Pendahuluan
Ketika dunia dipukau tren halal fashion, maka kita dalam posisi siap siaga
mengambil semua peluang yang tersaji. Ceruk halal fashion memang sedemikian
menjanjijkan. Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia
dimana 87,17 persen atau sebanyak 209,12 juta jiwa penduduknya beragama islam.
Besarnya populasi muslim di Indonesia menjadi dasar untuk mengembangkan
perekonomian terutama sektor syariah. Perekonomian syariah sejatinya tidak terbatas
pada sektor keuangan syariah saja melainkan mencakup industri halal. Pengembangan
industri halal menjadi prospek yang menjanjikan karena kebutuhan akan produk-produk
halal sangat besar di Indonesia.
1
sebuah produk fashion yang memiliki inovasi baru dalam pengembanganya untuk dapat
dikembangkan generasi muda yang diharapkan menjadi penerus kebudayaan Melayu.
Tenun Siak yang dulu hanya dipakai oleh orang-orang kerajaan, sekarang telah dipakai
oleh masyarakat luas. Akan tetapi, saat ini telah dikembangkan menjadi berbagai varian
seperti seragam, dekorasi, maupun aksesoris dalam upaya pemerintah menghidupkan
kembali kerajinan ini. (Dewan Kerajinan Nasional Daerah Riau, Khazanah Kerajinan
Melayu Riau, 2015).
Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai strategi
pengembangan halal fashion yang dalam hal ini adalah baju kurung melayu riau agar
dapat menggapai seluruh wilayah di provinsi riau. Selain itu penulis juga berharap bahwa
kelak baju kurung melayu menjadi kiblat fashion muslim di Indonesia dan mampu
meningkatkan ekonomi masyarakat. Melalui berbagai perspektif tersebut, gagasan
penulis akan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah populer dengan judul
“Pengembangan Halal Fashion Melalui Tenun Siak Upaya Penguatan
Kesejahteraan Masyarakat”.
2
B. Urgensi Halal Fashion Dalam Islam
Secara bahasa, Halal berasal dari kata halla yang berarti melepaskan atau
membebaskan (Munawwir, 1997). Sedangkan secara istilah, kata halal bermakna hal-hal
yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-
ketentuan yang melanggarnya (Mas’adi, 1999). Adapun lawan dari kata halal adalah
haram. Haram dapat diartikan segala sesuatu yang dilarang untuk dikerjakan dan harus
dihindari.
Definisi fashion adalah gaya pakaian yang populer di suatu budaya atau
merupakan suatu mode. Fashion pada dasarnya berasal dari bahasa Inggris, yang berarti
model, mode, metode, gaya atau bentuk kebiasaan. Fashion adalah gaya berpakaian yang
dipakai setiap hari oleh seseorang, baik itu kehidupan sehari-hari dirumah maupun acara
tertentu dengan tujuan untuk menunjang penampilan.
Dalam konteks halal dan haram, perlu ditekankan bahwa hukum asal segala
sesuatu yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah, tidak ada satupun yang haram
kecuali jika ada nas yang sah dan tegas dari Allah dan Rasul yang mengharamkannya.
Dengan demikian kategori haram dalam syariat Islam itu sangat sempit sedangkan
kategori halal sangat luas. Allah swt berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 168:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Ayat tersebut menjelaskan kepada manusia untuk mengkonsumsi segala yang
halal saja termasuk persoalan pakaian. Pakaian adalah produk budaya, sekaligus tuntutan
agama dan moral (Shihab, 2004). Terdapat dua tujuan dari berpakaian, yaitu tujuan
primer dan tujuan sekunder. Tujuan primernya adalah sebagai alat untuk menutup aurat,
sedangkan tujuan sekundernya adalah sebagai perhiasan.
a. Pakaian sebagai penutup aurat
3
Pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki batasan aurat. Kewajiban
untuk menutup aurat sebagaimana yang terdapat pada Q.S al-A’raf ayat 26
berbunyi :
4
Setelah mengetahui tujuan dari berpakaian, maka perlu juga diperhatikan
mengenai halal haram berpakaian. Kriteria halal dan haram dalam berpakaian dapat
dirangkum sebagai berikut:
"Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku
lihat. (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya
untuk memukul orang. (2) Wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga dengan
bertelanjang (karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis atau tembus
pandang, terlalu ketat, atau pakaian yang merangsang pria karena sebagian
auratnya terbuka), berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka
merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut
tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau
surga itu dapat tercium dari begini dan begini." (HR. Muslim 3971).
b. Pakaian tasyabbuh
5
perempuan dan bergitupun sebaliknya. Dalam hadits, rasulullah saw
bersabda:
َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل َلَع َن َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم الَّرُج َل َيْلَبُس ِلْبَس َة اْلَم ْر َأِة َو اْلَم ْر َأَة َتْلَبُس
ِلْبَس َة الَّرُجل
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat laki-laki yang
memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki."
