Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ajaran Islam bukannya hanya mengatur hubungan vertikal manusia (hablum


minallah), tetapi juga hubungan horizontal dengan sesamanya (hablum minannas). Karena
itulah antara lain Islam dikatakan sebagai yang sempurna, Islam mengajarkan kepada
manusia mulai dari bagaimana cara makan, minum, tidur, sampai bagaimana cara mengabdi
kepada sang khalik.
Dalam masalah berhias, Islam menggariskan aturan-aturan yang harus ditaati yakni
dalam apa yang disebut etika berhias. Seorang muslim atau muslimah dituntut untuk berhias
sesuai dengan apa yang digariskan dalam aturan. Tidak boleh misalnya, seorang muslim
atau muslimah dalam berhias hanya mementingkan mode atau adat yang berlaku di suatu
masyarakat, sementara batasan-batasan yang sudah ditentukan agama ditinggalkan.
Berhias secara Islami akan memberikan pengaruh positif dalam berbagai aspek
kehidupan, karena berhias yang dilakukan diniatkan sebagai ibadah, akan menjadi jalan
untuk mendapatkan barokah dan pahala dari al-Kholik. Namun sebaliknya apabila seseorang
dalam berhias (berdandan) mengabaikan norma Islam maka segala hal yang dilakukan
dalam berdandan, akan menjadi pendorong untuk melakukan kemaksiatan kemungkaran
bahkan menjadi sarana memasuki perangkap syaithon yang menyesatkan.bamenjadiarana
memasuki perangkap syaithon yang menyesatkan.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa pengertian tabarruj?
1.2.2. Bagaimana hukum tabarruj?
1.2.3. Bagaimana bentuk-bentuk tabarruj?
1.2.4. Bagaimana ancaman keras dan keburukan tabarruj?
1.2.5. Bagaiman berhias yang diperbolehkan di dalam Islam?

1
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mendeskripsikan pengertian tabarruj.
1.3.2. Untuk mendeskripsikan hukum tabarruj.
1.3.3. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk tabarruj.
1.3.4. Untuk mendeskripsikan ancaman keras dan keburukan tabarruj
1.3.5. Untuk mendeskripsikan berhias yang diperbolehkan di dalam Islam.

2
BAB II

ISI

TABARRUJ (BERHIAS) PADA DIRI PEREMPUAN

2.1 Pengertian Tabarruj


secara terminologis ajaran Islam, tabarruj adalah menampakkan perhiasan, aurat
dan keindahan tubuhnya selain kepada suaminya. Imam Bukhari mendefinisikan tabarruj
dengan memperlihatkan kecantikan atau keindahan diri seorang wanita.
Tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan kemolekan yang justru seharusnya
ditutupi karena dapat mengundang syahwat laki-laki. Arti tabarruj meliputi pengertian
berjalan melenggak-lenggok di hadapan para laki-laki, seperti mempertontonkan rambut,
leher, serta perhiasan seperti kalung, permata, dan sejenisnya.
Dari semua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian tabarruj adalah
keluarnya wanita yang telah berhias dari rumahnya yang dengan sengaja memperlihatkan
kecantikan wajah dan tubuhnya dengan genit serta melenggak-lenggokkan jalannya
sehingga terlihat perhiasan yang ada padanya di hadapan orang lain baik dengan maksud
menarik perhatian, merangsang nafsu syahwat laki-laki yang dilewatinya ataupun pujian
dari orang.

2.2 Ayat Al-Qur’an Pokok

‫ُد ُهَّللا‬/‫َو َقْر َن ِفي ُبُيوِتُك َّن َو ال َتَبَّرْج َن َتَب ُّر َج اْلَج اِهِلَّي ِة األوَلى َو َأِقْم َن الَّص الَة وآِتيَن الَّزَك اَة َو َأِط ْعَن َهَّللا َو َر ُس وَلُه ِإَّنَم ا ُيِر ي‬
‫ِلُيْذ ِهَب َع ْنُك ُم الِّرْج َس َأْه َل اْلَبْيِت َو ُيَطِّهَر ُك ْم َتْطِه يًر ا‬

Artinya: "dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias, dan
bertingkah-laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlulbait, dan membersihkan (dosa) kamu sebersih-
bersihnya."-(QS.Al-Ahzab:33)

3
2.1 Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan

1. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman dan Q.S al-A’raf ayat 26:

‫َيا َبِني آَد َم َقْد َأْنَز ْلَنا َع َلْيُك ْم ِلَباًس ا ُيَو اِر ي َسْو آِتُك ْم َو ِر يًشا َو ِلَباُس الَّتْقَو ى َذ ِلَك َخ ْيٌر َذ ِلَك ِم ْن آَياِت ِهَّللا َلَعَّلُهْم َيَّذ َّك ُروَن‬

Artinya: Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.

2. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman dalam Q.S an-Nuur ayat 31:


‫َو ُقْل ِلْلُم ْؤ ِم َناِت َيْغ ُضْض َن ِم ْن َأْبَص اِر ِهَّن َو َيْح َفْظَن ُفُر وَج ُهَّن َو ال ُيْبِد يَن ِز يَنَتُهَّن ِإال َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو ْلَيْض ِر ْبَن ِبُخ ُمِر ِهَّن‬
‫َع َلى ُج ُي وِبِهَّن َو ال ُيْب ِد يَن ِز يَنَتُهَّن ِإال ِلُبُع وَلِتِهَّن َأْو آَب اِئِهَّن َأْو آَب اِء ُبُع وَلِتِهَّن َأْو َأْبَن اِئِهَّن َأْو َأْبَن اِء ُبُع وَلِتِهَّن َأْو‬
‫ِإْخ َو اِنِهَّن َأْو َبِني ِإْخ َو اِنِهَّن َأْو َبِني َأَخ َو اِتِهَّن َأْو ِنَس اِئِهَّن َأْو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُهَّن َأِو الَّت اِبِع يَن َغ ْي ِر ُأوِلي اإلْر َب ِة ِم َن‬
‫الِّرَج اِل َأِو الِّطْفِل اَّلِذ يَن َلْم َيْظَهُر وا َع َلى َع ْو َر اِت الِّنَس اِء َو ال َيْض ِر ْبَن ِبَأْر ُج ِلِهَّن ِلُيْع َلَم َم ا ُيْخ ِفيَن ِم ْن ِز يَنِتِهَّن َو ُتوُب وا‬
‫ِإَلى ِهَّللا َج ِم يًعا َأُّيَها اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َلَعَّلُك ْم ُتْفِلُح وَن‬

Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.

4
3. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman dalam Q.S An-Nuur ayat 60:
‫َو اْلَقَو اِع ُد ِم َن الِّنَس اِء الالِتي ال َيْر ُج وَن ِنَك اًح ا َفَلْيَس َع َلْيِهَّن ُج َن اٌح َأْن َيَض ْعَن ِثَي اَبُهَّن َغ ْي َر ُم َتَبِّر َج اٍت ِبِز يَن ٍة َو َأْن‬
‫َيْس َتْعِفْفَن َخ ْيٌر َلُهَّن َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم‬

Artinya: Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan
mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa
menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan,
dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.

2.3 Hadist Tentang Berhias


1. Umar bin Khathhab radliyallaahu ‘anhu telah berkata :

‫َو ِإَّياُك ْم َو الَّتَنُّعَم َو ِز َّي َأْه ِل الِّش ْر ِك‬

“Dan jauhkan dirimu dari bermewah-mewah dan meniru model orang musyrik”
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 2069, Ahmad 1/15, Ibnu Hibbaan 12/268 no. 5454,
dan yang lainnya].
2. Dari Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata :
‫ َفَق اَلْت َلَعَن َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم الَّرُج َل َة ِم َن‬، ‫ ِإَّن اْم َر َأًة َتْلَبُس الَّنْع َل‬:‫ِقيَل ِلَعاِئَش َة َر ِض َي ُهَّللا َع ْنَه ا‬
‫الِّنَس اِء‬

Dikatakan kepada ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa : “Sesungguhnya ada wanita


memakai sandal laki-laki”. Lalu ia menjawab : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam telah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki” [Diriwayatkan oleh Abu
Daawud no. 4099, Al-Humaidiy no. 274, Abu Ya’laa no. 4880, dan yang lainnya;
dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan Abi Daawud 2/519-
520].
3. Dari Abu Muusaa Al-Asy’ariy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

‫أَُّيَم ا اْم َر َأٍة اْس َتْع َطَر ْت َفَم َّر ْت َع َلى َقْو ٍم ِلَيِج ُدوا ِم ْن ِر يِحَها َفِهَي َز اِنَيٌة‬

5
Artinya:“Wanita wana saja yang memakai wangi-wangian, lalu melewati satu kaum
agar mereka mencium baunya, maka ia adalah pezina” [Diriwayatkan oleh Abu
Daawud no. 4173, An-Nasaa’iy no. 5126, dan yang lainnya; dihasankan oleh Asy-
Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan An-Nasaa’iy 3/372].
4. Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda :

َ‫ َلْم ُتْقَبْل َلَها َص اَل ٌة َح َّتى َتْغ َتِس ل‬، ‫ ُثَّم َخ َر َج ْت ِإَلى اْلَم ْس ِج ِد‬، ‫" وَأُّيَم ا اْم َر َأٍة َتَطَّيَبْت‬

Artinya:“Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian, lalu keluar menuju


masjid, maka shalatnya tidak diterima hingga ia mandi terlebih dahulu (untuk
menghilangkan bau wanginya)” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4174, Ibnu
Maajah no. 4002, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam
Shahiih Al-Jaami’ no. 2703.
5. Dalam sebuah hadist yang menyatakan :

‫عن ابى هريرة َاَّن اْم َر َأًة َج اَء ْت ِاَلى الَّنِبْيِى َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَلْت َياَر ُسْو اَل ِهلل ِاَّن ِلى اْبَنًة َع ُرْو ًس ا َو َقْد َتَم َّز َق‬
‫ َلَعَن ُهللا اْلَو اِص َلَة َو اْلُم ْس َتْو ِص َلَة َو اْلَو اِش َم َة‬: ‫َش ْعُر َها ِم ْن ِح ْص َبٍة َاَفَأِص ُلُه ؟ َفَق اَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم‬
‫َو اْلُم ْس َتْو ِش َم َة‬

Artinya : Dari Abu Hurairah, bahwa seorang perempuan datang kepada Nabi saw,,
lalu katanya : “ Wahai Rasulullah, sesungguhnya anak perempuanku akan menjadi
pengantin, sedang rambutnya telah rusak karena penyakit campak, maka bolehkan
aku menyambungnya ? Nabi saw. Menjawab : “ Allah melaknati orang yang
menyambung rambut, orang yang minta disambung rambutnya, orang yang membuat
tatoo dan orang yang minta di tattoo.”(HR. Abu Dauwud & Ahmad)
2.4 Hukum Tabarruj
Allah berfirman dalam An Nuur ayat 60:
‫َو اْلَقَو اِع ُد ِم َن الّنَس آِء اّلَالِتي َال َيْر ُج وَن ِنَك احًا َفَلْيَس َع َلْيِهّن ُج َناٌح َأن َيَض ْعَن ِثَي اَبُهّن َغ ْي َر ُم َتَبّرَج اِت ِبِز يَن ٍة َو َأن َيْس َتْعِفْفَن‬
‫َخ ْيٌر ّلُهّن‬ ‫َوُهّللا َسِم يٌع ِعِليٌم‬
Artinya: “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung)
yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka

6
dengan tidak (bermaksud) bertabarruj dengan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih
baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana”. Allah berfirman
dalam Al-Ahzab ayat 33.
‫َو َقْر َن ِفي ُبُيوِتُك ّن َو َال َتَبّرْج َن َتَبّرَج اْلَج اِهِلّيِة اُالوَلَى‬
Artinya: “Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”.
Ayat yang pertama mengandung larangan bagi wanita yang sudah tua untuk
bertabarruj. Kata Mutabarrijaatun yang disebut dalam ayat tersebut adalah bentuk jama’
dari mutabarrijah, yaitu bentuk mu’annats dari matabarrijun yang merupakan ismu
faa’il (pelaku/subjek) dari kata kerja tabarroja (bertabarruj). Maka, arti
dari mutabarrijaatun adalah para wanita yang bertabarruj. Hanya saja, dalam konteks ini,
isim fa’il tersebut diamalkan sebagai fi’il, maka diartikan dengan bertabarruj. Ayat yang
kedua juga terdapat larangan untuk bertabarruj bagi para istri Nabi shollallaahu ‘alaihi wa
sallam dan seluruh wanita muslimah, sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliyyah
sebelum datangnya islam.
Terdapat juga hadits yang melarang tabarruj. Abdullah bin ‘Amr mengisahkan,
“Umaimah bintu Ruqoiqoh mendatangi Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wa sallam untuk
berbaiat kepadanya dalam rangka masuk islam, maka (nabi) berkata: Aku membaiatmu
untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak
membunuh anakmu, tidak membuat-buat kedustaan yang kamu kerjakan dengan kedua
tangan dan kakimu, tidak meratap, dan tidak bertabarruj seperti dilakukan wanita-wanita
jahiliyyah dahulu”. (HR. Ahmad).

2.5 Bentuk-bentuk Tabarruj


Perbuatan wanita yang tabarruj mulai dari zaman jahiliyah dahulu sampai zaman
jahiliyah modern ini tidak ada bedanya atau sama. Bahkan perhiasan dan tingkah laku
jahiliyah yang pertama lebih baik, karena mereka masih memperhatikan dan mengenal
malu, dan tertutup jika dibandingkan dengan perhiasan dan tingkah laku jahiliyah modern.
Jahiliyah abad ke-20, di sini dapat disebutkan. Hal-hal yang termasuk dalam golongan
perbuatan tabarruj, seperti:

7
2.5.1. perhiasan yang dipakai dengan maksud menimbulkan kehebohan dan
menyombongkan diri dan mencari perhatian orang lain.
Dari Ibnu Umar ra. Ia berkata: sabda Rasulullah SAW: Barang siapa memakai
pakaian yang membikin heboh di dunia, maka Allah akan memberi pakaian yang
menghinakan kelak di akhirat. Hadis di atas berbicara soal pakaian yang dipakai
dengan tujuan menarik perhatian orang agar memandang pakaian yang berwarna
mencolok itu, atau yang jahitannya dibikin sedemikian rupa supaya menarik. Bagi
wanita Islam pakaian seperti itu haram dipakai.[7]
2.5.2. Minyak wangi yang menyengat hidung, dipakai dihadapan selain muhrimnya.
Sabda Rasulullah SAW: Dari Musa bin Ysar ia berkata: pernah ada seorang
perempuan lewat di hadapan Abu Hurairah, sedang baunya semerbak, lalu Abu
Hurairah bertanya kepadanya: hendak ke mana hamba (Allah) Dzat yang maha gagah?
Ia menjawab: ke mesjid, Abu Hurairah berkata: kembalilah dan mandilah karena aku
pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: Allah tidak menerima shalat seorang
perempuan yang ke luar ke masjid dan baunya harum semerbak sehingga ia kembali
pulang dulu lalu mencuci (menghilangkan) bau-bauan itu.[8]
Dari hadis di atas dapat diambil petunjuk bahwa orang wanita apabila ke luar
dari rumahnya, dilarang memakai bau-bauan, sekalipun ia pergi ke masjid hendak
mengerjakan shalat. Bahkan shalatnya tidak akan diterima oleh Allah jika ia masih
memakai bau-bauan. Oleh karena itu, imam al-Haitami menegaskan bahwa keluar
rumahnya seorang wanita dengan memakai wangi-wangian dan bersolek, ini termasuk
dosa besar meskipun diizinkan oleh suaminya.
2.5.3. membuka aurat di depan yang bukan muhrimnya.
Bahwa orang wanita yang telah berani membuka pakaiannya di tempat yang
lain, dari tempat kediamannya atau rumahnya, atau dengan perkataan lain, di tempat
yang bukan pada tempatnya, maka berartilah ia telah berani merobek, mengkoyak atau
merusak akan tabirnya sendiri yang ada diantaranya dan Allah. Orang wanita yang
berlaku sedemikian rupa itu adalah dapat diibaratkan, bahwa ia adalah sudah tidak
mempunyai rasa malu kepada Allah dan dengan demikian berarti pula seolah-olah ia
sudah tidak takut kepada-Nya.

