Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN DALAM PEMBELAJARAN

AL-ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


AL-ISLAM
Yang di bina oleh Saiful Wakid, MPd.I

oleh:
Wijdan Cahyo Utomo
(2111011140)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
DESEMBER, 2021
EMBRIOLOGI
Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan
(developmental of biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari
tentang perubahan progresif struktur dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk hidup.
Sedangkan embriologi adalah studi mengenai embrio dengan penekanan kepada
polapola perkembangan embrio. Untuk membedakan pemahaman anda tentang
embriologi dengan biologi perkembangan, di bagian berikut ini akan dituliskan
beberapa pemikiran dan pendapat ahli embriologi (Haviz, 2014).
Sadler (2012) mengilustrasikan embriologi dengan sebuah contoh adanya
perubahan sebuah sel menjadi seorang bayi saat masih dalam kandungan ibu, yaitu
suatu proses yang menggambarkan bahwa telah terjadinya suatu fenomena besar dan
sangat kompleks. Ilmu yang mengkaji tentang fenomena ini disebut dengan
embriologi. Pada proses ini, termasuk juga kajian tentang aspek-aspek molekuler,
seluler, dan struktural yang saling berkontribusi untuk membentuk suatu organisme.
Pada ayat 14, dijelaskan pembentukan segumpal darah (‘alaqoh).
Pembentukan ‘alaqoh terjadi setelah proses peleburan antara sel spermatozoa dengan
sel telur kemudian terbentuklah zigot (merupakan cikal bakal manusia). Konsep
embriologi di dalam Al-Qur’an ini telah dipelajari dalam embriologi modem yang
mengungkap bukti perjalanan zigot yang dalam perkembangan selanjutnya menjadi
ernbrio kemudian menuju ke dinding rahim. Zigot akan membelah membentuk
embrio dan mengalami beberapa kali pembelahan. Dalam proses pembelahan ini juga
diiringi dengan perjalanannya menuju ke rahim sebagai tempat yang kokoh untuk
melekatnya embrio. Di dalam rahim inilah embrio berkembang menjadi janin
(Kiptiyah, 2007).
A’laqoh dalam bahasa arab berarti lintah (leech), yakni suatu suspensi
(suspended thing) atau segumpal darah (a clot of blood). Lintah merupakan binatang
tingkat rendah, berbentuk seperti buah pir, dan hidup dengan menghisap darah.
Ternyata sifat dan bentuk lintah ini dapat diterapkan pada a’laqoh. Hal ini senada
dengan pengertian dalam kamus bahasa arab, yakni arti kata “’alaq” dalam bahasa
Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah
digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk
menghisap darah. Jadi a’laqoh adalah suatu stadium embrionik yang berbentuk
seperti buah pir ketika sistem cardiovaskular (sistem pembuluh jantung) sudah mulai
tampak dan hidupnya tergantung kepada darah ibunya. A’laqoh terbentuk sekitar 24-
25 hari sejak pembuahan. Jika jaringan praembrionik ini digugurkan, maka ia akan
tampak seperti segumpal darah (Suryanto, 2015).

SYIRIK

Syirik dalam ajaran Islam merupakan kemaksiatan atau dosa besar kepada
Allah SWT. Syirik termasuk dosa besar yang tidak terampuni kesalahannya di sisi
Allah SWT.

Allah SWT mengampuni semua dosa yang dilakukan hamba-Nya, kecuali


dosa besar seperti syirik. Dalam Al-Qur'an surat An Nisa ayat 48, Allah SWT
berfirman:

Innallaaha laa yagfiru ay yusyraka bihii wa yagfiru maa duna zaalika limay yasyaa',
wa may yusyrik billaahi fa qadiftaraa isman 'aziimaa.

Artinya: "Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah SWT maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar."

Selain itu, siapa pun yang melakukan perbuatan syirik diancam neraka serta
dihapuskan amalan salehnya di masa silam. Orang yang melakukan syirik disebut
musyrik.
Macam-Macam Syirik dalam Islam :

1. Syirik Akbar (Besar)

Syirik akbar ialah menjadikan selain daripada Allah SWT sebagai tujuan
dalam beribadah. Syirik akbar dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu zahirun jali
(tampak nyata), yakni perbuatan kepada Tuhan-Tuhan selain Allah SWT atau baik
Tuhan yang berbentuk berhala, binatang, bulan, matahari, batu, gunung, pohon besar,
sapi, ular, manusia serta sebagainya.

