Anda di halaman 1dari 20

HIJAB PAKAIAN

WANITA TAQWA

BENGKEL DIRI
KEHIDUPAN UMUM DAN
KEHIDUPAN KHUSUS BAGI WANITA

“ siapa saja yang memasukkan pandangannya ke dalam rumah orang lain


tanpa seizin penghuninya, berarti ia telah menghancurkan rumah itu ( HR.
Ath-Thabrani)

Hatta tas ta’nisu = hatta tas ta’dzinu


KEHIDUPAN KHUSUS

Kehidupan khusus di dalam rumah adalah wanita tinggal bersama


para wanita dan atau bersama mahramnya

Boleh bagi wanita menampakkan tempat perhiasannya di hadapan


wanita dan mahramnya seperti menampakkan betis, lengan,
telinga
SIAPA MAHROM ITU?
• Katakanlah kepada wanita beriman hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putra-putra mereka atau putra-putra suami mereka, atau saudara
laki-laki mereka, dan putra-putra sauadara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang
mereka miiki, atau pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat mereka.
Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung. ( QS An Nur ayat 31 )
KEWAJIBAN MEMINTA IZIN
DI 3 WAKTU
• “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan
wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh diantara
kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari), yaitu:
sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di
tengah hari, dan sesudah sesudah shalat Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi
kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari
(tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada
keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana”. (QS. An Nur ayat 58)

• Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah


mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka
meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An Nur ayat 59)
KEHIDUPAN UMUM BAGI WANITA
Pakaian di kehidupan umum
Aurat Wanita  
• "(Seluruh tubuh) wanita itu adalah aurat.“

• "Apabila seorang wanita telah baligh maka tidak boleh ia


menampakkan (tubuhnya) kecuali wajahnya dan selain ini
digenggamnya antara telapak tangan yang satu dengan geng­
gaman terhadap telapak tangan yang lainnya.“

• Nabi saw berkata kepada Asma binti Abu Bakar: "Wahai Asma
sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haidl)
maka tidak pantas baginya menampakkan tubuhnya kecuali ini
dan ini seraya menunjukkan wajah dan telapak
tangannya.“(Tafsir Ibnu Katsir, 4/227)
KEHIDUPAN UMUM BAGI WANITA (LANJUTAN)
• Pakaian atas (al libaas al-a’la)
• Allah SWT berfirman :
•  
• ‫َو ْليَضْ ِرب َْن بِ ُخ ُم ِر ِه َّن َعلَى ُجيُوبِ ِه َّن‬
•  
• "…Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…" (QS An-Nur
: 31).
•  
• Dalam ayat ini, terdapat kata khumur, yang merupakan bentuk jamak (plural) dari
khimaar. Arti khimaar adalah kerudung, yaitu apa-apa yang dapat menutupi
kepala (maa yughaththa bihi ar-ra`su). (Tafsir Ath-Thabari, 19/159; Ibnu Katsir,
6/46; Ibnul 'Arabi, Ahkamul Qur`an, 6/65 ).

•  Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang
dimaksud “khimaar” adalah apa-apa yang digunakan untuk menutupi kepala (maa
yughaththa bihi ar ras`su)
JILBAB
• Al-libaas al’adna (pakaian bagian bawah)
• Mengenai jilbab, Allah SWT berfirman :

‫ين َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجالبِيبِ ِه َّن‬ َ ِ‫ك َونِ َسا ِء ْال ُمْؤ ِمن‬
َ ِ‫ين يُ ْدن‬ َ ِ‫يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ َأل ْز َوا ِج َك َوبَنَات‬ •
•  
• "Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mu'min,'Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.' (QS Al-Ahzab : 59).

