Berhias, satu kata ini biasanya amatlah identik dengan wanita. Bagaimana
tidak, wanita identik dengan kata cantik. Guna mendapatkan predikat cantik
inilah, seorang wanita pun berhias. Namun tahukah engkau wahai saudariku
muslimah, bahwa Islam telah mengajarkan pada kita bagaimana cara berhias yang
syar’i bagi seorang wanita? Sungguh Islam adalah agama yang sempurna. Islam
tidak sepenuhnya melarang seorang wanita ‘tuk berhias, justru ia mengajarkan
cara berhias yang baik tanpa harus merugikan, apalagi merendahkan martabat
wanita itu sendiri.
مسْجِد
ٍ ُِل
َ ِّ د كَْ ُم
ْ ع
ِن َك
َتِين ُُ
ذوا ز َ خدمَِي آبنَ يا َ
ُّ
يحِبُ ه ال َِّ
ُن ُوا إِف ُ َال
تسْر بوا و َاشْر
َُ لوا و َُُك
و
َ
ِين
ِفُسْر ْ
الم
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid.
Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-A‘raaf, 7: 31).
Dari ayat di atas, tampaklah bahwa kebolehan untuk berhias ada pada laki-laki
dan wanita. Namun ketahuilah saudariku, ada sisi perbedaan pada hukum sesuatu
yang digunakan untuk berhias dan keadaan berhias antara kedua kaum tersebut.
Dalam bahasan ini, kita hanya mendiskusikan tentang kaidah berhias bagi wanita.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Larangan Tabarruj
Adapun kaidah pertama yang harus diperhatikan bagi wanita yang hendak
berhias adalah hendaknya ia menghindari perbuatan tabarruj. Tabarruj secara
bahasa diambil dari kata al-burj (bintang, sesuatu yang terang, dan tampak). Di
antara maknanya adalah berlebihan dalam menampakkan perhiasan dan kecantikan,
seperti: kepala, wajah, leher, dada, lengan, betis, dan anggota tubuh lainnya, atau
menampakkan perhiasan tambahan. Imam asy-Syaukani berkata, “At-Tabarruj
adalah dengan seorang wanita menampakkan sebagian dari perhiasan dan
kecantikannya yang (seharusnya) wajib untuk ditutupinya, yang mana dapat
memancing syahwat (hasrat) laki-laki” (Fathul Qadiir karya asy- Syaukani).
َّة
ِ ِي َاه
ِل ْ َ
الج َر
ُّج َ َ
تب ْن َر
َّج تب َّ و
َ َال ُن ُوت
ِك بيُ ِي
ن ف َر
َْ َق
و
َ
األولى
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu …” (QS. Al-Ahzaab,
33: 33).
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa‘di ketika menafsirkan ayat di atas, beliau berkata,
“Arti ayat ini: janganlah kalian (wahai para wanita) sering keluar rumah dengan
berhias atau memakai wewangian, sebagaimana kebiasaan wanita-wanita jahiliyah
yang dahulu, mereka tidak memiliki pengetahuan (agama) dan iman. Semua ini
dalam rangka mencegah keburukan (bagi kaum wanita) dan sebab-sebabnya”
(Taisiirul Kariimir Rahmaan karya Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa‘di).
Lalu, mana saja anggota tubuh wanita yang termasuk aurat? Pada asalnya secara
umum wanita itu adalah aurat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang
artinya,
هاََ
َفَشْراسْت َج
َِت َر
خ َا
إذَِ
ف ٌَ
،ة َو
ْر ع َُ
ة َر
ْأ ْ
الم
َُا
ن ْطالشَّي
“Wanita itu aurat, apabila ia keluar (dari rumahnya) setan senantiasa
mengintainya” (HR Tirmidzi, dinilai shahih oleh al-Albani).
Namun terdapat perincian terkait aurat wanita ketika ia di hadapan laki-laki yang
bukan mahramnya, di hadapan wanita lain, atau di hadapan mahramnya.
Sedangkan aurat wanita di hadapan wanita lain adalah anggota-anggota tubuh yang
biasa diberi perhiasan. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
َُ
ةْأَر ْ ََال
الم ُل
ِ و َّج َة
ِ الر َو
ْر َِلى ع
ُ إ َّج
ُل ُ الرُر
ْظ َ َال
ين
َة
ِ َر
ْأ ْ ِ
الم َة
ْر َِلى ع
َو إ
“Tidak boleh seorang pria melihat aurat pria lainnya, dan tidak boleh seorang
wanita melihat aurat wanita lainnya” (Hadits shahih Riwayat Muslim, dari Abu
Sa‘id al-Khudriy radhiyallaahu ‘anhu).
Adapun tentang batasan aurat seorang wanita di hadapan mahramnya, secara garis
besar ada dua pendapat ulama yang masyhur (populer) tentang batasan ini. Pertama,
pendapat yang mengatakan bahwa aurat wanita di hadapan laki-laki mahramnya
adalah antara pusar hingga lutut. Sedangkan pendapat kedua mengatakan, bahwa
aurat wanita di hadapan laki-laki mahramnya adalah sama dengan aurat wanita di
hadapan wanita lain, yakni semua bagian tubuh kecuali yang biasa diberi perhiasan.
Penulis mencukupkan diri dengan pendapat yang lebih rajih (kuat) dari Syaikh al-
Albani bahwa aurat wanita di hadapan laki-laki mahramnya adalah sama
sebagaimana aurat wanita di hadapan wanita lain, yakni seluruh tubuhnya kecuali
bagian-bagian yang biasa diberi perhiasan.
Allahu a‘lam.
Adapun untuk aurat wanita (istri) di hadapan suaminya, maka ulama sepakat bahwa
tidak ada aurat antara seorang istri dan suami. Dalilnya adalah firman Allah ta‘ala
لىََ
ع ِال
)إ٢٩( ن َُو
ِظَافْ حِم ُر
ُوجِه ِ ْ
لف ُ َ
هم ِينَاَّلذ
و
ْر
ُ َي
غ ْ
هم َّإ
ُن َِْ ف
هم ُ َ
ُان َْ
يم َت
ْ أ َم
لك َ ماَ َْو
ْ أِم ْو
َاجِه َز
أ
٣٠( َ
ِينلومُمَ)
“Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri
mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam
hal ini tidak tercela.” (QS. Al-Ma‘aarij, 70: 29-30)
4 . menyemir rambut
Menyemir rambut pada masa sekarang sudah menjadi tren khususnya bagi
kaum laki-laki terlebih lagi kaum hawa. Lifestyle ini sebenarnya pun sudah ada
sebelum Islam datang. Masyarakat Arab sebelum Islam biasa menyemir rambutnya
Dalil-Dalil.
1. Hadist Nabi saw: Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari neneknya lelaki
r.a. dari Nabi saw., sabdanya: “Janganlah engkau semua mencabuti uban,
sebab uban itu adalah merupakan cahaya seorang Muslim pada hari
kiamat.” Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan
Tirmidzi serta Nasa’i dengan sanad-sanad yang bagus.
2. “Sesungguhnya Yahudi dan Nashrani tidak menyemir (rambutnya), maka
berbedalah dengan mereka” [HR. Al-Bukhari no. 3462, 5899 dan Muslim
no. 2103].
Abu Hurairah pernah ditanya : “Apakah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam menyemir rambutnya?” Ia menjawab : “Ya” [Asy-Syamaail Al-
Muhammadiyyah hal. 26-27 oleh At-Tirmidzi, Daar Ibn Hazm, Beirut 1418
H].
3. Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa yang mewarnakan rambutnya dengan
warna hitam, niscaya Allah akan menghitamkan wajahnya di akhirat kelak”
(Al-Haithami, bagaimanapun Ibn Hajar berkata seorang perawinya agak
lemah, bagaimanapun rawi tersebut diterima oleh Imam Yahya Mai’en dan
Imam Ahmad).
analisa.
Dari beberapa Hadist dan pendapat ulama di atas, maka hukum menyemir
rambut sangat tergantung dari warna semir dan tujuan dari semir itu sendiri.
Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan
di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
Apabila kecantikan dan dandanannya itu disalurkan sesuai dengan apa yang
dihalalkan oleh Allah SWT, maka semua itu justru akan menjadi ibadah dan
pendekatan diri kepada Allah SWT. Misalnya bila seorang wanita berusaha tampil
cantik dan menarik di depan suaminya dengan aneka make-up termasuk salah
satunya memakai pewarna kuku, sehingga dengan itu suaminya menjadi tertarik
dan senang kepadanya, maka bagi wanita itu ada pahala dan ganjaran dari Allah
SWT.
Sebaliknya bila kecantikan dan dandanannya itu digunakan untuk menjerat laki-
laki lain yang bukan mahramnya sehingga menimbulkan zina mata dan
terbangkitnya nafsu syahwat nya, maka bagi wanita itu ada dosa dan ancaman siksa
di neraka.
Jadi hukum memakai pewarna kuku itu bisa menjadi ibadah sunnah sekaligus
bisa juga menjadi dosa. Tergantung niat atau tujuan pemakainnya dan juga praktek
dari niatnya itu.
Sedangkan dari sisi wudhu’, umumnya pewarna kuku merupakan zat pewarna
yang membentuk lapisan kedap air. Sehingga air tidak bisa membasahi kuku-
kukunya ketika berwudhu’. Sehingga bila dia berwudhu; dalam keadaan memakain
kutek, jelaslah bahwa wudhu’nya itu tidak syah, karena di antara anggota tubuh
yang harus dibasuh adalah kedua tangan hingga siku.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, …..
HUKUM BERPAKAIAN
wanita adalah kaum yang menggoda untuk kaum laki-laki. Sebuah
penelitian mengatakan tindakan asusila terjadi disebabkan karena wanita terlalu
mengumbar aurat mereka. Oleh karena itu sebaiknya kaum wanita menutup aurat
mereka, hal ini bukan semata-mata untuk memenjarakan kalian dalam sebuah
pakaian yang tertutup sehingga kalian tidak bisa mengikuti tren tapi untuk
melindungi kalian dari kejahatan mata kaum laki-laki.
Islam adalah agama yang melindungi kaum wanita dan mengangkat derajat
kaum wanita, seharusnya sebagai wanita muslimah kita bisa menghargai sekaligus
mempraktikkan atau menjalankan apa yang diperintahkan agama kita karena agama
kita telah berusaha untuk melindungi kita sebagai kaum wanita. Berpakaian tertutup
secara syar’i itulah yang diajarkan agama kita untuk melindungi kaum wanita
seperti kita tapi apakah sahabat muslimah tahu bagaimana busana syar’i itu? Yang
dikatakan berpakaian syar’i itu bagaimana sih?
