Anda di halaman 1dari 5

Assalamualaikum wr.

wb pembukaan tausiyah hari ini saya akan menyampaikan tentang sunah-


sunah yang telah kita lupakan "saya mau nanya kepada kepada ananda apa saja sunah-sunah yang
telah di lupakan?" (Si alim menjawab)

Masha Allah Ahsantum barakallah fik ini hadiah untuk antum (kasih parfum bekas) lalu saya akan
menjelaskan sunah-sunah yang telah di lupakan yang pertama yaitu :

1.melepaskan sendal dengan kaki kiri ‫ال َرسُو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم – – ِإ َذا اِ ْنتَ َع َل‬ َ َ‫َو َع ْنهُ ق‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬
ُ ‫ َوآ ِخ َرهُ َما تُ ْن َز‬,ُ‫ َو ْلتَ ُك ْن اَ ْليُ ْمنَى َأ َّولَهُ َما تُ ْن َعل‬,‫ َوِإ َذا نَ َز َع فَ ْليَ ْب َدْأ بِال ِّش َما ِل‬,‫– َأ َح ُد ُك ْم فَ ْليَ ْب َدْأ بِ ْاليَ ِمي ِن‬
‫ع‬
Darinya (dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu), ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian memakai sandal, maka hendaklah ia
mendahulukan kaki kanan. Sedangkan apabila ia hendak melepaskannya, maka hendaklah ia
mendahulukan kaki kiri. Jadikanlah kaki kanan yang pertama kali memakai sandal, dan yang terakhir
melepaskannya.” (HR. Bukhari, no. 5856 dan Muslim, no. 2097) [Hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Al-Bukhari dalam Kitab Al-Libas, Bab melepas sandal kiri]

 Penjelasan

 Disunnahkan memulai memakai sandal dengan kaki kanan karena memakai sandal termasuk
memuliakan kaki. Karena kaidahnya, mendahulukan yang kanan untuk tujuan takrim (pemuliaan),
untuk ziinah (perhiasan), dan untuk nazhafah (tujuan kebersihan).

Disunnahkan memulai melepas sandal dengan kaki kiri, ini disunnahkan dan termasuk adab.
Sebagaimana kata Ibnu ‘Abdil Barr, “Barakah dan kebaikan adalah ketika mengikuti adab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjalankan perintahnya.”

Sebagaimana kata Imam Ash-Shan’ani rahimahullah, ada kata ijmak (sepakat ulama) bahwa adab
yang dimaksud di sini dihukumi sunnah.

2.memakai wewangian saat pergi sholat ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َّن هَ َذا‬
َ ِ ‫ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫س ق‬ ٍ ‫ع َْن اب ِْن َعبَّا‬
ِ ‫يَوْ ُم ِعي ٍد َج َعلَهُ هَّللا ُ لِ ْل ُم ْسلِ ِمينَ فَ َم ْن َجا َء ِإلَى ْال ُج ُم َع ِة فَ ْليَ ْغتَ ِسلْ َوِإ ْن َكانَ ِطيبٌ فَ ْليَ َمسَّ ِم ْنهُ َو َعلَ ْي ُك ْم بِال ِّس َوا‬
‫ك‬
Artinya: Hari ini (Jumat) adalah hari raya yang dijadikan Allah SWT untuk umat Islam. Siapa yang
ingin melaksanakan shalat Jumat, hendaklah mandi, memakai wangi-wangian kalau ada, dan
menggosok gigi (siwak). (HR Ibnu Majah).

Penjelasannya :Dari sini dapat disimpulkan bahwa menggunakan wewangian yang dicontohkan Nabi
Muhammad akan memberikan kesan bersih, suci, dan kenyamanan bagi diri sendiri maupun orang
lain. Bahkan berkat memakai wangi-wangian pula, seseorang bisa mendapatkan pahala karena telah
berusaha membuat orang lain senang dan merasa nyaman ketika berada di dekatnya.

