbab atau hijab bagi perempuan. Karena tujuannya
adalah menutup aurat, maka tidak dibenarkan berpakaian tipis atau ketat
seolah-seolah menutup seluruh badan, namun tampak transparan atau
menonjolkan lekuk-lekuk tubuh. Tujuan menutup auratnya tidak tercapai dan
malah termasuk dalam kondisi berlebihan dalam berpakaian.
• Tidak Berlebihan
Berlebihan dalam hal apa pun dilarang dalam Islam, termasuk
berlebihan dalam berhias dan berpakaian. Secara spesifik terdapat larangan
menunjukkan hal ini, sebagaimana tergambar dalam sabda Nabi Muhammad
SAW:
“Makan, minum, berpakaian dan bersedekahlah kalian, namun jangan
berlebih-lebihan dan sombong,” (H.R. Nasai).
Tidak ada ukuran pasti dalam berlebihan itu, namun orang yang
berlebihan lazimnya bertujuan untuk memamerkan busana bagus yang
dimilikinya, entah bertujuan untuk dipuji, dikagumi, atau menarik perhatian
orang lain. Rasulullah SAW memerintahkan umatnya bersikap tawaduk dalam
berbusana, tidak berlebihan, serta melarang sikap bermegah dan bermewah-
mewahan. Hal ini tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Iyas bin
Tsa'labah bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tawaduk dalam berpakaian (al-badzadzah) adalah sebagian dari
iman," (H.R. Abu Daud).
• Tidak Menyerupai Lawan Jenis Kelaminnya
Islam menjaga batasan dan pergaulan antara laki-laki dan perempuan,
termasuk juga mengatur cara berpakaian keduanya. Pakaian laki-laki dilarang
menyerupai pakaian perempuan, demikian juga sebaliknya. Pakaian yang
menyerupai busana lawan jenisnya cenderung menimbulkan fitnah dan Islam
berupaya menghindari fitnah tersebut. Larangan ini tergambar hadis yang
diriwayatkan Bukhari:
"Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan
perempuan yang menyerupai laki-laki," (H.R. Bukhari).
KONSEP TAUHID
• Rukun Iman
Iman kepada Allah SWT dilakukan dengan mempercayai dan meyakini bahwa
Allah itu benar-benar ada, kendati seseorang tidak pernah melihat wujud-Nya atau
mendengar suara-Nya. Untuk beriman kepada-Nya, seorang muslim harus
mengetahui sifat-sifat-Nya, baik itu sifat-sifat wajib, jaiz, atau mumkin, atau dapat
juga dilakukan dengan mengenal 99 Asmaul Husna yang tertuang dalam Alquran atau
hadis.
Iman kepada hari kiamat dilakukan dengan mempercayai bahwa suatu hari
kehidupan di semesta akan musnah. Selepas itu, manusia akan dibangkitkan dari
kubur, dikumpulkan di padang mahsyar, dan diputuskan ke surga atau neraka.
Iman kepada qada dan qadar dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah
SWT telah menetapkan takdir manusia, baik itu yang buruk maupun yang baik.
Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak
zaman azali.
Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia
menciptakan semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22:
“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian,
melainkan sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,”
(QS. Al-Hadid [57]: 22).
"Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh
ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim).
Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan
atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun)
atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk.
Jika qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan
yang sudah ditentukan sebelumnya itu. Karena qada dan qadar adalah perkara gaib,
keduanya tidak bisa menjadi alasan seorang muslim bersikap pasif dan pasrah dengan
takdirnya.
Dengan beriman kepada qada dan qadar, seorang muslim tetap harus
berikhtiar, berusaha, dan mengupayakan potensinya agar dapat terwujud.
PANDANGAN ISLAM TENTANG MANUSIA
Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT,
menurut kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran,
bahwa Allah menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang
diembanya.
Menurut Islam, manusia adalah makhluk yang paling sempurna, ia diciptakan
untuk menjadi kholifah di bumi, pada saat manusia dilahirkan ia membawa
kemampuan-kemampuan yang disebut fitrah, fitrah inilah yang disebut dengan
potensi Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pendidikan, dalam Islam sangat
dikenal adanya fitrah. Manusia dalam Al-Quran adalah makhluk yang dilahirkan
dalam keadaan suci pendidikanlah yang dapat mengubah dan menentukan manusia
menjadi manusia yang konkrit.
Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial
kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya. Agar
konsep manusia yang kita bangun bukan semata-mata merupakan konsep yang
spekulatif, maka kita mesti bertanya pada Dzat yang mencipta dan mengerti manusia,
yaitu Allah SWT, melalui Al-Qur'an. Lewat Al-Qur'an Allah memberikan rahasia-
rahasia tentang manusia.
ANALISIS KASUS KAJIAN ISLAM / AKHLAK
Istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk
umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.
• Iman
Membenarkan dengan hati, mengucapkannya dengan lisan dan
mengamalkannya dengan perbuatan.
• Ikhsan
Seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri untuk tidak
mengganggu orang lain.
• Kafir
Sebutan dalam Islam yang ditujukan kepada orang-orang yang berada di luar
agama Islam.
• Madzmumah
Akhlaq yang tercela, segala macam bentuk perbuatan,
ucapan, dan perasaan seseorang yang bisa merusak iman dan mendatangkan dosa.
• Mahmudah
Akhlaq yang terpuji yaitu segla macam bentuk perbuatan, ucapan, dan
perasaan seseorang yang bisa menambah iman dan mendatangkan pahala.
• Syirik
Pangkal segala kejahatan dan penyelewengan serta rusaknya pikiran atau
tingkah laku. Syirik pada hakekatnya adalah ucapan atau akidah tanpa ilmu.
• Musyrik
Pelaku perbuatan menyekutukan Allah dengan apa pun, merupakan kebalikan
dari ajaran ketauhidan, yang memiliki arti Mengesakan Allah.
• Dzolim
Meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat
zalim disebut zalimin dan lawan kata dari zalim adalah adil
• Maksiat
Maksiat bisa disebut sayyi’ah, bisa disebut khathi’ah, bisa disebut itsmun,
bisa juga disebut dzanbun. Semua sinonimnya, memiliki makna yang berdekatan.
Yang wajib dilakukan adalah mewaspadainya. Maksiat seperti ghibah, bisa disebut
dzanbun, bisa disebut maksiat, bisa juga disebut khathi’ah.
• Takabur
Sikap berbangga diri dengan beranggapan bahwa hanya dirinyalah yang
paling hebat dan benar dibanding orang lain.
• Khalifah
Istilah khilafah berarti struktur pemerintah yang pelaksanaannya diatur
berdasarkan syariat Islam Khilafah juga dapat disebut dengan Imamah 'Uzma atau
Imarah 'Uzma.