Anda di halaman 1dari 21

MENUTUP AURAT

Oleh :
HANDAYANI (KLMA 04)
A. Pengertian Aurat
Menurut bahasa “aurat” berarti malu, aib dan buruk. Kata
aurat berasal dari bahasa arab yaitu: “’awira”(artinya
hilang perasaan, kalau dipakai untuk mata, maka mata itu
hilang cahayanya dan lenyap pandangannya.

Pada umumnya kata ini memberi arti yang tidak baik


dipandang, memalukan dan mengecewakan. Selain
daripada itu kata aurat berasal dari kata “’ āra” artinya
menutup dan menimbun seperti menutup mata air dan
menimbunnya. Ini berarti, bahwa aurat itu adalah sesuatu
yang ditutup sehingga tidak dapat dilihat dan dipandang.
Selanjutnya kata aurat berasal dari kata
“a’wara” artinya, sesuatu yang jika dilihat,
akan mencemarkan. Jadi, aurat adalah suatu
anggota badan yang harus ditutup dan
dijaga hingga tidak menimbulkan
kekecewaan dan malu.

Menurut istilah, dalam pandangan pakar


hukum Islam, aurat adalah bagian dari
tubuh manusia yang pada prinsipnya tidak
boleh kelihatan, kecuali dalam keadaan
darurat atau kebutuhan yang mendesak.
Menutup aurat dalam pengertian hukum Islam berarti
menutup dari batas minimal anggota tubuh manusia
yang wajib ditutupinya karena adanya perintah dari
Allah SWT. Adanya perintah menutup aurat ini karena
aurat adalah anggota atau bagian dari tubuh manusia
yang dapat menimbulkan birahi atau syahwat dan nafsu
bila dibiarkan terbuka. Bagian atau anggota tubuh
manusia tersebut harus ditutupi dan dijaga karena ia
(aurat) merupakan bagian dari kehormatan manusia.

Dengan demikian, pengertian aurat adalah anggota


atau bagian dari tubuh manusia yang apabila
terbuka atau tampak akan menimbulkan rasa malu,
aib, dan keburukan-keburukan lainnya.
Dalil Tentang Menutup Aurat
 Perintah menutup aurat telah diatur dalam Al-Qur’an serta hadis,
berikut adalah dalil-dalil tentang menutup aurat. Perintah menutup
aurat turun melalui surat Al Mu’minun ayat 5-6, ayat tersebut
berbunyi, “(Orang beriman) adalah orang yang menjaga kemaluan
mereka. Kecuali kepada istri-istri mereka atau budak-budak
wanita mereka, jika demikian maka mereka tidak tercela.” (QS. Al
Mu’minun: 5-6).

 Ketika ayat tersebut turun, orang-orang mukmin berlomba-lomba


menarik kain yang ada di sekitar mereka serta mencari kain atau
benda yang dapat menutupi auratnya. Surat tersebut juga turun
untuk memberikan perintah kepada umat muslim agar segera
menutup serta menjaga aurat agar tidak terlihat oleh seseorang
yang bukan mahram atau tidak memiliki hak untuk melihat aurat
tersebut.
Dalil lain tentang menutup aurat adalah sebagai berikut:

1. Hadis riwayat Muslim no 338


 “Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki (lainnya), dan janganlah pula
seorang wanita melihat aurat wanita (lainnya). Seorang pria tidak boleh
bersama pria lain dalam satu kain, dan tidak boleh pula seorang wanita
bersama wanita lainnya dalam satu kain.”

2. Hadis riwayat At-Tirmidzi no 2794


 “Wahai Rasulullah, mengenai aurat kami, kepada siapa boleh kami
tampakkan dan kepada siapa tidak boleh ditampakkan? Rasulullah
menjawab: “tutuplah auratmu kecuali kepada istrimu atau budak wanitamu.”
Mu’awiyah berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana jika seseorang berada di
tengah orang banyak yang saling melihat? Rasulullah menjawab:
 “Jika engkau mampu untuk menjaga auratmu agar tidak terlihat, maka
hendaknya lakukanlah. Yaitu engkau tidak melihat aurat orang lain, dan
orang lain tidak melihat auratmu.” Mu’awiyah berkata: Wahai Rasulullah,
bagaimana jika seseorang sedang sendirian? Rasulullah menjawab: “Allah
lebih berhak untuk malu kepada-Nya daripada kepada manusia.”
3. Hadis riwayat Baihaqi no 3362
 “Yang dibawah pusar dan di atas kedua lutut adalah aurat”
hadist satu ini merupakan hadis tentang batasan aurat laki-
laki.