Aurat disini dimulai dari seluruh tubuh sampai batas tumbuhnya rambut
pada bagian kepala kecuali wajah dan telapak tangan. Setiap tubuh wanita yang
terlihat akan membuat kaum laki-laki tergoda, sehingga dalam islam membuat
peraturan hanya boleh menampakkan wajah dan telapak tangan saja. Menutup aurat
juga tidak sembarangan, terkadang wanita hanya sekedar menutup aurat mereka
tanpa memperhatikan apakah lekuk tubuh maupun perhiasan mereka masih terlihat
atau tidak. Biasanya wanita memang tidak memperhatikan apakah mahkota mereka
terlihat atau tidak, bahkan ada yang sengaja memperlihatkannya. Sudah cantik
berjilbab tapi rambutnya yang panjang diperlihatkan, ini adalah cara berbusana
muslimah yang salah. Menjadi seorang wanita memang sulit karena banyak yang
harus dijaga dan dipertanggung jawabkan, namun jika kita sudah mengetahui dan
Bahan untuk pembuatan baju seharusnya tebal atau kainnya tidak tembus
pandang bahkan jika terkena cahaya bagian lekuk tubuh wanita tidak boleh terlihat.
Sekarang banyak kain yang dijual transparan apalagi kain untuk bahan jilbab, kain
yang digunakan memang mudah untuk dipakai sebagai jilbab tapi hal itu
bertentangan dengan islam yang memerintahkan untuk memakai kain yang tidak
tembus pandang. Ketika wanita memakai kain itu maka bisa dikatakan dia belum
menutup aurat karena aurat mereka masih terlihat, berarti diibaratkan mereka
(wanita) layaknya telanjang.
Cara berpakaian orang kafir berbeda dengan kaum muslim. Orang kafir
cenderung berpakaian seenaknya, bahkan cewek bisa berpakaian layaknya cowok.
Kemajuan jaman membuat semua orang kurang memahami pakaian antara pakaian
orang muslim dan pakaian orang kafir. Sekarang banyak beredar pakaian kafir
dengan celana ketat, baju ketat bahkan tanpa lengan. Itu semua adalah ciri-ciri baju
yang dipakai orang kafir.
Pakaian untuk orang muslim bukan untuk bergaya dan terlihat kekinian
namun tujuannya adalah menutupi aurat mereka terutama bagi wanita. Wanita
muslim boleh berpakaian sesuai jamannya tapi dilarang untuk melanggar syari’at
agama. Niatkan berpakaian untuk menutup aurat bukan untuk memerkan pakaian
yang dipakai pakaian mahal
Aurat secara bahasa berasal dari kata ‘araa , dari kata tersebut muncul kata
bentukan baru dan makna baru pula. Bentuk ‘awira (menjadikan buta sebelah mata),
‘awwara (menyimpangkan, membelokkan dan memalingkan), a’wara (tampak lahir
atau auratnya), al-‘awaar (cela atau aib), al-‘wwar (yang lemah, penakut), al-‘aura’
(kata-kata dan perbuatan buruk, keji dan kotor), sedangkan al-‘aurat adalah segala
perkara yang dirasa malu.
Pendapat senada juga dinyatakan bahwa aurat adalah sesuatu yang terbuka,
tidak tertutup, kemaluan, telanjang, aib dan cacat. Artinya aurat dipahami sebagai
sesuatu yang oleh seseorang ditutupi karena merasa malu atau rendah diri jika
sesuatu itu kelihatan atau diketahui orang lain.
makna kata aurat adalah yang berarti segala sesuatu yang dapat menjadikan
seseorang malu atau mendapatkan aib (cacat), entah perkataan, sikap ataupun
tindakan, aurat sebagai bentuk dari satu kekurangan maka sudah seharusnya
ditutupi dan tidak untuk dibuka atau dipertontonkan di muka umum.
"Tidak diterima shalat seorang perempuan yang sudah haidh (maksudnya sudah
baligh) kecuali dengan memakai khimar (kerudung yang menutup kepala)." (HR.
Hadits shahih, diriwayatkan oleh imam Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu
Majah)
A. BATASAN AURAT
Aurat wanita sahaya atau hamba wanita ialah bagian antara pusar dan lutut.
a. Aurat wanita yang merdeka di dalam shalat ialah bagian yang lain dari wajah dan
dua telapak tangannya yang dhahir dan batin hingga pergelangan tangannya, wajah
dan dua telapak tangannya, luar dalam, hingga pergelangan tangannya, bukanlah
aurat dalam shalat dan selebihnya adalah aurat yang harus tertutup.
- Di hadapan laki-laki yang ajnabi atau yang bukan mahramnya, auratnya adalah
seluruh badan. Artinya termasuk wajah dan rambut serta kedua telapak tangannya,
lahir-batin dan termasuk kedua telapak kakinya, lahir- batin, sehingga seluruh
badannya wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan laki-laki yang ajnabi, wajah
dan kedua telapak tangannya tidak harus di buka ketika untuk menjadi saksi
sejenisnya, kecuali karena darurat.
- Di hadapan perempuan kafir, auratnya ialah anggota badan selain anggota badan
yang lahir ketika ia bekerja di rumah. Bagian yang lahir ketika ia aktif di rumah
ialah kepala, muka, leher, dua telapak tangan sampai kedua sikunya dan dua telapak
kakinya. Demikian juga auratnya ketika di hadapan perempuan yang tidak jelas
pribadi atau wataknya atau perempuan yang rusak akhlaknya.
Salah satu yang menyebabkan banyak wanita masuk neraka adalah karena
mereka tidak menutup aurat mereka di mata orang-orang yang bukan mahramnya.
Dari begitu besarnya mudharat yang bisa didapat dari membuka aurat, maka Tuhan
melarang kita membuka aurat.
Menutup aurat adalah suatu identitas orang-orang yang baik. Ditambah lagi
dengan perilaku yang baik dan sopan maka tidak mungkin ada orang yang
mengatakan kita sebagai perempuan murahan atau pria murahan.
Dengan pakaian yang menutupi tubuh secara sempurna maka kita tidak akan
merasakan kepanasan saat mentari bersinar terik, tidak merasakan kedinginan saat
suhu sedang dingin. Begitu pun dengan debu dan kotoran akan terhalang mengenai
kulit kita langsung sehingga kebersihan tubuh dapat tetap terjaga dengan baik.
Jika suami atau istri suka tampil seksi maka pasangannya bisa saja merasa
cemburu jika ada orang yang menggoda atau bahkan hanya sekedar melihat dengan
pandangan penuh nafsu syahwat. Jangan biarkan rasa cemburu muncul dalam
kehidupan rumahtangga anda, karena hal itu merupakan awal dari kehancuran
sebuah keluarga yang bahagia.
Biasanya wanita yang auratnya terbuka adalah yang paling sering menjadi
korban perkosaan maupun tindak kriminal lainnya seperti perampokan,
penjambretan, hipnotis, dan lain sebagainya. Bandingkan dengan wanita bercadar
yang tampil tidak menarik di mata penjahat karena penampilannya yang misterius
membuat pelaku kejahatan enggan menjahatinya.
Jika ada cacat pada tubuh maupun kulit kita bisa kita tutupi dengan
menggunakan pakaian yang tertutup sehingga tidak ada seorang pun yang tahu
kecacatan yang terjadi pada diri kita. Jika diumbar di depan orang banyak ya sudah
pasti orang-orang akan tahu cacat yang kita punya.
Dilahirkan sebagai seorang wanita adalah anugerah yang sangat indah dari
Allah Ta’ala. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh seorang pria.Terlebih
anugerah itu bertambah menjadi muslimah yang mukminah yaitu wanita muslimah
yang beriman kepada Allah.
َُ
ةْأَر ْ َا
الم نيْالد
ُّ َاع
ِ متَ ُ
ْرَي
َخ َاع
ٌ و متَ َانيْالد
ُّ
َُ
ة َِّا
لح الص
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang
shalihah.” (HR. Muslim)
Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah “rasa
ketertarikan terhadap lawan jenis”. Memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis
adalah fitrah manusia, baik wanita atau lelaki. Namun kalau kita tidak bisa memenej
perasaan tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar,baik untuk diri
sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah tunjukkan dalam sebuah
hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َا ُنا
هم َِ
نانِ ز ََُاألُذ
ُ و َر
َّظ
َا الن همُناََِانِ زْنَي ْ َ
الع ف
َُ
د ْ َ
الي ُ و َالَم ْ
الك ُنا
ه َِ
ن ز ُِسَاِّ َ
الل ُ و َاع ِسْت
ِم اال
ُ
لبَْ ْ َ
الق َا و الخُطْ ها َنا َُِ ز
ْل َالر
ِّ
ِج ْشُ و
َط ْ ها
الب َناَِز
ُب
ه َِّ
ُِ
ذ يكَُ
ُ و ْجَر ْ َِك
الف َلُ ذ
ِقَِّ
د يص َّى و
َُ َنَم
يتََ
َى و ْي
هو َ
”Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar.
Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan
menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan
membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim)
Sebagai wanita muslimah kita harus yakin bahwa kehormatan kita harus
dijaga dan dirawat, terlebih ketika berkomunikasi atau bergaul dengan lawan jenis
agar tidak ada mudhorot (bahaya) atau bahkan fitnah.
A. HAID
Haidh atau haid (dalam ejaan bahasa Indonesia) adalah darah yang keluar
dari rahim seorang wanita pada waktu-waktu tertentu yang bukan karena
disebabkan oleh suatu penyakit atau karena adanya proses persalinan, dimana
keluarnya darah itu merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan oleh Allah kepada
Haid adalah sesuatu yang normal terjadi pada seorang wanita, dan pada
setiap wanita kebiasaannya pun berbeda-beda. Ada yang ketika keluar haid ini
disertai dengan rasa sakit pada bagian pinggul, namun ada yang tidak merasakan
sakit. Ada yang lama haidnya 3 hari, ada pula yang lebih dari 10 hari. Ada yang
ketika keluar didahului dengan lendir kuning kecoklatan, ada pula yang langsung
berupa darah merah yang kental. Dan pada setiap kondisi inilah yang harus dikenali
oleh setiap wanita, karena dengan mengenali masa dan karakteristik darah haid
inilah akar dimana seorang wanita dapat membedakannya dengan darah-darah lain
yang keluar kemudian.
Wanita yang haid tidak dibolehkan untuk shalat, puasa, thawaf, menyentuh
mushaf, dan berhubungan intim dengan suami pada kemaluannya. Namun ia
diperbolehkan membaca Al-Qur’an dengan tanpa menyentuh mushaf langsung
(boleh dengan pembatas atau dengan menggunakan media elektronik seperti
komputer, ponsel, ipad, dll), berdzikir, dan boleh melayani atau bermesraan dengan
suaminya kecuali pada kemaluannya.