Tentunya parfum yang digunakan tidak berlebihan kandungan alkoholnya

3.Berbadan bagus
Contoh nya seperti : di tunjuk lah 1 cru yang berbadan bagus (Gilang,Faza) dan contoh berbadan
yang tidak normal di tunjuk lah 1 orang contoh (asajid (maap sebelum nya jid)tidak di baca) Ada
beberapa dalil yang membahas tentang keburukan seseorang yang berbadan gemuk.Di antaranya
dari Imran bin Hushain RA, Rasulullah SAW bersabda, " Generasi terbaik adalah generasi di zamanku,
kemudian masa setelahnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan
datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta
kesaksiannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan.” (HR.
Bukhari 2651 dan Muslim 6638)

Penjelasannya :Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, " Sebaik-baik
umatku adalah masyarakat yang aku diutus di tengah mereka (para sahabat), kemudian generasi
setelahnya. Kemudian datang kaum yang suka menggemukkan badan, mereka bersaksi sebelum
diminta bersaksi." (HR. Muslim 6636 dan Ahmad 7322)

Al-Qurthubi (w. 671 H), mencoba membahas hadits tersebut. Beliau menjelaskan, " Hadits ini adalah
celaan bagi orang gemuk. Karena gemuk yang bukan bawaan, penyebabnya banyak makan, minum,
santai, foya-foya, selalu tenang, dan terlalu mengikuti hawa nafsu. Ia adalah hamba bagi dirinya
sendiri dan bukan hamba bagi Tuhannya, orang yang hidupnya seperti ini pasti akan terjerumus
kepada yang haram."

4. Wanita tidak boleh memakai wewangian terlalu banyak atau berniat untuk menggoda laki-laki

Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٌ‫عين زانية‬
ٍ ُّ‫ و ُكل‬، ٌ‫ليجدُوا ريَحها ف ِه َي زانية‬ ٍ ‫َّت علَى‬
ِ ‫قوم‬ ْ ‫استعطرت ثُ َّم خ ََر َج‬
ْ ‫ فمر‬، ‫ت‬ ْ ‫أيُّما امرأ ٍة‬
“Wanita mana saja yang memakai wewangian lalu ia keluar dan melewati para lelaki sehingga
tercium sebagian dari wanginya tersebut, maka ia adalah seorang pezina. Dan setiap mata yang
melihatnya juga pezina” (HR. Abu Daud no. 4173, At Tirmidzi no.2786, dihasankan oleh Al Albani
dalam Shahih Al Jami’ no. 2701).

Para ulama menjelaskan, perkataan ٌ‫“ ف ِه َي زانية‬maka ia adalah seorang pezina”, maksudnya ia
menyebabkan terjadinya zina, baik zina mata maupun zina yang sebenarnya. Sedangkan perkataan
ٌ‫“ و ُكلُّ عي ٍن زانية‬setiap mata yang melihatnya juga pezina”, maksudnya zina mata (Syarah Hadits
Mausu’ah Durarus Saniyyah, no.6155).

Hadits ini menunjukkan haramnya wanita memakai parfum sehingga tercium wanginya oleh lelaki
non mahram. Digunakannya lafadz ٌ‫“ ف ِه َي زانية‬maka ia adalah seorang pezina”, menunjukkan
perbuatan ini sangat tercela dan merupakan kerusakan yang besar.

Demikian juga yang dipahami oleh para sahabat Nabi. Dari Yahya bin Ju’dah, ia mengatakan:

‫ تخرجن‬: ‫ ثم قال‬, ‫ فوجد ريحها فعالها بالدرة‬, ‫أن عمر بن الخطاب خرجت امرأة في عهده متطيبة‬
‫ اخرجن تفالت‬, ‫ وإنما قلوب الرجال عند أنوفهم‬, ‫متطيبات فيجد الرجال ريحكن‬
“Ada seorang wanita keluar rumah dengan memakai wewangian di masa khalifah Umar bin Khathab.
Lalu wanginya tersebut tercium oleh Umar bin Khathab. Maka Umar pun memukulnya dengan
tongkat. Umar berkata: kalian keluar rumah menggunakan wewangian sehingga para lelaki bisa
menciumnya? Sesungguhnya hati para lelaki terfitnah dengan wangi kalian. Keluarlah dalam keadaan
tanpa berdandan dan tanpa wewangian” (HR. Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf, 4/370).
Maka tidak boleh wanita keluar memakai wewangian dalam bentuk apapun sehingga membuat
lelaki bisa tertarik dan tergoda. Baik dia sudah bersuami apalagi belum. Baik dia berjilbab apalagi
tidak berjilbab. Baik dia sudah tua apalagi masih muda.

