Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk beberapa orang jilbab adalah kesederhanaan, kedekatan kepada


sang pencipta dan pelindung diri sebagai perempuan muslim. Bagi sebagian yang
lain, jilbab termasuk sebuah kewajiban bagi setiap wanita muslimah.

Kedua pandangan tersebut memiliki rasionalisasi tersendiri atas


perempuan yang menggunakan pelindung diri yang disebut dengan istilah jilbab,
hijab, dan kerudung. Di Indonesia khususnya penggunaan jilbab tidak lepas dari
ruang dimana mereka hidup. Jilbab selalu berkaitan baik yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan, budaya, dan pandangan hidup seseorang. Bahkan ada yang
menganggap jilbab hanya sebagai tren dalam berbusana.

Disini pemakalah mencoba mengkomparasikan penggunaan atau hukum


jilbab menurut perspektif Mufassir M. Quraish Shihab dan Ali Ash-Shobuni, yang
keduanya tersebut bertentangan dalam memandang jilbab tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teks ayat tentang jilbab?

2. Bagaimana tafsir surat al-Ahzab ayat 59 menurut M. Quraish Shihab dan Ali
as-Shobuni ?

3. Bagaimana komparasi tafsir surah al-Ahzab ayat 59?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui teks ayat tentang jilbab

2. Mengetahui penafsiran surat al ahzab ayat 59

3. Mengetahui komparasi ayat al ahzab ayat 59


BAB II

JILBAB

A. Teks Surah al-Ahzab Ayat 59

‫ٰٓيَاُّيَها الَّنِبُّي ُقْل َاِّلْز َو اِج َك َو َبٰن ِتَك َو ِنَس ۤا ِء اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ُيْد ِنْيَن َع َلْيِهَّن ِم ْن َج اَل ِبْيِبِهَّۗن ٰذ ِلَك َاْد ٰن ٓى َاْن ُّيْع َر ْفَن َفاَل ُيْؤ َذ ْيَۗن‬
‫َو َك اَن ُهّٰللا َغ ُفْو ًرا َّر ِح ْيًم ا‬

Artinya: Wahai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu


dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk
dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.1
B. Tafsir Surah al-Ahzab Ayat 59

1. Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 59 Menurut Quraish Shihab

Quraish Shihab sebelum menafsiri ayat ini, beliau memaparkan sejarah


singkat mengenai cara berpakaian wanita pada saat ayat ini belum diturunkan.
Dalam tafsirnya dikatakan bahwa sebelum turunya ayat ini cara berpakaian
wanita merdeka atau budak, yang baik atau yang kurang sopan hampir
dikatakan sama. Karena itu lelaki usil pada saat itu sering mengganggu wanita-
wanita khususnya yang mereka ketahui atau duga sebagai budak. Untuk
menghindarkan gangguan tersebut, serta menampakkan keterhormatan wanita
muslimah maka turunlah ayat ini.2

Kalimat: ( ‫ )ِنَس ۤا ِء اْلُم ْؤ ِمِنْيَن‬oleh Quraish Shihab diterjemahkan dengan “wanita-


wanita orang-orang mukmin” sehingga ayat ini mencakup juga gadis-gadis
semua orang mukmin bahkan keluarga mereka semuanya. Sedangkan kata: (
‫ )َع َلْيِهّن‬menurut beliau mengesankan bahwa seluruh badan mereka tertutupi oleh
pakaian. Kecuali wajah dan telapak tangan sesuai dengan yang dikecualikan
oleh Nabi, dan penjelasan Nabi itulah yang menjadi penafsiran ayat ini.3

1
Departemen Agama RI, Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka, (Tanggerang
Selatan: Kalim, TT), 428
2
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol 11, 319-320
3
Ibid, 320
Sedangkan kata: ( ‫ )َج اَل ِبْيِبِهَّن‬diperselisihkan maknanya oleh para ulama. al-
Biqa’i menyebut beberapa pendapat. Antara lain, baju yang longgar atau
kerudung penutup kepala wanita, atau pakaian yang menutupi baju dan
kerudung yang dipakainya, atau semua pakaian yang menutupi wanita. Semua
ini menurut al-Biqa’i dapat merupakan makna kata tersebut. Sedangkan
T}habit}haba’i memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang menutupi
seluruh badan atau kerudung yang menutupi kepala dan wajah wanita. Namun
menurut ibnu Ashur memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang lebih kecil
dari jubah namun lebih besar dari kerudung atau penutup wajah. Hal ini
diletakkan wanita diatas kepala dan terulur kedua sisi kerudung itu melalui pipi
hingga ke seluruh bahu dan belakangnya. Kemudian ibnu Ashur menambahkan
bahwa model jilbab bisa bermacam-macam yang sesuai dengan perbedaan
selera wanita yang diarahkan oleh adat kebiasaan. Namun tujuan yang
dikehendaki ayat ini adalah menjadikan mereka lebih mudah dikenal sehingga
mereka tidak diganggu.4

