Anda di halaman 1dari 6

HUKUM MENINDIK BAGI PRIA DALAM ISLAM

Nama Anggota Kelompok :

- Adinda Narulitia (02)


- Ailsya Ferrel Rasendriya (03)
- Irmania Oktha Firnandasari (21)
- Vira Ulfiyana (42)
Pertama, ulama berbeda pendapat tentang hukum memakai tindik bagi
wanita. Hanafiyah dan mayoritas ulama Hambali membolehkan wanita
memakai tindik. Sementara Syafiiyah dan Ibnul Jauzi berpendapat,
bahwa tindik hukumnya terlarang. Mereka beralasan, membuat tindik itu
menyakitkan dan alasan menghias diri di telinga bukanlah hal darurat
dan tidak terlalu penting, sehingga dibolehkan menyakiti telinga wanita
untuk diberi hiasan anting.

Dan yang lebih mendekati kebenaran adalah pendapat jumhur ulama –


Hanafiyah dan Hambali – bahwa tindik hukumnya boleh, anting telinga
termasuk perhiasan yang sudah banyak dikenal oleh para sahabat
wanita di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan,

،ٌ‫سا َء َو َم َعهُ ِبالَل‬ ِ ‫ ث ُ َّم أَت َى‬،‫ص ِل قَ ْبلَ َها َوالَ َب ْعدَهَا‬
َ ‫الن‬ ْ ‫صلَّى َي ْو َم ال ِف‬
َ ُ‫ط ِر َر ْكعَتَي ِْن لَ ْم ي‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫أ َ َّن النَّب‬
‫ص َها َو ِسخَا َب َها‬َ ‫ فَ َج َع ْلنَ ي ُْلقِينَ ت ُ ْل ِقي ال َم ْرأَة ُ ُخ ْر‬،‫صدَقَ ِة‬
َّ ‫فَأ َ َم َر ُه َّن بِال‬

Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan shalat


idul fitri dua rakaat, tanpa shalat sunah qabliyah dan bakdiyah. Ketika
berkhutbah, beliau mendekat ke jamaah wanita bersama Bilal. Beliau
memerintahkan para wanita untuk bersedekah. Merekapun
melemparkan sedekahnya, dan ada wanita yang melemparkan anting
dan kalungnya. (HR. Ahmad 2533, Bukhari 964 & Abu Daud 1159).

Berdasarkan hadis ini, ulama Hanafiyah dan Hambali membolehkan


wanita memakai tindik karena kebutuhan mereka untuk berhias dengan
anting.

Kedua, setelah kita memahami bahwa wanita boleh memakai anting


karena kebutuhan berhias, ini menunjukkan bahwa bertindik merupakan
ciri khas wanita. Dan sesuatu yang menjadi ciri khas wanita, tidak boleh
ditiru oleh lelaki.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,

‫الر َجا ِل‬


ِ ‫اء ِب‬
ِ ‫س‬َ ‫ت ِم ْن ال ِن‬ َ َ ‫اء َو ْال ُمت‬
ِ ‫ش ِب َها‬ ِ ‫س‬َ ‫الر َجا ِل ِبال ِن‬ َ َ ‫سلَّ َم ْال ُمت‬
ِ ‫ش ِب ِهينَ ِم ْن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫لَ َعنَ َر‬
َّ ‫سو ُل‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat para lelaki yang
meniru-niru kebiasaan wanita dan para wanita yang meniru-niru
kebiasaan lelaki.” (HR. Bukhari 5885)

Atas dasar inilah, para ulama mengharamkan tindik bagi lelaki.

Imam Ibnu Abidin dalam Hasyiyahnya mengatakan,

‫ فال يحل للذكور‬,‫ثقب األذن لتعليق القرط ِمن ِزينَ ِة النساء‬

”Melubangi telinga untuk dipasangi anting termasuk perhiasan wanita,


karena itu tidak halal bagi lelaki.” (Raddul Muhtar, 27/81).

Imam Ibnul Qoyim juga mengatakan,

‫وأما ثقب الصبي فال مصلحة له فيه وهو قطع عضو من أعضائه ال مصلحة دينية وال دنيوية فال يجوز‬

”Menindik bayi laki-laki tidak ada manfaatnya, padahal ini memotong


sebagian anggota badannya, tidak ada manfaat sisi agama, maupun
dunia. Karena itu, tidak diperbolehkan.” (Tuhfah al-Maudud, hlm. 210).

Ketiga, Seperti yang kita tahu, tradisi lelaki bertindik datang dari barat.
Bagian dari budaya hedonis yang diadopsi sebagian remaja di tanah air.
Karena itu, di masyarakat kita, tindik bagi lelaki, dipandang sebagai ciri
khas manusia ’golongan kiri’. Kami pernah mendapat aduhan, ada
seorang gadis yang dilamar oleh lelaki bertindik, dan spontan orang
tuanya melarangnya. Karena mereka memandang lelaki bertindik,
umumnya bukan orang baik-baik.

Tentu saja penilaian sang bapak, tetap kita hargai. Karena penilaian ini
berdasarkan ciri lahiriyah dan bukan batin. Sang bapak tidak menebak
batinnya, namun dia menilai berdasarkan lahirnya.

Kaitannya dengan ini, kita tidak diperbolahkan meniru kebiasaan suatu


kelompok yang dicatat ’tidak baik’ oleh masyarakat. Dalam hadis dari
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫شبَّهَ بِقَ ْو ٍم فَ ُه َو ِم ْن ُه ْم‬


َ َ ‫َم ْن ت‬
”Barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka dia termasuk golongan
mereka.” (HR. Ahmad 5114, Abu Daud 4031, dan dishahihkan al-
Albani).

Jika seorang lelaki tidak ingin dianggap sebagai bagian orang ’golongan
kiri’, hindari memakai tindik.

Bagaimana Status Shalatnya?

Terdapat kaidah menyatakan,

‫النهي يقتضي الفساد‬

“Adanya larangan, menyebabkan ibadahnya batal.”

Dalam al-Ushul min Ilmil Ushul – kitab Ushul Fiqh – dijelaskan bahwa
kaidah ini berlaku jika larangan itu kembali kepada dzat ibadah atau
syaratnya. Namun jika larangan itu tidak berhubungan dengan dzat
ibadah, maka ibadahnya tetap sah.

(al-Ushul min Ilmil Ushul, dengan syarh Ibnu Utsaimin, hlm. 188).

Jika kita perhatikan, larangan memakai tindik bagi lelaki, kembali


kepada larangan tasyabuh dengan lawan jenis. Dan larangan ini bersifat
umum. Artinya, tidak ada hubungannya dengan ibadah tertentu, seperti
shalat. Karena itu, larangan ini berlaku baik dilakukan di dalam shalat
maupun di luar shalat.

Jika kita kembalikan kepada kaidah di atas, larangan tasyabuh dengan


lawan jenis, atau lebih khusus, larangan memakai tindik, tidak terkait
dengan dzat shalat itu sendiri. Dengan demikian, lelaki yang
mengenakan tindik, tidaklah mempengaruhi keabsahan shalatnya.

KESIMPULAN :

Sekalipun tidak menyebabkan shalat batal, memakai tindik bagi lelaki


tetap dilarang. Karena perbuatan ini termasuk tasyabuh dengan wanita
dan itu perbuatan terlaknat dalam islam. Dan agar pria terlihat tidak
seperti orang yang dianggap tidak berakhlak baik karna memakai tindik.

Anda mungkin juga menyukai