2. Syirik Asghar (Kecil)


Syirik asghar termasuk perbuatan dosa besar, tetapi masih terdapat
peluang diampuni Allah SWT jika pelakunya segera bertobat. Seorang pelaku
syirik asghar dikhawatirkan akan meninggal dunia dalam keadaan kufur jika
ia tidak segera bertobat.

ISLAM

• Secara Bahasa

Secara bahasa, Islam memiliki beberapa arti. Dalam bahasa Arab, Islam merupakan
mashdar dari kata aslama-yuslimu-islaaman yang artinya taat, tunduk, patuh, berserah diri
kepada Allah.

• Secara Al-Quran
1. Kata Islam sebagai agama disebut dalam Alquran dalam surah Al Maidah ayat
3, yang artinya:
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama
bagimu."
2. Kemudian dalam surah Ali Imran ayat 9 yang artinya:
"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam."
3. Lalu disebutkan pula dalam surah Ali Imran ayat 85 yang artinya:
"Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima
darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi."
• Peran dan Fungsi Agama Islam

1. Sebagai tuntunan bagi manusia agar memiliki al-akhlaq alkarimah (perangai


yang mulia dan terpuji).

2. Sebagai jalan untuk menggapai kemaslahatan, ketenangan dan kedamaian


serta keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.

3. Mengandung ajaran-ajaran yang moderat, seimbang dan lurus, atau al-din al-
qayyim. Islam menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.

4. Sebagai pemersatu umat yang berbeda-beda, baik dari segi keagamaan, suku
dan adat istiadat.

ADAB – ADAB BERPAKAIAN

Islam memerintahkan umatnya agar berpakaian yang baik dan sopan, kalau
perlu berhias di kondisi-kondisi tertentu, asalkan tidak berlebihan. Tidak ada
ketentuan khusus mengenai pakaian mana yang lebih utama dari pakaian lainnya,
yang penting menutup aurat dan sesuai dengan kepantasan di lingkungan setempat.

Dalil mengenai adab berpakaian ini tertera dalam surah Al-A'raf ayat 26:

"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian


untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat," (QS. Al-A’raf [7]: 26).
Mengenai adab berpakaian dan berhias, terdapat beberapa ketentuan yang dianjurkan
bagi setiap muslim sebagai berikut:

• Menutup Aurat
Berpakaian dan berhias harus menutup aurat dan sesuai dengan
kepantasan atau adat di wilayah setempat, sebagaimana dikutip dari buku
Akidah Akhlak (2020) yang ditulis Muta'allimah. Bagi laki-laki, auratnya
adalah dari pusar ke lutut. Namun, lazimnya, mengenakan kolor yang
menutupi pusar dan lutut tidak sesuai dengan kepantasan di Indonesia. Karena
itulah, seseorang harus menyesuaikan dengan keadaan sekitar, serta berhias
dengan sopan agar bisa diterima di masyarakat.
Bagi perempuan, auratnya adalah menutupi seluruh tubuh, kecuali
telapak tangan dan wajah. Karena itu, jika ingin bepergian, selayaknya
perempuan mengenakan jilbab dan menutupi seluruh tubuhnya, sebagaimana
tergambar dalam surah An-Nur ayat 31:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang [biasa] tampak daripadanya," (QS.
An-Nur [24]: 31).
Ahli tafsir menyatakan bahwa "yang biasa tampak daripadanya"
adalah telapak tangan dan wajah. Ayat inilah yang kerap dijadikan landasan
mengenai kewajiban jilbab atau hijab bagi perempuan. Karena tujuannya
adalah menutup aurat, maka tidak dibenarkan berpakaian tipis atau ketat
seolah-seolah menutup seluruh badan, namun tampak transparan atau
menonjolkan lekuk-lekuk tubuh. Tujuan menutup auratnya tidak tercapai dan
malah termasuk dalam kondisi berlebihan dalam berpakaian.
• Tidak Berlebihan
Berlebihan dalam hal apa pun dilarang dalam Islam, termasuk
berlebihan dalam berhias dan berpakaian. Secara spesifik terdapat larangan
menunjukkan hal ini, sebagaimana tergambar dalam sabda Nabi Muhammad
SAW:
“Makan, minum, berpakaian dan bersedekahlah kalian, namun jangan
berlebih-lebihan dan sombong,” (H.R. Nasai).
Tidak ada ukuran pasti dalam berlebihan itu, namun orang yang
berlebihan lazimnya bertujuan untuk memamerkan busana bagus yang
dimilikinya, entah bertujuan untuk dipuji, dikagumi, atau menarik perhatian
orang lain. Rasulullah SAW memerintahkan umatnya bersikap tawaduk dalam
berbusana, tidak berlebihan, serta melarang sikap bermegah dan bermewah-
mewahan. Hal ini tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Iyas bin
Tsa'labah bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tawaduk dalam berpakaian (al-badzadzah) adalah sebagian dari
iman," (H.R. Abu Daud).
• Tidak Menyerupai Lawan Jenis Kelaminnya
Islam menjaga batasan dan pergaulan antara laki-laki dan perempuan,
termasuk juga mengatur cara berpakaian keduanya. Pakaian laki-laki dilarang
menyerupai pakaian perempuan, demikian juga sebaliknya. Pakaian yang
menyerupai busana lawan jenisnya cenderung menimbulkan fitnah dan Islam
berupaya menghindari fitnah tersebut. Larangan ini tergambar hadis yang
diriwayatkan Bukhari:
"Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan
perempuan yang menyerupai laki-laki," (H.R. Bukhari).