8
2.5.4. suara yang sengaja dilemah-lemahkan untuk menarik perhatian orang lain.
Yang dimaksud di atas adalah jangan berbicara dengan sikap yang menimbulkan
keberanian laki-laki bertindak yang tidak baik. Suara wanita itu sebenarnya bukanlah
aurat karena banyak juga hadis maupun ayat-ayat al-Qur‟an yang menegaskannya,
tetapi kalau ada seseorang yang dengan suaranya hendak membangkitkan nafsu laki-
laki terhadapnya dengan melembutkan dan melemah gemulaikannya, atau memang
suaranya lemah gemulai bisa membangkitkan gejolak laki-laki, menyadari itu
kemudian wanita itu semakin menjadi-jadi, maka perbuatan seperti itu dilarang.
2.5.5. Wanita yang memakai pakaian yang menyerupai pakaian laki-laki.
Dari Abu Hurairah beliau berkata: “Rasulullah melaknat laki-laki yang
mengenakan pakaian perempuan, dan perempuan yang mengenakan pakaian lakilaki”.
Dari Abdullah bin „Abbas beliau berkata: “Rasulullah melaknat laki-laki yang
menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki”. Kedua hadits di atas
dengan jelas menunjukkan haramnya wanita yang menyerupai laki-laki, begitu pula
sebaliknya, baik dalam berpakaian maupun hal lainnya.
2.5.6. Wanita yang memakai pakaian syuhrah, yaitu pakaian yang modelnya berbeda
dengan pakaian wanita pada umumnya, dengan tujuan untuk membanggakan
diri dan populer.
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang memakai pakaian syuhrah di dunia
maka Allah akan memakaikan kepadanya pakaian kehinaan pada hari kiamat (nanti),
kemudian dinyalakan padanya api Neraka”.Kaum wanita yang paling sering
terjerumus dalam penyimpangan ini, karena sikap mereka yang selalu ingin terlihat
menarik secara berlebihan serta ingin tampil istimewa dan berbeda dengan yang lain.
Oleh karena itu, mereka memberikan perhatian sangat besar kepada perhiasan dan
dandanan untuk menjadikan indah penampilan mereka.
2.6 Ancaman Keras Dan Keburukan Tabarruj
Dari Abdullah bin „Amr bin al-„Ash Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Akan ada di akhir umatku (nanti) wanita-wanita
yang berpakaian (tapi) telanjang, di atas kepala mereka (ada perhiasan) seperti punuk unta,
laknatlah mereka karena (memang) mereka itu terlaknat (dijauhkan dari rahmat Allah
Subhanahu wa Ta‟ala)”. Dalam hadits lain ada tambahan: “Mereka tidak akan masuk Surga

9
dan tidak dapat mencium bau (wangi)nya, padahal sungguh wanginya dapat dicium dari
jarak sekian dan sekian”.
Ancaman dan keburukan tabarruj lainnya yang disebutkan dalam dalildalil yang shahih
adalah sebagai berikut :
2.6.1. Tabarruj adalah sunnah Jahiliyah sebagaimana dalam firman Allah: kalian
janganlah dan kalian rumah-rumah di menetap) Nabi istriistri wahai (kalian
hendaklah Dan “‫ َو َقْر َن ِفي ُبُيوِتُّك َن َو اَل َتَبَر ّْج َن َتَبُر َج اْلَج اِهِلَي ِة اُأْلوَلى‬bertabarruj (sering keluar
rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita
Jahiliyah yang dahulu...” (al-Ahzab:33).
2.6.2. Tabarruj digandengakan dengan syirik, zina, mencuri dan dosa-dosa besar
lainnya, sehingga Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam menjadikan salah satu
syarat untuk membai‟at para wanita muslimah dengan meninggalkan tabarruj.
Dari Abdullah bin „Amr bin al-„Ash Radhiyallahu anhu, beliau berkata:
Umaimah bintu Ruqaiqah datang menemui Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
untuk membai‟at beliau Shallallahu „alaihi wa sallam atas agama Islam. Maka
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Aku membai‟at kamu atas
(dasar) kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri, tidak
berzina, tidak membunuh anakanakmu, tidak berbuat dusta yang kamu ada-adakan
antara kedua tangan dan kakimu, tidak meratapi mayat, dan tidak melakukan
tabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti
(kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu”.
2.6.3. Ancaman keras dengan kebinasan bagi wanita yang melakukan tabarruj.
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Ada tiga golongan manusia
yang jangan kamu tanyakan tentang mereka (karena mereka akan ditimpa
kebinasaan besar): orang yang meninggalkan jamaah (kaum muslimin) dan
memberontak kepada imamnya (penguasa/pemerintah) lalu dia mati dalam keadaan
itu, budak wanita atau laki-laki yang lari (dari majikannya) lalu dia mati (dalam
keadaan itu), dan seorang wanita yang (ketika) suaminya tidak berada di rumah
(dalam keadaan) telah dicukupkan keperluan dunianya (hidupnya), lalu dia
melakukan tabarruj setelah itu, maka jangan tanyakan tentang mereka ini”. [11]

