Anda di halaman 1dari 19

BERBUSANA

MUSLIM
DAN
MUSLIMAH
KELOMPOK 2
Nama Kelompok :

Aisya Mustofa (01)


Husain Inti Amri (10)
Murni Faninda P.P (14)
Nanda Dewi Aryani (15)
Reffelia Revita P. (20)
1. Makna Aurat
• Menurut bahasa, aurat berati malu, aib, dan buruk. Kata aurat berasal dari
kata awira yang artinya hilang perasaan. Jika digunakan untuk mata, berarti
hilang cahayanya dan lenyap pandangannya.
• Menurut istilah dalam hukum Islam, aurat adalah batas minimal dari bagian
tubuh yang wajib ditutupi karena perintah Allah Swt.
https://www.bacaanmadani.com/2016/12/pengertian-aurat-jilbab-dan-busana.html
2. Makna Jilbab dan Busana Muslimah
• jilbab adalah sebuah pakaian yang longgar untuk menutup seluruh tubuh
perempuan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalam bahasa Arab, jilbab
dikenal dengan istilah khimar, dan bahasa Inggris jilbab dikenal dengan istilah
veil.
• busana muslimah dapat diartikan sebagai pakaian wanita Islam yang dapat
menutup aurat yang diwajibkan agama untuk menutupinya, guna kemaslahatan
dan kebaikan wanita itu sendiri serta masyarakat di mana ia berada.
3. Tata Cara Berpakaian sesuai Syariat Islam
• A) Adab Berpakaian

Seorang muslim muslimah dilarang mengenakan pakaian yang hanya


mengikuti tren dengan mengabaikan syariat islam. Adab berpakaian yang
diajarkan islam bagi wanita lebih ketat dari pria. Dan, aurat pria lebih sempit
jika dibanding dengan wanita. Oleh sebab itu, aturan berpakaian untuk pria
lebih longgar daripada wanita.
• B) Fungsi Pakaian

a. Penutup Aurat.
Aurat adalah segala sesuatu yang tidak boleh diperlihatkan kecuali
pada yang hak (mahram). Aurat berasal dari kata awira yang artinya hilang
perasaan. Dan aurat juga dapat diartikan sebagai batas minimal dari bagian tubuh
yang wajib ditutupi karena perintah Allah swt.
b. Fungsi Takwa.
Pakaian tidak dapat menyebabkan seseorang menjadi terhormat,
namun pekaian dapat mendorong seseorang berperilaku terhormat. Pakaian yang
baik akan mendorong seseorang untuk berbuat baik, sedangkan pakaian yang
sembarangan akan mengundang masalah pada pemakainya.
c. Fungsi Penunjuk Identitas.
Pakaian yang dipakai seseorang muslimah dapat menjadi penunjuk
identitasnya, bahwa dia adalah seorang pemeluk islam. Jilbab yang dikenakan
oleh seorang wanita menjadi penunjuk bahwa dia adalah seorang muslimah.
4. Ayat-Ayat Al-Quran yang Terkait
1. Q.S. al-Ahzab [33] : 59

‫علَ ْي ِه َّن ِم ْن َج ََل ِبي ِب ِه َّن ۚ َٰ َذ ِل َك أ َ ْدن ََٰى أ َ ْن‬ َ ‫اء ْال ُمؤْ ِم ِن‬
َ ‫ين يُ ْد ِن‬
َ ‫ين‬ ِ ‫س‬َ ‫اج َك َوبَنَا ِت َك َو ِن‬ ُّ ‫يَا أَيُّ َها النَّ ِب‬
ِ ‫ي قُ ْل ِِل َ ْز َو‬
“ ‫ورا َر ِحي ًما‬ ً ُ‫غف‬ َ ُ‫َّللا‬ َ ‫يُ ْع َر ْف َن فَ ََل يُؤْ َذي َْن ۗ َو َك‬
َّ ‫ان‬
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu
dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali
sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Swt. Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”
Kandungan Q.S. al-Ahzab : 59

Dalam ayat ini, Rasulullah saw. diperintahkan untuk menyampaikan kepada


para istrinya dan juga sekalian wanita mukminah termasuk anak-anak perempuan
beliau untuk memanjangkan jilbab mereka dengan maksud agar dikenali dan
membedakan dengan perempuan nonmukminah.

