DISUSUN OLEH :
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tetap
terlimpah kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW kepada keluarga dan para sahabatnya
sampai generasi berikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini dapat diselesaikan atas izin Allah serta bantuan dan dukungan dosen serta
teman-teman yang memberikan semangat dan motivasi kepada saya dan saya menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan saya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca. Saya mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan pembelajaran bagi saya . Sekian
yang dapat saya sampaikan dan saya mengucapkan terimakasih.
Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memakai jilbab merupakan kewajiban bagi seorang muslimah. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga kehormatan perempuan dengan menutup aurat mereka. Di zaman
jahiliyah dulu, kedudukan seorang wanita tidaklah lebih dari sekedar pemuas nafsu
belaka. Seorang perempuan biasanya memiliki banyak suami, dan mereka dianggap
seperti makhluk hina yang dilarang bersanding dengan seorang lelaki. Hingga akhirnya
Islam datang dan memberikan perhatian yang layak dan lebih pada seorang perempuan.
Perempuan tidak lagi dianggap seperti binatang dan pemuas nafsu para lelaki saja.
Perempuan dijaga dan dihormati.
Dan bukti lain bagaimana Islam menjaga seorang perempuan adalah dengan adanya
perintah untuk menutup aurat mereka Allah SWT memerintahkan kepada segenap kaum
wanita yang beriman supaya mengenakan jilbab untuk menutupi bagian rambut, wajah,
dan bagian anggota lain. Sehingga mereka dikenal sebagai orang yang menjaga
kehormatan dirinya, karena itu mereka tidak diganggu. Maka pada kali ini saya akan
menerangkan pandangan para fuqoha' dan mufassir tentang jilbab :
َّ َسا َٰٓ ِء ۡٱل ُم ۡؤ ِم ِىيهَ يُ ۡدوِيهَ َعلَ ۡي ِه َّه ِمه َج َٰلَبِي ِب ِه َّه َٰذَلِكَ أ َ ۡدو َٰ ََٰٓى أَن يُعۡ َر ۡفهَ فَ ََل ي ُۡؤذ َ ۡيهَ َو َكان
ً ُٱَّللُ َغف
ىرا َّر ِحي ًما ُّ َِٰ َٰٓيَأَيُّ َها ٱلىَّب
َ ى قُل ِّّل َ ۡز َٰ َو ِجكَ َوبَىَاتِكَ َو ِو
Tafsir Jalalain :
(Dan adalah Allah Maha Pengampun) terhadap hal-hal yang telah lalu
pada kaum wanita Mukmin yang merdeka, yaitu tidak menutupi wajah mereka (lagi
Maha Penyayang) kepada mereka jika mereka mau menutupinya.
Jilbab adalah ar-rida‟ [kain penutup] di atas kerudung. Itulah yang dikatakan oleh
Ibnu Mas‟ud, „Ubaidah, Qatadah, al-Hasan al-Bashri, Sa‟id bin Jubair, Ibrahim an-
Nakha‟i, „Atha‟ al-Khurasani dan selain mereka. Jilbab sama dengan izar [kain] saat ini.
Al-Jauhari berkata: “Jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh.”
‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu „Abbas: “Allah memerintahkan wanita-
wanita kaum Mukminin, jika keluar dari rumah mereka untuk suatu keperluan agar
menutup wajah mereka dari atas kepala mereka dengan jilbab serta menampakkan satu
mata.”
„Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu „Abbas: “Allah memerintahkan wanita-wanita
kaum Mukminin, jika keluar dari rumah mereka untuk suatu keperluan agar menutup
wajah mereka dari atas kepala mereka dengan jilbab serta menampakkan satu mata.”
Muhammad bin Sirin berkata, aku bertanya kepada „Ubaidah as-Salmani tentang
firman Allah: (“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.”) lalu dia menutup wajah dan kepalanya serta menampakkan matanya
yang kiri. „Ikrimah berkata: “Dia menutup bagian pipinya dengan jilbabnya yang
diulurkan di atasnya.”