Parfum yang dibolehkan bagi wanita

Namun boleh wanita keluar menggunakan parfum sekedar untuk menghilangkan bau, selama tidak
sampai menimbulkan wangi. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

ٍ ‫ي – صلَّى هَّللا علي ِه وعلَى آلِ ِه وسلَّ َم – قو ٌم يبايعونَهُ وفيهم رج ٌل من ي ِد ِه أث ُر خَلو‬


‫ق فلَم يزل يباي ُعهُم‬ َّ ‫أتى النَّب‬
ُ‫وخفي ري ُحه‬
َ ُ‫طيب ال ِّرجا ِل ما ظَهَ َر ري ُحهُ وخفِ َي لونُهُ وطيبُ النِّسا ِء ما ظَهَ َر لونُه‬
َ َّ : ‫قال‬
‫إن‬ ِّ
َ ‫ ث َّم‬، ُ‫ويؤخ ُره‬
“Sekelompok orang datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam untuk berbai’at. Namun di
antara mereka ada seorang lelaki yang di tangannya ada bercak warna minyak wangi. Maka Nabi pun
tidak segera membai’atnya dan mengakhirkannya. Beliau bersabda: Parfum lelaki itu yang tercium
wanginya namun tidak nampak warnanya. Sedangkan parfum wanita itu yang nampak warnanya
namun tidak tercium wanginya” (HR. Al Bazzar no. 6486, dishahihkan Syaikh Muqbil dalam Ash
Shahih Al Musnad no. 102).

Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah menjelaskan:

‫للمرأة أن تتطيب في غير بيتها بما ظهر لونه وخفي ريحه كالورد والياسمين‬
“Boleh bagi wanita untuk menggunakan parfum di luar rumahnya dengan parfum yang nampak
warnanya namun samar wanginya, seperti warad dan yasmin” (Syarah Syifa’ul Alil, 6/48).

Dan seorang wanita juga boleh menggunakan parfum di rumahnya, di depan suami dan juga para
mahramnya selama tidak menimbulkan fitnah. Bahkan menggunakan parfum di depan suami
termasuk perkara yang dianjurkan dalam syariat. Karena itu adalah perkara yang membuat suami
senang. Dan salah satu ciri wanita shalihah, disebutkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

‫خي ُر نساِئكم من إذا نظر إليها زوجُها س َّر ْته‬


“Sebaik-baik istri kalian adalah jika jika suaminya memandangnya, si istri membuat suaminya
senang” (HR. Ibnu Majah no.1857. Dishahihkan Al Iraqi dalam Takhrij Al Ihya’, 2/51).

Penjelasannya :Kesimpulan

Dari uraian di atas, kesimpulannya, wanita boleh memakai parfum jika :

Hanya di dalam rumah, dan tidak ada lelaki non mahram

Di luar rumah, namun hanya melewati pada wanita

Di luar rumah, namun tidak wangi hanya menghilangkan bau badan

Dan tidak boleh memakai parfum jika :

Di luar rumah, dan melewati para lelaki non mahram

Di dalam rumah, namun ada lelaki non mahram

5. SUNNAH MEMANJANGKAN JENGGOT


Penjelasannya:

Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani dalam kitab Ensiklopedi Shalat Menurut Alquran dan
Sunnah menjabarkan sejumlah hadis anjuran memanjangkan jenggot bagi laki-laki:

Rasulullah bersabda, “Khaalifuu al-musyrikina waffiruu wa ahfuu as-syawaariba,”. Yang artinya,


“Janganlah kalian menyerupai orang-orang musyrik, panjangkanlah jenggot dan cukurlah kumis,”.

Dari Abu Hurairah, yang dia dengar dari Rasulullah SAW, “Juzzuuu as-syawaariba wa arkhuu allihaa
khaalifuu al-majusa,”. Yang artinya, “Cukurlah kumis, panjangkanlah jenggot, dan janganlah
menyerupai orang-orang Majusi,”.

Dari hadis Ibnu Umar yang disambung riwayatnya sampai Rasulullah SAW, “Anhakuu as-syawaariba
wa a’fuuu alliha,”. Yang artinya, “Cukurlah kumis dan panjangkanlah jenggot,”.

Bahkan terdapat ancaman keras bagi yang tidak mau mencukur kumisnya, sebagaimana di dalam
hadis Zaid bin Arqam, “Man lam ya’khudz min syaaribihi falaisa minna,”. Yang artinya, “Barang siapa
yang tidak mencukur kumisnya, berarti dia bukan termasuk dari golongan kami,”.

