Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

255
14 Muharram 1443 H
12 Agustus 2022 M

KEWAJIBAN JILBAB
TAK PANTAS DIPERSOALKAN

J
ilbab kembali dipersoalkan. Kali ini terjadi di SMAN 1
Banguntapan Yogyakarta. Narasi dan opini yang dikem-
bangkan di media adalah adanya “pemaksaan jilbab”
oleh pihak sekolah kepada siswinya. Padahal tak ada
pemaksaan sama sekali. Demikian hasil klarifikasi Dinas Pendi-
dikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY ke SMAN 1
Banguntapan. "Tidak ada pemaksaan dalam me-makai jilbab
itu," kata Wakil Kepala Disdikpora DIY, Suhirman, usai
klarifikasi terhadap SMAN 1 Banguntapan di Kantor Disdikpora
DIY, Senin (1/8/2022).
Jelas, kasus 'Paksa Jilbab' di SMAN Banguntapan Yogya
yang sengaja diviralkan sudah tidak bisa dianggap kasus biasa.
Ini adalah kasus yang mengkonfirmasi bahwa islamophobia itu
nyata.

01
Di sisi lain, sekitar sebulan sebelumnya, sebagaimana dibe-
ritakan Kompas.com, ada siswi SD di Gunungsitoli Sumatera
Utara menangis karena dilarang oleh pihak sekolah memakai
jilbab di sekolah (Kompas.com, 14 Juli 2022). Terkait kasus ini
kalangan islamophobia diam seribu bahasa.

Kewajiban Menutup Aurat


Di antara tuntunan syariah Islam adalah perintah kepada
kaum Muslimah untuk menutup aurat dengan kerudung (yang
menutup kepala dan dada mereka) serta jilbab (yang menu-
tupi seluruh tubuh mereka kecuali wajah dan kedua telapak
tangan). Bagi seorang Muslimah, menutup aurat dengan
memakai kerudung dan berjilbab ini tentu saja menjadi salah
satu pembuktian keimanannya kepada Allah SWT dan Rasul-
Nya. Sebabnya jelas, karena berkerudung dan berjilbab me-
mang merupakan salah satu dari ketentuan syariah Allah SWT
dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:
ِ ِ ‫ﻀﻦ ِﻣﻦ أَﺑ‬ ِ ِ ِ
‫ﻳﻦ‬ َ ‫ﺼﺎ ِرﻫ ﱠﻦ َوَْﳛ َﻔﻈْ َﻦ ﻓُـُﺮ‬
َ ‫وﺟ ُﻬ ﱠﻦ َوَﻻ ﻳـُْﺒﺪ‬ َ ْ ْ َْ ‫ﻀ‬ ُ ‫َوﻗُ ْﻞ ﻟ ْﻠ ُﻤ ْﺆﻣﻨَﺎت ﻳـَ ْﻐ‬
... ‫ِزﻳﻨَﺘَـ ُﻬ ﱠﻦ إِﱠﻻ َﻣﺎ ﻇَ َﻬَﺮ ِﻣْﻨـ َﻬﺎ‬
Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka
menahan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka.
Janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali
yang (biasa) tampak pada diri mereka…” (TQS an-Nur [24]: 31).

02
Ibnu Abbas ra. menyatakan yang dimaksud dengan frasa illâ
mâ zhahara minhâ dalam ayat di atas adalah muka dan telapak
tangan. Imam ath-Thabari juga menyatakan, “Pendapat yang
paling kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang menyata-
kan bahwa sesuatu yang biasa tampak (pada wanita) adalah
muka dan telapak tangan.” (Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Tafsîr
al-Qur’ân, XVIII/94).
Menurut Imam an-Nasafi, yang dimaksud dengan "az-
zînah" (perhiasan) di sini adalah "mawâdhi az-zînah" (tempat
perhiasan). Artinya, ayat di atas bermakna, "Janganlah kalian
menampakkan anggota tubuh yang biasa digunakan untuk
mengenakan perhiasan, kecuali yang biasa tampak; yakni muka,
kedua telapak tangan dan dua mata kaki.” (An-Nasafi, Madârik
at-Tanzîl wa Haqâ’iq at-Ta’wîl, 2/411).

