Anda di halaman 1dari 8

Kategori: Fiqh dan Muamalah

14 Komentar // 26 Mei 2012

Mengangkat tangan ketika sedang berdoa adalah hal yang disyariatkan dalam Islam.
Perbuatan ini merupakan salah satu adab dalam berdoa dan juga nilai tambah yang
mendukung terkabulnya doa. Mari kita bahas secara rinci bagaimana hukum dan tata caranya.

Hukum Asal Mengangkat Tangan Ketika Berdoa

Tidak kami ketahui adanya perbedaan diantara para ulama bahwa pada asalnya mengangkat
tangan ketika berdoa hukumnya sunnah dan merupakan adab dalam berdoa. Dalil-dalil
mengenai hal ini banyak sekali hingga mencapai tingkatan mutawatir manawi. Diantaranya
hadist Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

{ :



}
{ : }







Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.
Sesungguhnya apa yang Allah perintahkan kepada orang mukmin itu sama sebagaimana
yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Taala berfirman, Wahai para Rasul,
makanlah makanan yang baik dan kerjakanlah amalan shalih (QS. Al Mumin: 51). Alla
Taala berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik yang
telah Kami berikan kepadamu (QS. Al Baqarah: 172). Lalu Nabi menyebutkan cerita
seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan panjang, hingga sehingga rambutnya kusut
dan berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke langit dan berkata: Wahai Rabb-ku.. Wahai
Rabb-ku.. padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia
diberi makan dari yang haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan? (HR. Muslim)

Nabi Shallallahualaihi Wasallam juga bersabda:

Sesungguhnya Allah itu sangat pemalu dan Maha Pemurah. Ia malu jika seorang lelaki
mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada-Nya, lalu Ia mengembalikannya dalam
keadaan kosong dan hampa (HR. Abu Daud 1488, At Tirmidzi 3556, di shahihkan oleh Al
Albani dalam Shahih Al Jaami 2070)

As Shanani menjelaskan: Hadits ini menunjukkan dianjurkannya mengangkat kedua tangan


ketika berdoa. Hadits-hadits mengenai hal ini banyak (Subulus Salam, 2/708)

Demikianlah hukum asalnya. Jika kita memiliki keinginan atau hajat lalu kita berdoa kepada
Allah Taala, kapan pun dimanapun, tanpa terikat dengan waktu, tempat atau ibadah tertentu,
kita dianjurkan untuk mengangkat kedua tangan ketika berdoa.

Hukum Mengangkat Tangan Ketika Berdoa Dalam Suatu Ibadah


Banyak hadits-hadits yang menyebutkan praktek mengangkat tangan dalam berdoa dalam
beberapa ritual ibadah, diantaranya:

1. Ketika berdoa istisqa dalam khutbah

Sahabat Anas bin Malik Radhiallahuanhu berkata:

Biasanya Nabi Shallallahualaihi Wasallam tidak mengangkat kedua tangannya ketika


berdoa, kecuali ketika istisqa. Beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat ketiaknya
yang putih (HR. Bukhari no.1031, Muslim no.895)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: maksudnya, dalam kondisi khutbah
Nabi tidak pernah mengangkat kedua tangannya kecuali (jika dalam khutbah tersebut) beliau
berdoa memohon hujan (istisqa) (Syarhul Mumthi, 5/215). Menunjukkan bahwa ini
dilakukan ketika istisqa baik dalam khutbah istisqa, ataupun dalam khutbah yang lainnya.

2. Ketika berdoa qunut dalam shalat

Sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahuanhu:

Aku melihat Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam setiap shalat shubuh beliau


mengangkat kedua tangannya dan mendoakan keburukan bagi mereka (HR. Ahmad 12402,
dishahihkan oleh An Nawawi dalam Al Majmu 3/500)

Juga banyak diriwayatkan tentang hal ini dari perbuatan para sahabat Nabi, diantaranya Umar
bin Khattab, diceritakan oleh Abu Raafi :

Aku shalat di belakang Umar bin Khattab Radhiallahuanhu, beliau membaca doa qunut
setelah ruku sambil mengangkat kedua tangannya dan mengeraskan bacaannya (HR. Al
Baihaqi 2/212, dengan sanad yang shahih)