10
2.6.4. Imam adz-Dzahabi menjadikan perbuatan tabarruj yang dilakukan oleh
banyak wanita termasuk sebab yang menjadikan mayoritas mereka termasuk
penghuni Neraka.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu asy-Syaikh menjelaskan secara khusus
keburukan-keburukan perbuatan tabarruj berdasarkan dalil-dali dalam alQur‟an dan
sunnah Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, di antaranya sebagai berikut:
a. Tabarruj adalah maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya Shallallahu „alaihi wa
sallam, sebagaimana dalil-dalil yang telah kami sebutkan.
b. Tabarruj akan membawa laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah, sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam: “Akan ada di akhir umatku (nanti)
wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, di atas kepala mereka (ada
perhiasan) seperti punuk unta, laknatlah mereka karena (memang) mereka itu
terlaknat (dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta‟ala)”.
c. Tabarruj termasuk sifat wanita penghuni Nereka, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam: “Ada dua golongan termasuk penghuni Neraka yang
aku belum melihat mereka: (pertama) orang-orang yang memegang cambuk seperti
ekor sapi, (digunakan) untuk memukul/menyiksa manusia, (kedua) Wanita-wanita
yang berpakaian (tapi) telanjang…”.
d. Tabarruj adalah kesuraman dan kegelapan pada hari kiamat. Syaikh Muhammad
bin Ibrahim Alu asy-Syaikh di sini berdalil dengan sebuah hadits yang lemah tapi
maknanya benar.
e. Tabarruj adalah perbuatan fahisyah (keji). Karena wanita adalah aurat, maka
menampakkan aurat termasuk perbuatan keji dan dimurkai oleh Allah, Syaithanlah
yang menyuruh manusia melakukan perbuatan keji.
f. Tabarruj adalah sunnah dari Iblis. Karena dia berusaha keras untuk membuka
aurat dan menyingkap hijab mereka, maka tabarruj merupakan target utama (tipu
daya) Iblis.
g. Tabarruj adalah metode penyesatan orang-orang Yahudi. Karena mereka
mempunyai peranan besar dalam upaya merusak kehidupan manusia melalui cara
memperlihatkan fitnah dan kecantikan wanita, dan mereka sangat berpengalaman
dalam bidang ini. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Takutlah

11
kalian kepada (fitnah) dunia, dan takutlah kepada (fitnah) wanita, karena
sesungguhnya fitnah pertama yang melanda Bani Israil adalah tentang wanita”

2.7 Berhias yang diperbolehkan di dalam Islam


Berhias, satu kata ini biasanya amatlah identik dengan wanita. Bagaimana tidak, wanita
identik dengan kata cantik. Guna mendapatkan predikat cantik inilah, seorang wanita pun
berhias. Namun Islam telah mengajarkan pada kita bagaimana cara berhias yang syar’i bagi
seorang wanita. Sungguh Islam adalah agama yang sempurna. Islam tidak sepenuhnya melarang
seorang wanita untuk berhias, justru ia mengajarkan cara berhiasyang baik tanpa harus
merugikan, apalagi merendahkan martabat wanita itu sendiri. Allah berfirman:
‫َيا َبِني آَد َم ُخ ُذ وا ِز يَنَتُك ْم ِع ْنَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُك ُلوا َو اْش َر ُبوا َو اَل ُتْس ِر ُفواۚ ِإَّنُه اَل ُيِح ُّب اْلُم ْس ِر ِفيَن‬
Artinya, “hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid. Makan dan
minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesunggunya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan”(Qs. Al-A’raaf, 7:31)
Dari ayat diatas, tampaklah bahwa kebolehan untuk berhias ada pada laki-laki dan wanita.
Namun ada sisi perbedaan pada hukum sesuatu yang digunakan untuk berhias antara kedua kaum
tersebut.
2.7.1. Berhias yang tidak menghabiskan banyak waktu
Apapun yang berlebihan itu dilarang dalam Islam, seperti makan berlebihan,
berbicara berlebihan, belanja berlebihan, cinta kepada manusia secara berlebihan dan
lain sebagainya. Karena sesuatu yang berlebihan itu sama saja pemborosan, sedangkan
sifat boros itu seperti saudaranya syetan sebagaimana dalam firman Allah:
‫ِإَّن اْلُم َبِّذ ِر يَن َك اُنوا ِإْخ َو اَن الَّش َياِط يِن ۖ َو َك اَن الَّش ْيَطاُن ِلَرِّبِه َك ُفوًر ا‬
Artinya, Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra’: 27).
2.7.2. Tidak merubah ciptaan Allah.
Seperti mencukur atau mencabut bulu alis, mengikir gigi, operasi agar wajah tirus,
hidung mancung dan lain sebagainya. Memakai celak diperbolehkan tetapi tidak harus
merubah apa yang sudah Allah berikan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Allah
melaknat wanita yang mentato dan meminta ditato, yang mencabut bulu alis dan

