Anda di halaman 1dari 6

Jilbab sebagai bagian dari kewajiban berpakaian bagi muslimah dalam Islam

Jilbab berasal dari kata jalaba yang berarti mendatangkan. Jilbab adalah pakaian yang digunakan
wanita untuk menutupi kepala dan dada mereka.1 Jilbab adalah kerudung yang digunakan oleh wanita
muslimah untuk menutupi pakaiannya, jilbab bukan sebuah fashion dan fashion bukan bagian dari
jilbab. Menurut ensiklopedia hukum Islam jilbab diartikan sebagai sebuah jenis dari suatu pakaian
yang longgar dan berbentuk seperti baju kurung yang lapang hingga dapat menutupi kepala, muka dan
dada wanita muslimah. Hakikat jilbab adalah untuk melindungi keindahan yang dimiliki oleh wanita
muslimah.2

Pada dasarnya syariat Islam tidak secara langsung memberikan contoh model jilbab yang harus
digunakan oleh muslimah, namun dibawah ini merupakan syarat jilbab yang disesuaikan dengan
tuntunan Al-Quran yang mengatur tentang kewajiban menutup aurat, yaitu: 3

a. Jilbab harus dapat menutupi seluruh bagian aurat


b. Kain yang digunakan harus tebal sehingga rambut dan lekukan lehernya tidak kelihatan, jika
kain yang digunakan tipis maka tidak dapat menutupi aurat secara penuh dan tidak
menghalangi pandangan orang lain
c. Penggunaan jilbab tidak diniatkan untuk berhias dan menarik perhatian laki-laki namun
semata-mata karena menjalankan kewajiban sebagai wanita muslimah
d. Tidak diberi wewangian yang berlebihan.

Jilbab sebagai bentuk sesuatu yang di syariatkan dalam Islam untuk sepenuhnya para wanita
muslimah menutup seluruh auratnya dengan berbagai perbedaan pandangan ulama mengenai batasan
aurat yang harus ditutupi, seperti menurut: 4

a. Jumhur fuqaha seperti Madzhab Maliki, Syafi’i, yang mengatakan bahwa muka dan telapak
tangan bukanlah aurat wanita sehingga ketentuan penggunan pakaian dan jilbab hanya harus
menutupi selain daripada yang dikecualikan.
b. Salah satu pendapat di kalangan Madzhab Hambali yang mengatakan bahwa hanya muka saja
dari tubuh wanita yang tidak termasuk aurat.
c. Pendapat dari kalangan Madzhab Hanafi mengatakan bahwa muka, kedua telapak tangan dan
kaki tidak dikatakan sebagai aurat wanita.

1
Fikria Najitama, Jilbab Dalam Konstruksi Pembacaan Kontemporer Muhammad Syahrûr, Musâwa,
Vol. 13, No. 1, 2014, hal 10.
2
Bahrun Ali, Etika Berpakaian Dalam Islam: Tinjauan Busana Wanita Sesuai Ketentuan Islam, A
Berpakaian Dalam Islam (Bahrun Ali Murtopo), Vol. 1 No. 2 2017, hal 250.
3
Susanti, Eni, Konsep Jilbab Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Relevansinya Dengan Tujuan
Pendidikan Islam, Tarlim Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 4 No. 1 2021, hal 5-7.
4
Wijayanti, R. Jilbab Sebagai Etika Busana Muslimah Dalam Perspektif Al-Qur’an. Cakrawala:
Jurnal Studi Islam, 12(2), 2017, hal 166.
Tafsir Al-Ahzab ayat 59 tentang perintah memakai jilbab