ْ
ُِلواَز
ْت ًى ف
َاع َذ َ أ
هو ُل
ُ ْ ض ق َِحِي ْ َِن
الم َ َُل
ونكَ ع يسْأََ
و
َْ
ن ُْ
هر َ ََّى
يط َت َّ ح
هن َُ
ُبو ْر
تقَ ََال
ض وَِحِي ْ ِي
الم ِّسَاء ف
ِ
الن
َ ْ
َُأ َْ ََّ َ َا
ِّ ُ
ُالل ُم
َك َُ أ
مر ْث
َي ْ ح
ِنَّ م
هنُتو ن ف هر تط إذَِ
ف
“Mereka bertanya kepadamu tentang (darah) haid. Katakanlah, “Dia itu
adalah suatu kotoran (najis)”. Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhkan diri
dari wanita di tempat haidnya (kemaluan). Dan janganlah kalian mendekati
mereka, sebelum mereka suci (dari haid). Apabila mereka telah bersuci (mandi
bersih), maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepada
kalian.” (QS. Al-Baqarah: 222)
ََ
الِ و َّو
ْم ء الص َض
َِا ِقُ ب َْ
مرُؤَن َل
ِكَ فَا ذ
ُنِيب
يص ََا
ُ ن ك
ِ
الةََّ
ء الص َض
َِا ُ ب
ِق مرَْ
نؤُ
“Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk
mengqadha puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.” (HR. Al-
Bukhari No. 321 dan Muslim No. 335)
ُِلوا
َز َاع
ْت ًى ف َذَ أ
هو ُل
ُ ْ ض ق َِحِي
ۖ ْ َِن
الم َ َُل
ونكَ ع يسْأََ
و
َْ
نهرُْ
يطََّٰى
َت َّ ح
هن َُ
ُبو ْر
تقَ ََال
ض و َِحِي
ۖ ْ ِي
الم َِّسَا
ء ف ِ
الن
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah : “Haid itu adalah
suatu kotoran”. Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haid, dan janganlah kamu mendekatkan mereka, sebelum mereka suci…”
[QS. Al-Baqarah : 222]
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan petunjuk tentang masa haid itu
berakhir setelah suci, yakni setelah kering dan terhentinya darah tersebut. Bukan
tergantung pada jumlah hari tertentu. Sehingga yang dijadikan dasar hukum atau
patokannya adalah keberadaan darah haid itu sendiri. Jika ada darah dan sifatnya
dalah darah haid, maka berlaku hukum haid. Namun jika tidak dijumpai darah, atau
sifatnya bukanlah darah haid, maka tidak berlaku hukum haid padanya. Syaikh Ibnu
Utsaimin rahimahullah menambahkan bahwa sekiranya memang ada batasan hari
tertentu dalam masa haid, tentulah ada nash syar’i dari Al-Qur’an dan Sunnah yang
menjelaskan tentang hal ini.
Berhentinya haid :
Indikator selesainya masa haid adalah dengan adanya gumpalan atau lendir
putih (seperti keputihan) yang keluar dari jalan rahim. Namun, bila tidak
menjumpai adanya lendir putih ini, maka bisa dengan mengeceknya menggunakan
kapas putih yang dimasukkan ke dalam vagina. Jika kapas itu tidak terdapat bercak
sedikit pun, dan benar-benar bersih, maka wajib mandi dan shalat.
ََا
ء ْضَي ََّ
ة الب َصَ الق
ينَْ
ترَ َّى
َت َ ح
لنَْ
ْج َ َ
تع لا
“Janganlah kalian terburu-buru sampai kalian melihat gumpalan putih.”
(Atsar ini terdapat dalam Shahih Bukhari).
B. NIFAS
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah seorang wanita
melahirkan. Darah ini tentu saja paling mudah untuk dikenali, karena penyebabnya
sudah pasti, yaitu karena adanya proses persalinan. Syaikh Ibnu Utsaimin
rahimahullah mengatakan bahwa darah nifas itu adalah darah yang keluar karena
persalinan, baik itu bersamaan dengan proses persalinan ataupun sebelum dan
sesudah persalinan tersebut yang umumnya disertai rasa sakit. Pendapat ini senada
dengan pendapat Imam Ibnu Taimiyah yang mengemukakan bahwa darah yang
keluar dengan rasa sakit dan disertai oleh proses persalinan adalah darah nifas,
sedangkan bila tidak ada proses persalinan, maka itu bukan nifas.
Batasan nifas :
Tidak ada batas minimal masa nifas, jika kurang dari 40 hari darah tersebut
berhenti maka seorang wanita wajib mandi dan bersuci, kemudian shalat dan
dihalalkan atasnya apa-apa yang dihalalkan bagi wanita yang suci. Adapun batasan
maksimalnya, para ulama berbeda pendapat tentangnya.
Tidak banyak catatan yang membahas perbedaan sifat darah nifas dengan darah
haid. Namun, berdasarkan pengalaman dan pengakuan beberapa responden,
umumnya darah nifas ini lebih banyak dan lebih deras keluarnya daripada darah
haid, warnanya tidak terlalu hitam, kekentalan hampir sama dengan darah haid,
namun baunya lebih kuat daripada darah haid.
*terdapat dua pendapat ulama yang berbeda antara boleh atau tidaknya
menyentuh mushaf.
C. ISTIHADHAH
Istihadhah adalah darah yang keluar di luar kebiasaan, yaitu tidak pada masa
haid dan bukan pula karena melahirkan, dan umumnya darah ini keluar ketika sakit,
sehingga sering disebut sebagai darah penyakit. Imam Nawawi rahimahullah dalam
Syarah Muslim mengatakan bahwa istihadhah adalah darah yang mengalir dari
kemaluan wanita yang bukan pada waktunya dan keluarnya dari urat.
Sifat darah istihadhah ini umumnya berwarna merah segar seperti darah
pada umumnya, encer, dan tidak berbau. Darah ini tidak diketahui batasannya, dan
ia hanya akan berhenti setelah keadaan normal atau darahnya mengering.
Wanita yang mengalami istihadhah ini dihukumi sama seperti wanita suci,
sehingga ia tetap harus shalat, puasa, dan boleh berhubungan intim dengan suami.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu
‘anha :
لى ََّ َّب
ِيُّ ص ِلى الن َْشٍ ا َيُب
ِى حَبُ اْت ِنة ب َُ َط
ِم َ فا ََا
ءت ج
َة
ٌَا مر ِْى ا ِِّ
ن ُْ
ل هللاِ ا َسُوَرْ يا ََ
لت َقَ و لمَََّس
ِ و ْه
ليََهللاُ ع
َال
َ َق ة؟ ف َََّال
ُ الص ََ
دع َاَف
ا،ُ ُْ
هر َطَالَ ا َاضُ ف ُسْت
َح ا
َِكَلَا ذ َّ ا،َ ال:َ
ِنم َََّس
لم ِ و ْه
ليََ
لى هللاُ ع ََّ ُْ
ل هللاِ ص َر
َسُو يا
َُ
ة ْضَي ْ ِلت
الح ََْب َاا
َق ِذ َاِ ف َةْض
َي ْ ْسَ ب
ِالح ََليٌ و ْقِر
ع
ِل
ِى ْس َغها فا َُ درَْ
َ ق هبَََا ذ ِذَا
ف،ة َََّال
ِى الص ُك َْا
تر ف
ِىِّ
َلَص َ و َّ
الدم ْك
ِ َن
ع
Fatimah binti Abi Hubaisy telah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
lalu berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku adalah seorang wania yang
mengalami istihadhah, sehingga aku tidak bisa suci. Haruskah aku meninggalkan
shalat?” Maka jawab Rasulullah SAW: “Tidak, sesungguhnya itu (berasal dari)
sebuah otot, dan bukan haid. Jadi, apabila haid itu datang, maka tinggalkanlah
Hadis sahih ini juga didukung banyak hadis sahih lainnya. Ummu Salamah
RA juga menambahkan, "Di masa Rasulullah SAW, para
wanita ikut hadir dalam shalat berjamaah. Selesai salam segera bangkit
meninggalkan masjid pulang kembali ke rumah mereka."(HR.Bukhari).
Tak hanya kaum perempuan, bahkan di antara sahabiyah di masa Nabi SAW
ada yang membawa bayi untuk ikut shalat berjamaah. Hadis dari Abu Qatadah Al-
Anshari RA mengatakan, Rasulullah SAW pernah berniat ingin memanjangkan
shalatnya. Namun, tak lama Beliau SAW mendengar tangisan bayi.
Maka aku pun memendekkan shalatku karena aku tidak suka memberatkan
ibunya," sabda Nabi SAW (HR Bukhari).
Kaidah asal kaum perempuan dihukum sunah untuk ikut shalat berjamaah
ke masjid. Apalagi, selepas shalat juga ada wirid pengajian. Tentu hal inilah yang
lebih utama mengingat ada aspek ibadah dan tarbiyahnya.
Imam Malik berdalil dengan hadis Nabi SAW, "Setiap wanita Muslimah
dari golongan mana saja yang terkena atau memakai wangi-wangian maka
hendaklah tidak mengerjakan shalat Isya bersama kami." (HR Muslim). Tentu saja
larangan ini bukan hanya untuk shalat Isya, melainkan juga seluruh shalat fardhu
yang dilaksanakan.
BAB II
ADAB-ADAB BAGI SEORANG MUSLIMAH
1.Adab Bergaul dengan Lawan Jenis
Dilahirkan sebagai seorang wanita adalah anugerah yang sangat indah dari
Allah Ta’ala. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh seorang pria.Terlebih
anugerah itu bertambah menjadi muslimah yang mukminah yaitu wanita muslimah
yang beriman kepada Allah.
Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah “rasa
ketertarikan terhadap lawan jenis”. Memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis
adalah fitrah manusia, baik wanita atau lelaki. Namun kalau kita tidak bisa memenej
perasaan tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar,baik untuk diri
sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah tunjukkan dalam sebuah
hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َا ُنا
هم َِنانِ ز ََُاألُذ
ُ و َر
َّظ
َا الن همُناََِانِ زْنَي ْ َ
الع ف
َُ
د ْ َ
الي ُ و َالَم ْ
الك ُنا
ه َِ
ن ز ُِسَاِّ َ
الل ُ و َاع ِسْت
ِم اال
ُ
لبَْ ْ َ
الق َا و الخُطْ ها َنا َُِ ز
ْل َالر
ِّ
ِج ْشُ و
َط ْ ها
الب َناَِز
ُب
ه َِّ
ُذ
ِ يكَُُ و ْجَر ْ َِك
الف َ
ُ ذلدقَِّ
ِ يص َّى و
َُ َنَم
يتََ
َى و ْي
هو َ
”Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar.
Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan
menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan
membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim)
Sebagai wanita muslimah kita harus yakin bahwa kehormatan kita harus
dijaga dan dirawat, terlebih ketika berkomunikasi atau bergaul dengan lawan jenis
agar tidak ada mudhorot (bahaya) atau bahkan fitnah. Di bawah ini akan kami
ungkapkan adab-adab bergaul dengan lawan jenis. Di antaranya:
ََا
ن ْطالشَّي ن َِ
َّإف َة
ٍ َأ
مرِْا
ب ُم
ْ َُ
دك َح
أ ََّ
ن لوُْيخ
َ َال
َاهمُُ
ِث َ
ثال
“Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang
bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiap yang
bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah
seorang yang mukmin.” (HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih)
َر
ِ َ ْ
نظ َن َّ ل
ع-صلى هللا عليه وسلم- ِالل ََسُو َْلت
ُ ر سَأ
َر
.ِى َ َ
بص ِفْر َ
ن أص َ
ِْى أ
َنمر َ
ََأِ ف ُج
ََا
ءة ْ
الف
“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai
pandangan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya
memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim)
ََ
ها َشْر
َف اسْت َج
َِت َر
خ َا
إذَِ
ف ٌَ
ةْرَو
ع ةَُ
ْأَر
المْ
َُا
ن ْطالشَّي
“Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di
mata laki-laki.” (HR. Tirmidzi, shahih)
Keempat: Tidak boleh ikhtilat (campur baur antara wanita dan pria)
Ikhtilat itu adalah campur baurnya seorang wanita dengan laki-laki di satu
tempat tanpa ada hijab. Di mana ketika tidak ada hijab atau kain pembatas masing-
masing wanita atau lelaki tersebut bisa melihat lawan jenis dengan sangat mudah
dan sesuka hatinya. Tentu kita sebagai wanita muslimah tidak mau dijadikan obyek
pandangan oleh banyak laki-laki bukan? Oleh karena itu kita harus menundukkan
pandangan,demikian pun yang laki-laki mempunyai kewajiban yang sama untuk
menundukkan pandangannya terhadap wanita yang bukan mahramnya, karena ini
adalah perintah Allah dalam Al Qur’an dan akan menjadi berdosa bila kita tidak
mentaatinya.
Menjaga kemaluan juga bukan hal yang mudah,karena dewasa ini banyak
sekali remaja yamng terjebak ke dalam pergaulan dan seks bebas. Sebagai muslim
kita wajib tahu bagaimana caranya menjaga kemaluan. Caranya antara lain dengan
tidak melihat gambar-gambar yang senonoh atau membangkitkan nafsu syahwat,
tidak terlalu sering membaca atau menonton kisah-kisah percintaan, tidak terlalu
sering berbicara atau berkomunikasi dengan lawan jenis, baik bicara langsung
(tatap muka) ataupun melalui telepon, SMS, chatting, YM dan media komunikasi
lainnya.
Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan
oleh setiap muslim, berikut ini adalah beberapa petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dalam berbakti kepada kedua orang tua baik semasa hidup
keduanya atau sepeninggal mereka.
Hal ini juga termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua,
terutama jika hal tersebut merupakan hasil jerih payah sendiri. Lebih-lebih
jika kondisi keduanya sudah renta. Sudah seyogyanya, mereka disediakan
makanan dan minuman yang terbaik dan lebih mendahulukan mereka
berdua dari pada dirinya, anaknya dan istrinya.
5. Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan
lainnya
Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang
di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang
anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena hal itu termasuk hak
mereka.
Hak-hak ini, sebagian sama di antara suami-istri dan sebagiannya tidak sama.
Hak-hak yang sama di antara suarni-istri adalah sebagian berikut:
Amanah
Cinta kasih
Saling percaya
Dan karena taat kepada Allah Ta‘ala yang berfirman, “Dan janganlah kalian
melupakan keutamaan di antara kalian, Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala
apa yang kalian kerjakan.” (A1-Baqarah: 237).
Tetap berada di rumah suami, dalam arti, tidak keluar kecuali atas izin dan
keridhaannya, menahan pandangan dan merendahkan suaranya, menjaga
tangannya dari kejahatan, dan menjaga mulutnya dari perkataan kotor yang bisa
melukai kedua orang tua suaminya, atau sanak keluarganya, karena dalil-dalil
berikut: Firman Allah Ta‘ala, “Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan
janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang
dahulu.” (Al-Ahzab: 33). “Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Al-Ahzab: 32). “Allah
tidak menyukai ucapan buruk.” (An-Nisa’: 148). “Katakanlah kepada wanita-
wanita beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan
memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya’.” (An-Nuur: 31). Sabda
Rasulullah saw., “Wanita (istri) terbaik ialah jika engkau melihat kepadanya, ia
menyenangkanmu. Jika engkau menyuruhnya, ia taat kepadamu. Jika engkau
pergi darinya, ia menjagamu dengan menjaga dirinya dan menjaga hartamu.” (HR
Muslim dan Ahmad). Sabda Rasulullah saw., “Kalian jangan melarang wanita-
wanita hamba-hamba Allah untuk pergi ke masjid-masjid Allah. Jika istri salah
seorang dari kalian meminta izin kepada kalian untuk pergi ke masjid, engkau
jangan melarangnya.” (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan At Tirmidzi). Sabda
Rasulullah saw., “Izinkan wanita-wanita pergi ke masjid pada malam hari.”
Usaha mendidik anak agar menjadi saleh memang tidak gampang, banyak liku-
liku yang harus dihadapi oleh orang tua untuk menuju ke arahnya, jika kita melihat
ajaran Islam akan nampak jelas rambu-rambu yang selayaknya dilalui oleh orang
tua yang menginginkan anaknya menjadi saleh. Rambu-rambu tersebut tidak
dimulai ketika anak sudah lahir, bahkan sebelum anak lahir dan sebelum seseorang
memasuki mahligai rumah tangga.
1. Memilih Pasangan
ِ
ِي هَب
ْ أٍ عَن ِي سَعِي د َبُ أ بنْ ُِي سَعِي د ثنََّ
حَد
َ ر َ
ِّْ النَّبِي
ِ ُ عَن ْه
اللُ عَن
َّ ََضِي َة َْ
ير ُرِي ه ْ أب عَن
ُ َ
ْأ ة َر ْ ُ
ال م ْكَح ُ َ
تن َا ل َ قَّ م
َسَلِ و َي
ْه َّ َّ ى
اللُ عَل صَل
َا له َِ اَجَم
و َا
ِحَسَبِه َل
و َا َِ ا
له لمِ َْ
ٍب ع ألَر
ِ
ْ
بت َ ِِين
َِت ر َ اتِ الد
ِّ ْ ب
ِذ َاظْف
َر َا ف ِهِي نلدَِو
٤٧ ٠٠ : َ اك(صحيح البخاري يدَ
“Wanita itu dinikahi (orang) karena empat hal; karena hartanya, karena
keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya, pilihlah yang baik
agamanya, niscaya kamu selamat.” (HR. Bukhari-Muslim)
Istri sebagai ibu bagi anak sangat berpengaruh sekali terhadap pribadi anaknya,
jika istri seorang yang salehah, maka berpeluang besar anaknya menjadi anak yang
saleh. Sebaliknya jika istri tidak baik agamanya, maka dikhawatirkan anaknya akan
terbawa.
2. Doa
Doa memiliki peranan penting dalam mendidik anak menjadi saleh, betapa tidak
dengan doa sesuatu yang diharapkannya bisa terpenuhi, banyak bukti yang
menunjukkan demikian, tidakkah Anda memperhatikan Nabi Ibrahim
‘alaihissalam ketika ia berdoa,
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (QS.
Ash Shaaffaat: 101)
ََا
ل ه ق ُلَهَْ ْت
ِيَ أ َ ن
يأ َْد أََاَرَا أِذْ إ همُد َح
ََ ن أََّ
ْ أ َلو
: ِِب ِّ
َن َج ََا
ن و َلشَّي
ْط َا ا ِّب
ْن َن
ِ َّ ج
هم َّ َ
ُلل ا. ِللََّ
ِ ا ِسْم
ب
َا ْت
َن َقَزما ر َ ن ََا ;الشَّي
ْط ْ
درََّ
يقُ ن ِْ
ه إ ُنَّإ
َِف
َُا
ن ْطَلشَّيه ا ُر
َُّ َ ْ
يض َلم, َِك َلِي ذ د ف ٌََل
َا و همَُْنبيَ
داًب َ
َ”أ.
“Kalau sekiranya salah seorang di antara mereka ketika hendak mendatangi istrinya
mengucapkan, “Bismillah…dst (Artinya: Dengan nama Allah, ya Allah, jauhkanlah
setan dari kami dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugrahkan kepada
kami), Sesungguhnya jika ditakdirkan mendapatkan anak, niscaya setan tidak akan
dapat membahayakannya selamanya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Mengaqiqahkan
Untuk anak laki-laki disembelihkan dua ekor kambing (sebaiknya yang sepadan
umurnya), sedangkan untuk anak perempuan seekor kambing. Hal ini dilakukan
pada hari ketujuhnya.
Mengkhitannya
Khitan berlaku baik bagi laki-laki maupun perempuan pada hari ketujuh atau
setelahnya. Ibnul Qayyim pernah berkata, “Tidak boleh bagi wali membiarkan
anaknya tidak dikhitan sampai ia baligh.”
Mendoakannya
Menyusuinya
ِْن َْلي
َوح َّ
هن ُد َو
ََْال أ َ
ْنِعْضيرُ ُ
داتَلَِا ْ َ
الو و
ۖ ة َََاعَّض
َّ الر ِميت َ
ُ د أنََا َ
ْ أر َن ِ ۖ ِْن
لم ََام
ِلي ك
َّ
هن ُتَُ
ِسْو َّ و
َك ُُ
هن ْقِزه ر ُِ َل ُْلودَو ْ
الم ََ
لى َع
و
َ ۖ ها
ال ََُسْع
ال وَِّ
ْسٌ إ َُ
نف لفََّ
تكُ ُوفِ ۖ َال َع
ْر ْ ب
ِالم
ُد َّل
ه ٌُْلو َ ََال
مو ها و ََلد
َِ ِوة ب ٌد
َلَِاَّ وَار
تضُ
Ini adalah hak anak yang paling besar, yang seharusnya dipenuhi oleh
seorang ayah yaitu mengajarkan anak Alquran dan sunah agar dia mengetahui
kewajibannya, tujuan hidupnya dan bisa beribadah dengan benar, Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman: (Q.S. At Tahrim (66) : 6)
Seorang anak biasanya mengikuti prilaku orang tua, maka sudah seharusnya
orang tua memiliki akhlak yang mulia, janganlah ia tampakkan kepada anaknya
akhlak yang buruk karena anak akan menirunya. Hendaknya ia ingat sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
َُ
ها ْرَج ُل
ه أ ََة ف ًََسَنة حًَّ ِسْالَم
ِ سُن ِى اإلَّ ف
ْ سَنمنَ
َُصْق
ين َ ن َ
ِْ أ َي
ْر ْ غ ِن
ه م َْ
ُد بعَ ها َ ب
َِ ِلَمْ عمنَ ُ َ
َأج
ْر و
ًَ
ة ة سَي
ِّ
ِئ ًَّ ِسْالَم
ِ سُن ِى اإل َّ ف
ْ سَنمنََ
ء وٌْْ شَى ِم
ِهُور ُ
ْ أج ِنم
ِ
ِهْد
بع َِْنها مََِ ب ِل ْ ع
َم من ْر
َ ُ ِزَوها وَُ ْر ِ و
ِز ْه ََ
لي ََا
ن ع ك
ٌْءْ شَى
ِمِهَارْز َ
ْ أو ُصَ م
ِن ْق
ينَ ن َ
ِْ أْر َيْ غِنم
“Barang siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan
mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang ikut melakukannya
setelahnya tanpa dikurangi sedikit pun pahala mereka. Dan barang siapa yang
mencontohkan perbuatan yang buruk dalam Islam, maka dia akan memikul
dosanya dan dosa orang-orang yang ikut mengerjakannya setelahnya tanpa
dikurangi sedikit pun dari dosa mereka.” (HR. Muslim)
Cara menanamkan rasa cinta kepada Allah adalah dengan mengajak anak
memperhatikan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadanya, misalnya ketika
ayah dengan anaknya sedang menikmati makanan, lalu ayah bertanya, “Nak,
tahukah kamu siapa yang memberikan makanan ini?” Anak lalu berkata, “Siapa,
Dengan cara seperti ini Insya Allah rasa cinta kepada Allah akan tertancap di hati
anak.