3. Ketika melempar jumrah

Berdasarkan hadits:

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam biasanya ketika melempar jumrah yang berdekatan


dengan masjid Mina, beliau melemparnya dengan tujuh batu kecil. Beliau bertakbir pada
setiap lemparan lalu berdiri di depannya menghadap kiblat, berdoa sambil mengangkat
kedua tanganya. Berdiri di situ lama sekali. Kemudian mendatangi jumrah yang kedua, lalu
melamparnya dengan tujuh batu kecil. Beliau bertakbir setiap lemparan, lalu menepi ke sisi
kiri Al Wadi. Beliau berdiri mengahadap kiblat, berdoa sambil mengangkat kedua
tangannya. Kemudian beliau mendatangi Jumrah Aqabah, beliau melemparnya dengan tujuh
batu kecil. Beliau bertakbir setiap lemparan, lalu pergi dan tidak berhenti di situ (HR
Bukhari 1753)

4. Ketika wukuf di Arafah

Diceritakan oleh Usamah bin Zaid Radhiallahuanhu:

Aku pernah dibonceng oleh Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam di Arafah. Di sana


beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa (HR. An Nasai 3993, Ibnu Khuzaimah
2824, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan An Nasai)

Dan masih banyak dalil yang lain.

Adapun mengangkat tangan ketika berdoa yang terkait suatu ritual ibadah, hukumnya
kembali pada dalil-dalil ibadah tersebut. Jika terdapat dalil bahwa Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam bahwa mengangkat tangan dalam ibadah tersebut, maka
dianjurkan mengangkat tangan. Jika tidak ada dalil, maka tidak disyariatkan mengangkat
tangan.

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz berkata: Banyak hadits shahih yang menunjukkan bahwa Nabi
Shallallahualaihi Wasallam mengangkat tangan ketika berdoa istisqa, ketika melempar
jumrah yang pertama dan kedua, ketika di awal-awal hari tasyriq, ketika haji wada, dan pada
tempat-tempat yang lain. Namun setiap ibadah yang dilakukan di masa Nabi
Shallallahualaihi Wasallam, jika ketika melakukannya beliau tidak mengangkat kedua
tangannya, berarti hal tersebut tidak disyariatkan kepada kita ketika melakukan ibadah
tersebut. Ini dalam rangka meneladani Nabi Shallallahualaihi Wasallam. Contohnya ketika
khutbah jumat, khutbah Ied, doa di antara dua sujud dalam shalat, doa-doa dzikir setelah
shalat wajib, karena tidak ada dalil yang menunjukkan hal tersebut. Yang disyariatkan kepada
kita adalah meneladani Nabi Shallallahualaihi Wasallam dalam melakukan suatu atau
meninggalkan suatu (dalam ibadah) (Majmu Fatawa Ibnu Baaz, 26/144).

Karena dengan mengangkat tangan ketika berdoa yang ada dalam suatu ibadah, tanpa adanya
dalil bahwa Nabi Shallallahualaihi Wasallam ini berarti menambah tata cara ibadah tersebut.
Contohnya, jika kita mengangkat tangan ketika membaca doa istiftah dalam shalat (yang
dibaca sebelum Al Fatihah), padahal Nabi Shallallahualaihi Wasallam tidak mencontohkan
demikian, maka kita menambah 1 tata cara dalam shalat.

Tata Cara Mengangkat Tangan Dalam Berdoa

Banyak sekali tata cara mengangkat tangan dalam berdoa yang ada dalam riwayat-riwayat
dari Nabi Shallallahualaihi Wasallam dan para sahabat. Para ulama pun berselisih pendapat
dalam sebagian tata cara tersebut namun khilaf ini merupakan khilaf tanawwu (variasi),
dibolehkan mengambil mana saja dari variasi yang ada. Namun mengingkat banyak sekali
praktek mengangkat tangan dalam berdoa yang beredar di masyarakat, hendaknya kita
mencukupkan diri pada praktek-praktek mengangkat tangan yang dijelaskan oleh para ulama
dan tidak mengikuti cara-cara yang tidak diketahui asalnya.