Seorang wanita muslimah hendaknya melaksanakan setiap yang diperintahkan oleh Allah dan
Rasulullah yang mengatur mengenai pemakaian busana muslimah sebagai bentuk kewajiban bagi
semua wanita yang beriman. busana muslimah merupakan busana yang dapat menutup batasan aurat
muslimah sehingga auratnya tidak dengan mudah terlihat dan dipandang oleh orang lain dan dapat
mengundang kemaksiatan. Busana muslimah yang digunakan hendaknya telah memenuhi kreteria
seperti longgar, tebal hingga lekukan tubuh wanita tidak terlihat, tidak bermodel menyerupai laki-laki,
tidak menggunakan pakaian yang mencolok dan menggunakan perhiasan yang berlebihan hingga
mendapatkan perhatian dari yang melihat, tidak menggunakan pakaian yang bergambar makhluk
bernyawa dan memakai pakaian yang menyerupai orang nonIslam dengan tidak memperhatikan
tertutupnya aurat.5 Jilbab sebagai salah satu bentuk busana muslimah dan wajib bagi muslimah untuk
menggunakannya, seperti tertuang dalam surat Al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi:

‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّنِبُّى ُقل َأِّلْز َٰو ِج َك َو َبَناِتَك َو ِنَس ٓاِء ٱْلُم ْؤ ِمِنيَن ُيْد ِنيَن َع َلْيِهَّن ِم ن َج َٰل ِبيِبِهَّن ۚ َٰذ ِلَك َأْدَنٰٓى َأن‬
‫ُيْع َر ْفَن َفاَل ُيْؤ َذ ْيَن ۗ َو َك اَن ٱُهَّلل َغ ُفوًرا َّر ِح يًم ا‬
Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Penggalan ayat diatas memberikan gambaran spesifik tentang perintah yang ditujukan untuk
wanita muslimah agar selalu menggunakan jilbab karena seluruh tubuh wanita hakikatnya adalah
sebuah aurat yang wajib untuk ditutupi sehingga tidak cukup hanya menggunakan busana muslimah,
namun juga menutupi bagian kepala hingga dada dengan kain lain yang biasa disebut dengan jilbab.

Penjelasan ayat tersebut menurut Tafsir Al-Misbah, dikatakan bahwa sebelum turun ayat ini,
para wanita merdeka maupun budak tidak mempunyai perbedaan karena penampilan mereka yang
sama dan para lelaki sering menggoda dan mengganggu mereka yang dikira sebagai hamba sahaya.
Maka dari itu, ayat ini turun dikarenakan Allah ingin menyelamatkan dan mengangkat kehormatan
wanita muslimah. Perintah yang diberikan yaitu para wanita hendaklah mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka agar menjadikannya dikenal sebagai wanita muslimah yang merdeka dan
terhormat serta terhindar dari gangguan. 6 Kemudian, pada kata seluruh tubuh mereka, Nabi
memberikan pengecualian atas wajah dan telapak tangannya.

5
Kusmidi, H, Konsep Batasan Aurat Dan Busana Muslimah Dalam Perspektif Hukum Islam. El-Afkar:
Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis, 5(2), 2016, hal 102-103.

6
Muhammad Toyib, Kajian Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ahzab Ayat 59. Al-Ibrah, 3(1), 2018, hal 80.
Pandangan mengenai jilbab berbeda diantara para Ulama. Ibnu Asyur berpendapat bahwa
jilbab adalah sebuah pakaian yang lebih kecil dibandingkan dengan jubah, jilbab digunakan di kepala
wanita yang kedua sisi jilbab terulur di pipi hingga ke seluruh bahu, menutupi dada dan belakangnya.
Berbeda dengan pandangan Ali bin Abi Thalhah yang menyatakan bahwa jika seorang wanita
muslimah akan keluar rumah maka hendaknya menutupi kepala dan wajah mereka dengan jilbab
hingga hanya tampak kedua matanya saja. Dan menurut pendapat Al-Biqai jika yang dimaksudkan
adalah baju maka baju yang dapat menutup hingga tangan dan kakinya, jika konteks ayatnya
mengarah pada jilbab maka kain yang dapat terulur menutupi kepala, wajah hingga lehernya dan jika
maknanya adalah pakaian yang menutupi baju maka haruslah dibuat longgar sehingga menutupi
seluruh badan dan pakaian. 7

Perbedaan pendapat tersebut bukanlah sebuah kesalahan karena sejatinya menggunakan jilbab
yang sesuai dengan kriteria umum penggunaannya merupakan usaha untuk manaati syariat agama,
menjaga dan mengangkat kemuliaan wanita dan dijadikan sebagi sebuah pembeda diantara wanita
nonIslam. Pada akhir ayat dinyatakan bahwa Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang, yang
dipahami oleh Al-Biqai sebagai bentuk pengampunan bagi wanita muslimah yang belum
menggunakan jilbab untuk menutupi auratnya selama mereka telah sadar atas kesalahannya dan
berusaha untuk melaksanakan perintah dan petunjuk Allah tersebut.