6. SUNNAH MEMOTONG KUKU

Penejalsannya:

Sunnah memotong kuku termasuk dalam lima sunnah fitrah yang berkaitan dengan kebersihan.
Khususnya untuk mencegah kotoran dan kuman bersarang di ujung jari. Namun, apakah ada hari
khusus untuk memotong kuku?

Banyak umat muslim yang masih kebingungan terkait hal ini. Buku Fiqih Praktis Sehari-hari karya
Farid Nu'man menyebutkan, sebenarnya para ulama berpendapat bahwa tidak ada hari khusus
dalam memotong kuku dalam hadits-hadits.

Seorang pakar hadits dan murid dari Imam Ibnu Hajar rahimahullah Imam as Sakhawi dalam kitab al
Maqashid al Hasanah menjelaskan,

"Tidak ada yang sahih sedikit pun dari Nabi SAW tentang cara menggunting kuku pada hari tertentu,"

Meskipun demikian, sebagian imam salaf lebih memilih atau menyukai memotong kuku pada hari
Jumat. Hal ini yang disebutkan oleh ahli hadits Imam an Nawawi melalui kitab al Majmu Syarh al
Muhadzdzab.

Hari Jumat dipilih karena dianggap sebagai hari raya pekanan umat Islam dan sayyidul ayyaam
(penghulu hari). Selain itu, mazhab Imam Syafi'i juga mengungkapkan, hari Kamis dan Senin sebagai
hari yang baik untuk memotong kuku.

"Memotong kuku yang panjang pada hari Jumat adalah sunnah bagi yang sedang tidak ihram. Begitu
pula hari Kamis dan Senin," tulis buku Fikih Empat Madzhab Jilid 3 oleh Syaikh Abdurrahman Al-
Juzairi.

Adapun untuk waktu terlama memotong kuku sesuai sunnah Rasulullah SAW adalah 40 hari. Hal
tersebut dijelaskan Rasulullah SAW melalui sebuah hadits yang berasal dari Anas bin Malik RA, ia
berkata,
ً‫ك َأ ْكثَ َر ِم ْن َأرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة‬
َ ‫ق ْال َعانَ ِة َأ ْن اَل نَ ْت ُر‬
ِ ‫ف اِإْل بِ ِط َو َح ْل‬
ِ ‫ار َونَ ْت‬ ْ ‫ب َوتَ ْقلِ ِيم اَأْل‬
ِ َ ‫ظف‬ ِ ‫ُوقِّتَ لَنَا فِي قَصِّ ال َّش‬
ِ ‫ار‬
Artinya: "Diberikan waktu bagi kami untuk mencukur kumis, bulu ketiak, memotong kuku, dan
mencukur bulu kemaluan tidak lebih dari empat puluh hari." (HR Muslim).

Cara Memotong Kuku Sesuai Sunnah dari Mazhab Syafi'i

Cara terbaik memotong kuku sesuai dengan sunnahnya yakni dimulai dari jari telunjuk kanan sampai
kelingking. Lalu, dilanjutkan dengan memotong ibu jari di tangan kanan, seperti dilansir dari buku
Adab Berpakaian dan Berhias (Fikih Berhias) karya Syaikh Abdul Wahab Abdussalam Thawilah.

Setelah itu, baru berpindah ke tangan kiri dengan cara yang sama. Yakni, dimulai dari kelingking dan
berakhir di ibu jari.

Untuk memotong kuku jari-jari kaki tidak jauh berbeda dengan cara memotong kuku jari-jari tangan.
Untuk jari kaki, diawali dari jari kelingking kanan hingga berakhir di kelingking kaki kiri secara
berturut-turut.

Memulai kuku tangan sebelum kuku kaki dan memulai dari kanan sebelum bagian yang sebelah kiri
ini pun merupakan tuntunan sunnah yang dijelaskan dari hadits istri Rasulullah SAW, Aisyah RA.

Setelah memahami sunnah memotong kuku yang tidak ada ketentuan pasti hari khusus dan cara
memotongnya, diharapkan dapat memotivasi tiap muslim untuk selalu menerapkannya dan selalu
menjaga kebersihan.

Sekian tausiah dari saya (penutupan oleh gading)

Anda mungkin juga menyukai