12
meminta dicabut, yang merenggangkan gigi dan memperindahnya, serta wanita-wanita
yang mengubah ciptaan Allah“.
2.7.3. Tidak memperlihatkan lekuk dan bentuk tubuh.
Berhias dengan balutan taqwa, tidak memperlihatkan lekuk tubuh, tidak berpakaian
tipis, terawang, ketat dan seksi kecuali dihadapan suami.
2.7.4. Tidak sengaja untuk menarik perhatian lawan jenis
Meskipun syar’i dan berdandan dengan semestinya, namun sengaja untuk menggoda
atau menarik perhatian lawan jenisnya, maka hukumnya haram. Jadi, berhiaslah
karena menjaga kebersihan, menyejukkan, agar tidak kusam, keindahan dan bukan
untuk mencari-cari pujian banyak orang.
2.7.5. Tidak berdandan menyerupai pria
Wanita muslimah dilarang menggunakan dandanan yang menyerupai kaum pria.
Seperti mencukur rambut seperti pria, berpakaian seperti pria, bergaya yang
mengikuti gaya pria dan lain sebagainya. Selama dandanannya tidak menyerupai pria,
maka diperbolehkan dengan syarat lainnya.
2.7.6. Untuk menyenangkan hati suami
Berhias sangat dianjurkan untuk menyenangkan hati suami, namun tidak untuk
diperlihatkan kepada orang lain. Boleh terlihat oleh orang lain asalkan pantas, sopan
dan tidak menimbulkan fitnah.
2.7.7. Alat-alat yang digunakan untuk berhias bebas dari barang-barang najis.
Alat yang digunakan untuk berdandan sebaiknya diperhatikan, jangan sampai alat
yang digunakan dapat menghalangi air untuk mensucikan tubuh atau kulit. Seperti
menggunakan pelembab atau parfum yang banyak kandungan alkoholnya, atau
barang yang digunakan terdapat komposisi barang-barang najis.
2.7.8. Tidak mengikuti dandanan wanita kafir
Miris sekali ketika melihat kalangan remaja muslimah yang masih mengidolakan
wanita-wanita kafir yang kemudian mengikuti khas atau gayanya baik dalam
berbusana maupun berhias dan berprilaku. Muslimah yang cerdas tentu tidak akan
mengikuti atau menyerupai mode wanita kafir. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari
mereka“. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pengertian berhias
Pengertian "Berhias" di dalam bahasa Arab sudah terkandung di dalam makna
"Tabarruj" yang menurut Imam al-Bukhari berarti perbuatan wanita yang
memamerkan segala kecantikan miliknya. Asal kata "Tabarruj" itu sendiri diambil
dari kata "al-buruj" yakni bangunan benteng atau istana yang menjulang tinggi. Jadi
wanita yang bertabarruj adalah wanita yang menampakan tinggi-tinggi
kecantikannya, sebagaimana benteng, istana atau menara yang menjulang tinggi, dan
tentu saja menarik perhatian orang-orang yang memandangnya.
Tabarruj ini mempunyai bentuk dan corak yang bermacam-macam dan sudah
dikenal oleh orang-orang yang banyak sejak zaman dahulu sampai sekarang, artinya
tidak terbatas hanya sekedar berhias, berdandan, bermake-up, memakai parfum dan
sebagainya yang biasa dilakukan oleh wanita, bahkan lebih dari itu yaitu segala
sesuatu yang mencerminkan keindahan dan kecantikan sehingga penampilan dan
gaya seorang wanita menjadi memikat dan menarik dimata lawan jenisnya.
Secara fitrahnya, wanita begitu sinonim dengan kecantikan kerana
menggemari dan ingin memiliki segala yang cantik, unik, indah dan menarik. Indah
dan menarik adalah berbeda mengikut pandangan individu. Dalam zaman modern ini,
banyak yang cenderung untuk memilih dan menggunakan teknik-teknik terkini untuk
menampung keperluan hidup yang baru. Perkembangan zaman menyebabkan
pengaruh kemodenan meresap sedikit demi sedikit ke dalam berbagai aspek
kehidupan mencakup cara berpakaian khususnya dari aspek keindahan, kehalusan,
perhiasan, ketinggian mutu dan corak lahiriahnya.
Imam Zahabi berpendapat bahwa tabarruj itu merupakan dosa besar, karena
wanita yang bertabarruj keluar rumah dapat membangkitkan nafsu syahwat laki-laki
yang berakibatkan rusaknya moral dan prilaku umat Islam. Oleh karena itu Allah
telah melarang tabarruj dalam firman-Nya dalam Q.S.Al-Ahzab: 33)
Terdapat sifat-sifat tabarruj di jaman jahiliyyah ada lima pendapat, diantaranya:

14
a. seorang wanita yang keluar dari rumah dan berjalan diantara laki-laki.
b. wanita yang berjalan berlenggak-lenggok dan penuh gaya dan genit.
c. wanita yang memakai wewangian.
d. wanita yang mengenakan pakaian yang terbuat dari batu permata, kemudian ia
memakainya, dan berjalan di tengah jalan.
e. wanita yang mengenakan kerudung namun tidak menutupnya, hingga anting-
anting dan kalungnya terlihat.
Secara umumnya, Allah Taala mengharuskan perhiasan dan tidak melarang
manusia berhias dan menjaga kecantikan. Ini bertepatan dengan ajaran Islam yang
menganjurkan agar wanita memakai pakaian yang indah, berhias dengan kemas dan
memakai wangi-wangian yang sesuai. Walau bagaimana pun, keharusan ini tertakluk
kepada batasan-batasan dan larangan tertentu yang mesti dipatuhi oleh setiap wanita.
Memakai dan menampakkan perhiasan dibolehkan dalam Islam tetapi
dikhususkan kepada perhiasan yang lahir saja serta perhiasan untuk suami. Perhiasan
yang menghias tangan boleh dipakai selagi biasa dipakai oleh banyak orang. Wanita
Islam juga diharuskan memakai emas dan sutera kerana menjaga perasaan kaum
wanita dan juga tuntutan kewanitaannya. Ini bersesuaian dengan fitrah wanita yang
mempunyai kecenderungan menghias diri. Walau bagaimana pun, kecenderungan
tersebut mestilah dipastikan tidak sampai ke tahap bermewah-mewah dan menggoda
lelaki. Keharusan wanita memakai pakaian sutera dan emas dinyatakan oleh
Rasulullah s.a.w. dalam sabdanya yang bermaksud “ Diharamkan pakaian sutera dan
emas bagi kaum lelaki dari kaumku dan dihalalkan bagi golongan wanita antara
mereka.
2. Larangan Tabarruj dalam Islam
Pada dasarnya, Islam telah melarang wanita melakukan tabarruj
(menampakkan perhiasannya). Dengan kata lain, tabarruj adalah hukum lain yang
berbeda dengan hukum menutup aurat dan hukum wanita mengenakan kerudung dan
jilbab. Walaupun seorang wanita telah menutup aurat dan berbusana syar’iy, namun
tidak menutup kemungkinan ia melakukan tabarruj. Adapun larangan tabarruj telah
ditetapkan Allah swt di dalam surat an-Nuur ayat 60. Allah swt berfirman:
“Perempuan-perempuan tua yang telah berhenti haidl dan kehamilan yang tidak ingin