Perkembangan zaman yang semakin modern, tentunya pakaian hingga jilbab mempunyai
berbagai macam model, akan tetapi bukan sebuah masalah jika pakaian dan jilbab yang dipakai
menutup aurat sesuai kriteria dan etika dalam berbusana muslimah sehingga tidak sedikitpun tampak
didepan orang-orang yang bukan mahramnya. Kecuali, terbuka karena terkena angin atau hal-hal
diluar kendali kita, maka seseorang yang melihatnya hanya diberikan toleransi pada pandangan
pertama dan kemudian segera mengalihkan perhatiannya pada hal lain.

Jilbab sebagai identitas muslimah

Menutup aurat merupakan sebuah tanda jiwa wanita muslimah tersebut suci dan tidak hilang
rasa malunya, jika seorang wanita muslimah masih dengan mudah memperlihatkan auratnya di depan
orang lain, maka itu sebagai tanda hilangnya rasa malu dan matinya kepribadian sebagai seorang
muslimah karena dengan mudahnya setan akan menghasut wanita muslimah untuk dapat membuka
pakaian yang telah menutupi aurat dan membalut kehormatan mereka. Sehingga seorang wanita
muslimah tentu diwajibkan untuk menutup auratnya dengan pakaian dan jilbab yang sesuai syariat
Islam untuk memberikan identitas atau sesuatu yang menggambarkan dirinya sebagai seorang
muslimah.8 Selain itu, wanita muslimah menggunakan busana muslimah dan jilbab merupakan sebuah
usaha untuk menghindarkan diri dari pelecehan karena lekukan tubuh Wanita yang terlihat merupakan
7
Umar Sidiq, Diskursus Makna Jilbab Dalam Surat Al-Ahzab Ayat 59: Menurut Ibnu Kathir Dan M.
Quraish Shihab. Kodifikasia, 6(1), hal 172-173.
sebuah godaan bagi laki-laki. Wanita muslimah yang dengan rela memperlihatkan keindahan
tubuhnya maka dia telah mengalami sebuah “tragedy keimanan” atau masalah keimanan yang
ditunjukkan dengan tidak dilaksanakannya perintah Allah walaupun hal tersebut untuk kebaikan
dirinya sendiri. 9

Dalam ajaran Islam penggunaan jilbab oleh wanita Islam tidak hanya memberikan identitas
bagi yang menggunakannya namun juga dapat mencabut akar dari kemrosotan moral karena berupaya
dalam menutup pergaulan bebas. Ketika seorang wanita muslimah keluar menggunakan jilbab maka
dia telah menunjukkan kemuliaan dan kehormatan dirinya.10

Berbagai motif penggunaan jilbab

Jilbab tentu digunakan sebagai bentuk pemberian identitas pada wanita muslimah, juga dapat
dikatakan sebagai simbol keyakinan dan kedalaman agama seseorang. Namun, dalam kenyataannya
penggunaan jilbab memiliki berbagai motif yang berbeda, diantaranya yaitu: 11

a. Menggunakan jilbab dengan motif teologis

Seorang wanita muslimah yang menggunakan jilbab karena menaati perintah Allah
atas kewajiban berjilbab maka dalam penerapannya juga disesuaikan dengan standar syariat
seperti menggunakan jilbab yang menutupi kepala hingga dadanya bahkan bila perlu dapat
menutupi seluruh tubuhnya.

