Anda di halaman 1dari 5

AURAT WANITA DALAM TINJAUAN FIKIH

(STUDI PEMIKIRAN M. QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Karya Ilmiah

Dosen Pengampu : Dr. Askar Patahuddin, S.Si., M.E.

Oleh:
ARISKA ULIASARI

2174233334

PROGRAM PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM SYARIAH


STIBA MAKASSAR
2024
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mayoritas masyarakat sering mengaitkan keberadaan wanita dengan keindahan


fisik sebagai lambang kehidupan yang indah. Semakin menarik penampilan seorang
wanita, semakin terpancar keindahan dalam postur tubuhnya. Walaupun demikian, di
balik keelokan tersebut terdapat pesan tersirat yang mengingatkan wanita untuk berhati-
hati dalam menentukan batas-batas proporsi tubuh yang pantas untuk diperlihatkan
kepada semua orang. Olehnya, banyak ajaran islam yang mengatur tentang wanita secara
fisiknya, salah satunya adalah perkara “aurat”.

Aurat ialah bahagian yang menjadi aib pada tubuh yang wajib ditutup dan haram
dilihat oleh orang lain.1
Menurut ajaran fiqih, pengertian aurat menurut islam yaitu beberapa bagian
anggota badan yang tidak boleh ditampakkan atau diperlihatkan oleh orang yang bukan
muhrimnya. Sementara salah satu ulama fiqih, yaitu Al-Khatib As-Syirbini menyebutkan
jika aurat merupakan bagian organ tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh terlihat oleh
orang yang bukan muhrim begitupun ketika kita mengerjakan sholat.2
Bisa disimpulkan dari pengertian diatas bahwasanya aurat bukan hanya tentang bagian
anggota tubuh tertentu yang tidak boleh ditampakkan melainkan juga tentang batasan
yang tidak boleh diperlihatkan ketika salat.

Allah berfirman dalam Qs. An-nur : 31.

‫َو ُقل ِّلْلُم ْؤ ِم َنٰـِت َيْغ ُضْض َن ِم ْن َأْبَص ٰـ ِر ِهَّن َو َيْح َفْظَن ُفُروَج ُهَّن َو اَل ُيْبِد يَن ِزيَنَتُهَّن ِإاَّل َم ا َظَهَر ِم ْنَهاۖ َو ْلَيْض ِرْبَن ِبُخ ُم ِرِهَّن َع َلٰى‬
‫ُجُيوِبِهَّن ۖ َو اَل ُيْبِد يَن ِزيَنَتُهَّن ِإاَّل ِلُبُعوَلِتِهَّن َأْو َء اَبٓاِئِهَّن َأْو َء اَبٓاِء ُبُعوَلِتِهَّن َأْو َأْبَنٓاِئِهَّن َأْو َأْبَنٓاِء ُبُعوَلِتِهَّن َأْو ِإْخ َٰو ِنِهَّن َأْو َبِنٓى‬
‫ِإْخ َٰو ِنِهَّن َأْو َبِنٓى َأَخ َٰو ِتِهَّن َأْو ِنَس ٓاِئِهَّن َأْو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم ٰـ ُنُهَّن َأِو ٱلَّتٰـ ِبِع يَن َغْيِر ُأ۟و ِلى ٱِإْل ْر َبِة ِم َن ٱلِّر َج اِل َأِو ٱلِّطْفِل ٱَّلِذ يَن َلْم‬
‫َيْظَهُرو۟ا َع َلٰى َعْو َٰر ِت ٱلِّنَس ٓاِء ۖ َو اَل َيْض ِرْبَن ِبَأْر ُج ِلِهَّن ِلُيْع َلَم َم ا ُيْخ ِفيَن ِم ن ِزيَنِتِهَّن ۚ َو ُتوُبٓو ۟ا ِإَلى ٱِهَّلل َج ِم يًعا َأُّيَه ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن‬
‫۝‬٣١ ‫َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬

Terjemahnya:

1
“Aurat Wanita & Aurat Lelaki Dalam Islam (Panduan Lengkap),” diakses 28 Februari 2024,
https://akuislam.com/blog/fiqh/aurat-wanita-lelaki/.
2
“Pengertian Aurat Menurut Islam: Tujuan, Dalil, Jenis dan Batasannya,” suara.com, diakses 28
Februari 2024, https://www.suara.com/news/2022/08/28/084833/pengertian-aurat-menurut-
islam-tujuan-dalil-jenis-dan-batasannya.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung.
Dalam tafsir ibn Kaṡir Allah Swt. Menyebutkan bahwa adalah perintah yang
ditujukan kepada kaum wanita mukmin, sebagai pembelaan Allah buat suami-suami
mereka yang terdiri dari hamba-hamba-Nya yang beriman, serta untuk membedakan
wanita-wanita yang beriman dari ciri khas wanita Jahiliah dan perbuatan wanita-wanita
musyrik. Disebutkan bahwa latar belakang turunnya ayat ini seperti yang disebutkan oleh
Muqatil ibnu Hayyan, telah sampai kepada kami bahwa Jabir ibnu Abdullah Al-Ansari
pernah menceritakan bahwa Asma binti Marsad mempunyai warung di perkampungan
Bani Harisah, maka kaum wanita mondar-mandir memasuki warungnya tanpa memakai
kain sarung sehingga perhiasan gelang kaki mereka kelihatan dan dada mereka serta
rambut depan mereka kelihatan. Maka Berkatalah Asma, "Alangkah buruknya pakaian
ini." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah kepada wanita yang beriman,
"Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (An-Nur: 31), hingga akhir ayat.3
Adapun batas-batas aurat wanita, ulama berbeda pendapat dalam hal ini.
Diantaranya Jumhur Ulama sepakat bahwa aurat wanita yang wajib ditutup ketika
bershalat adalah segenap anggota tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan nya. Muka
dan dua telapak tangan itu, menurut Sayyid Sabiq adalah bahagian tubuh yang dibolehkan
tampak sesuai dengan kalimat illaa mââ zâhârâ minhââ dalam QS An-Nur (24): 314
Ibnu Taimiyah menjelaskan bahawa Abu Hanifah membolehkan telapak kaki
wanita tanpak dalam shalat, dan ini adalah pendapat yang paling kuat, berdasarkan
riwayat dari Aisyah yang memasukkan dua telapak kaki itu kedalam kategori tubuh yang
boleh tanpak sesuai dengan potongan ayat tersebut.5

3
-, “Tafsir Surat An-Nur, Ayat 31,” 3 Juli 2015, http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-
surat-nur-ayat-31.html.
4
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah. t.t. : Dar- Al-Kitab Al-Arabiy,tt, jilid I, h.114.
5
Ibnu Taimiyah, Hijab Al Ma’ah dalam Majmu’ Rasail fil Al-Hijab wa al-safur, t.t.
Pendapat ini berbeda dengan pendapat al-Syafi‟i yang tidak membolehkan dua
telapak kaki itu tampak dalam shalat.6

Ulama-ulama yang mengecualikan wajah dan telapak tangan dari bagian tubuh
perempuan yang merupakan aurat, mengemukakan juga sekian banyak hadits. Salah
satunya adalah hadits dari ‘Aisyah r.a.:
‫ َفَأْعَرَض َعْنَه ا َرُس وُل‬، ‫ َدَخ َلْت َعَلى َرُس وِل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َوَس َّلَم َو َعَلْيَه ا ِثَياٌب ِرَقاٌق‬، ‫ َأَّن َأَمْساَء ِبْنَت َأيِب َبْك ٍر‬،‫َعْن َعاِئَشَة َرِض َي اُهلل َعْنَه ا‬

‫ ِإَّن اْلَمْرَأَة ِإَذا َبَلَغِت اْلَم ِح يَض ْمَل َتْص ُلْح َأْن ُيَرى ِم ْنَه ا ِإاَّل َه َذ ا َوَه َذ ا َوَأَش اَر ِإىَل َوْج ِه ِه َوَك َّفْيه [رواه أبو‬،‫ َيا َأَمْساُء‬: ‫ َو َقاَل‬، ‫اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َوَس َّلَم‬

]‫داوود‬

Terjemahannya:
Dari ‘Aisyah r.a. (diriwayatkan) bahwa Asma’ binti Abu Bakar masuk ke tempat
Rasulullah saw dengan memakai baju yang tipis, kemudian Rasulullah saw
berpaling daripadanya dan bersabda, hai Asma’, sesungguhnya apabila wanita itu
sudah sampai masa haid, tidaklah boleh dilihat sebagian tubuhnya kecuali ini dan
ini. Beliau menunjuk kepada muka dan kedua tapak tangannya [HR. Abu
Dawud].7