15
menikah lagi, tidaklah dosa atas mereka menanggalkan pakaian mereka tanpa
bermaksud menampakkan perhiasannya (tabarruj).”
penjelasan ayat ini adalah, “jika wanita-wanita tua yang telah menaphouse saja
dilarang melakukan tabarrauj, lebih-lebih lagi wanita-wanita yang belum tua dan
masih punya keinginan nikah.

3. Bentuk-Bentuk Tabarruj yang Dilarang

Terdapat bentuk tabarruj yang dilarang dalam Islam mencakupi tabarruj


jahiliyyah dan tabarruj zaman moden, antaranya ialah:
a. Mengenakan Pakaian Tipis dan Pakaian Ketat Yang Merangsang
Ketika menafsirkan frase “mutabarrijaat” yang terdapat di dalam surat al-Nuur
ayat 60, Imam Ibnu al-’Arabiy menyatakan; “Termasuk tabarruj, seorang wanita
yang mengenakan pakaian tipis yang menampakkan warna kulitnya. Inilah yang
dimaksud dengan sabda Rasulullah saw yang terdapat di dalam hadits shahih,
“Betapa banyak wanita-wanita yang telanjang, berpakaian tipis merangsang, dan
berlenggak-lenggok. Mereka tidak akan masuk ke dalam surga dan mencium
baunya.” (HR. Imam Bukhari). Sebab, yang menjadikan seorang wanita
telanjang adalah karena pakaiannya; dan ia disebut telanjang karena pakaian tipis
yang ia kenakan. Jika pakaiannya tipis, maka ia bisa menyingkap dirinya, dan ini
adalah haram.
b. Mengenakan Wewangian Di Hadapan Laki-laki Asing
Menurut Ibnu Abi Najih, wanita yang keluar rumah dengan memakai
wangi-wangian termasuk dalam kategori tabarruj jahiliyyah. Oleh karena itu,
seorang wanita Mukminat dilarang keluar rumah atau berada di antara laki-laki
dengan mengenakan wewangian yang dominan baunya.
Seorang wanita diharamkan berhias untuk selain suaminya. Sebab,
tindakan semacam ini termasuk dalam kategori tabarruj. Dalam sebuah hadits
diriwayatkan, bahwa Nabi saw bersabda:“Seorang wanita dilarang berhias untuk
selain suaminya.”
c. Berdandan Berlebihan

16
Termasuk tabarruj adalah berdandan atau bersolek dengan tidak seperti
biasanya. Misalnya, memakai bedak tebal, eye shadow, lipstik dengan warna
mencolok dan merangsang, dan lain sebagainya. Sebab, tindakan-tindakan
semacam ini termasuk dalam kategori tabarruj secara definitif. Imam Bukhari
menyatakan, bahwa tabarruj adalah tindakan seorang wanita yang menampakkan
kecantikannya kepada orang lain
Bagaimana jika seornag muslimah berdandan (bermake-up) pada waktu
pernikahan? Hal ini tidaklah terlarang sepanjang yang menyaksikannya adalah
kaum muslimah semua. Bagi seorang istri yang berdandan untuk suami
merupakan perbuatan yang justru dianjurkan, karena kecantikan seorang istri
hanya ditujukan untuk suami seorang dan dengan mempercantik diri jalinan
kasihpun akan terpelihara diantara mereka. Untuk muslimah yang belum menikah
juga boleh mempercantik diri di rumah selama tidak dilihat oleh laki-laki yang
bukan mahromnya.
d. Membuka Sebagian Aurat
Wanita yang mengenakan topi kepala tanpa berkerudung; mengenakan
celana tanpa mengenakan jilbab, memakai kerudung tetapi kalung dan anting-
antingnya tampak, dan sebagainya, termasuk dalam tabarruj.
Sekarang ini kita menyaksikan banyak wanita Muslimah yang
mengenakan kerudung dengan kemeja dan celana panjang ketat hingga
menampakkan kecantikan dan seksualitas mereka. Di sisi lain, kita juga
menyaksikan banyak wanita Muslimah yang mengenakan kain penutup kepala,
tetapi, sebagian rambut, leher, telinganya terlihat dengan jelas. Sesungguhnya,
perbuatan-perbuatan semacam ini terkategori tabarruj.
Menggelung rambut hingga besar seperti punuk onta miring, juga
termasuk tindakan tabarruj yang diharamkan di dalam Islam. Sayangnya,
perbuatan menggelung rambut ini justru telah membudaya di tengah-tengah
masyarakat, dan mereka tidak menyadari bahwa hal itu termasuk perbuatan yang
diharamkan oleh Allah swt.
e. Menyambung Rambut

