Anda di halaman 1dari 5

EPISODE 01 : QATH'IYYUDDALALAH (DALIL-DALIL BAKU) DAN ZHANNIYYUD

DALALAH (DALIL-DALIL YANG MEMBUKA RUANG KEMAJEMUKAN &


FLEKSIBILITAS PERSEPSI SEBAGAI PERTIMBANGAN MENGGALI HUKUM)

MELACAK KAIDAH-KAIDAH USHUL FIQH YANG DITERAPKAN


ULAMA NUSANTARA DALAM PERSOALAN HIJAB

Dengan mengucap Bismillah, Alhamdulillah, dan Sholawat dan Salam atas Kanjeng
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang setia dari
awal masa sampai akhir masa, saya berusaha melacak kaidah-kaidah apa saja yang
digunakan
ulama Nusantara sehingga memunculkan suatu hukum yang adiluhung, memanusiakan
manusia, dan tentunya terhubung secara kokoh dengan Ajaran Al Quran dan Sunnah
Nabi SAW dalam persoalan Hijab:

Dengan Kaidah-Kaidah Ushul Fiqh hal ini akan kudedahkan satu-persatu :

1. QATH'IYYUD DALAALAH (‫)قطعي الداللة‬, DAN DZANNIYYUD DALAALAH ( ‫ظني‬


‫)الداللة‬

Di dalam Kaidah Ushul Fiqh,


Ayat-ayat dalam kitab suci terbagi menjadi dua :

1. Qoth'iyyud dalaalah, adalah ayat-ayat yang menunjukkan kepastian dan


kemutlakan hukum suatu perkara. Tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut tentang
nilai hukum suatu perkara.

2. Dzanniyyud dalalah, adalah ayat-ayat yang membutuhkan penafsiran dengan


berbagai sudut pandang lebih lanjut. Biasanya memerlukan penjelasan penguat
seperti pertimbangan ilmu-ilmu alat (tafsir, manthiq, balaghah, bayan, dll), hadits
Rasulullah SAW atau melalui Ijma' dan Qiyas.

Ayat tentang hijab yang masyhur adalah ayat ke-59 dalam surat Al- Ahzab berikut
ini :

َّ َ‫اء ْال ُمؤْ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َج ََلبِيبِ ِه َّن ۚ َٰذَلِكَ أ َ ْدن ََٰى أ َ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَ ََل يُؤْ ذَيْنَ ۗ َو َكان‬
ً ُ‫َّللاُ َغف‬
‫ورا‬ ِ ‫س‬َ ِ‫اجكَ َوبَنَاتِكَ َون‬ ُّ ِ‫يَا أَيُّ َها النَّب‬
ِ ‫ي قُ ْل ِِل َ ْز َو‬
‫َر ِحي ًما‬
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka menutupi (perhiasan/aurot mereka) dengan
baju kurung panjang mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenali, dengan menutup aurot itu mereka tidak akan diganggu. Dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(Al-Ahzab 59)

(Perlu dipahami, makna Jalabibu (‫ )جَلبيب‬adalah baju kurung panjang.


Yang berbeda dengan istilah Jilbab sebagai kain penutup rambut wanita di
Indonesia )

ۚ ‫اء ْال ُمؤْ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َج ََلبِيبِ ِه َّن‬


ِ ‫س‬ ُّ ِ‫يَا أَيُّ َها النَّب‬
ِ ‫ي قُ ْل ِِل َ ْز َو‬
َ ِ‫اجكَ َوبَنَاتِكَ َون‬

Artinya :

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-


isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka menutupi (perhiasan tubuh mereka) dengan
mengulurkan baju kurung panjangnya".

Qath'iyyud Dalalah pada penggalan pertama ayat tersebut adalah tentang


diperintahkannya menganjurkan istri, anak-anak perempuan, dan istri-istri kaum
mukminin untuk menutupi perhiasan mereka dengan baju kurung panjang. Jadi, yang
pasti dan mutlak pada penggalan ayat pertama adalah perintah menutupi sekujur
tubuh dengan baju kurung panjang.