Jika kita kelompokkan, praktek-praktek mengangkat tangan dalam berdoa bisa dibagi
menjadi tiga. Sebagaimana pembagian dari sahabat Ibnu Abbas Radhiallahuanhuma :

Al Masalah adalah dengan mengangkat kedua tanganmu sebatas pundak atau sekitar itu.
Al Istighfar adalah dengan satu jari yang menunjuk. Al Ibtihal adalah dengan
menengadahkan kedua tanganmu bersamaan (HR. Abu Daud 1489, dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahih Al Jami 6694)

Jenis pertama: Al Masalah. Merupakan jenis yang umumnya dilakukan dalam berdoa.
Bentuk ini juga yang digunakan ketika membaca doa qunut, istisqa dan pada beberapa
rangkaian ibadah haji. Yaitu dengan membuka kedua telapak tangan dan mengangkatnya
sebatas pundak, sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Abbas. Juga berdasarkan hadits:

Jika engkau meminta kepada Allah, mintalah dengan telapak tanganmu, jangan dengan
punggung tanganmu (HR. Abu Daud 1486, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash
Shahihah 595)

Namun para ulama berbeda pendapat mengenai detail bentuknya:

Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa kedua telapak tangan dibuka namun kedua tidak
saling menempel, melainkan ada celah diantara keduanya. (Lihat Al Mausuah Al
Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 45/266)
Ulama Syafiiyyah mengatakan telapak tangan mengarah ke langit dan punggung
tangan ke arah bumi, boleh ditempelkan ataupun tidak. Ini dilakukan dalam doa untuk
mengharapkan terkabulnya sesuatu. Sedangkan untuk mengharapkan hilangnya bala,
punggung tangan yang menghadap ke langit, telapak tangan mengarah ke bumi (yaitu
Al Ibtihal). (Lihat Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 45/266)
Sedangkan Hanabilah berpendapat kedua tangan ditempelkan berdasarkan hadits:

Biasanya Nabi Shallallahualaihi Wasallam ketika berdoa beliau menempelkan


kedua telapak tangannya dan melihat pada kedua telapak tangannya (HR. Ath
Thabrani 5226, sanad hadits ini dhaif sebagaimana dikatakan oleh Al Iraqi dalam
Takhrijul Ihya 1/326). (Lihat Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 45/266)

Syaikh Shalih Alu Asy Syaikh menjelaskan lebih detil jenis ini: Mengangkat kedua
tangannya dengan telapak tangan terbuka di depan dada, tepatnya di pertengahan
dada. Umumnya bentuk ini yang digunakan oleh Nabi Shallallahualaihi Wasallam
dalam berdoa. Namun terkadang beliau beliau berdoa di Arafah dengan cara begini:
mengangkat kedua tangannya tepatnya dipertengahan dada lalu menengadahkannya
sebagaimana orang yang meminta makanan, tidak meletakannya dekat wajah namun
juga tidak jauh dari wajah dan masih dikatakan ada di pertengahan dada. Juga dengan
membuka kedua telapaknya bagaikan orang miskin yang meminta makanan (Syarh
Arbain An Nawawiyyah, 1/112)
Syaikh Bakr Abu Zaid menjelaskan cara lain: Boleh juga seseorang menutup
wajahnya dengan telapak tangannya dan kedua punggung tangannya menghadap
kiblat (Tas-hih Ad Dua, 1/117)

Jenis kedua: Al Istighfar. Yaitu dengan mengangkat tangan kanan dan jari telunjuk
menunjuk ke atas. Syaikh Shalih Alu Asy Syaikh mengatakan: Cara ini khusus bagi khatib
yang berdiri. Jika ia berdoa, cukup jari telunjuknya menunjuk ke atas. Ini simbol dari doa dan
tauhidnya. Tidak disyariatkan bagi khatib mengangkat kedua tangannya (ketika berdoa) jika
ia berkhutbah sambil berdiri di atas mimbar atau di atas benda lainnya, kecuali jika sedang
berdoa istisqa (maka boleh mengangkat kedua tangan) (Syarh Arbain An Nawawiyyah,
1/112). Termasuk dalam jenis ini, khatib jumat yang membaca doa, yang sesuai sunnah
adalah dengan mengacungkan telunjuknya ke langit ketika sedang berdoa.