Kewajiban Jilbab dan Kerudung


Wanita Muslimah wajib berjilbab dan berkerudung manaka-
la keluar dari rumah menuju kehidupan umum. Jilbab berbeda
dengan kerudung (khimar).
Kewajiban mengenakan kerudung (khimar) didasarkan
pada firman Allah SWT:

‫ﻳﻦ‬‫ﺪ‬ِ ‫ﻀﻦ ِﻣﻦ أَﺑﺼﺎ ِرِﻫ ﱠﻦ وَﳛ َﻔﻈْﻦ ﻓُـﺮوﺟﻬ ﱠﻦ وَﻻ ﻳـﺒ‬ ْ ‫ﻀ‬ ‫ﻐ‬
ْ ‫ـ‬‫ﻳ‬ ِ َ‫وﻗُﻞ ﻟِْﻠﻤ ْﺆِﻣﻨ‬
‫ﺎت‬
َ ُْ َ ُ َ ُ َ َ ْ َ ْ ْ َ ُ َ ُ ْ َ
‫ﻀ ِﺮﺑْ َﻦ ِﲞُ ُﻤ ِﺮِﻫ ﱠﻦ َﻋﻠَﻰ ُﺟﻴُﻮﻬﺑِِ ﱠﻦ‬ْ ‫ِزﻳﻨَﺘَـ ُﻬ ﱠﻦ إِﱠﻻ َﻣﺎ ﻇَ َﻬَﺮ ِﻣْﻨـ َﻬﺎ َوﻟَْﻴ‬

03
Katakanlah kepada kaum wanita Mukmin, hendaklah mereka
menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan me-
reka. Janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, ke-
cuali yang biasa tampak pada diri mereka, dan hendaklah mere-
ka memakai kerudung (penutup kepala) hingga menutupi dada
mereka (TQS an-Nur [24]: 31).

Menurut Imam Ibnu Mandzur di dalam kitab Lisân al-'Arab:


Al-Khimar li al-mar’ah: an-nâshif (khimar [kerudung] bagi pe-
rempuan adalah an-nâshif [penutup kepala]). Menurut Imam
Ali ash-Shabuni, khimar (kerudung) adalah ghitha' ar-ra'si 'ala
shudur (penutup kepala hingga mencapai dada) agar leher
dan dadanya tidak tampak.
Adapun kewajiban berjilbab bagi Muslimah ditetapkan ber-
dasarkan firman Allah SWT:

‫ﲔ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ﱠﻦ‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ ِ‫ﻚ وﺑـﻨَﺎﺗ‬ ِ ِ


َ ‫ﲔ ﻳُ ْﺪﻧ‬
َ ‫ﻚ َوﻧ َﺴﺎء اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ‬ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﻨِ ﱡ‬
َ َ َ ‫ﱠﱯ ﻗُ ْﻞ ﻷ َْزَواﺟ‬
... ‫ِﻣ ْﻦ َﺟ َﻼﺑِﻴﺒِ ِﻬ ﱠﻦ‬
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perem-
puanmu dan istri-istri kaum Mukmin, "Hendaklah mereka me-
ngulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka…" (TQS al-
Ahzab [33]: 59).

04
Di dalam Kamus Al-Muhîth dinyatakan, jilbab itu seperti
sirdab (terowongan) atau sinmar (lorong), yakni baju atau
pakaian longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa
saja yang dapat menutup pakaian kesehariannya seperti hal-
nya baju kurung. Dalam Kamus Ash-Shahhah, al-Jauhari me-
ngatakan, "Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah)
yang sering disebut dengan mula'ah (baju kurung/gamis)."
Kewajiban berjilbab bagi Muslimah ini juga diperkuat oleh
riwayat Ummu ‘Athiyah yang berkata: Pada dua hari raya kami
diperintahkan untuk mengeluarkan wanita-wanita haid dan
gadis-gadis pingitan untuk menghadiri jamaah kaum Muslim
dan doa mereka. Namun, wanita-wanita haid harus menjauhi
tempat shalat mereka. Seorang wanita bertanya, “Wahai
Rasulullah, seorang wanita di antara kami tidak memiliki jilbab
(bolehkah dia keluar)?” Lalu Rasul saw. bersabda, “Hendaklah
kawannya meminjamkan jilbabnya untuk dipakai wanita ter-
sebut.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Andaikan berjilbab bagi Muslimah tidak wajib, niscaya Nabi
saw. akan mengizinkan kaum Muslimah keluar dari rumah
mereka tanpa perlu berjilbab. Hadis ini pun menegaskan ke-
wajiban berjilbab bagi para Muslimah.

05
Tak Pantas Dipersoalkan
Karena itu jelas, sebagai kewajiban syariah bagi Muslimah,
jilbab tak layak dan tak pantas dipersoalkan. Apalagi, sebagai
bagian dari hukum syariah, pastinya banyak hikmah dari pe-
ngamalan kewajiban berjilbab bagi Muslimah ini. Sebabnya,
jelas seluruh hukum syariah pasti mendatangkan rahmat
(maslahat) bagi manusia (Lihat: QS al-Anbiya‘ [21]: 107).
Karena itu tentu kita pun meyakini bahwa perintah Allah
SWT kepada para wanita untuk berbusana Muslimah (mema-
kai kerudung dan berjilbab) pasti mengandung banyak kebai-
kan/manfaat sekaligus menghindari banyak keburukan/ mada-
rat, khususnya bagi pemakainya dan umumnya bagi masyara-
kat.
Penggunaan jilbab dalam kehidupan umum akan
mendatangkan kebaikan bagi semua pihak. Tidak hanya bagi
kaum perempuan. Dengan tubuh yang tertutup jilbab, keha-
diran wanita jelas tidak akan membangkitkan birahi lawan
jenisnya. Berbeda halnya saat kaum wanita biasa terbuka
auratnya. Sebabnya, naluri seksual tidak akan muncul dan me-
nuntut pemenuhan jika tidak ada stimulus yang merangsang-
nya.
Dengan demikian kewajiban berjilbab telah menutup salah
satu celah yang dapat mengantarkan manusia terjerumus ke
dalam perzinaan atau pemerkosaan. Realitas ini membuktikan