Hadits di atas banyak memiliki rentetan perawi yang menjadi bahasan panjang,
mulai dari penolakan ulama-ulama dengan mengakan hadits ini tidak dapat dijadikan
hujjah. Dalam konteks ini pakar hadist Imam Muslim menyatakan: “Hadits yang mursal
menurut pendapat kami dan pendapat pakar-pakar riwayat tidak dapat dijadikan
hujjah(argumentasi keagamaan)”. Di sisi lain, kandungan informasi hadits pun diragukan.
Demikian mmenurut ulama yang menolaknya. “Bagaimana mungkin Asma’ putri abu
Bakar ra., sekaligus saudari ‘Aisyah ra. Yang merupakan istri Rasulullah saw., berani
masuk menemui Rasulullah saw. Dengan berpakaian tipis”. Banyak juga dari ulama yang
menyatakan bahwa pakaian yang dipakai Asma sebelum ditetapkannya kewajiban
menutup seluruh badan wanita.8
Namun dalam era modernisasi ini, banyak pakar tafsir maupun ulama
kontemporer berbeda pendapat. Salah satunya ulama tafsir kontemporer M. Quraish
Shihab, yang mana banyak dari tafsiran beliau yang berbeda dari kebanyakan ulama.

6
Al-Syafi‟iy, Al-Umm, , Baiyrut : Dar al-Fikr, 1983, Juz I. h.109
7
Hasan lighairihi: HR. Abu Dawud (no. 4104). Dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dengan beberapa
syawâhid (penguat)nya. Lihat kitab Jilbâbul Mar-atil Muslimah (hlm. 57-60).
Referensi : https://almanhaj.or.id/12755-wanita-adalah-aurat-2.html#_ftn7

8
nderekngaji Team, “Jilbab : Pakaian Wanita Muslimah | PDF | M. Quraish Shihab,” nderekngaji,
128–31, diakses 4 Maret 2024, https://www.nderekngaji.com/2023/01/jilbab%20-pakaian-
wanita-muslimah-pdf.html.
Contohnya salah satu pendapat Quraish Shihab tentang pembolehan melepas jilbab
dengan mengesankan bahwa penggunaan jilbab itu melebihi yang dikehendaki oleh
Tuhan. Quraish Shihab berkata. Jadi berjilbab baik, dan bagus. Tetapi boleh jadi sudah
melebihi apa yang dikehendaki oleh Tuhan. 9

Dalam kitabnya yang bernama Tafsir Al-Misbah, Quraish Shihab berpendapat


bahwa kepala bukanlah aurat. Dan masih banyak lagi pendapat-pendapat beliau yang
bertentangan dengan ulama-ulama lainnya.10

Maka dengan melihat beberapa pendapat Quraish Shihab yang bertentangan


dengan para ulama. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengkaji lebih dalam lagi
tentang permasalahan aurat wanita sekaligus mendalami makna tafsiran ulama
kontemporer (M. Quraish Shihab)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan hukum islam terhadap aurat wanita?
2. Bagaimana pandangan M. Quraish Shihab terhadap aurat wanita dalam tafsir Al-
Misbah?

C. Pengertian Judul
Agar tidak terjadinya kesalahpahaman dan kekeliruan pada penafsiran penelitian
yang berjudul Aurat Wanita dalam Tinjauan Fikih Studi Pemikiran M. Quraish Shihab
dalam Tafsir Al-Misbah. Maka penting bagi peneliti untuk memberikan definisi dari tiap
kata yang berhubungan dengan judul di atas, sebagai berikut:

1. Aurat: bagian dari tubuh yang tidak pantas untuk diperlihatkan.11

D. Metodologi Penelitian
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

9
M. Fahru Zaini S.thi, “Pembelaan Atas Wanita Berjilbab: Skripsi Kritik Cendikiawan Muslim Atas
Penafsiran M. Quraish Shihab Tentang Ayat-ayat Jilbab,” Pembelaan Atas Wanita Berjilbab (blog),
20 Agustus 2008, http://jilbabzaini.blogspot.com/2008/08/skripsi-kritik-cendikiawan-muslim-
atas.html.
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Cet. I, Vol. Ke-11,
(Jakarta: Lentera Hati, 2003), hal.143.
11
Buku Daras dan Uin Alauddin, “Dr. Misbahuddin, S.Ag.,M.Ag.,” t.t.

Anda mungkin juga menyukai