KONSEP TAUHID

• Tauhid Secara Epistimologis


Tauhid secara etimologis yaitu mengesakan tuhan, meyakini bahwa
Allah itu esa, dan mengetahui dengan sebenarnya bahwa sesuatu itu satu.
Tauhid yaitu percaya tentang wujud Tuhan Yang Esa, Yang tidak ada sekutu
bagi-Nya, baik Zat, sifat maupun perbuatan-Nya; Yang mengutus utusan-
utusan untuk memberi petunjuk kepada alam dan umat manusia kepada jalan
kebaikan; Yang meminta pertanggung jawaban seseorang diakhirat dan
memberikan balasan kepadanya atas apa yang telah diperbuatnya didunia ini,
baik atau buruk.
• Tauhid Secara Terminologi
Tauhid secara terminologi yaitu suatu ilmu yang menyelidiki dan
membahas soal-soal yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan bagi
sekalian utusan-utusannya. Mengupas dalil-dalil yang mungkin, yang cocok
dengan akal fikiran, sebagai alat untuk membuktikan adanya zat yang
mewujudkan lebih dari itu. Ilmu Tauhid mengupas dalil-dalil Sam‟iyyat,yaitu
dalil-dalil yang diambil dari Quran dan Hadis untuk mempercayai segala
sesuatu dengan yakin
Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang
yang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan
akhirat. Tauhid yang tidak benar, akan menjatuhkan seseorang ke dalam
kesyirikan. Kesyirikan merupakan dosa yang akan membawa kecelakaan di
dunia serta kekekalan di dalam azab neraka. Allah SWT berfirman dalam Al
Qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 48, “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu
bagi orang-orang yang Allah kehendaki”.
1. Tauhid uluhiyyah
Yaitu meyakini bahwa hanya Allah-lah Dzat Tuhan yang benar (haq) dan
wajib disembah dan melakukan penyembahan/pemujaan hanya kepada-Nya. Orang-
orang yang melakukan penyembahan selain kepada Allah atau menduakan Allah
berarti melakukan kesalahan/kesesatan karena melakukan hal yang bertentangan
dengan tauhid uluhiyyah.
2. Tauhid rububiyyah
Yaitu meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan makhluk dan mengatur
seluruh realitas kehidupan. Benar bahwa dalam kehidupan ini ada hukum alam, ada
hukum sebab-akibat, tapi semuanya tetap berada dalam pengaturan Allah. Orang-
orang yang meyakini bahwa realitas kehidupan ada dengan sendirinya dan segala
sistem kehidupan berjalan tanpa ada kendali dan pengaturan dari Allah berarti dia
melakukan kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid rububiyyah.
3. Tauhid mulkiyyah
Yaitu meyakini hanya Allah-lah penguasa yang wajib ditaati segala aturannya.
Orang-orang yang memuja dan mensakralkan pemimpin apalagi sampai mentaati
perintahnya yang bertentanga dengan aturan Allah berarti ia melakukan
kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid mulkiyyah.
4. Tauhid asma wa sifat
Meyakini bahwa Allah mempunyai nama dan sifat-sifat sebagaimana
dijelaskan oleh Allah sendiri dalam kitab suci al-Quran dan melalui penjelasan Nabi
Muhammad SAW (dalam al-Hadis), tanpa menambah dan menyerupakan sifat dan
nama Allah itu dengan nama dan sifat-sifat makhluk. Orang-orang yang tak
mempercayai, mengubah, atau pun menyerupakan sifat dan nama Allah dengan
makhluk berarti ia melakukan kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid
asma wa sifat.
KONSEP IMAN DAN AQIDAH ISLAM