Ibnu Abi Hatim berkata, bahwa Ummu Salamah berkata: “Tatkala Ayat ini turun,
(“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka.”) wanita-wanita Anshar keluar, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung
gagak karena ketenangan jalannya. Di atas mereka terdapat pakaian-pakaian hitam yang
terpakai
Ibnu Abi Hatim berkata, ayahku bercerita kepadaku, dari Abu Shalih, dari al-Laits,
bahwa Yunus bin Zaid berkata: kami bertanya kepada az-Zuhri: “Apakah budak wanita
wajib memakai, baik dia sudah kawin atau belum kawin?” Beliau menjawab: “Wajib
baginya memakai kerudung, jika dia sudah kawin, dan dilarang berjilbab, karena makruh
menyamai mereka dengan wanita-wanita merdeka dan muhshan.”
َسا َٰٓ ِء ۡٱل ُم ۡؤ ِمىِيهَ يُ ۡدوِيهَ َعلَ ۡي ِه َّه ِمه َج َٰلَ ِبي ِب ِه َّه َٰذَلِكَ أَ ۡدو َٰ ََٰٓى أَن يُعۡ َر ۡفهَ فَ ََل ي ُۡؤذَ ۡيه ُّ َٰ ََٰٓيأَيُّ َها ٱلىَّ ِب
َ ِى قُل ِّّل َ ۡز َٰ َو ِجكَ َو َبىَاتِكَ َوو
(“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrmu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
Mukmin: „Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu.”)
Dahulu orang-orang fasik penduduk Madinah keluar di waktu malam di saat
kegelapan malam merasuk jalan-jalan Madinah. Lalu mereka mencari wanita-wanita.
Dahulu rumah-rumah penduduk Madinah sangat sempit. Jika waktu malam tiba, wanita-
wanita itu keluar ke jalan-jalan untuk menunaikan hajat mereka.
Lalu orang-orang fasik itu mencari-cari mereka. Jika mereka melihat wanita-wanita
memakai jilbab, mereka berkata: “Ini wanita merdeka, tahanlah diri dari mereka.” Dan
jika mereka melihat wanita tidak berjilbab, mereka berkata: “Ini adalah budak wanita.”
Maka mereka menggodanya.
ً ُٱَّللُ َغف
Firman Allah: ىرا َّر ِحي ًما َّ َ“( َو َكانDan Allah adalah Maha pengampun lagi
Mahapenyayang.”) terhadap apa yang telah berlalu di masa jahiliyyah, dimana mereka
tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut.
َّ َسا َٰٓ ِء ۡٱل ُم ۡؤ ِمىِيهَ ي ُۡدوِيهَ َعلَ ۡي ِه َّه ِمه َج َٰلَ ِبي ِب ِه َّه َٰذَلِكَ أ َ ۡدو َٰ ََٰٓى أَن يُعۡ َر ۡفهَ فَ ََل ي ُۡؤذ َ ۡيهَ َو َكان
ً ُٱَّللُ َغف
ىرا َّر ِحي ًما ُّ َٰ َٰٓيَأَيُّ َها ٱلىَّ ِب
َ ى قُل ِّّل َ ۡز َٰ َو ِجكَ َوبَىَاتِكَ َو ِو
Lathoifut tafsir pada ayat tersebut: Allah memulai perintah jilbab kepada istri
Rasul dan anak perempuan nabi Muhammad ,hal itu merupakan isyarah bahwasanya istri
-istri nabi merupakan panutan bagi seluruh kaum wanita .
Sesungguhnya hijab itu wajib bagi perempuan muslimah yang telah mencapai
umur taklif(baligh),dimana pada umur tersebut wanita telah mengeluarkan darah haidz
dan hukum ini merupakan ketetapan dalam Al Qur'an, hadits dan ijma'
Qodi dari hanabillah berkata: haram bagi laki-laki melihat wajah perempuan
yang ajnabi
Dan madzhab Maliki dan ahnaf mereka berpendapat bahwasanya wajah dan
kedua telapak tangan bukanlah aurat.
( )
Dan dari golongan Maliki syekh Ibnu Khalfi Al baji berkata : (dan seluruh badan
perempuan semuanya aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangannya)
Wajib hukumnya berhijab bagi seluruh wanita muslim yang telah baligh. Maka
bagi perempuan kafir tidak wajib berhijab ,karena mereka tidak di Bebani hukum taklif
1. Ibnu su'ud berkata : jilbab adalah pakaian yang lebar dari himar selain
selendang ,cara pakainya yaitu dengan di lipatkan ke kepala.
2. Ibnu roozi berkata : ( )يُ ۡدوِيهَ َعلَ ۡي ِه َّه ِمه َج َٰلَبِيبِ ِه َّهayat ini menunjukkan bahwasanya
wanita yang muda itu di perintah menutup wajahnya dari laki laki ajnabi.