(HR.Abu Dawud No.3575).
Namun, apabila pakaian tersebut umum dikenakan oleh laki-laki
dan perempuan, maka tidak ada larangan untuk menggunakannya. Adapun
tujuan larangan ini adalah untuk mejaga kodratnya manusia.
c. Pakaian syuhrah
Pakaian syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk
meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal,
yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya,
maupun pakaian yang bernilai rendah, yang dipakai oleh seseorang untuk
menampakkan sikap riyanya. Nabi Muhammad saw bersabda :
6
dari Abu Awanah, "lalu akan dilahab oleh api neraka." Telah menceritakan
kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Awanah ia
berkata, "Yaitu baju kehinaan." (HR.Abu Dawud 3511)
d. Haramnya memakai pakaian yang shama’ dan ihtiba’ dengan satu kain
Hukum menutup aurat adalah wajib bagi setiap umat muslim di dunia.
Namun, allah melarang makhluknya untuk menutup seluruh tubuhnya termasuk
telapak tangan dan wajah.hal ini dapat dilihat pada hadits berikut:
“Dan dari Abu Musa, bahwa Nabi saw. Bersabda: dihalalkan emas dan
sutera bagi perempuan dari umatku; dan diharamkannya atas laki-laki dari
umatku.” (HR Ahmad, Nasa‟i, dan Tirmidzi)
“dari umar bin khattab ra., ia berkata: saya mendengar rasulullah saw
berabda: sesungguhnya orang yang memakai kain sutera di dunia adalah orang
yang tidak akan mendapat bagian kelak di akhirat”
7
Fashion di Indonesia semakin hari kian berkembang. Hal ini dapat dilihat dari
nilai ekspor produk fashion dalam negeri yang kian meningkat dari 10,48 persen, yaitu
dari US$ 11,28 miliar pada 2012, menjadi US$ 16,24 miliar hingga akhir 2016.
Sementara itu, selama bulan Januari hingga Juni 2017, transaksi ekspor fashion yang
sudah terbukukan sebesar US$ 7,9 miliar atau setara Rp. 102,7 triliun (kurs Rp13 ribu).
Negara tujuan ekspor produk-produk fashion Indonesia tersebut di antaranya, Amerika
Serikat, Swiss, Jepang, Singapura, dan Jerman. Berbanding lurus dengan hal tersebut,
perkembangan industry halal fashion juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2017,
halal fashion turut menyumbang $20 milyar untuk perekonomian Indonesia dan
meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya $13,5 milyar.
Riau adalah salah provinsi yang terletak di pulau sumatera dan memiliki kultur
budaya melayu yang kental dan segala sesuatu dilandaskan pada syariat islam. Daerah ini
cukup strategis karena terletak di jalur perdagangan internasional Selat Malaka yang
dekat dengan Malaysia dan singapura serta berada di segitiga pertumbuhan ekonomi tiga
negara, Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Riau juga menjadi penghubung dari berbagai
provinsi di Pulau Sumatera, seperti Sumatera Barat, Jambi, serta Sumatra Utara.
Tidak hanya lokasi yang strategis, riau juga mempunyai banyak peluang bisnis
yang dapat dikembangkan, salah satunya di bidang busana. Busana merupakan simbol
budaya yang menandai sebuah perkembangan, akultrasi, dan kekhasan suatu budaya
tertentu. Busana dapat pula menjadi penanda bagi pemikiran di dalam masyarakat,
termasuk busana Melayu Riau. Busana Melayu Riau dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan fungsinya. Ada beberapa jenis busana Melayu Riau, yaitu busana harian,
busana resmi, busana upacara adat dan busana upacara perkawinan (Jamil, 2005).
8
1. Fungsi busana melayu riau
Ada beberapa fungsi dari pakaian melayu, yaitu sebagai pelindung diri
dari aib (syarak), sebagai pelindung diri dari dingin dan panas, menggambarkan
nilai-nilai yang tertuang dari motifnya serta sebagai karya seni. Dari fungsi
tersebut, orang melayu berpakaian sesuai adat dan ketentuan yang mengatur
corak, warna, bentuk, tata cara pakai sertta waktu penggunaanya.
a. Busana harian
b. Busana dewasa
Busana harian untuk laki-laki dewasa adalah busana kurung cekak musang
atau teluk belanga. Busana untuk anak laki-laki yang selalu membantu orang
tuanya, jika memakai busana kurung tersebut selalu dilengkapi kain samping
berupa sarung pelekat, kopiah atau ikat kepala, dan jika memakai celana lima jari
dari lutut, kain samping tetap di pinggang, pakai kopiah atau ikat kepala dari kain
segi empat untuk pergi ke ladang, ke sawah, maupun ke laut. Sedangkan busana
yang dikenakan perempuan dewasa bernama kurung laboh, busana kebaya
pendek, busana kurung tulang belut.