• kata jalabib yang merupakan bentuk jamak (plural) dari kata jilbab. Memang para
mufassir berbeda pendapat mengenai arti jilbab ini. Imam Syaukani dalam Fathul
Qadir (6/79), misalnya, menjelaskan beberapa penafsiran tentang jilbab. Imam
Syaukani sendiri berpendapat jilbab adalah baju yang lebih besar daripada kerudung,
dengan mengutip pendapat Al-Jauhari pengarang kamus Ash-Shihaah, bahwa jilbab
adalah baju panjang dan longgar (milhafah)
• Menafsirkan ayat ini, Imam Al Qurthubi berkata,”Kata jalaabiib adalah bentuk
jamak dari jilbab, yaitu baju yang lebih besar ukurannya daripada kerudung
(akbar min al khimar). Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud
berpendapat bahwa jilbab artinya adalah ar ridaa` (pakaian sejenis jubah/gamis)

• Memang terdapat satu qaul (pendapat) yang mengatakan “jilbab” artinya adalah
“al qinaa’ ” yang dapat diindonesiakan sebagai “kudung kepala wanita” atau juga
dapat diartikan sebagai “cadar” (sesuatu yang menutupi wajah, maa yasturu bihi
al wajhu). (A.W. Munawwir, Kamus Al Munawwir, hlm. 1163; Mu’jam Lughah
Al Fuqaha`, hlm. 283). Mungkin qaul inilah yang masyhur di Indonesia, sehingga
kemudian jilbab lebih populer dimaknai sebagai kerudung.

• Namun qaul tersebut dianggap lemah oleh Imam Al Qurthubi, sehingga beliau
menguatkan pendapat bahwa jilbab itu bukanlah kerudung atau cadar, melainkan
baju yang menutupi seluruh tubuh (al tsaub alladzy yasturu jamii’ al badan).”
(Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, 14/107)
• Diriwayatkan dari Ummu 'Athiah yang berkata:
 
• "Rasulullah saw. memerintahkan kami agar keluar (menuju lapangan)
pada saat hari raya Iedul Fithri dan Iedul Adlha, baik ia budak wanita,
wanita yang haidl, maupun yang perawan. Adapun bagi orang-orang
yang haidl maka menjauh dari tempat shalat, namun menyaksikan
kebaikan dan seruan kaum muslimin. Lalu aku berkata: Wahai
Rasulullah saw. salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab.
Maka Rasulullah saw. menjawab: 'Hendaklah saudaranya itu
meminjamkan jilbabnya."
TARJIH JILBAB
• Pendapat yang dinilai rajih (kuat) oleh Imam Qurthubi inilah yang sebenarnya
lebih masyhur dalam kitab-kitab tafsir ataupun kamus. Dalam kitab kamus Al
Mu’jamul Wasith, misalnya, disebutkan jilbab adalah baju yang menutupi
seluruh tubuh (al tsaub al musytamil ‘ala al jasadi kullihi). Jilbab juga
diartikan apa-apa yang dipakai wanita di atas baju-bajunya seperti milhafah
(mantel/baju kurung) (maa yulbasu fauqa tsiyaabiha ka al milhafah). (Al
Mu’jamul Wasith, hlm. 126).
• Senada dengan itu, menurut Syekh Rawwas Qal’ah Jie, jilbab adalah suatu baju
yang longgar yang dipakai wanita di atas baju-bajunya (baju kerja/rumah)
(tsaub wasi’ talbasuhu al mar`ah fauqa tsiyaabiha) (Rawwas Qal’ah Jie,
Mu’jam Lughah Al Fuqaha`, hlm. 126). Demikian juga menurut Syekh
Wahbah Zuhaili dalam kitabnya At Tafsir Al Munir fi Al ‘Aqidah wa Al
Syari’ah wa Al Manhaj, beliau memberikan makna serupa untuk kata jilbab.
Jilbab menurut Syekh Wahbah Zuhaili adalah baju panjang (al mula`ah) yang
dipakai perempuan seperti gamis, atau baju yang menutup seluruh tubuh.
(Wahbah Zuhaili, At Tafsir Al Munir, 22/114).
PANDUAN
KEHIDUPAN UMUM BAGI WANITA
1. Islam telah memerintahkan baik kepada pria maupun wanita untuk
menundukkan pandangan. Allah SWT berfirman:

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: 'Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang
beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya." (An Nuur: 30-31)
PANDUAN KEHIDUPAN UMUM
2. Islam memerintahkan kepada kaum wanita untuk mengenakan pakaian sempur-na,
yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya; dan hen-
daknya mereka mengulurkan pakaiannya sehingga mereka dapat menutupi tubuh-
nya.