Nah, kita tidak boleh berhenti pada potongan pertama saja. Kita lanjutkan pada
potongan ayat berikutnya :

َّ َ‫ذلكَ أ َ ْدن ََٰى أ َ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَ ََل يُؤْ ذَيْنَ ۗ َو َكان‬


ً ُ‫َّللاُ َغف‬
‫ورا َر ِحي ًما‬
Artinya :

Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal maka mereka juga tidak
akan diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pada penggalan ayat berikutnya, kita bisa memahami bahwa tujuan diperintahkan
kaum wanita menutupi sekujur tubuh mereka adalah :
1. Supaya mereka lebih mudah dikenali
2. Supaya mereka tidak diganggu

Setelah memahami Qoth'iyyud dalaahnya, maka kita akan menggali Zhonniyyu


Dalalahnya. Sebagaimana perintah sholat lima waktu dalam Al-Quran (‫) أقيموا الصَلة‬,
qoth'iyyuddalahnya adalah wajibnya melaksanakan sholat. Namun pada level
bagaimana syarat, rukun, mustahab, haram, dan wajib, bahkan rukhshah tentang
sholat bersifat zhanny. Sehingga pada faktanya sedikit banyak memberi peluang
untuk berbeda dalam tata cara pelaksanaannya dan menjadi embrio lahirnya
madzhab-madzhab dalam fiqh bahkan dalam tataran yang lebih rendah antar ormas,
kelompok bahtsul matsail, pesantren, dan ulama bisa memiliki pandangan hukum yang
berbeda tentang suatu hal yang bersifat zhanny.

Dengan demikian, nilai Zhanniyyud dalalah pada ayat diatas memberikan peluang
penafsiran yang berbeda pada bagaimana detail tata cara, SOP (Standard
Operating System), ukuran dan bentuk secara teknis perintah menutup sekujur
tubuh kaum muslimah. Pada tahapan ini, aku justru semakin kagum dengan Islam dan
Al Quran yang dibawa oleh Kanjeng Nabi SAW. Karena disamping terdapat baku,
pakem, dan ketetapannya, juga ada sisi fleksibilitasnya yang akan mudah
beradaptasi dengan zaman, letak geografis, dan budaya yang tentunya berbeda satu
sama lain.

Tidak berhenti disini, tidak cukup mengutip satu ayat saja untuk menyimpulkan
suatu hukum. Kita amati ayat ke 31 surat An-Nur berikut ini :

‫ظ َه َر ِم ْن َها ۖ َو ْل َيض ِْربْنَ ِب ُخ ُم ِره َِّن َع َل َٰى‬ َ ‫ظنَ فُ ُرو َج ُه َّن َو َال يُ ْبدِينَ ِزينَت َ ُه َّن ِإ َّال َما‬ ْ َ‫اره َِّن َو َيحْ ف‬ ِ ‫ص‬َ ‫ضضْنَ ِم ْن أ َ ْب‬ ُ ‫ت َي ْغ‬ ِ ‫َوقُ ْل ِل ْل ُمؤْ ِمنَا‬
‫َاء بُعُولَ ِت ِه َّن أ َ ْو ِإ ْخ َوانِ ِه َّن أ َ ْو َبنِي ِإ ْخ َوانِ ِه َّن أَ ْو‬
ِ ‫اء بُعُولَ ِت ِه َّن أ َ ْو أَ ْبنَائِ ِه َّن أ َ ْو أَ ْبن‬
ِ ‫ُجيُو ِب ِه َّن ۖ َو َال يُ ْبدِينَ ِزينَتَ ُه َّن ِإ َّال ِلبُعُولَتِ ِه َّن أَ ْو آ َبائِ ِه َّن أ َ ْو آ َب‬
ِ ‫ظ َه ُروا َعلَ َٰى َع ْو َرا‬
‫ت‬ ْ َ‫الط ْف ِل الَّذِينَ لَ ْم ي‬ ِ ‫الر َجا ِل أ َ ِو‬ ِ َ‫اْل ْربَ ِة ِمن‬ ُ
ِ ْ ‫َت أ َ ْي َمانُ ُه َّن أ َ ِو التَّا ِبعِينَ َغي ِْر أو ِلي‬ ْ ‫سائِ ِه َّن أ َ ْو َما َم َلك‬ َ ِ‫بَنِي أَخ ََواتِ ِه َّن أ َ ْو ن‬
َ‫َّللا َج ِميعًا أَيُّهَ ا ْل ُمؤْ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬ِ َّ ‫سا ِء ۖ َو َال يَض ِْربْنَ ِبأ َ ْر ُج ِل ِه َّن ِليُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ ِم ْن ِزينَ ِت ِه َّن ۚ َوتُوبُوا ِإلَى‬ َ ِ‫الن‬