4. Hadis riwayat Abu Daud no 4017


 “Jagalah (tutuplah) auratmu kecuali pada istri atau budak
yang engkau miliki.”

5. Quran surat Al-Ahzab ayat 59


 “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. “
6. Hadis riwayat Abu Daud no 41440
 “Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam
dengan memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam
pun berpaling darinya dan bersabda, “wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita
itu jika sudah haid (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan
ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya.”

7. Quran surat An-Nur ayat 31


 “Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengatahui apa yang mereka perbuat.”
Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan.”
8. Quran surat Al-A’raf ayat 31
 “Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebihan.”

9. Quran surat Al-Ahzab ayat 59


 “Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !”
 Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”

10. Quran surat Al-Maarij ayat 29-30


 “Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap
istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela.
11. Hadis riwayat At-Tirmidzi no 1173
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka
syaitan akan menghiasinya”.

12. Quran surat Al-a’raf ayat 22


“Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan
buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah
merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya
dengan daun-daun surga. Kemudian Rabb mereka
menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang
kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan
kepadamu, bahwa sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi kamu berdua ?
B. Batasan Aurat
1. Batas Aurat Laki-Laki
 Menurut Imam Nawawi, mengenai aurat laki-laki terdapat lima
pendapat dalam mazhab, namun yang tertulis dan dinilah shohih
kebenarannya sesuai dengan kitab yang ditulis oleh Imam Syafii
yaitu antara pusar dan lutut, namun pusar dan lutut bukanlah aurat
laki-laki. kemudian lebih lanjut dijelaskan pula, bahwa apabila
seorang laki-laki sedang shalat dan lututnya terlihat, maka shalat
laki-laki tersebut masih sah dan tidak batal.
 Terdapat hadist yang menjelaskan mengenai aurat laki-laki, Abu
Darda berkata bahwa, “Saya duduk dekat Nabi Muhammad SAW.
Kemudian Abu Bakar menghadap sambil mengangkat pakaiannya
sampai terlihat lututnya.” Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Sahabatmu ini sedang dalam pertikaian.” Kemudian Abu Bakar
mengucapkan salam. (Hadis Riwayat Bukhari Muslim).
 Darihadist tersebut dapat diketahui lebih jelas
bahwa lutut seorang laki-laki bukanlah aurat.
Walaupun begitu Rasul selalu menutup bagian
lututnya, hal ini dijelaskan pula pada hadis riwayat
Bukhari, berikut hadisnya.

 Dari Abu Musa Al-Asy’ari, Nabi Muhammad


SAW duduk pada suatu tempat yang ada airnya
dalam keadaan pakaiannya tersingkap hingga
sampai kedua lutut atau salah satu lutut beliau,
tatkala Utsman sudah datang, beliau menutupnya.
(HR. Bukhari).
2. Batas Aurat Perempuan

 Berbeda dengan laki-laki batasan aurat


perempuan lebih luas, beberapa berpendapat
bahwa muka dan telapak tangan adalah aurat
perempuan, sehingga harus ditutupi beberapa
berpendapat pula bahwa muka dan telapak
tangan bukan aurat dan tidak wajib ditutupi.
Hal tersebut bergantung pada mazhab apa
yang dianut oleh seorang muslim, sehingga
tidak bingung dalam menerapkannya.
 Menurut Imam Nawawi, aurat wanita adalah seluruh
badan selain wajah dan kedua telapak tangan. Beliau
mengatakan pula bahwa perempuan boleh
menunjukkan wajah serta kedua telapak tangan sampai
pergelangan tangannya, begitu pula ketika shalat.

 Haltersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Ibnu Hajar Al


Haitami, beliau mengatakan bahwa batas wajah yang
menjadi aurat perempuan dimulai dari tempat
tumbuhnya rambut sampai tempat bertemunya dua
rahang atau dagu yang menghadap ke depan,
sedangkan bagian bawah wajah atau dagu dan janggut
bukanlah termasuk dalam batasan aurat.
 Dijelaskan pula batas wajah secara horizontal yaitu
apa yang muncul atau terlihat (dhohir) di antara
dua telinga. Makna terlihat berarti yang berbentuk
fisik seperti hidung. Dari penjelasan tersebut, maka
menurut Ibnu Hajar wajah adalah sesuatu yang
tampak serta muncul di permukaan wajah dan tidak
termasuk dalam aurat yang wajib ditutupi.