b. Menggunakan jilbab dengan motif psikologis

Seorang wanita muslimah menggunakan jilbab bisa tanpa memandang karena adanya
kewajiban berjilbab didalam syariat Islam, namun karena sebuah budaya dan kebiasaan yang
jika ditinggalkan akan merasa tidak tenang dan berbeda dari yang lainnya. Dalam
penggunaannya mungkin saja tidak terlalu memperhatikan kriteria jilbab yang benar

c. Menggunakan jilbab dengan motif modis

Dalam hal ini jilbab hanya dipandang sebagai bentuk sebuah fashion. Seseorang yang
menggunakan jilbab dengan alasan hanya untuk gaya, karena menurut mereka jilbab dapat
menutupi kekurangan tubuh ataupun menarik perhatian orang lain atau mungkin
menggunakannya tanpa alasan hanya karena ingin saja. Pada motif ini, penggunaan jilbab

8
Didah Hamidah, Implikasi Pendidikan dari Quran Surat Al-Ahzab Ayat 59 tentang Perintah Menutup
Aurat terhadap Etika Berbusana dalam Islam. In Bandung Conference Series: Islamic Education (Vol. 2, No. 2
hal 335.
9
Sitti Arafah, Jilbab: Identitas Perempuan Muslimah Dan Tren Busana. Mimikri, 5(1), 2019, hal 37.
10
Ahmad Suhendra, Kontestasi Identitas Melalui Pergeseran Interpretasi Hijab Dan Abstrak Jilbab
Dalam Al Qur’an. Palastren: Jurnal Studi Gender, 6(1), 2016, hal 14.
11
Dadi Ahmadi dan Nova Yohana,Konstruksi jilbab sebagai simbol keislaman. MediaTor (Jurnal
Komunikasi), 8(2), 2007, hal 244.
tidak dilakukan sesuai syariat Islam karena kebanyakan tetap mengenakan pakaian yang ketat
namun tetap setia berjilbab.
Ahmadi, D., & Yohana, N. (2007). Konstruksi Jilbab Sebagai Simbol Keislaman. Mediator (Jurnal
Komunikasi), 8(2).
Arafah, S. (2019). Jilbab: Identitas Perempuan Muslimah Dan Tren Busana. Mimikri, 5(1).
Hamidah, D., Saepudin, A., & Rasyid, M. (2022, August). Implikasi Pendidikan Dari Quran Surat Al-
Ahzab Ayat 59 Tentang Perintah Menutup Aurat Terhadap Etika Berbusana Dalam Islam. In
Bandung Conference Series: Islamic Education. Vol. 2, No. 2.
Kusmidi, H. (2016). Konsep Batasan Aurat Dan Busana Muslimah Dalam Perspektif Hukum Islam.
El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir Hadis, 5(2).
Murtopo, B. A. (2017). Etika Berpakaian Dalam Islam: Tinjauan Busana Wanita Sesuai Ketentuan
Islam. Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan, 1(2).
Najitama, F. (2014). Jilbab Dalam Konstruksi Pembacaan Kontemporer Muhammad Syahrûr.
Musãwa Jurnal Studi Gender Dan Islam, 13(1).
Sidiq, U. (2010). Diskursus Makna Jilbab Dalam Surat Al-Ahzab Ayat 59: Menurut Ibnu Kathir Dan
M. Quraish Shihab. Kodifikasia, 6(1).
Suhendra, A. (2016). Kontestasi Identitas Melalui Pergeseran Interpretasi Hijab Dan Abstrak Jilbab
Dalam Al Qur’an. Palastren: Jurnal Studi Gender, 6(1).
Susanti, S., & Fahyuni, E. F. (2021). Konsep Jilbab Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Relevansinya
Dengan Tujuan Pendidikan Islam. TARLIM: JURNAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, 4(1).
Toyyib, M. (2018). Kajian Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ahzab Ayat 59. Al-Ibrah, 3(1).
Wijayanti, R. (2017). Jilbab Sebagai Etika Busana Muslimah Dalam Perspektif Al-Qur’an.
Cakrawala: Jurnal Studi Islam, 12(2).

Anda mungkin juga menyukai