PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana tafsir surat al-Ahzab ayat 59 menurut M. Quraish Shihab dan Ali
as-Shobuni ?
C. Tujuan Makalah
JILBAB
ٰٓيَاُّيَها الَّنِبُّي ُقْل َاِّلْز َو اِج َك َو َبٰن ِتَك َو ِنَس ۤا ِء اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ُيْد ِنْيَن َع َلْيِهَّن ِم ْن َج اَل ِبْيِبِهَّۗن ٰذ ِلَك َاْد ٰن ٓى َاْن ُّيْع َر ْفَن َفاَل ُيْؤ َذ ْيَۗن
َو َك اَن ُهّٰللا َغ ُفْو ًرا َّر ِح ْيًم ا
1
Departemen Agama RI, Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka, (Tanggerang
Selatan: Kalim, TT), 428
2
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol 11, 319-320
3
Ibid, 320
Sedangkan kata: ( )َج اَل ِبْيِبِهَّنdiperselisihkan maknanya oleh para ulama. al-
Biqa’i menyebut beberapa pendapat. Antara lain, baju yang longgar atau
kerudung penutup kepala wanita, atau pakaian yang menutupi baju dan
kerudung yang dipakainya, atau semua pakaian yang menutupi wanita. Semua
ini menurut al-Biqa’i dapat merupakan makna kata tersebut. Sedangkan
T}habit}haba’i memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang menutupi
seluruh badan atau kerudung yang menutupi kepala dan wajah wanita. Namun
menurut ibnu Ashur memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang lebih kecil
dari jubah namun lebih besar dari kerudung atau penutup wajah. Hal ini
diletakkan wanita diatas kepala dan terulur kedua sisi kerudung itu melalui pipi
hingga ke seluruh bahu dan belakangnya. Kemudian ibnu Ashur menambahkan
bahwa model jilbab bisa bermacam-macam yang sesuai dengan perbedaan
selera wanita yang diarahkan oleh adat kebiasaan. Namun tujuan yang
dikehendaki ayat ini adalah menjadikan mereka lebih mudah dikenal sehingga
mereka tidak diganggu.4
Wahai Muhammad katakanlah kepada istri-isrtimu yang suci itu dan anak-
anakmu yang memiliki keutamaan dan seluruh perempuan-perempuan
mukmin. Pakailah jilbab yang longgar yakni yang menutupi kecantikan dan
perhiasan mereka dan itu dapat mencegah perkataan kotor dan membedakan
mereka dengan perempuan-perempuan jahiliah.6
4
Ibid, 320
5
Ibid, 321
6
Ali As-Shabuni, S}ofwah At-Tafa>si>r, juz 3, (Lebanon: da>r al-fikri 2001), 493-494
At-T}abari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya ia berkata tentang
ayat ini: “Allah telah memerintahkan perempuan-perempuan mukmin ketika
mereka keluar dari rumah-rumah mereka hendaklah menutupi wajah-wajah
mereka dengan jilbab-jilbab yang menyisakan satu mata”. Sedangkan ibnu
Kathir meriwayatkan dari Muhammad bin Sairin, ditanyai Ubaidah as-Salmani
tentang ayat: ( )ُي ْد ِنْيَن َع َلْيِهَّن ِم ْن َج اَل ِبْيِبِهَّنhendaklah menutup wajah, kepala dan
menampakkan mata yang kiri. Dengan tertutupnya itu lebih mudah untuk
dikenali sebab menjaga kehormatan dan menutup, jangan mengiginkan hal
lebih dalam hal ini sebagaimana ahli su’ dan fasad.7
C. Komparasi Tafsir
7
Ibid. 494
8
Ali As-Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam, Juz 3, Terj. Mu’ammal Hamidy Dan Imron A. Manan,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 2007), 2
9
Ibid, 2-3
Dari dua penafsiran di atas pemakalah berusaha mengkomparasikan kedua
penafsiran tersebut dan mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:
2. Ali> ash-Sobuni dalam menafsiri ayat ini beliau mendapatkan kesimpulan bahwa
jilbab itu wajib bagi setiap wanita muslimah. Dan sebagai pembeda antara yang
merdeka dan budak serta sebagai tanda pengenal.11
3. Perbedaan hukum yang di hasilkan oleh dua mufassir ini di sebabkan oleh bedanya
pandangan mereka mengenai batas-batas aurat wanita. Perbedaan itu timbul ketika
mereka menafsirkan kata “zinah” dan “illa> ma> z}ahara minha>”. Menurut
Quraish Shihab yang dimaksud dengan “janganlah mereka menampakkan hiasan
mereka kecuali apa yang tampak darinya” dalam menafsirkan ayat ini beliau
mengaitkan dengan adat kebiasaan yang ada di masyarakat itu sendiri. 12
Sedangkan Ali ash-Shabuni tidak demikian, beliau dalam menafsirkan ayat ini
mengartikan bahwa yang biasa tampak itu adalah yang biasa terlihat tanpa
disengaja.13
4. Dalam menyikapi dua pendapat diatas mengenai hukum jilbab serta batasan-
batasan aurat wanita, pemakalah condong kepada pendapat Ali> ash-Sobuni yang
menyatakan bahwa hukum jilbab itu wajib bagi seluruh wanita muslimah. Akan
tetapi pemakalah tidak begitu setuju dengan pendapat beliau yang menyatakan
bahwa seluruh badan wanita itu termasuk aurat sehingga beliau menghukumi
wajib juga menutupi wajah wanita. 14 Karena menurut pemakalah telapak tangan
dan wajah itu bukan termasuk aurat dan tidak wajib untuk ditutupi. Sesuai dengan
10
Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol 11, 319-320. M.
Quraish Shihab, Jilbab, (Jakarta: Lentera Hati, 2014), 86
11
Ali As-Shabuni, S}ofwah At-Tafa>si>r, juz 3, (Lebanon: Da>R al-Fikri 2001), 493
12
M. Quraish Shihab, Jilbab, (Jakarta: Lentera Hati, 2014), 105
13
Ali As-Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam, Juz 3, Terj. Mu’ammal Hamidy Dan Imron A. Manan,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 2007), 10
14
Ibid, 9
hadis nabi yang artinya: “tidak halal bagi seorang perempuan yang percaya
kepada allah dan hari kemudian dan telah haid untuk menampakkan kecuali
wajahnya dan tangannya sampai disini (lalu beliau memegang setengah tangan
beliau)”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, TT. Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode
Angka, Tanggerang Selatan: Kalim.
Shihab, M.Quraish, 2002. Tafsir Al-Misbah, Vol 11, Jakarta: Lentera Hati.
As-Shabuni, Ali, 2001. S}ofwah At-Tafa>si>r, Juz 3, Lebanon: Da>r Al-Fikri.
As-Shabuni, Ali, 2007. Tafsir Ayat Ahkam, Juz 3, Terj. Mu’ammal Hamidy Dan
Imron A. Manan, Surabaya: PT Bina Ilmu.
Shihab, M. Quraish 2014. Jilbab, Jakarta: Lentera Hati.