Anda di halaman 1dari 8

Aurat dalam bahasa Urdu berarti "wanita", bagaimanapun dalam bahasa Urdu dan beberapa yang

berbahasa Hindi di India mengartikannya sebagai wanita, tetapi sebenarnya kalimat aurat dalam
bahasa Hindi adalah naari.[1] Bahasa Hindi telah mengambil banyak kalimat dari bahasa Persia/Arab
dan Sanskrit.

Aurat (Arab: ‫عورة‬, transliterasi: Awrot) adalah bagian dari tubuh manusia yang wajib
ditutupi dari pandangan orang lain dengan pakaian. Menampakkan aurat bagi umat Islam
dianggap melanggar syariat dan dihukumi sebagai sebuah dosa. Qur'an menyatakan bahwa,


Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah
perkataan yang baik," (Al-Ahzab 33:32) ”
Dalam islam, aurat bagi wanita adalah seluruh tubuhnya, kecuali kedua telapak tangan dan
muka, sedangkan untuk pria adalah antara pusar hingga lutut, artinya pusar dan lutut sendiri
bukanlah aurat.

Penjelasan dalam al-quran mengenai aurat:


Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya, dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-
laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita, dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertobatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An-Nuur
24:31) ”

Hai nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-
istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak diganggu, dan Allah adalah Maha pengampun lagi
Maha penyayang. (Al-Ahzab 33:59) ”
https://id.wikipedia.org/wiki/Aurat
Ayat & Hadizt yang Menjelaskan Tentang Menutup Aurat

Menutup aurat hukumnya wajib sebagaimana kesepakatan para ulama berdasarkan firman
Allâh Azza wa Jalla:

‫ُوجه َُّن َواَل يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن ِإاَّل َما ظَهَ َر ِم ْنهَا ۖ َو ْليَضْ ِر ْبنَ بِ ُخ ُم ِر ِه َّن َعلَ ٰى‬
َ ‫ظنَ فُر‬ ْ َ‫ار ِه َّن َويَحْ ف‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن َأ ْب‬ ِ ‫َوقُلْ لِ ْل ُمْؤ ِمنَا‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ُجيُوبِ ِه َّن ۖ َواَل يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن ِإاَّل لِبُعُولَتِ ِه َّن وْ آبَاِئ ِه َّن وْ آبَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن وْ ْبنَاِئ ِه َّن وْ ْبنَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن وْ ِإ ْخ َوانِ ِه َّن وْ بَنِي ِإ ْخ َوانِ ِه َّن‬
‫ظهَرُوا َعلَ ٰى‬ َ ‫ت َأ ْي َمانُه َُّن َأ ِو التَّابِ ِعينَ َغي ِْر ُأولِي اِإْل رْ بَ ِة ِمنَ الر‬
ْ َ‫ِّجا ِل َأ ِو الطِّ ْف ِل الَّ ِذينَ لَ ْم ي‬ ْ ‫َأوْ بَنِي َأخ ََواتِ ِه َّن َأوْ نِ َساِئ ِه َّن َأوْ َما َملَ َك‬
َ‫ت النِّ َسا ِء ۖ َواَل يَضْ ِر ْبنَ بَِأرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن ۚ َوتُوبُوا ِإلَى ِ َج ِميعًا يُّهَ ال ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعل ُك ْم تُفلِحُون‬
ْ َّ ْ ‫َأ‬ ‫هَّللا‬ ِ ‫عَوْ َرا‬

Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan


pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allâh maha mengatahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah
kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [an-
Nûr/24:31]

Dan Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

ِ ‫ْرفُوا ۚ ِإنَّهُ اَل ي ُِحبُّ ْال ُمس‬


َ‫ْرفِين‬ ِ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َواَل تُس‬

Wahai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-orang
yang berlebihan. [al-A’râf/7:31]

Sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang di sebutkan dalam Shahîh Muslim dari Ibnu
Abbâs Radhiyallahu anhuma, beliau berkata:

ِ ‫ت هَ ِذ ِه اآْل يَةُ ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلِّ َمس‬


‫ْج ٍد‬ ِ ‫َت ْال َمرْ َأةُ تَطُوفُ بِ ْالبَ ْي‬
ْ َ‫ت َو ِه َي عُرْ يَانَةٌ … فَنَزَ ل‬ ْ ‫َكان‬