Pesan al-Qur’an ini datang menanggapi adanya gangguan kafir Quraisy


terhadap para mukminah terutama para istri Nabi Muhammad saw. yang
menyamakan mereka dengan budak. Karena pada masa itu, budak tidak
mengenakan jilbab. Oleh karena itulah, dalam rangka melindungi kehormatan dan
kenyamanan para wanita, ayat ini diturunkan.
2. QS. An-Nur [24] : 31

‫َاء بُعُولَ ِت ِه َّن أ َ ْو ِإ ْخ َوا ِن ِه َّن أ َ ْو بَ ِني ِإ ْخ َوا ِن ِه َّن أ َ ْو بَ ِني أَخ ََوا ِت ِه َّن أ َ ْو‬
ِ ‫ِاء بُعُولَ ِت ِه َّن أ َ ْو أ َ ْبنَا ِئ ِه َّن أ َ ْو أ َ ْبن‬
َ‫الط ْف ِل الَّذِين‬ِ ‫الر َجا ِل أ َ ِو‬ ِ َ‫غي ِْر أُو ِلي ا ْ ِْل ْربَ ِة ِمن‬ َ َ‫ت أ َ ْي َمانُ ُه َّن أ َ ِو التَّا ِب ِعين‬ ْ ‫سائِ ِه َّن أ َ ْو َما َملَ َك‬ َ ِ‫ن‬
ۚ ‫اء ۖ َو ََل يَض ِْربْنَ ِبأ َ ْر ُج ِل ِه َّن ِليُ ْعلَ َم َما يُ ْخ ِفينَ ِمن ِزينَ ِت ِه َّن‬ ِ ‫س‬
َ ‫الن‬
ِ ‫ت‬ ِ ‫ع ْو َرا‬ َ ‫علَ َٰى‬ َ ‫ظ َه ُروا‬ ْ َ‫لَ ْم ي‬
“ َ‫َّللا َج ِميعًا أَيُّهَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ ِ َّ ‫َوتُوبُوا ِإلَى‬

“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka


menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau
putraputra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para
perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau
para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan
janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah wahai orang-orang yang
beriman, agar kamu beruntung.”
Kandungan QS. An-Nur [24] : 31

1) Perintah kepada wanita yang beriman untuk menjaga kehormatan diri mereka
dengan cara menjaga pandangan dan menjaga aurat.
2) Janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa)
terlihat.
3) Menutupkan kain kerudung untuk menutup aurat.
4) Larangan menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali pada yang hak.
5) Larangan menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan.
6) Perintah bertobat.
3. Hadis dari Ummu ‘Atiyyah

Dari Ummu ‘Atiyyah, ia berkata, “Rasulullah saw. memerintahkan kami


untuk keluar pada Hari Fitri dan Adha, baik gadis yang menginjak akil balig,
wanita-wanita yang sedang haid, maupun wanita-wanita pingitan. Wanita yang
sedang haid tetap meninggalkan śalat, namun mereka dapat menyaksikan
kebaikan dan dakwah kaum Muslim. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah saw.,
salah seorang di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab?’ Rasulullah saw.
menjawab, ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya.’” (H.R.
Muslim)
Kandungan Hadis

Kandungan hadis di atas adalah perintah Allah Swt. kepada para wanita
untuk menghadiri prosesi śalat ‘´dul Fitri dan ‘´dul Adha, walaupun dia sedang
haid, sedang dipingit, atau tidak memiliki jilbab. Bagi yang sedang haid, maka
cukup mendengarkan khutbah tanpa perlu melakukan śalat berjama’ah seperti
yang lain. Wanita yang tidak punya jilbab pun bisa meminjamnya dari wanita
lain.

Hal ini menunjukkan pentingnya dakwah/khutbah kedua śalat ‘idain.


Kandungan hadis yang kedua, yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi tentang
kemurkaan Allah Swt. terhadap orang yang menjulurkan pakaiannya dengan
maksud menyombongkan diri.
Menerapkan Perilaku Mulia
Berikut ini beberapa perilaku mulia yang harus dilakukan sebagai pengamalan
berbusana sesuai syari’at islam.
1. sopan-santun dan ramah-tamah.
2. Jujut dan amanah.
3. Gemar beribadah.
4. Gemar menolong sesama.
5. Menjalankan amar makruf dan nahi munkar.
(maksud amar makruf dan nahi munkar adalah mengajak dan menyeru
orang lain untuk berbuat kebaikan mencegah orang lain melakukan
kemunkaran/kemaksiatan)

Anda mungkin juga menyukai