2) Hendaknya jilbab itu tebal tidak tipis ,karena yang di maksud dari jilbab adalah
penutup ,dan jika hal tersebut tidak menutup maka hal tersebut tidak bisa
dinamakan jilbab.
3) Hendaknya jilbab itu bukan perhiasan mempercantik diri ,karena jilbab itu adalah
suatu perkara yang mencegah tampaknya kecantikan untuk ketertarikan kepada
laki laki selain suami.
4) Hendaknya jilbab itu lebar dan tidak sempit ,yang tidak mudah lepas dari badan
dan tidak melihat sesuatu yg membuat timbulnya fitnah di dalam badan.
Syariat Islam mengharamkan melihat wanita ajnabiyah , maka tidak halal bagi
laki laki jika melihat wanita selain istrinya atau mahromnya .Adapun jika memandang
perempuan ajnabiyah dengan tanpa sengaja maka tidak ada dosa baginya ,karena hal
tersebut di luar kehendak manusia.
Apa saja had batasan aurat nisbat bagi perempuan dan laki laki ?
Adapun aurat laki-laki dan perempuan itu sebaliknya. Adapun aurat laki-laki itu
adalah dari pusar sampai lutut maka tidak halal bagi laki laki hendak melihat aurat
sesama laki laki pada bagian di antara pusar dan lutut ,dan sesuatu selain antara pusar
dan lutut itu boleh di lihat. Dan adapun aurat perempuan dan sesamanya itu seperti aurat
laki-laki dengan laki , di antara pusar dan lutut,dan boleh melihat pada sesuatu selain hal
tersebut.
Dan adapun aurat laki-laki yang di nisbatkan bagi perempuan,hal ini di perinci :
1. Jika yang melihat adalah mahromnya seperti (ayah ,paman ,ibu , saudara
laki,) maka auratnya dari pusat sampai lutut paha.
2. Jika yang melihat perempuan ajnabi maka auratnya adalah pusat dan lutut.
Semua badan perempuan itu aurat pada pendapat yang shohih yaitu madzhab
imam Syafi'i dan hanabillah dan nas dari imam Ahmad berkata: dan setiap sesuatu dari
perempuan itu aurat hingga kukunya perempuan.
Sebagian ulama berpendapat : bahwasanya wajah dan kedua telapak tangan itu
tidak aurat wajib menutup nya atau bahkan hanya Sunnah menutupinya.
1. Suami : diperbolehkan nya suami melihat seluruh badan istri ,dan boleh
menikmati tubuh istrinya dari setiap sesuatu yang halal.
3. Bapaknya suami
4. Anak kandung
Para fuqoha' berbeda pendapat ,maka tidak halal bagi seorang muslimah ,jika ia
mebuaka sesuatu dari badannya di antara perempuan musrik ,kecuai jika perempuan
musrik itu budaknya.
Dan imam Ahmad bin Hambal dan abu Hanifah berkata : bahwasanya budak itu seperti
ajnabi maka tidak halal bagi tuan melihatnya karena budak termasuk ajnabi.
Siapa anak kecil yang tidak di butuhkan penghalang baginya untuk melihat
perempuan?
Islam telah memulihkan martabat kaum perempuaan dan memberikan kebebasan mereka
untuk senantiasa untuk mensejahterakan kehidupan mereka, baik dalam segi mendapat
pendidikan, pekerjaan bahkan mendapat hak di dalam rumah tangganya.
Dalam kehidupan Nabi Saw. Banyak perempuan yang memiliki peran strategis dan
sentral di masyarakat khususnya dalam pengmbangan dakwah Islam, mulai dari istri-istri beliau
dan Rasulullah sangatlah memuliakan kaum wanita, sehingga Kemuliaan wanita sangatlah
dijunggung tinggi, bahkan Rasulullah mengisyartkan bahwah wanita tiga tingkat derajatnya
dibanding dengan laki- laki.
Nabi Muhammad Saw. Sebagai pembawa panji risalah keislamaan memiliki peran yang
startegis dalam menyebarkan misi Islam dengan menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan ,
Karena itulah Islam turun di masyarakat yang mengalami degradasi dan defisit moral yang
mengkhawatirkan agar kemudian mengangkat menjadi masyarakat yang memahami nilai-nilai
humanis.