06
kebenaran ayat tentang kewajiban berjilbab di atas: Dzâlika
adnâ an yu’rafna falâ yu’dzayn (Yang demikian itu supaya mere-
ka lebih mudah untuk dikenal sehingga mereka tidak digang-
gu).
Karena itu jilbab bisa lebih melindungi wanita Muslimah,
membuat mereka lebih merasa aman, menjaga diri mereka
dari gangguan lelaki usil, menjaga mereka dari obyek panda-
ngan lelaki yang hanya ingin ‘cuci mata’, menjaga diri mereka
dari obyek syahwat lelaki, menghindarkan diri mereka dari
zina mata dan zina hati, dll.
Bagi wanita, jilbab juga dapat mengangkat mereka pada
derajat kemuliaan. Dengan aurat yang tertutup rapat,
penilaian terhadap wanita lebih terfokus pada kepribadian-
nya, kecerdasannya, profesionalismenya serta ketakwaannya.
Bukan pada fisik atau tubuhnya.
Ini berbeda jika wanita tampil ‘terbuka’ dan sensual. Peni-
laian terhadap wanita lebih tertuju pada fisik dan tubuhnya.
Penampilan seperti itu juga hanya akan menjadikan wanita
demikian rendah. Hanya dipandang sebagai onggokan daging
yang memenuhi hawa nafsu kaum lelaki saja.
Dengan memakai kerudung dan berjilbab sesuai tuntunan
syariah, seorang Muslimah sesungguhnya sedang memposi-
sikan dirinya sebagai wanita terhormat. Sebab, dengan itu,
penilaian dan penghormatan masyarakat kepada dirinya bu-

07
kan lagi dari sisi fisik dan tubuhnya, tetapi dari sisi ketak-
waannya, kecerdasannya, prestasinya dan segala hal yang
menunjukkan kualitas pribadinya.
Bandingkan dengan para wanita Barat sekuler yang rata-
rata dianggap bernilai lebih karena faktor tubuh dan
kecantikan fisiknya. Semakin cantik dan semakin seksi seorang
wanita, ia akan dianggap semakin terhormat dan karenanya
lebih dihargai, paling tidak secara materi. Padahal, sadar atau-
pun tidak, hal demikian hanya menjadikan wanita dieksploitasi
tubuhnya demi kepuasan material segelintir orang.
Bagi seorang Muslimah, berkerudung dan berjilbab secara
syar’i juga bisa menjadi pembuktian atas kesalihan dirinya—
tentu jika keputusannya berkerudung dan berjilbab dilandas-
kan pada faktor keimanannya dan ketaatannya pada syariah
Islam.
Selain itu, kerudung dan jilbab yang dia pakai berpotensi
menjadi ‘benteng’ perilaku bagi dirinya sehingga ia akan
berpikir seribu kali untuk melakukan tindakan-tindakan yang
menyimpang yang bertentangan dengan citra kerudung dan
jilbab sebagai pakaian takwa. Ia, misalnya, akan merasa malu
jika akhlaknya buruk; sementara ia adalah wanita Muslimah
yang kemana-mana berkerudung dan berjilbab.

08
Sebaliknya, dengan kerudung dan jilbab yang selalu
melekat pada dirinya ia akan berusaha tampil dengan akhlak
yang mulia.
Dengan memahami seluruh paparan di atas, sejatinya
siapapun yang mengaku Muslim tak akan berani sedikit pun
mempersoalkan kewajiban berjilbab bagi Muslimah.
WalLâhu a’lam bi ash-­shawwâb. []

HIKMAH:

Rasulullah saw. bersabda:

‫َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ َﺣ ﱠﱴ ﻳَ ُﻜ ْﻮ َن َﻫ َﻮاﻩُ ﺗَـﺒَـ ًﻌﺎ ﻟِ َﻤﺎ‬ ِ ِِ ِ ِ ِ


َ ‫َواﻟﱠﺬي ﻧـَ ْﻔﺴﻲ ﺑَﻴﺪﻩ ﻻَ ﻳـُ ْﺆﻣ ُﻦ أ‬
‫ﺖ ﺑِِﻪ‬ ِ
ُ ‫ﺟْﺌ‬
Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, seseorang di antara
kalian tidak beriman hingga hawa nafsunya mengikuti (risalah)
yang aku bawa. (HR Muslim). []

09

Anda mungkin juga menyukai