3. Islam melarang seorang wanita melakukan safar dari suatu tempat ke tempat lain
selama perjalanan sehari semalam, kecuali disertai muhrimnya. Rasulullah saw
bersabda:
Tidak dibolehkan seorang wanita yang beriman kepada Allah SWT dan Hari Akhir
melakukan perjalanan selama sehari semalam kecuali bila disertai muhrimnya."
 
4. Islam melarang pria dan wanita untuk berkhalwat kecuali wanita itu disertai
muhrimnya. Rasulullah saw bersabda:
 
"Tidak diperbolehkan antara seorang pria dan wanita itu berkhalwat kecuali apabila
(wanita itu) disertai muhrimnya."
 
PANDUAN KEHIDUPAN UMUM
5. Islam melarang wanita untuk keluar dari rumahnya kecuali seizin
suaminya,

Ibnu Baththah telah meriwayatkan dalam kitab Ahkaam An Nisaa dari


Anas ra bahwa seorang laki-laki bepergian seraya melarang isterinya
keluar, kemudian ayahnya sakit, lalu wanita itu meminta ijin Rasulullah
saw agar dibolehkan menjenguk ayahnya, maka Rasulullah saw menjawab:
"Takutlah engkau kepada Allah, dan janganlah melanggar (pesan)
suamimu." Tidak lama kemudian ayahnya meninggal, lau kembali wanita
itu meminta ijin kepada Rasulullah agar dibolehkan melayat jenazahnya,
maka beliaupun bersabda: "Takutlah engkau kepada Allah, dan janganlah
melanggar (pesan) suamimu." Allah SWT kemudian menurunkan wahyu
kepada Nabi saw: "Sungguh Aku telah mengampuni wanita itu karena
ketaatan kepada suaminya."
PANDUAN KEHIDUPAN UMUM
6. Islam sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus hendaknya jamaah kaum
wanita terpisah dari jamaah kaum pria, begitu juga di dalam masjid, di sekolah dan
lain sebagainya. Islam telah menetapkan seorang wanita hendaknya hidup di
tengah-tengah kaum wanita, sama halnya dengan seorang pria hendaknya hidup di
tengah-tengah kaum pria. Islam menjadikan shaf shalat kaum wanita di bagian
belakang dari shaf shalat kaum pria, dan menjadikan kehidupan wanita hanya
bersama dengan para wanita atau muhrim-muhrimnya. Wanita dapat melakukan
aktivitas yang bersifat umum seperti jual beli dan sebagainya, tetapi begitu selesai
hendaknya segera kembali hidup bersama kaum wanita atau muhrim-muhrimnya.
 
7. Islam sangat menjaga agar hubungan kerjasama antara pria dan wanita hendak-
nya bersifat umum dalam urusan muamalah, bukan hubungan yang bersifat khusus
seperti saling mengunjungi antara wanita dengan pria yang bukan muhrimnya,
atau jalan-jalan bersama. Sebab, tujuan kerjasama dalam hal ini agar wanita dapat
segera mendapatkan apa yang menjadi hak-haknya dan kemaslahatannya,
disamping untuk melaksanakan apa yang menjadi kewajiban-kewajibannya.
 
Demikianlah pembahasan
HIJAB PAKAIAN WANITA TAKWA
Wassalamu’alaikum

Anda mungkin juga menyukai