ه ْ َ
َان ْر
ُوفِ و َع ْ ْ ب
ِالم ُْ
مر َأ
ة وَََّال
ِ الص ِمَقَيَّ أ
بنُ ياَ
ٰل
َِك َ
ن ذَِّ
بكَ ۖ إ
ََاَص َ ٰ
ما أ لىََ
ْ ع ِر َاص
ْب ِ وَرُنك ْ
الم َِنع
]٣١:١٧[ ِ ُُاأل
مور ْ ِ ْم
َزع ْ
ِنم
“(Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
cegahlah mereka dari perbuatan mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu) disebabkan amar makruf dan nahi mungkarmu itu. (Sesungguhnya
yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (termasuk hal-hal yang ditekankan
untuk diamalkan) karena mengingat hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang wajib.
ْ
همُْ
بو ْر
ُِ َاض
ٍ و ِسَب
ْع ِ لََّالة
ِالص ْ بُم ََا
ءك بنَْ
ْا أ
ُومرُ
َاجِع
ِ َضْلمِي اْ ف
همَُ
ْن َ ْا
بي ُو
ِقَر
ِّ َف
ٍ وَشْر
لع َْ
ِ ها ََ
لي ع
“Suruhlah anak-anakmu shalat ketika berumur tujuh tahun, pukullah mereka jika
meninggalkannya setelah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat
tidurnya.” (shahih, HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Islam menyuruh para orang tua mengajarkan anak meminta izin jika masuk
ke kamar orang tua, khususnya pada tiga waktu; sebelum shalat Subuh, pada siang
hari (pada saat tidur siang) dan setelah shalat Isya, lihat An Nuur: 58.
15. Mencegah Anak Berprilaku Seperti Wanita atau Anak Wanita Berprilaku
Seperti Anak Laki-Laki.
ِّ
ِر
ِ ْ ِْكَ فى
الب َْا ا
ِلي نوُْ
ُويك َْ
َ ن َ ا
ُّك
يسُر ََلي
َ َْس ا
ًَا
ء سَو
“Bukankah kamu suka, jika mereka sama-sama berbakti kepadamu?” (HR. Ahmad
dan Muslim)
17. Tanggap Terhadap Prilaku Buruk yang Terkadang Muncul Pada Anak
Bab 3
Jika aku (wanita) menjadi..
A. pemimpin
ISLAM & KEKUASAAN
Pemilihan kepala negara sama artinya dengan memilih Khalifah pada masa
awal kematian Nabi dahulu, semuanya harus tetap mengacu pada aturan main yang
ditetapkan oleh Islam.
Di dalam Islam, tidak ada pemisahan antara agama dan negara, agama dan
politik atau agama dan kepemimpinan, semuanya satu kesatuan. Karena hidup kita
ini diatur oleh agama dari hal yang paling kecil sampai pada hal yang terbesar.
Hidup adalah tingkah laku, dan tingkah laku dibatasi oleh norma agama termasuk
tingkah laku dalam berpolitik.
(Nabi dan Rasul adalah refleksi dari pemimpin, baik dalam skala besar maupun
dalam skala kecil, dan suka atau tidak suka, mereka adalah contoh, pedoman atau
acuan bagi manusia lainnya). Allah juga menegaskan dalam firman-Nya :
“Dan kalau Kami bermaksud menjadikan Rasul itu dari golongan malaikat,
tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki.” (QS. Al-An’aam: 9)
“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang kami berikan
wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” (QS. Yusuf: 109)
Imam dalam sholat tidak boleh wanita, kecuali makmumnya juga wanita
(berdasarkan Imam Hanafi, Syafi’i, dan Hambali)
Ayat ini memang konteksnya berbicara seputar rumah tangga, akan tetapi secara
logikanya, seorang kepala rumah tangga saja haruslah laki-laki, apalagi seorang
kepala negara yang notabene sebagai kepala atau pemimpin dari banyak kepala
keluarga lain, maka tidak bisa lain, dia haruslah laki-laki.
“Dan anak laki-laki tidaklah sama dengan anak wanita.” (QS. Ali
Imran: 36)
Hadits :
Hadits tersebut menjelaskan, bahwa suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka
kepada seorang wanita, tidak akan mendapatkan keberuntungan. Padahal, meraih
sebuah keberuntungan dan menghindarkan diri dari kesusahan adalah sebuah
anjuran. Dari sini, Ulama berkesimpulan bahwa wanita tidak diperkenankan
menduduki tampuk kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara. Ketentuan semacam
ini, menurut al-Qâdhi Abû Bakr ibn al-’Arabiy merupakan konsensus para ulama.
Sedangkan Abu Hanifah berpendapat bahwa wanita dapat menjadi penguasa dalam
urusan harta. Beliau berpandangan, ketika wanita diperbolehkan memberikan
kesaksian dalam urusan harta, berarti memberikan keputusan dalam wilayah
tersebut juga sudah semestinya
– Ratu Balqis menjadi kepala negara, jauh sebelum dia mengenal Islam dan
dipercaya menikah dengan Nabi Sulaiman. Setelah dia ditundukkan oleh Sulaiman
dan menjadi istrinya, otomatis yang menjadi kepala negara adalah Sulaiman, bukan
lagi Balqis.
“Bagi para wanita, mereka punya hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang benar. Akan tetapi para suami memiliki satu tingkatan
kelebihan dari pada istrinya.” (QS. Al-Baqarah: 228)
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas
kepemimpinanmu. Laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia harus
mempertanggungjawabkan kepemimpinannya itu. Perempuan adalah pemimpin
dlm rumah suaminya dan diapun bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.”
(Hadits Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dari Ibnu Umar)
Dalam sejarah, Nabi SAW mengikutsertakan wanita dalam medan perang, namun
mereka bukan dijadikan umpan peluru, tetapi sebagai prajurit yang bertugas
memberikan pertolongan bagi mereka yg terluka seperti dicontohkan oleh Fatimah
Az-Zahrah puteri Beliau sendiri, kemudian wanita juga mempersiapkan konsumsi
seperti dilakukan oleh ‘Aisyah, istri Beliau. Bahkan Khadijah istri Nabi yang
pertama adalah seorang saudagar (pengusaha).
– Bila sudah tidak ada lagi laki-laki Islam yang mampu jadi pemimpin !
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, tanpa berniat untuk suatu kepentingan
politik atau mendiskriditkan jenis kelamin, bahwa mayoritas ulama telah melarang
perempuan jadi pemimpin/ulil amri public, baik sebagai bupati, gubernur, bahkan
presiden dan bahkan pula pemimpin dalam Sholat. Yang diperbolehkan dalam hal
rumah tangga atau urusan yang harus ditangani perempuan. Jika hukum perempuan
jadi pemimpin public, ternyata ulama lebih banyak melarangnya, maka begitu juga
memilih pemimpin perempuan juga ulama melarangnya. Jadi jangan jadikan
perempuan menjadi pemimpin apapun itu alasannya. Dan Haram pula Umat Islam
memilih Pemimpin Orang Kafir,
Di zaman sekarang ini, semakin banyak wanita keluar dari rumahnya untuk
bekerja. Sebagian besar dari mereka bekerja dengan dalih menambah penghasilan
karena uang bulanan yang diberikan oleh suaminya tidak mencukupi. Persoalan
wanita bekerja di luar rumah atau yang populer disebut wanita karir memang masih
ramai dibicarakan. Ada yang menerima dan ada yang menolak. Bagaimana Islam
memandang hal ini?
Islam mengatur semua hal, bahkan hal kecil sekalipun, apalagi soal harkat
dan martabat wanita. Dalam Islam, wanita sangat dimuliakan. Sebelum datangnya
Islam, wanita diperlakukan semena-mena. Pada masa jahiliyah, bayi perempuan
dikubur hidup-hidup karena diapandang bahwa wanita hanya akan menyusahkan.
( ۡ َُت
ِلت ٍٍ۬ ق
ۢب َن
ِّ ذ َ )ب٨( ۡ َسُٮ ُدَء
َُۡۥ ۡ َا َإ
ِِأى لت ِٕ ة وٱلم ِذ و
٩(
“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa
apakah dia dibunuh.” [Q.s At-Takwir: 8-9]
Dalam masyarakat Yunani, wanita dipandang sebagai barang yang dapat diperjual-
belikan. Dalam masyarakat Hindu, bahkan wanita disamakan dengan makhluk
jelata yang setingkat dengan kasta hewan. Na’udzubillaahi min dzaalik.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia menuturkan bahwa Hindun binti ‘Utbah
berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang suami yang
pelit. Ia tidak memberikan nafkah yang cukup untukku dan anakku, kecuali apa-apa
yang aku ambil darinya dengan sembunyi-sembunyi“ Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ambillah harta yang mencukupi dirimu dan anakmu dengan cara yang ma’ruf
(baik)” (HR. Al Bukhari dalam Shahih-nya (no. 5324), Kitab “an-Nafaqaat”, Bab
“Idzaa lam Yunfiqir Rajulu”; Muslim dalam Shahih-nya (no. 1714), Kitab “al-
Aqdhiyah”, Bab “Qadhiyah Hind”, dari ‘Aisyah)
Wanita berbeda dengan laki-laki dalam hal-hal tertentu, sehingga tidak akan
bisa seorang wanita bertindak seperti laki-laki, bebas keluar rumah dan eksis di
dunia publik. Sebagai contoh perbedaan laki-laki dan wanita (yang akan
berpengaruh dalam pekerjaan yang boleh untuk wanita dan yang tidak) adalah
perbedaan fisik. Ini. Sebagai contoh:
Dari ulasan di atas, tetaplah sebaik-baik tempat wanita adalah di rumahnya. Allah
Ta’ala berfirman,
َر
ُّج
َ َ َ
تب ْن َر
َّج َ ََال
تب َّ و
ُن ُوت
ِك بيُ ِي ن ف َر
َْ َق
و
ولىَ ُاأل
ْ ِ َّة
ِي َاه
ِل ْ
الج
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyyah yang dahulu” (QS. Al Ahzab: 33).
Yang dimaksud dengan ayat ini adalah hendaklah wanita berdiam di rumahnya dan
tidak keluar kecuali jika ada kebutuhan.