Ayat diatas tidak memerintahkan wanita muslimah memakai jilbab, karena


agaknya ketika itu sebagian mereka telah memakainya, hanya saja cara
memakainya belum mendukung apa yang dikehendaki ayat ini. Kesan ini
diperoleh dari redaksi ayat diatas yang menyatakan jilbab mereka yang
diperintahkan adalah “hendaklah mereka mengulurkannya”. Hal ini berarti
mereka telah memakai jilbab tetapi belum lagi mengulurkannya.5

2. Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 59 Menurut Ali> as-S}obuni

Wahai Muhammad katakanlah kepada istri-isrtimu yang suci itu dan anak-
anakmu yang memiliki keutamaan dan seluruh perempuan-perempuan
mukmin. Pakailah jilbab yang longgar yakni yang menutupi kecantikan dan
perhiasan mereka dan itu dapat mencegah perkataan kotor dan membedakan
mereka dengan perempuan-perempuan jahiliah.6

4
Ibid, 320
5
Ibid, 321
6
Ali As-Shabuni, S}ofwah At-Tafa>si>r, juz 3, (Lebanon: da>r al-fikri 2001), 493-494
At-T}abari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya ia berkata tentang
ayat ini: “Allah telah memerintahkan perempuan-perempuan mukmin ketika
mereka keluar dari rumah-rumah mereka hendaklah menutupi wajah-wajah
mereka dengan jilbab-jilbab yang menyisakan satu mata”. Sedangkan ibnu
Kathir meriwayatkan dari Muhammad bin Sairin, ditanyai Ubaidah as-Salmani
tentang ayat: ( ‫ )ُي ْد ِنْيَن َع َلْيِهَّن ِم ْن َج اَل ِبْيِبِهَّن‬hendaklah menutup wajah, kepala dan
menampakkan mata yang kiri. Dengan tertutupnya itu lebih mudah untuk
dikenali sebab menjaga kehormatan dan menutup, jangan mengiginkan hal
lebih dalam hal ini sebagaimana ahli su’ dan fasad.7

Perintah berhijab ini diturunkan setelah diwajibkannya menutup aurat,


maka yang dimaksud dengan berhijab disini ialah menutup seluruh badan. Oleh
karena itu para ahli tafsir sepakat meskipun ada perbedaan dalam redaksional
bahwa yang dimaksud jilbab yaitu selendang yang berfungsi menutup seluruh
tubuh wanita di atas pakaiannya, yang dimasa kini lazim disebut mula’ah dan
bukan sekedar menutup aurat seperti dugaan sebagian orang.8

Penegasan dengan perincian “istri-istimu, anak-anak perempuanmu dan


istri-istri orang-orang mukmin” itu, menolak dengan tegas pendapat orang-
orang yang menduga bahwa perintah berhijab itu hanya khusus diwajibkan
kepada istri-istri Nabi saja. Sebab kata-kata “istri-istri orang mukmin” itu
menunjukkan secara qat}’i>, bahwa seluruh wanita muslimah wajib berjilbab
dan mereka seluruhnya terkena khitab yang umum ini. Sedangkan mengenai
perintah Allah yang mendahulukan istri-istri Nabi dan putri-putrinya. Ini
menunjukkan, bahwa mereka adalah wanita-wanita panutan yang menjadi
ikutan semua wanita sehingga mereka wajib berpegangan adab shar’i> untuk
diikuti oleh wanita-wanita lainnya karena da’wah itu tidak akan membuahkan
hasil melainkan apabila da’inya memulai dari dirinya sendiri dan keluarganya.9

C. Komparasi Tafsir

7
Ibid. 494
8
Ali As-Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam, Juz 3, Terj. Mu’ammal Hamidy Dan Imron A. Manan,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 2007), 2
9
Ibid, 2-3
Dari dua penafsiran di atas pemakalah berusaha mengkomparasikan kedua
penafsiran tersebut dan mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Quraish Shihab tidak mewajibkan jilbab akan tetapi hanya sekedar


menganjurkannya, karena menurut beliau perintah dalam ayat ini bukan berarti
wajibnya berjilbab melainkan hanya sebuah tuntunan bagaimana berjilbab yang
baik dan pembeda antara orang mukminah yang merdeka dan yang budak.10