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,


dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Qath'iyyud Dalalah pada ayat diatas sebagai berikut :

1. Memelihara diri dari Memandang bagian tubuh yang diharamkan untuk dilihat
pada wanita yang bukan Muhrimnya,

2. Menjaga Kemaluan

3. Larangan menampakkan Bagian Tubuh,


KECUALI, YANG BIASA NAMPAK DARI PADANYA

4. Menutupkan kain kudung pada DADA-nya

5. Janganlah menampakkan perhiasannya,


(kecuali yang biasa nampak daripadanya) pada orang lain
Kecuali kepada suami, saudara laki-laki, dan seterusnya

6. Larangan Melakukan sesuatu yang diniatkan dan berpotensi


menarik Perhatian kaum Pria

7. Jika selama ini kamu tidak melakukan perintah tersebut


dan melanggar larangan tersebut, maka bertaubatlah.
(Karna dengan bertaubat, dosa-dosamu yang menghambat
rezeki dan menahan terkabulnya doamu akan dihapuskan.
Dengan begitu hidupmu akan diliputi bahagia, keberkahan rezeki
dan nikmat rasa syukur).

Titik tumpu pada objek pembahasan kita adalah poin ketiga. Dimana
terdapat larangan pada kaum wanita menampakkan perhiasannya,
kecuali bagian YANG BIASA NAMPAK DARIPADANYA.
Kalimat "Yang Biasa Nampak Daripadanya ( ‫ظ َه َر ِم ْن َها‬
َ ‫)إِ َّال َما‬
sebagai Dalil Tetap (Tsubuutud Dalalah/ ‫ )ثبوت الداللة‬yang bersifat universal (kulli/‫)كلي‬,
yang pada level Zhanniyyud Dalalah-nya meminta kejelasan pada hal yang lebih
faktual
partikular (juz iy/ ‫)جزئي‬. Sebab antara satu suku, bangsa, budaya, masa, ruang
geografis tertentu
satu sama lain tentunya berbeda dalam menentukan aurot mana yang biasa nampak,
disamping
tetapnya hukum menjaga kemaluan, menutup kain kudung pada dada, larangan
menampakkan perhiasan yang tidak biasa nampak, dan larangan melakukan segala
sesuatu yang diniatkan
menarik perhatian kaum lelaki.

Sampai pada tahap ini, kita bisa memahami bahwa :

1. Istilah jalaabib dalam ayat ke 59 surat Al Ahzab yang artinya baju kurung
panjang berbeda
dengah istilah jilbab sebagai penutup rambut yang berkembang di Indonesia.

2. Nilai Zhanniyyul Dalalah pada ayat 31 Surat an-Nur memberikan ruang


fleksibilitas dan kemajemukan Tafsir dan hukum tentang Perkecualian atas Bagian
tubuh wanita yang biasa nampak sesuai ruang, waktu, dan budaya tertentu.

Sekian pelacakan dariku.


Sampai jumpa pada episode berikutnya.

Wassalamu alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

----------------------------------------------------------------------
Zia Muthi Amrullah
di Keputih Surabaya

Anda mungkin juga menyukai