Dalil dari jenis ini diantaranya hadits:

:
:







Dari Umarah bin Ruaybah, ia berkata bahwa ia melihat Bisyr bin Marwan mengangkat
kedua tangannya (ketika menjadi khatib) di atas mimbar. Umarah lalu berkata kepadanya:
Semoga Allah memburukkan kedua tanganmu ini, karena aku telah melihat Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam ketika menjadi khatib tidak menambah lebih dari yang seperti
ini: (Umarah lalu mengacungkan jari telunjuknya) (HR. Muslim, 847)

Jenis ketiga: Al Ibtihal. Yaitu dengan bersungguh-sungguh mengangkat kedua tangan ke atas
dengan sangat tinggi hingga terlihat warna ketiak. Boleh juga hingga punggung tangan
menghadap ke langit dan telapaknya menghadap ke bumi. Jenis ini dilakukan ketika keadaan
benar-benar sulit, mendapat musibah yang sangat berat, sedang sangat-sangat mengharapkan
sesuatu, atau berdoa dalam keadaan sangat berduka, atau ketika istisqa (memohon hujan).
Diantara dalil dari jenis ini adalah hadits Anas bin Malik Radhiallahuanhu :

Biasanya Nabi Shallallahualaihi Wasallam tidak mengangkat kedua tangannya ketika


berdoa, kecuali ketika istisqa. Beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat ketiaknya
yang putih (HR. Bukhari no.1031, Muslim no.895)

Juga dalam hadits lain dari Anas bin Maalik Radhiallahuanhu:

Pernah Nabi Shallallahualaihi Wasallam ber-istisqa (meminta hujan), beliau mengarahkan


punggung tangannya ke langit (HR. Muslim 895)

Semoga bermanfaat.

Penulis: Yulian Purnama


Artikel Muslim.Or.Id

Salam ustad,

Pernah saya melihat ada ustad diinterupsi jamaah usai ceramah. Persoalannya, si ustad saat
berdoa mengangkat tangan. Padahal, setahu saya, semenjak kecil saya juga diajarkan doa
mengangkat tangan. Jadi bagaimana sebenarnya soal ini?

Wassalam
Umar, Jakarta

Wa'alaikum salam wr. wb.

Bapak Umar yang baik, demikian beberapa hal kaitannya dengan mengangkat tangan dalam
berdoa.

a. Berdoa dengan mengangkat tangan adalah sunnah

Membentangkan kedua tangan dan mengangkatnya dengan telapak tangan terbuka


menghadap ke arah wajah atau mengarah ke atas dalam berdoa adalah sunnah, dan termasuk
salah satu sebab dikabulkannya sebuah doa. Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Sesungguhnya Tuhanmu Tabaraka wa Taala itu
Mahamalu lagi dermawan. Dia malu jika ada hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya
kepadanya, lalu orang itu mengembalikan kedua tangannya dalam keadaan kosong. [HR. At-
Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Umar bin Al-Khathab] Hadits shahih. Dishahihkan Al-Iraqi,
Ibnu Hajar, dan Al-Albani*

Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, Membentangkan tangan ke langit adalah salah satu adab
berdoa yang diharapkan bisa menjadi sebab dikabulkannya sebuah doa. [Jami Al-Ulum wa
Al-Hikam I/191]

Imam An-Nawawi berkata, Sesungguhnya hadits yang menyebutkan beliau Shallallahu


Alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangannya dalam berdoa dalam banyak kesempatan
selain shalat istisqa adalah shahih. Dan, haditsnya tak terhitung banyaknya. [Syarh Shahih
Muslim VI/190]

Ibnu Hajar Al-Haitami berkata, Disunnahkan bagi orang yang berdoa untuk mengangkat
kedua tangannya dalam berdoa di luar shalat sebagai ittiba. [Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubra
I/252]