2. Ali> ash-Sobuni dalam menafsiri ayat ini beliau mendapatkan kesimpulan bahwa
jilbab itu wajib bagi setiap wanita muslimah. Dan sebagai pembeda antara yang
merdeka dan budak serta sebagai tanda pengenal.11

3. Perbedaan hukum yang di hasilkan oleh dua mufassir ini di sebabkan oleh bedanya
pandangan mereka mengenai batas-batas aurat wanita. Perbedaan itu timbul ketika
mereka menafsirkan kata “zinah” dan “illa> ma> z}ahara minha>”. Menurut
Quraish Shihab yang dimaksud dengan “janganlah mereka menampakkan hiasan
mereka kecuali apa yang tampak darinya” dalam menafsirkan ayat ini beliau
mengaitkan dengan adat kebiasaan yang ada di masyarakat itu sendiri. 12
Sedangkan Ali ash-Shabuni tidak demikian, beliau dalam menafsirkan ayat ini
mengartikan bahwa yang biasa tampak itu adalah yang biasa terlihat tanpa
disengaja.13

4. Dalam menyikapi dua pendapat diatas mengenai hukum jilbab serta batasan-
batasan aurat wanita, pemakalah condong kepada pendapat Ali> ash-Sobuni yang
menyatakan bahwa hukum jilbab itu wajib bagi seluruh wanita muslimah. Akan
tetapi pemakalah tidak begitu setuju dengan pendapat beliau yang menyatakan
bahwa seluruh badan wanita itu termasuk aurat sehingga beliau menghukumi
wajib juga menutupi wajah wanita. 14 Karena menurut pemakalah telapak tangan
dan wajah itu bukan termasuk aurat dan tidak wajib untuk ditutupi. Sesuai dengan
10
Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol 11, 319-320. M.
Quraish Shihab, Jilbab, (Jakarta: Lentera Hati, 2014), 86
11
Ali As-Shabuni, S}ofwah At-Tafa>si>r, juz 3, (Lebanon: Da>R al-Fikri 2001), 493
12
M. Quraish Shihab, Jilbab, (Jakarta: Lentera Hati, 2014), 105
13
Ali As-Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam, Juz 3, Terj. Mu’ammal Hamidy Dan Imron A. Manan,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 2007), 10
14
Ibid, 9
hadis nabi yang artinya: “tidak halal bagi seorang perempuan yang percaya
kepada allah dan hari kemudian dan telah haid untuk menampakkan kecuali
wajahnya dan tangannya sampai disini (lalu beliau memegang setengah tangan
beliau)”.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi disini pemakalah mengambil kesimpulan dari kedua mufassir


tersebut, Pertama, menurut Quraish shihab bahwasannya jilbab itu tidak wajib
karena yang wajib itu menutup aurat dan ayat jilbab ini turun hanya sebagai
pembeda antara wanita merdeka dan hamba sahaya. Kedua, menurut Ali> as-
Sobuni mengenai jilbab itu wajib bagi semua wanita muslimah apabila
dipandang memenuhi syarat secara syar’i>, yaitu berfungsi sebagai menutup
perhiasan, pakian dan seluruh badan. Dan juga dasar atas diwajibkannya jilbab
menurut beliau adalah untuk menempatkan mereka pada kedudukan yang
mulia dan terhormat.

Dan juga pemakalahpun lebih setuju terhadap persepektif Ali> as-Sobuni


mengenai diwajibkannya jilbab, karena dengan diwajibkannya tersebut wanita
akan menjadi lebih terhormat dan lebih ditakuti oleh laki-laki. Sama halnya
dengan permen yang dibungkus dengan yang tidak dibungkus, yaitu
kebanyakan yang suka terhadap yag terbungkus bukan yang sudah dibuka
karena yang terbungkus itu terjamin original.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, TT. Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode
Angka, Tanggerang Selatan: Kalim.
Shihab, M.Quraish, 2002. Tafsir Al-Misbah, Vol 11, Jakarta: Lentera Hati.
As-Shabuni, Ali, 2001. S}ofwah At-Tafa>si>r, Juz 3, Lebanon: Da>r Al-Fikri.
As-Shabuni, Ali, 2007. Tafsir Ayat Ahkam, Juz 3, Terj. Mu’ammal Hamidy Dan
Imron A. Manan, Surabaya: PT Bina Ilmu.
Shihab, M. Quraish 2014. Jilbab, Jakarta: Lentera Hati.

Anda mungkin juga menyukai