 Penjelasantersebut merupakan batasan aurat yang


haram diperlihatkan kepada seseorang yang bukan
mahramnya, namun dalam islam diatur pula
batasan aurat yang tidak boleh diperlihatkan
kepada kerabat atau saudaranya.
 Menurut mazhab syafii dan hanafi aurat perempuan yang
tidak boleh diperlihatkan kepada kerabatnya adalah
antara pusar dan lututnya, namun menurut Mazhab
Hambali aurat perempuan yang tidak boleh diperlihatkan
kepada kerabatnya adalah seluruh badan selain wajah,
kepala, leher, tangan, kaki, serta betis.

 Berbeda dengan mazhab hanbali, menurut mazhab


Maliki aurat perempuan yang tidak boleh diperlihatkan
kepada kerabat adalah seluruh badan kecuali wajah,
kepala, leher serta kedua tangan dan kaki. Perbedaannya
terletak pada betis yang menjadi batasan aurat. Peraturan
mengenai batasan aurat perempuan dengan kerabat atau
saudara terebut juga merupakan batasan aurat perempuan
dengan sesama perempuan
C. MENYESUAIKAN DIRI DALAM
BERPAKAIAN
Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai karena pakaian
sopan dan menutup aurat adalah cermin seseorang itu Muslim yang
sebenarnya. Islam tidak menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk
dipakai, baik ketika beribadah atau di luar ibadat. Islam hanya
menetapkan bahawa pakaian itu mestilah bersih, menutup aurat, sopan
dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.

Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian


(untuk lelaki dan wanita) yaitu :

1. Menutup aurat
Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut.
Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah,
tapak tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud:
"Paha itu adalah aurat." (HR.Bukhari).
2. Tidak menampakkan tubuh
Pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak
memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja
menampak warna kulit, malah boleh merangsang nafsu orang
yang melihatnya.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Dua golongan ahli
neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan
memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi
memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai
pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga
kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk.Mereka tidak
masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau
syurga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh." (HR.Muslim)

3. Pakaian tidak ketat.


Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan
yang merangsang lawan jenis untuk bermaksiat.
4. Tidak menimbulkan perasaan riya.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Siapa yang melabuhkan
pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan
memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah
SAW bersabda bermaksud: "Siapa yang memakai pakaian yang
berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan
pada hari akhirat nanti." (Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu
Majah).

5. Lelaki, dan wanita berbeda.


Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai
oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan
hal ini dengan tegas sabdanya yang artinya: "Allah mengutuk
wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang
meniru pakaian dan sikap perempuan." (Bukhari dan Muslim).
Beliau SAW juga bersabda: "Allah melaknat lelaki berpakaian
wanita dan wanita berpakaian lelaki." ?(Abu Daud dan Al-Hakim).
6. Larangan pakai sutera.
ISLAM mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah
SAW bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera,
sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat
memakainya di akhirat." (Muttafaq 'alaih).

7. Memanjangkan pakaian.
Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak
syarak yaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher
dan juga dada. Allah berfirman bermaksud: "Wahai Nabi,
katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu
serta perempuan-perempuan beriman, supaya mereka
memanjangkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (ketika
mereka keluar rumah); cara yang demikian lebih sesuai untuk
mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan
itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha
Pengampun dan Maha Penyayang." ?(al-Ahzab:59).
8. Memilih warna sesuai.
Contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia
nampak bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi
pilihan Rasulullah SAW. Baginda bersabda bermaksud: "Pakailah
pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu
dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim).

9. Larangan memakai emas.


Termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah barang-
barang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya.
Bentuk perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita
namun pada hari ini ramai antara para lelaki cenderung untuk
berhias seperti wanita sehingga ada yang sanggup bersubang dan
berantai.
Semua ini amat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah
s.a.w. bersabda bermaksud: "Haram kaum lelaki memakai sutera
dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada wanita."

Anda mungkin juga menyukai