Dahulu para wanita tawaf di Ka’bah tanpa mengenakan busana … kemudian Allâh
menurunkan ayat :

ِ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلِّ َمس‬


‫ْج ٍد‬

Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid…[HR. Muslim,
no. 3028]

Bahkan Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepada istri-istri nabi dan wanita beriman untuk
menutup aurat mereka sebagaimana firman-Nya :
َ ِ‫ك َونِ َسا ِء ْال ُمْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجاَل بِيبِ ِه َّن ۚ ٰ َذل‬
ُ ‫ك َأ ْدن َٰى َأ ْن يُع َْر ْفنَ فَاَل يُْؤ َذي َ•ْن ۗ َو َكانَ هَّللا‬ َ ‫يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ َأِل ْز َوا ِج‬
َ ِ‫ك َوبَنَات‬
‫َغفورًا َر ِحي ًما‬ ُ

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri


orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]

Dengan menutup aurat hati seorang terjaga dari kejelekan Allâh Azza wa Jalla berfrman :

ْ ‫ب ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َأ‬
‫طهَ ُر لِقُلُوبِ ُك ْم َوقُلُوبِ ِه َّن‬ ٍ ‫َوِإ َذا َسَأ ْلتُ ُموه َُّن َمتَاعًا فَا ْسَألُوه َُّن ِم ْن َو َرا ِء ِح َجا‬

Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri nabi), maka mintalah
dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. [al-
Ahzâb/33:53]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menegur Asma binti Abu Bakar
Radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan mengenakan busana yang agak tipis. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
memalingkan mukanya sambil berkata :

‫يض لَ ْم يَصْ لُحْ َأ ْن يُ َرى ِم ْنهَا ِإاَّل هَ َذا َوهَ َذا‬


َ ‫ت ْال َم ِح‬
ِ ‫يَا َأ ْس َما ُء ِإ َّن ْال َمرْ َأةَ ِإ َذا بَلَ َغ‬

Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari
anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan).
[HR. Abu Dâwud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218. Hadist ini di shahihkan oleh syaikh al-
Albâni rahimahullah]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah didatangi oleh seseorang yang menanyakan
perihal aurat yang harus di tutup dan yang boleh di tampakkan, maka beliau pun menjawab :

ْ ‫ك َأوْ َما َملَ َك‬


َ‫ت يَ ِمينُك‬ ْ َ‫احْ ف‬.
َ ‫ظ عَوْ َرتَكَ إاَّل ِم ْن َزوْ ِج‬

Jagalah auratmu kecuali terhadap (penglihatan) istrimu atau budak yang kamu miliki.[HR.
Abu Dâwud, no.4017; Tirmidzi, no. 2794; Nasa’i dalam kitabnya Sunan al-Kubrâ, no. 8923;
Ibnu Mâjah, no. 1920. Hadist ini dihasankan oleh Syaikh al-Albâni]

Wanita yang tidak menutup auratnya di ancam tidak akan mencium bau surga sebagaimana
yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata :

،‫اس‬ َ َّ‫ب ْالبَقَ ِر يَضْ ِربُونَ بِهَا الن‬ ِ ‫ قَوْ ٌم َم َعهُ ْم ِسيَاطٌ َكَأ ْذنَا‬،‫ار لَ ْم َأ َرهُ َما‬ ِ َّ‫ان ِم ْن َأ ْه ِل الن‬ ِ : ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ َ‫ص ْنف‬ َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
َ ‫ اَل يَ ْد ُخ ْلنَ ْال َجنَّةَ َواَل يَ ِج ْدنَ ِر‬،‫ت ْال َماِئلَ ِة‬
‫ َوِإ َّن‬،‫يحهَا‬ ِ ‫ت ُر ُءو ُسه َُّن َكَأ ْمثَا ِل َأ ْسنِ َم ِة ْالب ُْخ‬ٌ ‫ت ُم ِمياَل‬ ٌ ‫ات َماِئاَل‬ ٌ َ‫َاري‬
ِ ‫ات ع‬ٌ َ‫َونِ َسا ٌء َكا ِسي‬
َ‫ِري َحهَا لَتُو َج ُد ِم ْن َم ِسيْر ٍة َك َذا َو َكذا‬