17
Hal ini di larang sebagaimana dirawatkan Asma' binti Abu Bakaar, ia
berkata : " Ada seorang wanita datang kepada Rasulullah dan berkata : "Ya
Rasulullah, saya mempunyai anak putri yang akan menjadi pengantin, ia terkena
campak lalu membakar rambutnya apakah aku boleh menyambung rambutnya?
" Rasulullah bersabda "Allah melaknat orang yang menyambung rambutnya
dengan rambut lain dan meminta untuk disambungkan". Menyambung rambut ini
diharamkan, sebab itu mencerminkan penipuan, baik bagi wanita yang sudah
menikah atau masih gadis, baik atas izin suami atau tanpa seizinnya. Izin suami
itu tidak dapat menghalalkan yang haram. Rambut tambahan ini berlaku bagi
rambut manusia asli ataupun rambut buatan yang menyerupai bentuk aslinya.
(Rambut palsu). Sedangkan mengikat rambut dengan benang tidaklah berdosa
kerena itu hanya merupakan perhiasan belaka.
f. Menato Anggota Tubuh
Menato anggota tubuh misalnya mentato alis, tangan dan lain-lain.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ia berkata: "Allah melaknat wanita yang
bertato dan yang meminta agar ia ditato, wanita yang mencabuti rambutnya dan
meminta agar rambutnya dicabut, yang merenggangkan giginya untuk keindahan
serta wanita yang merubah ciptaan Allah". Ucapan ini didengar oleh seorang
wanita dari Bani Asad, Ummu Ya'qub yang suka membca Al-Qur'an. Ia didatangi
Abdullah bin Umar dan menyampaikan berita yang ia dengar tersebut, maka
Abdullahpun berkata : " Bagaimana aku tidak melaknat orang yang dilaknat
Rasulullah, sedangkan hal itu ada dalam kitabullah "Wanita itu berkata : "Aku
sudah membaca lembaran-lembaran Mushaf (Al-Qur'an), tapi aku tidak
mendapatkannya". Abdullah berkata : "Bila apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka ambillah dan apa yang dilarangnya maka jauhilah".
4. Pengaruh Tabarruj Bagi Masyarakat
Sesungguhnya, tabarruj telah memberikan sejumlah implikasi buruk bagi
masyarakat, khususnya kaum Muslim.
a. Tabarruj dapat mengubah kecenderungan kaum Muslim dari kecenderungan
untuk senantiasa menjaga dan menahan pandangan, menjadi kecenderungan untuk
memuja hawa nafsu dan hasrat seksual. Akibatnya, laki-laki dan wanita mulai

18
berlomba-lomba untuk menarik lawan jenisnya, dengan mengenakan pakaian dan
perhiasan yang seksi dan semerangsang mungkin. Mereka juga menyibukkan diri
dengan urusan mempercantik diri dan menarik maupun memikat lawan jenisnya.
Akhirnya, banyak orang terjatuh pada hubungan-hubungan lawan jenis yang
dilarang oleh syariat Islam, misalnya, pacaran, berkhalwat, perselingkuhan,
perzinaan, dan lain sebagainya.
b. Tabarruj bisa mengubah paradigma hubungan laki-laki dan wanita di dalam
Islam. yaitu, hubungan yang didasarkan pada prinsip ketakwaan, menjadi
hubungan yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis
semata.
c. Tabarruj juga akan melemahkan kaum Muslim dari upaya-upaya untuk
mendekatkan diri kepada Allah, atau perjuangan untuk menegakkan kalimat Allah
swt. Dengan kata lain, tabarruj akan melemahkan semangat kaum Muslim untuk
menegakkan hukum-hukum Allah, serta upaya untuk mendakwahkan Islam, baik
dengan propaganda maupun jihad.

3.2. Saran
Wanita muslimah hendaknya mengetahui bahwa tabarruj merupakan cirri
kebodohan dan keterbelakangan. Jika wanita berhias dimaksudkan untuk orang selain
suaminya, maka Allah akan membakarnya dengan api neraka, karena berhias untuk selain
suami termasuk tabarruj dan dapat mengundang nafsu birahi orang laki-laki. Jika seorang
wanita melakukan hal ini berarti dia telah berbuat kerusakan dan berkhianat kepada
suaminya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al Albaniy, Muhammad Nashiruddiin, Jilbab Wanita Muslimah (terj kitab Jilbaabul Mar’atil
Muslimati fii Al-kitaabi was Sunnati)
Al-Albani, Al-Imam asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin. 2000. Jilbaabul Mar-atil
Muslimah. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Al Ashfahaniy, Al Husain bin Muhammad (Ar Raghib), Al Mufradaat fii Ghoriibil Qur’aan
An Nabahaaniy, Taqiyuddiin, Muqoddimatud Dustur awil Asbaabul Maujibatu lahu
Ath Thobari, Muhammad bin Jariir (Abu Ja’far), Jaami’ul Bayaan ‘an Ta’wiil Aay Al
Qur’aan (Tafsir Ath Thobari)
Ash-Shidqy, Hasbi. 1994. Tafsir an-Nur. Jakarta: Bulan Bintang.
Al-Qashir, Fada Abdur Razak. 2004. Wanita Muslimah. Yogyakarta: Darussalam Offset.

Manan, Imron Mu‟amal Haidy A. 1990. Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam ashShabuni.
Surabaya: Bina Ilmu.

Masyhuri, Kahar. 1985. Membina Moral Dan Akhlaq. Semarang: VC. asy-Syifa.

Rahimahullah, Muhammad bin Ali asy –Syaukani. 2007. Fathul Qadir. Jakarta: Pustaka
Azam.

Umar, Anshori . 1986. Fiqih Wanita. Semarang: VC. Asy-Syifa.

Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad. 1996. Al-Jami’ Fi Fiqhi an-Nisa’, Beirut: Darul Kutub
al-Ilmiyah.

Uyun, Muhammad Walid dan Fitratul. 2011. Etika Berpakaian Bagi Perempuan. Malang:
UIN-Maliki Press.

20

Anda mungkin juga menyukai