Sehingga jika ada pekerjaan bagi wanita yang bisa dikerjakan di rumah, itu tentu
lebih layak dan lebih baik. Dan perlu ditekankan kewajiban mencari nafkah
bukanlah jadi tuntutan bagi wanita. Namun prialah yang diharuskan demikian.
Inilah yang Allah perintahkan,
ْه
ِ ليََ
َ ع ِرُد
ْ ق منََِ و
ِه ْ سَع
َت ِن
ٍ مَةُو سَعْ ذ ْف
ِق ُن
ليِ
َّ ُ
ُالل ِفَِّ
ل يكُ اللُ َال
َّ هُتاَََّا آ
ِمْ مِقْف
ُن َْ
لي ه فُُْق
ِزر
َتا
ها ََ
ما آ َِّ
َ ال ْسًا إنفَ
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan
orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya” (QS. Ath Tholaq: 7).
BAB 4
Masalah rambut bagi mereka yang berjibab sering juga disebabkan karena
mereka kurang rutin mencuci rambut mereka. Padahal ketika rambut tertutup jilbab
cenderung lebih asam karena terkena keringat. Sehingga endapan keringat ini jika
di acuhkan saja patilah akan menimbulkan kemunculan ketombe.
Ini sangat penting, sebaiknya anda mengeringkan rambut lebih dulu hingga
benar-benar kering sebelum mengenakan jilbab. Karena jika anda memaksakan
memakai jilbab ketika keadaan rambut masih basah akan menimbulkan masalah.
Diantaranya adalah menimbulkan bau rambut yang tidak sedap, munculnya
ketombe karena kulit kepala lembab, dan bisa juga memicu gatal pada kulit kepala.
Maka setelah mengetahui info ini sebaiknay anda mengenakan jilbab ketika rambut
sudah kering.
Sebaiknya pilihlah dan pakai jilbab dengan bahan yang dapat menyerap
keringat, karena dengan mengenakan jilbab dapat menyebabkan kondisi kulit
kepala dan rambut menajadi keringat. Salah satu cara untuk mengurangi keringat
berlebih, sebaiknya sahabat memilih jenis jilbab yang dapat menyerap keringat,
seperti jilbab berbahan kaos atau katun.
Mengistirahatkan Rambut
Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus neurology
berkebangsaan Austria, menemukan sesuatu yang menakjubkan tentang wudhu. Ia
mengemukakan bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka, yaitu sebelah dahi,
tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar.
Dari sini ia menghubungkan hikmah wudhu yang membasuh pusat-pusat syaraf
tersebut.
Ulama fiqih juga menjelaskan bahwa wudhu juga merupakan upaya untuk
memelihara kebersihan. Daerah yang dibasuh dengan air wudhu seperti tangan,
daerah muka, dan kaki merupakan bagian yang paling banyak bersentuhan dengan
benda-benda asing, termasuk kotoran. Oleh karena itu, daerah tersebut harus
dibasuh untuk menghindari penyakit kulit yang umumnya sering menyerang
permukaan kulit yang terbuka dan jarang dibersihkan seperti sela-sela jari tangan,
kaki, dan belakang telinga.
Republika pada 5/03/07 yang lampau, "dokter Ahmad Syauqy Ibrahim peneliti
hidung, penyakit dalam, dan penyakit jantung di London mengatakan : "Para
pakar sampai kepada kesimpulan: Pencelupan anggota tubuh ke air akan
mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan pada
syaraf dan otot, menormalkan detak jantung, kecemasan dan insomania (susah
tidur)". Nah dari laporan tersebut bisa kita tarik kesimpulan, bahwa air wudhu
mampu menjaga wajah wanita tetap cantik.
Mokhtar Salem dalam bukunya “Prayers a Sport for the Body and Soul”
menjelaskan bahwa wudhu dapat mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini banyak
disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh
kulit. Apabila dibersihkan dengan air (terutama saat berwudhu), maka bahan kimi
tersebut akan larut bersama air. Selain itu, wudhu juga dapat membuat seseorang
menjadi tampak lebih muda.
Di dalam buku Mukjizat Berwudhu karya Drs. Oan Hasanuddin, R.O, Akp, MA.
dijelaskan bahwa anggota badan yang dibasuh air wudhu memiliki titik
akupresure dan akupunktur yang sangat bermanfaat bagi kesehatan seseorang.
Titik-titik tersebut merupakan bagian titik pijat dan akupunktur untuk mengobati
Catatan:
Memang terdapat penelitian dan terbukti bahwa wudhu dapat membuat Anda
lebih cantik, tetapi janganlah berwudhu karena hanya mengejar niat ini. Baiknya,
apa-apa yang Anda lakukan selalu arahkan untuk mencapai Ridha Allah SWT.
Selama ini yang kita ketahui celak mata hanya dipakai oleh kaum wanita
untuk bersolek, akan tetapi sebenarnya celak mata tersebut juga boleh digunakan
oleh pria. Diketahui celak mata yang dianjurkan nabi memiliki manfaat yang
banyak untuk kesehatan manusia terutama pada organ mata. Banyak dari
masyarakat kita yang belum mengetahui tentang anjuran memakai celak mata, yang
di ungkapkan oleh Nabi Muhammad S.A.W.
Apa kandungan dari celak mata yang baik dan diceritakan Nabi dalam
sabdanya? Celak mata yang asli yang digunakan oleh Rasulullah S.A.W ialah
berbahan itsmid yang berasal dari daerah persia. Itsmid adalah sejenis batu hitam
yang langsung berasal dari persia. Celak berbahan itsmid merupakan celak terbaik
dari belahan barat dunia, jenis ini sangat mudah melekat dan sangat halus serta tidak
mengandung kotoran dan bahan berbahaya. Celak ini yang sangat di anjurkan oleh
Nabi untuk dipakai. Biasanya saat ada anggota keluarga yang pergi melakukan
ibadah haji, mereka selalu membeli buah tangan berupa celak ini karena manfaat
yang kita peroleh dari celak tersebut.
Tidak hanya untuk kecantikan, tapi pemakaian celak berguna juga untuk
kesehatan tubuh. Berikut hadist yang menjelaskan tentang pemakaian celak mata.
“Celak yang terbaik untuk kamu adalah itsmid. Sesungguhnya ia bisa menjernihkan
penglihatan dan menumbuhkan bulu mata“.
“Barang siapa yang brcelak mata hendaklah ia melakukan dengan bilangan yang
ganjil. Sesiapa yang bercelak dia telah melakukan kebaikan (dapat pahala) dan
sesiapa yang tidak bercelak tiada kepayahan (dosa) baginya“.
Itulah beberapa dasar dari Nabi mengenai anjuran menggunakan celak. Celak
mata sudah digunakan pada zaman Nabi, celak sangat populer digunakan sebagai
obat penyembuh mata. Mungkin masih ada beberapa dari kita yang belum
mengetahui manfaat memakai celak mata bagi kesehatan. Selanjutnya kita akan
bahas manfaat menggunakan celak mata yang selama ini mungkin belum kita
ketahui. Berikut ini diantaranya :
Pertama, manusia yang membaca Al-Kahfi pada Hari Jumat akan terhindar
dari fitnah Dajjal. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa dengan rajin membaca
surat ini pada hari jumat maka akan terhindar dari fitnah tersebut.
َع
َ ِ سَط
َة ْع
ُم ْ ِ
الج ْم
يوَ ِي َْ
هفِ ف ْ ة
الك ََ
ْرَ سُو
َأَر
ْ ق
منَ
ََا
ء َانِ السَّم
َنَِلى ع
ِ إِه ََ
دم ْتِ ق
تحَ ِْن ْر
ٌ م نو َُل
ُ ه
ء َض
ََآ َة
ِ أ ْع
ُم ْ ِ
الج ْم َ ِي
يو هفِ فَْ ْ
الك ََ
ة َ سُو
ْر َأَر
ْ ق
منَ
َي
ِْن َت
ْعُم ْ َ
الج ْن
بيَ ماَ ْر
ِ َ الن
ُّو ِن َُل
ه م
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan
cahaya untuknya di antara dua Jum’at.” (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi:
3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits
hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat
Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)
Ketiga, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-
Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari).
Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua
telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak
cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
َ
ِينِنْم
ُؤ ْ َى
الم ترَ َ
ْمْو
ِم َان
ِه َْ
يمِأَبْ وِم
يهَ
ِي
يد َ
َْ أْن َ ْ
بي ُُ
همنورُ َى َ َِات
يسْع ْم
ِن ُؤ ْ َ
الم و
“Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang
cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (Qs. Al-Hadid:
12)
Dari Abu Sa’id al-Khudri radliyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
ََا
ء َض
ِ أَة
ْعُم ْ ة
الج َل
َْهفِ َلي
َْ ْ
الك ََ
ة َ سُو
ْر َأَر
ْ قَم
ن َ
َي
ِْت ْ َ
الب ْن ََ
بي َُ
ه و ْن
بيَ َا ْم
ِيف ْر
ِ َ الن
ُّو ِن
ه مَُل
ْق
ِ َت
ِي ْ
الع
Surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan menghafal beberapa
ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat menerangkan sepuluh yang pertama,
sebagian keterangan lagi sepuluh ayat terakhir.
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang,
yang di dalam riwayat tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati
zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-
Kahfi.”
Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat
dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-
haranya.
Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan
Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab Shalah
al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi: 6/92-93).
Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu
tedapat atau berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka
orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal. Demikian juga
pada akhirnya, yaitu firman Allah:
ْ
ِن َاد
ِي م ِب َُّخ
ِذوا ع يت َْ
َ ن َر
ُوا أ َف
َ ك
ِين َّ َ
الذ َس
ِب َح
أف
ََا
ء ليِْ َ
ِي أو دونُ
“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil
hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?…” Qs. Al-Kahfi: 102. (Lihat
Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93)
Oleh karena itu, Rasulallah Salallahu ‘alaihi waa Sallam selalu beristi’dzah
(meminta perlindunagn kepada Allah) dari empat perkara dalam shalat, yaitu:
Fitnah Agama (dalam kisah ashabul kahfi), Fitnah Harta (dalam kisah dua pemilik
kebun), dan Fitnah Kekuasaan (dalam kisah raja Zulkarnain).
BA 5
Tanya-jawab muslimah..
Jawaban:
ْو
ِيم
ٍ تق َح
َ ِْسَن ِي أ َِنسَا
ن ف ْ َا
اإل ْن
لقََ ْ َلَق
د خ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.” (QS. At-Tin: 4).
Al-Qurthubi mengatakan,
ًُوضا ْر
مفَّ ًِيبا نصَ َِكَاد ِبْ ع ِن
ن م َتخ
َِّذ ََّل َأل
ََاَقو
َّ
ُنِّك
َت
ِ ُب
ليََْ ف ُن
هم ََّ
مرَُآل
ْ و همَُّ
َن ِّي
ِ
من ُ
ََأل
ْ وهم َُِّلن ُ
ََّألض
و
ِّ َ
ِالل َْ
لق ن خَُّ
ِرَي
ِّ ُغ
ليََْ فهمُنََّ
مرَُآلِ و َامنع َ
ْن األ ََاآذ
Setan itu mengatakan: “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba
Engkau bagian yang sudah ditentukan (untuk saya goda) Aku benar-benar akan
menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka
dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka
benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah),
lalu benar-benar mereka mengubahnya.(QS. An-Nisa: 118 – 119)
“mengembalikan bentuk anggota badan yang tidak sempurna (baca: cacat) pada
keadaan sesuai yang Allah ciptakan, tidak termasuk mengubah ciptaan Allah.”