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka
yang belum pernah aku lihat: (yang pertama adalah) Suatu kaum yang memiliki cambuk
seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (yang kedua adalah) para wanita yang
berpakaian tapi telanjang, berpaling dari ketaatan dan mengajak lainnya untuk mengikuti
mereka, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk
surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian
dan sekian.” [HR. Muslim, no. 2128]

Dalam riwayat lain Abu Hurairah menjelaskan. bahwasanya aroma Surga bisa dicium dari
jarak 500 tahun. [HR. Malik dari riwayat Yahya Al-Laisiy, no. 1626]

Dan diharamkan pula seorang lelaki melihat aurat lelaki lainnya atau wanita melihat aurat
wanita lainnya, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ضي‬ ِ ‫ َوالَ تُ ْف‬،‫ب ْال َوا ِح ِد‬ ِ ‫ َوالَ يُ ْف‬،‫ َوالَ ْال َمرْ َأةُ ِإلَى عَوْ َر ِة ْال َمرْ َأ ِة‬،‫الَ يَ ْنظُ ُر ال َّر ُج ُل ِإلَى عَوْ َر ِة ال َّر ُج ِل‬
ِ ْ‫ضي ال َّر ُج ُل ِإلَى ال َّر ُج ِل فِي الثَّو‬
ْ
‫ب ال َو ِح ِد‬ َّ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬
ِ ْ‫ال َمرْ ةُ ِإلَى ال َمرْ ةَ فِي الثو‬ْ

Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki (lainnya), dan janganlah pula seorang wanita
melihat aurat wanita (lainnya). Seorang pria tidak boleh bersama pria lain dalam satu kain,
dan tidak boleh pula seorang wanita bersama wanita lainnya dalam satu kain.” [HR. Muslim,
no. 338 dan yang lainnya]

Begitu pentingngnya menjaga aurat dalam agama Islam sehingga seseorang di perbolehkan
melempar dengan kerikil orang yang berusaha melihat atau mengintip aurat keluarganya di
rumahnya, sebagaimana sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ْأ‬ َ ‫ك َأ َح ٌد َولَ ْم تَْأ َذ ْن لَهُ خَ َذ ْفتَهُ بِ َح‬


َ ِ‫لَوْ اطَّلَ َع فِي بَ ْيت‬
ٍ ‫صا ٍة فَفَقَ تَ َع ْينَهُ َما َكانَ َعلَ ْيكَ ِم ْن ُجن‬
‫َاح‬

Jika ada orang yang berusaha melihat (aurat keluargamu) di rumahmu dan kamu tidak
mengizinkannya lantas kamu melemparnya dengan kerikil sehingga membutakan matanya
maka tidak ada dosa bagimu. [HR. Al-Bukhâri, no. 688, dan Muslim, no. 2158]

Sumber : https://almanhaj.or.id/4114-kewajiban-menutup-aurat-dan-batasannya.html

Bagaimana cara mengatasi keluhan wanita zaman sekarang dalam berjilbab

1. “Hatiku masih belum mantap untuk berjilbab. Jika hatiku sudah mantap, aku akan segera
berjilbab. Lagipula aku masih melaksanakan shalat, puasa dan semua perintah wajib kok..”

Wahai saudariku… Sadarkah engkau, siapa yang memerintahmu untuk mengenakan jilbab?
Dia-lah Allah, Rabb-mu, Rabb seluruh manusia, Rabb alam semesta. Engkau telah
melakukan berbagai perintah Allah yang berpangkal dari iman dan ketaatan, tetapi mengapa
engkau beriman kepada sebagian ketetapan-Nya dan ingkar terhadap sebagian yang lain,
padahal engkau mengetahui bahwa sumber dari semua perintah itu adalah satu, yakni Allah
Subhanahu wa Ta’ala?

Seperti shalat dan amalan lain yang senantiasa engkau kerjakan, maka berjilbab pun adalah
satu amalan yang seharusnya juga engkau perhatikan. Allah Ta’ala telah menurunkan
perintah hijab kepada setiap wanita mukminah. Maka itu berarti bahwa hanya wanita-wanita
yang memiliki iman yang ridha mengerjakan perintah ini. Adakah engkau tidak termasuk ke
dalam golongan wanita mukminah?