• Rukun Iman

Rukun iman artinya membenarkan, dan Iman menurut syariat Islam


bermaksud mengakui dengan lisan, membenarkan dengan hati, dan mengamalkannya
dengan perbuatan. Jadi, rukun Iman adalah amalan yang bersifat batiniah atau
keyakinan yang ada di dalam hati.
1. Iman kepada Allah SWT

Iman kepada Allah SWT dilakukan dengan mempercayai dan meyakini bahwa
Allah itu benar-benar ada, kendati seseorang tidak pernah melihat wujud-Nya atau
mendengar suara-Nya. Untuk beriman kepada-Nya, seorang muslim harus
mengetahui sifat-sifat-Nya, baik itu sifat-sifat wajib, jaiz, atau mumkin, atau dapat
juga dilakukan dengan mengenal 99 Asmaul Husna yang tertuang dalam Alquran atau
hadis.

2. Iman kepada Malaikat Allah SWT

Iman kepada malaikat Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa


malaikat itu benar-benar ada. Seorang muslim mesti meyakini adanya malaikat
kendati tidak pernah melihat wujudnya, mendengar suaranya, atau menyentuh zatnya.
Perintah mengimani malaikat ini tertera dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 285:

"Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan


rasul-rasul-Nya," (QS. Al-Baqarah [2]: 285).

3. Iman kepada Kitab – Kitab Allah SWT

Iman kepada kitab-kitab Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa


Allah menurunkan kitab kepada utusan-Nya. Kitab ini merupakan pedoman, petunjuk
kebenaran dan kebahagiaan, baik itu di dunia maupun akhirat. Keberadaan kitab-kitab
Allah SWT ini tertera dalam Alquran surah Al-Hadid ayat 25:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa


bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca
[keadilan] supaya manusia dapat melaksanakan keadilan,” (QS.Al-Hadid [57]: 25).

Dengan beriman kepada kitab Allah, seorang muslim membenarkan secara


mutlak bahwa kitab-kitab itu merupakan firman Allah SWT. Isinya adalah kebenaran
yang wajib diikuti dan dilaksanakan.
Pertama, beriman secara umum artinya meyakini bahwa Allah SWT
menurunkan kitab-kitab kepada rasul-Nya. Jumlahnya, tiada yang tahu kecuali Allah
SWT sendiri.

Kedua, beriman secara terperinci artinya mengimani kitab-kitab yang


disebutkan Allah SWT secara spesifik dalam Alquran, seperti Taurat, Injil, Zabur,
Alquran, serta Suhuf Ibrahim dan Musa.

4. Iman kepada Rasul – Rasul Allah SWT

Iman kepada rasul-rasul Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa


Allah benar-benar menurunkan rasul-Nya kepada suatu masyarakat tertentu untuk
menyampaikan ajaran-Nya. Siapa saja yang mengikuti rasul-rasul itu akan
memperoleh hidayah dan petunjuk.

Sebaliknya, yang mengingkari Rasul-Nya akan tersesat. Keberadaan rasul


Allah SWT ini tertera dalam Alquran surah Al-Hajj ayat 75:

“Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia,


sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS.Al-Haj [22]:75).

5. Iman kepada Hari Kiamat

Iman kepada hari kiamat dilakukan dengan mempercayai bahwa suatu hari
kehidupan di semesta akan musnah. Selepas itu, manusia akan dibangkitkan dari
kubur, dikumpulkan di padang mahsyar, dan diputuskan ke surga atau neraka.