،َِات
ِم َُو
تش َالمَاتِ و َاش
ِم اللُ الوَّ َ َنلع
ُِسْن ْ ل،َِات
ِلح َِّ
ِج
ل َفُتَالم َاتِ و َم
ِّ
ِص َنُت َالمو
َّ َ
ِالل َْ
لق َاتِ خ ِرَي
ِّ ُغ
الم
An-Nawawi mengatakan,
Assalamu’alaikum ukhti..
Nama saya Amilatus Sholihah, ana mau nanya,,bagaimana sih cara seorang wanita
muslimah dalam menghadapi tantangan dunia modern ?
Jawaban:
Terkait dengan perhatian dan apa yang telah disumbangkan Islam terhadap
kaum wanita, hal ini sudah jelas sekali tertulis dalam Alquran dan Hadits,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam khutbah Haji Wada:
Islam juga telah menyamakan hak-hak kaum pria dan wanita dalam firman-
Nya : “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan
kelebihan dapada istrinya” (QS Al-baqarah: 228)
Untuk para wanita, jangan merasa tidak percaya diri, walau dalam ayat ini
dinyatakan bahwa suami memiliki satu tingkat kelebihan daripada istrinya sehingga
kemudian muncul anggapan bahwa Islam bias gender. Wanita memiliki keunggulan
dibandingkan pria dalam hal mengurus rumah tangga dan mendidik anak. Kesemua
hal tersebut sudah diatur oleh Allah, sehingga keunggulan wanita tersebut sudah
sesuai dengan fitrah jasmani dan kejiwaannya yang penyayang, lemah lembut dan
keibuan.
Perlu dipahami secara mendalam bahwa success story kejayaan umat Islam
di masa lalu tidak terlepas dari sukses membangun sinergi antara wanita dengan
pria. Bangunan peradaban manusia yang sukses dan bermartabat hanya bisa
dibangun dengan kerjasama yang harmonis dan sinergis antara pria dan wanita.
Nama saya Iis Adiliyah ingin bertanya seputar masalah pribadi yang sedang saya
hadapi.. perasaan saya sedang dilema ketika saya dihadapkan dengan dua
pertanyaan yaitu keluarga atau karier?lalu bagaimana solusinya ukhti?
Jawaban :
Jika wanita keluar rumah dengan niat untuk mencari nafkah maka ia akan
mengeluarkan uang lebih banyak untuk keperluan merias diri seperti pakaian,
parfum, kosmetik dan perhiasan. Misalkan pegawai kantoran, yang mau tidak mau
harus merias diri dan berpenampilan menarik, dan kesemua hal tersebut
membutuhkan banyak uang untuk memenuhinya. Oleh sebab itu pilihlah lapangan
pekerjaan dan mitra kerja yang sesuai dikerjakan oleh wanita dan sesuai dengan
etika Islam.
Terutama untuk jabatan publik, jika kita perhatikan dalam Alquran, kita
tidak akan menemukan ayat-ayat yang melarang wanita untuk memegang amanah
di jabatan publik. Selama jabatan tersebut relevan dengan fitrah wanita dan ia
mampu menunaikannya secara optimal dan maksimal. Beberapa contoh jabatan
publik tersebut misalnya adalah Menteri Pemberdayaan Perempuan, atau anggota
DPR yang menangani isu-isu pendidikan, kesehatan, wanita dan anak.
(1) tugas-tugas wanita dalam konteks sosial bukanlah sekedar membuat tulisan,
makalah, atau laporan dokumentasi namun juga bekerja secara serius dan proaktif
dalam mengaktualisasi kemampuan diri,
(2) mampu untuk membimbing dan mendidik generasi penerus yang berkualitas,
(3) memiliki kepekaan terhadap kondisi masyarakat dan masalah sosial yang ada,
(4) memiliki kepekaan terhadap masalah yang dihadapi kaum wanita dan kelompok
marjinal, (5) memiliki kepribadian yang unggul dan prestatif, dimulai dari perihal
keagamaan, pemikiran, perilaku, cara berpakaian hingga etika dalam kehidupan
sehari-hari.
Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini.
Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu
ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar
imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu,
apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau
ridha terhadap takdir Allah ?
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan
menyanjung mereka. Firman-Nya.
"Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah
orang-orang yang bertaqwa". (Al-Baqarah : 177)
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai
Allah, sebagaimana firman-Nya.
"Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar". (Ali Imran : 146).
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang
yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan
melipatgandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari kiamat dan
keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar. Firman Allah.
"Artinya : Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu,
(sambil mengucapkan): 'Salamun 'alaikum bima shabartum'. Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu". (Ar-Ra'd : 23-24)
Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu menurut bobot iman yang engkau
miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah akan memberikan cobaan yang lebih
keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu, maka cobaan yang diberikan
kepadamu juga lebih ringan. Perhatikanlah riwayat ini.
"Artinya : Dari Sa'id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku pernah
bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ? Beliau
menjawab: Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka
seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama)
yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada
kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan
seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada
satu kesalahan pun pada dirinya". (Isnadnya shahih, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits
nomor 1509, Ibnu Majah, hadits nomor 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172)
"Artinya : Dari Abu Sa'id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku
memasuki tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau sedang
demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas
ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata. 'Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya
sakit ini pada dirimu'. Beliau berkata: 'Begitulah kami (para nabi). Cobaan
dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami'. Aku bertanya.
'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ? Beliau
menjawab: 'Para nabi. Aku bertanya. 'Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?
Beliau menjawab: 'Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara
mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka
tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah
seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah
seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan". (Ditakhrij Ibnu Majah,
hadits nomor 4024, Al-Hakim 4/307, di shahihkan Adz-Dzahaby)
Selagi engkau bertanya : "Mengapa orang mukmin tidak menjadi terbebas karena
keutamaannya di sisi Rabb?".
Dapat kami jawab : "Sebab Rabb kita hendak membersihkan orang Mukmin dari
segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan tercipta
kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat membersihkannya.
Inilah yang diterangkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap Ummul 'Ala
dan Abdullah bin Mas'ud. Abdullah bin Mas'ud pernah berkata. "Aku memasuki
tempat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, lalu aku
berkata. 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang
sangat keras'.
Abdullah bin Mas'ud berkata. "Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau
?"
Dari Abi Sa'id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma, keduanya
pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata.
"Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga
kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-
kesalahannya". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130)
Dari Anas bin Malik, dia berkata. "Aku pernah mendengar Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata.
Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit dan menyembunyikan
cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang
mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata kepadanya. "Bagaimana
mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang yang tidak
memberikan rahmat kepadamu ?"
Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata. "Empat hal
termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan musibah, menyembunyikan
Ukhti Muslimah !
Perbaharuilah imanmu dengan lafazh la ilaha illallah dan carilah pahala di sisi
Allah karena cobaan yang menimpamu. Janganlah sekali-kali engkau katakan :
"Andaikan saja hal ini tidak terjadi", tatkala menghadapi takdir Allah.
Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah.
"Artinya : Dari Ummu Salamah, dia berkata. 'Ummu Sulaim pernah datang kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata. 'Wahai Rasulullah
sesungguhnya Allah tidak merasa malu dari kebenaran. Lalu apakah seorang
wanita itu harus mandi jika dia bermimpi ?. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam menjawab. 'Jika dia melihat air (mani)'. Lalu Ummu Salamah menutup
wajahnya, dan berkata. 'Wahai Rasulullah, apakah wanita itu juga bisa bermimpi
.? 'Beliau menjawab. 'Ya, bisa'. Maka sesuatu yang menyerupai dirinya adalah
anaknya".(Hadits shahih, ditakhrij Ahmad 6/306, Al-Bukhari 1/44, Muslim 3/223)
Bahkan perhatikan pula firman Allah yang secara khusus ditujukan kepada
Ummahatul-Mukminin, yang menganjurkan mereka agar mempelajari kandungan
Al-Qur'an dan hadits Nabawi yang dibacakan di rumah-rumah mereka. Firman-
Nya.
"Artinya : Dan, ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan
hikmah". (Al-Ahzab : 34)
Karena perintah Allah inilah para wanita merasakan keutamaan ilmu. Maka
mereka pun pergi menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menuntut suatu
majlis bagi mereka dari beliau, agar di situ mereka bisa belajar.
Dari Abu Sa'id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Para wanita
berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Kaum laki-laki telah
mengalahkan kami atas diri engkau. Maka buatlah bagi kami dari waktu engkau'.
Maka beliau menjanjikan suatu hari kepada mereka, yang pada saat itu beliau akan
menemui mereka dan memberi wasiat serta perintah kepada mereka. Di antara yang
beliau katakan kepada mereka adalah : 'Tidaklah ada di antara kamu sekalian
seorang wanita yang ditinggal mati oleh tiga anaknya, melainkan anak-anaknya itu
menjadi penghalang dari neraka baginya'. Lalu ada seorang wanita yang bertanya.
'Bagaimana dengan dua anak?' Maka beliau menjawab. 'Begitu pula dua anak'.
(Diriwayatkan Al-Bukhari, 1/36 dan Muslim 16/181)
Begitulah Islam menyeru agar para wanita diajari dan diberi bimbingan
tentang hal-hal yang harus mereka biasakan, untuk kebaikan di dunia dan akhirat.
Begitu pula Ummu Sulaim. Tidak ada halangan baginya untuk bertanya
kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang apa-apa yang mestinya dia
ketahui dan dia pelajari, meskipun mungkin hal itu dianggap aneh. Sungguh benar
Ummul Mukminin, Aisyah yang berkata. "Sebaik-baik wanita adalah wanita
Anshar. Tidak ada rasa malu yang menghalangi mereka untuk memahami agama".
(Diriwayatkan Al-Bukhari 1/44)
Selagi engkau dikungkung rasa malu dan tidak mau mengetahui hukum-
hukum agamamu, maka ini merupakan kesalahan yang amat besar, bahkan bisa
berbahaya. Ada baiknya engkau membiasakan dirimu untuk tidak merasa malu
dalam mempelajari hukum-hukum agama, baik hukum itu kecil maupun besar.
Sebab jika seorang wanita lebih banyak dikungkung rasa malu, maka dia sama
sekali tidak akan mengetahui sesuatu pun. Perhatikanlah perkataan Mujahid
Rahimahullah. "Orang yang malu dan sombong tidak akan mau mempelajari
ilmu". Seakan-akan dia menganjurkan orang-orang yang mencari ilmu agar tidak
merasa lemah dan takabbur, sebab hal itu akan mempengaruhi usaha mereka dalam
mencari ilmu.