Ingatlah saudariku, bahwa sesungguhnya keadaanmu yang tidak berjilbab namun masih
mengerjakan amalan-amalan lain, adalah seperti orang yang membawa satu kendi penuh
dengan kebaikan akan tetapi kendi itu berlubang, karena engkau tidak berjilbab. Janganlah
engkau sia-siakan amal shalihmu disebabkan orang-orang yang dengan bebas di setiap tempat
memandangi dirimu yang tidak mengenakan jilbab. Silakan engkau bandingkan jumlah lelaki
yang bukan mahram yang melihatmu tanpa jilbab setiap hari dengan jumlah pahala yang
engkau peroleh, adakah sama banyaknya?

2. “Iman kan letaknya di hati. Dan yang tahu hati seseorang hanya aku dan Allah.”

Duhai saudariku…Tahukah engkau bahwa sahnya iman seseorang itu terwujud dengan tiga
hal, yakni meyakini sepenuhnya dengan hati, menyebutnya dengan lisan, dan
melakukannya dengan perbuatan?

Seseorang yang beramal hanya sebatas perbuatan dan lisan, tanpa disertai dengan keyakinan
penuh dalam hatinya, maka dia termasuk ke dalam golongan orang munafik. Sementara
seseorang yang beriman hanya dengan hatinya, tanpa direalisasikan dengan amal perbuatan
yang nyata, maka dia termasuk kepada golongan orang fasik. Keduanya bukanlah bagian dari
golongan orang mukmin. Karena seorang mukmin tidak hanya meyakini dengan hati, tetapi
dia juga merealisasikan apa yang diyakininya melalui lisan dan amal perbuatan. Dan jika
engkau telah mengimani perintah jilbab dengan hatimu dan engkau juga telah mengakuinya
dengan lisanmu, maka sempurnakanlah keyakinanmu itu dengan bersegera mengamalkan
perintah jilbab.

3. “Aku kan masih muda…”

Saudariku tercinta… Engkau berkata bahwa usiamu masih belia sehingga menahanmu dari
mengenakan jilbab, dapatkah engkau menjamin bahwa esok masih untuk dirimu? Apakah
engkau telah mengetahui jatah hidupmu di dunia, sehingga engkau berkata bahwa engkau
masih muda dan masih memiliki waktu yang panjang? Belumkah engkau baca firman Allah
‘Azza wa Jalla yang artinya,

“Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, jika kamu sesungguhnya
mengetahui.” (Qs. Al-Mu’minuun: 114)

“Pada hari mereka melihat adzab yang diancam kepada mereka, (mereka merasa) seolah-
olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) waktu pelajaran yang
cukup.” (Qs. Al-Ahqaaf: 35)

Tidakkah engkau perhatikan tetanggamu atau teman karibmu yang seusia denganmu atau di
bawah usiamu telah menemui Malaikat Maut karena perintah Allah ‘Azza wa Jalla? Tidakkah
juga engkau perhatikan si fulanah yang kemarin masih baik-baik saja, tiba-tiba menemui
ajalnya dan menjadi mayat hari ini? Tidakkah semua itu menjadi peringatan bagimu, bahwa
kematian tidak hanya mengetuk pintu orang yang sekarat atau pun orang yang lanjut usia?
Dan Malaikat Maut tidak akan memberimu penangguhan waktu barang sedetik pun, ketika
ajalmu sudah sampai. Setiap hari berlalu sementara akhiratmu bertambah dekat dan dunia
bertambah jauh. Bekal apa yang telah engkau siapkan untuk hidup sesudah mati? Ketahuilah
saudariku, kematian itu datangnya lebih cepat dari detak jantungmu yang berikutnya. Jadi
cepatlah, jangan sampai terlambat…

4. “Jilbab bikin rambutku jadi rontok…”


Sepertinya engkau belum mengetahui fakta terbaru mengenai ‘canggih’nya jilbab. Dr.
Muhammad Nidaa berkata dalam Al-Hijaab wa Ta’tsiruuha ‘Ala Shihhah wa Salamatus
Sya’ri tentang pengaruh jilbab terhadap kesehatan dan keselamatan rambut,

“Jilbab dapat melindungi rambut. Penelitian dan percobaan telah membuktikan bahwa
perubahan cuaca dan cahaya matahari langsung akan menyebabkan hilangnya kecantikan
rambut dan pudarnya warna rambut. Sehingga rambut menjadi kasar dan berwarna kusam.
Sebagaimana juga udara luar (oksigen) dan hawa tidaklah berperan dalam pertumbuhan
rambut. Karena bagian rambut yang terlihat di atas kepala yang dikenal dengan sebutan
batang rambut tidak lain adalah sel-sel kornea (yang tidak memiliki kehidupan). Ia akan terus
memanjang berbagi sama rata dengan rambut yang ada di dalam kulit. Bagian yang aktif
inilah yang menyebabkan rambut bertambah panjang dengan ukuran sekian millimeter setiap
hari. Ia mendapatkan suplai makanan dari sel-sel darah dalam kulit.