Syaikh Bin Baz berkata, Sesungguhnya mengangkat kedua tangan dalam berdoa adalah
sunnah dan merupakan salah satu faktor terkabulnya doa. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda, ... (hadits di atas). Dan, hadits-hadits shahih dalam hal ini banyak sekali.
[Majmu' Fatawa XI/178]

b. Memberi isyarat dengan jari telunjuk ketika berdoa dalam khutbah

Namun demikian, ada saat di mana Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak mengangkat
tangannya ketika berdoa, yaitu dalam khutbah Jum'at, di mana beliau memberikan isyarat
dengan jari telunjuknya. Disebutkan dalam hadits shahih,
Bahwasanya Bisyr bin Marwan mengangkat kedua tangannya pada hari Jumat di atas
mimbar. Maka, Umarah bin Ruwaibah Ats-Tsaqafi pun menegurnya. Dia (Umarah) berkata;
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah melakukan lebih dari ini. Dia
(Umarah) memberikan isyarat dengan jari telunjuknya. [HR. Muslim dan An-Nasa`i dari
Umarah Ats-Tsaqafi]

Imam An-Nawawi berkata, Sesungguhnya yang sunnah adalah hendaknya tidak mengangkat
tangan dalam khutbah. Ini adalah pendapat Malik, sahabat-sahabat kami, dan selain mereka.
[Syarh Shahih Muslim VI/162]

Imam Al-Haitami berkata, Dan tidak disukai bagi khatib mengangkat kedua tangannya pada
waktu khutbah, sebagaimana yang dikatakan Al-baihaqi. [Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubra
I/253]

c. (Tidak) mengangkat tangan dalam berdoa selepas shalat

Banyak hadits yang menjelaskan keutamaan berdoa setelah shalat fardhu. Di antaranya,
adalah riwayat Abu Umamah Al-Bahili, bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,

"Doa apakah yang paling didengar (oleh Allah)?" Beliau bersabda, "(Doa pada) akhir tengah
malam dan selepas shalat wajib." [HR. At-Tirmidzi] *Dihasankan At-Tirmidzi, An-Nawawi,
dan Ibnu Hajar*

Akan tetapi, sebagian ulama menganggap tidak ada satu pun hadits shahih yang menyebutkan
bahwa beliau mengangkat kedua tangannya dalam berdoa selepas shalat wajib. Karena itulah,
mereka (para ulama) berbeda pendapat dalam hal ini. Ada yang mengatakan bolehnya
mengangkat tangan berdasarkan keumumam hadits mengangkat tangan. Dan ada juga yang
mengatakan tidak boleh, dikarenakan Nabi tidak pernah melakukannya.

DR. Abdullah Al-Faqih berkata, "Sesungguhnya berdoa selepas shalat setelah selesai dari
berdzikir itu ada ketetapan syariatnya. Dan, bahwasanya mengangkat kedua tangan dalam
berdoa juga disyariatkan. Oleh karena itu, barangsiapa yang berdoa setiap kali selesai shalat
dengan mengangkat kedua tangannya, dia tidak boleh disalahkan, sekalipun dia selalu
melakukannya."
[http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=5340]

Disebutkan dalam fatwa Lajnah Da'imah Saudi, "Berdoa setelah shalat fardhu bukanlah
sunnah jika dilakukan dengan mengangkat kedua tangan, baik itu oleh imam, makmum,
maupun semuanya bersama-sama. Bahkan, itu (berdoa dengan mengangkat tangan setelah
shalat fardhu) adalah bid'ah. Sebab, hal ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya Radhiyallahu 'Anhum. Adapun berdoa dengan tanpa
mengangkat tangan (selepas shalat wajib), maka itu tidak apa-apa, karena terdapat hadits-
hadits dalam hal ini." [Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah, fatwa nomor 3901]

Kesimpulan kami, tidak mengangkat tangan saat berdoa selepas shalat fardhu adalah benar,
karena tidak ada petunjuk dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya
Radhiyallahu 'Anhum dalam hal ini. Namun, orang yang mengangkat tangannya selepas
shalat fardhu pun tidak bisa disalahkan, karena secara umum berdoa dengan mengangkat
tangan adalah sunnah. Wallahu a'lam.

Wassalam.
H. Abduh Zulfidar Akaha, Lc.

Anda mungkin juga menyukai