Ada suatu pertanyaan dari Ummu Sulaim, dia bertanya. "Apakah seorang
wanita itu harus mandi jika dia bermimpi?". Maksudnya, jika dia bermimpi bahwa
dia disetubuhi. Jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Jika dia melihat air".
Makna jawaban ini, bahwa jika seorang wanita benar-benar bermimpi dan ada
petunjuk atau bukti terjadinya hal itu, yaitu dia melihat adanya bekas air mani di
pakaian, maka ini merupakan syarat mandinya. Namun jika dia bermimpi dan tidak
melihat bekas air mani, maka dia tidak perlu mandi. Setelah diberi jawaban yang
singkat dan padat ini, Ummu Salamah langsung menutupi wajahnya seraya
bertanya. "Apakah wanita itu juga bermimpi?".
Rasa herannya Ummu Salamah itu bukanlah sesuatu yang aneh. Pernah
terjadi pada diri Aisyah, sementaranya ilmunya lebih komplit, sebagaimana yang
disebutkan dalam suatu riwayat, dia berkata. "Kecelakaan bagimu. Apakah wanita
akan mengalami seperti itu ?". Dia berkata seperti itu dengan maksud untuk
mengingkari bahwa wanita juga bisa bermimpi.
Kemudian di akhir ucapan beliau ada salah satu bukti nubuwah, yaitu
perkataan beliau : "Sesuatu yang bisa menyerupai dirinya adalah anaknya".
Begitulah wahai Ukhti Muslimah apa yang bisa kita pelajari dari wasiat
Nabawi ini, semoga Allah memberi manfaat kepada kita semua.
Inilah wasiat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bagi putrinya yang suci,
Fathimah, seorang pemuka para wanita penghuni sorga. Maka marilah kita
mempelajari apa yang bermanfa'at bagi kehidupan dunia dan akhirat kita dari wasiat
ini.
Beliau berkata. "Mengapa engkau tidak datang meminta yang lebih engkau
sukai atau lebih baik dari hal itu ?". Kemudian beliau memberi isyarat kepada
Ali tidak melupakan wasiat ini, hingga setelah istrinya meninggal. Hal ini
dikatakan Ibnu Abi Laila. "Ali berkata, 'Semenjak aku mendengar dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, aku tidak pernah meninggalkan wasiat itu".
Ada yang bertanya. "Tidak pula pada malam perang Shiffin ?".Ali
menjawab. "Tidak pula pada malam perang Shiffin". (Ditakhrij Muslim 17/46)
Yang dimaksud perang Shiffin di sini adalah perang antara pihak Ali dan
Mu'awiyah di Shiffin, suatu daerah antara Irak dan Syam. Kedua belah pihak
berada di sana beberapa bulan)
Boleh jadi engkau bertanya-tanya apa hubungan antara pembantu yang diminta
Fathimah dan dzikir ?
Hubungan keduanya sangat jelas bagi orang yang memiliki hati atau pikiran
yang benar-benar sadar. Sebab dzikir bisa memberikan kekuatan kepada orang yang
melakukannya. Bahkan kadang-kadang dia bisa melakukan sesuatu yang tidak
pernah dibayangkan. Di antara manfaat dzikir adalah :
Boleh jadi engkau juga bertanya-tanya, ada dzikir-dzikir lain yang bisa dibaca
sebelum tidur selain ini. Lalu mana yang lebih utama ? Pertanyaan ini dijawab oleh
Al-Qady Iyadh : "Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
beberapa dzikir sebelum berangkat tidur, yang bisa dipilih menurut kondisi, situasi
dan orang yang mengucapkannya. Dalam semua dzikir itu terdapat keutamaan".
Secara umum wasiat ini mempunyai faidah yang agung dan banyak manfaat
serta kebaikannya. Inilah yang disebutkan oleh sebagian ulama :
Pertama
Menurut Ibnu Baththal, di dalam hadits ini terkandung hujjah bagi keutamaan
kemiskinan daripada kekayaan. Andaikata kekayaan lebih utama daripada
kemiskinan, tentu beliau akan memberikan pembantu kepada Ali dan Fathimah.
Dzikir yang diajarkan beliau dan tidak memberikan pembantu kepada keduanya,
bisa diketahui bahwa beliau memilihkan yang lebih utama di sisi Allah bagi
keduanya.
Kedua
Disini dapat disimpulkan tentang upaya mendahulukan pencari ilmu daripada yang
lain terhadap hak seperlima harta rampasan perang.
Ketiga
Hendaklah seseorang menanggung sendiri beban keluarganya dan lebih
mementingkan akhirat daripada dunia kalau memang dia memiliki kemampuan
untuk itu.
Keempat
Di dalam hadits ini terkandung pujian yang nyata bagi Ali dan Fathimah.
Kelima
Seperti itu pula gambaran kehidupan orang-orang salaf yang shalih, mayoritas para
nabi dan walinya.
Keenam
Disini terkandung pelajaran sikap lemah lembut dan mengasihi anak putri dan
menantu, tanpa harus merepotkan keduanya dan membiarkan keduanya pada posisi
berbaring seperti semula. Bahkan beliau menyusupkan kakinya yang mulia di
antara keduanya, lalu beliau mengajarkan dzikir, sebagai ganti dari pembantu yang
diminta.
Ketujuh
Orang yang banyak dzikir sebelum berangkat tidur, tidak akan merasa letih. Sebab
Fathimah mengeluh letih karena bekerja. Lalu beliau mengajarkan dzikir itu.
Begitulah yang disimpulkan Ibnu Taimiyah. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata.
Begitulah wahai Ukhti Muslimah, wasiat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
disampaikan kepada salah seorang pemimpin penghuni sorga, Fathimah, yaitu
berupa kesabaran yang baik. Perhatikanlah bagaimana seorang putri Nabi dan istri
seorang shahabat yang mulia, harus menggiling, membuat adonan roti dan
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangganya. Maka mengapa engkau tidak
menirunya ?
Jadi, wanita juga harus belajar, mendatangi majlis-majlis ilmu dan bertanya
kepada orang-orang yang berilmu tentang segala hal yang hendak diketahuinya,
berupa urusan-urusan agamanya, jika sang suami tidak memiliki pengetahuan
tentang hal itu. Tetapi yang dimaksudkan disini bukan sekedar ilmu yang diakhiri
dengan memperoleh ijazah agar bisa mendapatkan pekerjaan. Tetapi yang
dimaksudkan ilmu di sini adalah apa yang terkandung di dalam Kitab Allah dan
Sunnah Rasul-Nya.
Karena bagaimana mungkin engkau akan merasa puas jika engkau hanya
menguasai ilmu yang berkaitan dengan urusan dunia, tetapi engkau tidak tahu
urusan akhirat ? Atau bagaimana mungkin engkau berusaha untuk mendapatkan
ilmu dunia, sementara engkau juga melakukan hal-hal yang membuat Allah marah,
seperti ber-tabarruj, membuka aurat dan mementingkan hawa nafsu ?
Memang benar, para orang tua tidak bisa mencegah anak-anak putrinya
untuk mencari ilmu. Tetapi bagaimana mungkin seorang ayah membiarkan anak
putrinya pergi mencari ilmu, sedangkan dia tidak shalat, tidak pernah membaca Al-
Qur'an dan bahkan tidak tahu hukum-hukum yang mestinya diketahui oleh wanita
secara khusus dari urusan-urusan agamanya ? Islam telah mengajarkan kepada kita
bahwa mencari ilmu karena Allah, merupakan gambaran ketakutan, mencari ilmu
adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menganalisisnya adalah jihad,
mengajarkannya kepada orang-orang yang tidak tahu adalah shadaqah, membiayai
orang yang mencari ilmu adalah qurban, dan ilmu merupakan pendamping tatkala
sendirian, dalil atas agama, Allah mengangkat suatu kaum karenanya,
menjadikannya sebagai bukti dalam kebaikan dan dengan ilmu pula ibadah kepada
Allah bisa menjadi sempurna, yang halal dan yang haram pun bisa diketahui.
Begitulah agama kita mengangkat kedudukan ilmu dan orang yang berilmu,
menganjurkan laki-laki dan wanita untuk mencarinya. Tetapi bagaimana mungkin
engkau berusaha mati-matian mendalami ilmu yang bisa mendukung
kesuksesanmu di dunia, seperti ilmu arsitektur, kedokteran dan ilmu-ilmu lain,
"Mereka Hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai". (QS. Ar Ruum/30:7)
5. yy
Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya telah memerintahkan kita untuk
menuntut ilmu yang telah ditetapkan syari'at yang kita butuhkan supaya kita dapat
beribadah kepada-Nya dengan benar sehingga benar-benar diridhai-Nya.
Dimana Dia berfirman.
"Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah". Ilmu
inilah yang diminta oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam do'anya.
"Artinya : Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan aku
berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat". [Hadits ini isnadnya Laa
Ba'sa Bihi. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (3843), juga Al-Ajiri dalam pembahasan
"Akhlaqu Al-Ulama" (108) melalui Usamah bin Yazid, dari Muhammad bin Al-
Munkadirm dari Jabir. Mengenai masalah ini saya telah menjelaskan secara rinci
dalam buku saya yang berjudul Akhlaqun Mahmudatun wa Akhlaqun Mazmuataun
Fii Thalabi Al'Ilmi (Akhlak Terpuji dan Akhlak Tercela Dalam Menuntut Ilmu) hal.
97]
Sama seperti orang laki-laki, wanita juga diberi tugas untuk menuntut
ilmu, yaitu belajar hal-hal yang berkenaan dengan agama, misalnya Thaharah,
Shalat, Zakat Haji dan lain-lainnya yang dibutuhkannya dalam memahami
masalah agama. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengetahui bahwa banyak dari
para suami yang tidak mengetahui dan memahami agama.
Beberapa dalil yang menunjukkan hal itu banyak sekali dalam hadits Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Sulaim bin Milhan, Ibunda Anas bin Malik pernah datang kepada Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
Allah tidak malu pada kebenaran, maka aku pun tidak malu untuk bertanya :
"Apakah wanita wajib mandi bila bermimpi ?". Maka Rasulullah menjawab : "Ya,
apabila dia melihat adanya air mani !" Maka Ummu Sulaim pun menutup
wajahnya karena malu. Kemudian bertanya lagi : "Wahai Rasulullah, Apakah
wanita juga mimpi seperti itu ?" Beliau menjawab : "tentu, kalau tidak, mengapa
ada anak yang mirip dengan ibunya !" [Lihat kitab Shahih Bukhari, kitabul 'ilmi.
Dan juga kitab Shahih Muslim, kitabul haid]
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Ummu Sulaim pernah datang kepada
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang sedang didampingi oleh Aisyah
Footnote:
1. Asma binti Yazid adalah seorang tokoh wanita muslimah. Seorang ahli ceramah
kondang yang ikut membaiat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan ikut
dalam perang Yarmuk. Dia inilah wanita membunuh sembilan tentara Romawi
dengan tiang-tiang tendanya.