Dari sana dapat kita katakan bahwa kesehatan rambut bergantung pada kesehatan tubuh
secara umum. Bahwa apa saja yang mempengaruhi kesehatan tubuh, berupa sakit atau
kekurangan gizi akan menyebabkan lemahnya rambut. Dan dalam kondisi mengenakan
jilbab, rambut harus dicuci dengan sabun atau shampo dua atau tiga kali dalam sepekan,
menurut kadar lemak pada kulit kepala. Maksudnya apabila kulit kepala berminyak, maka
hendaklah mencuci rambut tiga kali dalam sepekan. Jika tidak maka cukup mencucinya dua
kali dalam sepekan. Jangan sampai kurang dari kadar ini dalam kondisi apapun. Karena
sesudah tiga hari, minyak pada kulit kepala akan berubah menjadi asam dan hal itu akan
menyebabkan patahnya batang rambut, dan rambut pun akan rontok.” (Terj. Banaatunaa wal
Hijab hal. 66-67)

5. “Kalau aku pakai jilbab, nanti tidak ada laki-laki yang mau menikah denganku. Jadi, aku
pakai jilbabnya nanti saja, sesudah menikah.”

Wahai saudariku… Tahukah engkau siapakah lelaki yang datang meminangmu itu, sementara
engkau masih belum berjilbab? Dia adalah lelaki dayyuts, yang tidak memiliki perasaan
cemburu melihatmu mengobral aurat sembarangan. Bagaimana engkau bisa berpendapat
bahwa setelah menikah nanti, suamimu itu akan ridha membiarkanmu mengulur jilbab dan
menutup aurat, sementara sebelum pernikahan itu terjadi dia masih santai saja mendapati
dirimu tampil dengan pakaian ala kadarnya? Jika benar dia mencintai dirimu, maka
seharusnya dia memiliki perasaan cemburu ketika melihat auratmu terbuka barang sejengkal
saja. Dia akan menjaga dirimu dari pandangan liar lelaki hidung belang yang berkeliaran di
luar sana. Dia akan lebih memilih dirimu yang berjilbab daripada dirimu yang tanpa jilbab.
Inilah yang dinamakan pembuktian cinta yang hakiki!

Maka, jika datang seorang lelaki yang meminangmu dan ridha atas keadaanmu yang masih
belum berjilbab, waspadalah. Jangan-jangan dia adalah lelaki dayyuts yang menjadi calon
penghuni Neraka. Sekarang pikirkanlah olehmu saudariku, kemanakah bahtera rumah
tanggamu akan bermuara apabila nahkodanya adalah calon penghuni Neraka?

6. “Pakai jilbab itu ribet dan mengganggu pekerjaan. Bisa-bisa nanti aku dipecat dari
pekerjaan.”

Saudariku… Islam tidak pernah membatasi ruang gerak seseorang selama hal tersebut tidak
mengandung kemaksiatan kepada Allah. Akan tetapi, Islam membatasi segala hal yang dapat
membahayakan seorang wanita dalam melakukan aktivitasnya baik dari sisi dunia maupun
dari sisi akhiratnya. Jilbab yang menjadi salah satu syari’at Islam adalah sebuah penghargaan
sekaligus perlindungan bagi kaum wanita, terutama jika dia hendak melakukan aktivitas di
luar rumahnya. Maka dengan perginya engkau untuk bekerja di luar rumah tanpa jilbab justru
akan mendatangkan petaka yang seharusnya dapat engkau hindari. Alih-alih mempertahankan
pekerjaan, engkau malah menggadaikan kehormatan dan harga dirimu demi setumpuk materi.

Tahukah engkau saudariku, siapa yang memberimu rizki? Bukankah Allah -Rabb yang
berada di atas ‘Arsy-Nya- yang memerintahkan para malaikat untuk membagikan rizki
kepada setiap hamba tanpa ada yang dikurangi barang sedikitpun? Mengapa engkau lebih
mengkhawatirkan atasanmu yang juga rizkinya bergantung kepada kemurahan Allah?