Dalam surah Al-Infithar ayat 14 dan 15, Allah SWT berfirman:

“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam


neraka. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan [hari kiamat],” (QS. Al-
Infithar [82]:14-15).
6. Iman kepada Qada dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah
SWT telah menetapkan takdir manusia, baik itu yang buruk maupun yang baik.
Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak
zaman azali.

Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia
menciptakan semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22:

“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian,
melainkan sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,”
(QS. Al-Hadid [57]: 22).

Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu


sebelum sesuatu itu terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad
SAW:

"Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh
ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim).

Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan
atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun)
atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk.
Jika qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan
yang sudah ditentukan sebelumnya itu. Karena qada dan qadar adalah perkara gaib,
keduanya tidak bisa menjadi alasan seorang muslim bersikap pasif dan pasrah dengan
takdirnya.

Dengan beriman kepada qada dan qadar, seorang muslim tetap harus
berikhtiar, berusaha, dan mengupayakan potensinya agar dapat terwujud.
PANDANGAN ISLAM TENTANG MANUSIA

Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT,
menurut kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran,
bahwa Allah menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang
diembanya.
Menurut Islam, manusia adalah makhluk yang paling sempurna, ia diciptakan
untuk menjadi kholifah di bumi, pada saat manusia dilahirkan ia membawa
kemampuan-kemampuan yang disebut fitrah, fitrah inilah yang disebut dengan
potensi Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pendidikan, dalam Islam sangat
dikenal adanya fitrah. Manusia dalam Al-Quran adalah makhluk yang dilahirkan
dalam keadaan suci pendidikanlah yang dapat mengubah dan menentukan manusia
menjadi manusia yang konkrit.
Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial
kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya. Agar
konsep manusia yang kita bangun bukan semata-mata merupakan konsep yang
spekulatif, maka kita mesti bertanya pada Dzat yang mencipta dan mengerti manusia,
yaitu Allah SWT, melalui Al-Qur'an. Lewat Al-Qur'an Allah memberikan rahasia-
rahasia tentang manusia.
ANALISIS KASUS KAJIAN ISLAM / AKHLAK

Istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk
umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.
• Iman
Membenarkan dengan hati, mengucapkannya dengan lisan dan
mengamalkannya dengan perbuatan.
• Ikhsan
Seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri untuk tidak
mengganggu orang lain.
• Kafir
Sebutan dalam Islam yang ditujukan kepada orang-orang yang berada di luar
agama Islam.
• Madzmumah
Akhlaq yang tercela, segala macam bentuk perbuatan,
ucapan, dan perasaan seseorang yang bisa merusak iman dan mendatangkan dosa.
• Mahmudah
Akhlaq yang terpuji yaitu segla macam bentuk perbuatan, ucapan, dan
perasaan seseorang yang bisa menambah iman dan mendatangkan pahala.
• Syirik
Pangkal segala kejahatan dan penyelewengan serta rusaknya pikiran atau
tingkah laku. Syirik pada hakekatnya adalah ucapan atau akidah tanpa ilmu.
• Musyrik
Pelaku perbuatan menyekutukan Allah dengan apa pun, merupakan kebalikan
dari ajaran ketauhidan, yang memiliki arti Mengesakan Allah.
• Dzolim
Meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat
zalim disebut zalimin dan lawan kata dari zalim adalah adil
• Maksiat
Maksiat bisa disebut sayyi’ah, bisa disebut khathi’ah, bisa disebut itsmun,
bisa juga disebut dzanbun. Semua sinonimnya, memiliki makna yang berdekatan.
Yang wajib dilakukan adalah mewaspadainya. Maksiat seperti ghibah, bisa disebut
dzanbun, bisa disebut maksiat, bisa juga disebut khathi’ah.
• Takabur
Sikap berbangga diri dengan beranggapan bahwa hanya dirinyalah yang
paling hebat dan benar dibanding orang lain.
• Khalifah
Istilah khilafah berarti struktur pemerintah yang pelaksanaannya diatur
berdasarkan syariat Islam Khilafah juga dapat disebut dengan Imamah 'Uzma atau
Imarah 'Uzma.

Anda mungkin juga menyukai