A. Pengertian Berhias
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berhias diartikan sebagai usaha
memperelok diri dengan pakaian ataupun lainnya yang indah, berdandan dengan
dandanan yang indah dan menarik. Berhias tidak dilarang dalam ajaran Islam, karena ia
adalah naluri manusiawi. Adapun yang dilarang adalah tabarruj al-jahiliyah, yakni
mencakup segala macam cara yang dapat menimbulkan rangsangan berahi kepada selain
suami istri.
Kata tabarruj terambil dari kata al buruj yakni bangunan benteng atau istana yang
menjulang tinggi. Jadi wanita yang bertabarruj adalah wanita yang menampakan tinggi-
tinggi kecantikannya, sebagaimana benteng, istana atau menara yang menjulang tinggi,
dan tentu saja menarik perhatian orang-orang yang memandangnya.
Tabarruj ini mempunyai bentuk dan corak yang bermacam-macam dan sudah
dikenal oleh orang-orang yang banyak sejak zaman dahulu sampai sekarang, artinya tidak
terbatas hanya sekedar berhias, berdandan, bermake up, memakai parfum dan sebagainya
yang biasa dilakukan oleh wanita, bahkan lebih dari itu yaitu segala sesuatu yang
mencerminkan keindahan dan kecantikan sehingga penampilan dan gaya seorang wanita
menjadi memikat dan menarik dimata lawan jenisnya.
Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, berhias adalah kebutuhan dasar untuk
memperindah penampilan diri baik dilingkungan rumah maupun di luar rumah. Berhias
adalah bentuk ekspresi personal yang menegaskan jati diri dan menjadi kebanggaan
seseorang. Berhias dalam Bahasa Arab disebut dengan kata “Zayyana-yuzayyini (QS Al-
Hijr :16)” Secara istilah berhias dapat dimaknai sebagai upaya setiap orang untuk
memperindah diri dengan berbagai busana, aksesoris ataupun yang lain dan dapat
memperindah diri bagi pemakainya, sehingga memunculkan kesan yang indah bagi yang
menyaksikan serta menambah rasa percaya diri penampilan untuk suatu tujuan tertentu.
B. Dalil Naqli
Agama Islam memberi batasan dalam etika berhias sebagaimana ditegaskan
dalam Firman Allah SWT : “Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait, dan memberseihkan
kamu sebersih-bersihnya” (QS. Al-Ahzab :33). Al Qur’an mempersilakan perempuan
berjalan di hadapan lelaki, tetapi diingatkannya agar cara berjalannya jangan sampai
mengundang perhatian.
D. Kasus-kasus Berhias
1. Pada Masa Rasullah
Islam mengajarkan agar tidak berlebihan dalam berbusana. Sebagaimana
diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha (RA) yang dikutip dari
Kitab Uqudulijain Karya Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi, dijelaskan ketika
Rasulullah SAW sedang duduk beristirahat di masjid, tiba-tiba ada seorang perempuan
golongan muzainah terlihat memamerkan dandanannya di masjid sambil menyeret-nyeret
busana panjangnya.
E. Tanggapan Penulis
Wahai Saudariku, sungguh Allah ta‘ala yang mensyari‘atkan hukum-hukum
dalam Islam lebih mengetahui segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi para
hamba-Nya dan Dia-lah yang mensyari‘atkan bagi mereka hukum-hukum agama yang
sangat sesuai dengan kondisi mereka di setiap zaman dan tempat. Maka, sudah
sepantasnya bagi kita wanita muslimah untuk taat lagi tunduk kepada syari‘at Allah,
termasuk di dalamnya aturan untuk berhias.
Manusia diciptakan dalam bentuk yang sempurna, maka dilarang bagi kita untuk
melakukan perubahan pada ciptaan Allah tersebut. Allah menyukai keindahan, namun
jangan sampai kita berhias yang dilarang oleh Allah SWT. Bagi perempuan, berhiaslah
secukupnya ketika ke luar rumah dan silakan berhias dengan sebaik-baiknya saat di
hadapan suami.
Wanita haruslah mengenakan hijab ketika ke luar rumah dan bertemu dengan laki-
laki yang bukan mahramnya. Dan bagi laki-laki, harus seraya menundukkan pandangan,
begitu pula wanita. Jika syari'at ini diikuti maka tidak akan ada lagi keburukan di tengah
masyarakat seperti pelecehan dan hal serupa lainnya.