Apakah jika engkau lebih memilih untuk tetap tidak berjilbab, maka atasanmu itu akan
menjamin dirimu menjadi calon penghuni Surga? Ataukah Allah ‘Azza wa Jalla yang telah
menurunkan perintah ini kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan
mengadzabmu akibat kedurhakaanmu itu? Pikirkanlah saudariku… Pikirkanlah hal ini baik-
baik!

7. “Jilbab itu bikin gerah, dan aku tidak kuat kepanasan.”

Saudariku… Panas mentari yang engkau rasakan di dalam dunia ini tidak sebanding dengan
panasnya Neraka yang akan kau terima kelak, jika engkau masih belum mau untuk berjilbab.
Sungguh, dia tidak sebanding. Apakah engkau belum mendengar firman Allah yang
berbunyi,

“Katakanlah: ‘(Api) Neraka Jahannam itu lebih sangat panas. Jika mereka mengetahui.'”
(Qs. At-Taubah: 81)

Dan sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya,

“Sesungguhnya api Neraka Jahannam itu dilebihkan panasnya (dari panas api di bumi
sebesar) enam puluh sembilan kali lipat (bagian).” [Hadits shahih. Riwayat Muslim (no.
2843) dan Ahmad (no. 8132). Lihat juga Shahih Al-Jaami‘ (no. 6742), dari Shahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

Manakah yang lebih sanggup engkau bersabar darinya, panasnya matahari di bumi ataukah
panasnya Neraka di akhirat nanti? Tentu engkau bisa menimbangnya sendiri…

8. “Jilbab itu pilihan. Siapa yang mau pakai jilbab silakan, yang belum mau juga gak apa-
apa. Yang penting akhlaknya saja benar.”

Duhai saudariku… Sepertinya engkau belum tahu apa yang dimaksud dengan akhlak mulia
itu. Engkau menafikan jilbab dari cakupan akhlak mulia, padahal sudah jelas bahwa jilbab
adalah salah satu bentuk perwujudan akhlak mulia. Jika tidak, maka Allah tidak akan
memerintahkan kita untuk berjilbab, karena dia tidak termasuk ke dalam akhlak mulia.

Pikirkanlah olehmu baik-baik, adakah Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berakhlak


buruk? Atau adakah Allah mengadakan suatu ketentuan yang tidak termasuk dalam kebaikan
dan mengandung manfaat yang sangat besar? Jika engkau menjawab tidak ada, maka dengan
demikian engkau telah membantah pendapatmu sendiri dan engkau telah setuju bahwa jilbab
termasuk ke dalam sekian banyak akhlak mulia yang harus kita koleksi satu persatu.
Bukankah demikian?

Ketahuilah olehmu, keputusanmu untuk tidak mengenakan jilbab akan membuat Rabb-mu
menjadi cemburu, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda
yang artinya,

“Sesungguhnya Allah itu cemburu dan seorang Mukmin juga cemburu. Adapun cemburunya
Allah disebabkan oleh seorang hamba yang mengerjakan perkara yang diharamkan oleh-
Nya.” [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 4925) dan Muslim (no. 2761)]

9. “Sepertinya Allah belum memberiku hidayah untuk segera berjilbab.”

Saudariku… Hidayah Allah tidak akan datang begitu saja, tanpa engkau melakukan apa-apa.
Engkau harus menjalankan sunnatullah, yakni dengan mencari sebab-sebab datangnya
hidayah tersebut.

Ketahuilah bahwa hidayah itu terbagi menjadi dua, yaitu hidayatul bayan dan hidayatut
taufiq. Hidayatul bayan adalah bimbingan atau petunjuk kepada kebenaran, dan di dalamnya
terdapat campur tangan manusia. Adapun hidayatut taufiq adalah sepenuhnya hak Allah. Dia
merupakan peneguhan, penjagaan, dan pertolongan yang diberikan Allah kepada hati
seseorang agar tetap dalam kebenaran. Dan hidayah ini akan datang setelah hidayatul bayan
dilakukan.

Sumber: https://muslimah.or.id/922-saudariku-apa-yang-menghalangimu-untuk-berjilbab-
1.html

Anda mungkin juga menyukai