9
c. Busana anak-anak
Busana anak laki-laki disebut dengan baju monyet, dan ketika dewasa
dipakaikan busana kurung teluk belanga atau cekak musang. Sedangkan anak
perempuan memakai busana kurung teluk belanga yang dipadukan dengan kain
yang bermotif bunga atau satu warna.
10
e. Busana upacara perkawinan
Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki kebudayaan Melayu yang
masih terjaga hingga kini. Salah satu kain yang memiliki ciri khas budaya Melayu yaitu
Tenun Siak, telah ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda pada tahun 2013 oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Tenun Siak pertama kali
dikembangkan di Kesultanan Siak pada abad 18 oleh seorang pengrajin yang berasal dari
Kerajaan Trengganu pada masa Kerajaan Siak diperintah oleh Sultan Sayid Ali. Seorang
wanita bernama Wan Siti Binti Wan Karim dibawa ke Siak Sri Indrapura, beliau adalah
seorang yang cakap dan terampil dalam bertenun dan beliau mengajarkan bagaimana
bertenun kain songket.
11
kreatif. Perancang busana harus mampu menciptakan busana melayu dengan tetap
berlandas terhadap kriteria busana syar’I, mulai dari bentuk busana hingga motif busana
melayu yang dibuat. Tidak hanya perancang, penjahit juga harus memiliki keterampilan
untuk menjahit pakaian yang rapi sehingga dapat memuaskan konsumen. Tidak hanya
itu, pemilik usaha juga harus mempertimbangkan untuk melengkapi pakaian tersebut
dengan berbagai aksesoris seperti kain samping sebagai pelengkap baju cekak musang
ataupun membuat tanjak melayu riau.
2. Branding
Branding adalah segala usaha guna menciptakan sebuah brand. Branding
merupakan salah satu kunci utama kesuksesan sebuah bisnis. Branding akan membuat
merek dagang dapat dikenal dengan mudah. Tidak hanya itu, branding akan membuat
kepercayaan masyarakat terhadap suatu merek meningkat sehingga dapat
memaksimlakan pemasaran merek itu sendiri.
3. Membangun jejaring Kerjasama dengan pemerintah dan swasta
Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan
pengembangan halal fashion. Untuk mensukseskannya, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh pemerintah, di antaranya adalah dengan memberikan pelatihan terkait
proses pembuatan sertta pemasaran busana melayu. Serta memberlakukan peraturan hari
wajib busana melayu di setiap instansi yang ada di provinsi riau.
Pemerintah Riau dan csr perusahaan bumn, bumd maupun lembaga filantropi
islam seperti BAZNAS, Dompet Dhuafa, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Rumah zakat, dsb
juga dapat memberikan kemudahan berupa penyediaan modal usaha tanpa bunga.
12
Pembangunan pusat pengembangan busana melayu riau dilakukan guna
meningkatkan kemudahan usaha serta dapat menarik para investor untuk berinvestasi
pada usaha busana melayu.
7. Digitalisasi ekonomi
E. PENUTUP
Halal fashion melalui tenun siak menjadi salah satu solusi yang dipergunakan untuk
menghadapi persaingan ekonomi pada era global serta dapat berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat. Indonesia adalah Negara dengan mayoritas populasi
1
PO Abas Sunarya, Sudaryono, Asep Saefullah, Loc,cit, hlm. 226-227
13
masyarakatnya adalah islam. Banyaknya muslim di Indonesia, menjadi peluang untuk
peningkatan ekonomi khususnya sektor syariah. Hal ini ditandai dengan berkembangnya
produk halal setiap tahunnya, seperti perkembangan halal fashion. Halal fashion merupakan
pakaian yang menerapkan syariat islam serta memenuhi kriteria halal pakaian.
Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki populasi masyarakat dengan
mayoritas agama islam adalah provinsi riau. Riau memiliki beberapa keunggulan yaitu lokasi
yang strategis, kultur budaya melayu yang kental. Untuk mengembangkan halal fashion
melalui tenun siak di riau, maka diperlukan strategi di antaranya adalah dengan
meningkatkan kualitas SDM dibidang busana, melakukan branding busana melayu,
melakukan kerjasama dengan pemerintah, bantuan penyediaan modal usaha, distributor yang
ada disetiap provinsi, membangun pusat pengembangan busana melayu riau, serta digitalisasi
ekonomi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Farhan, Mohd. 2004. Multikulturalisme: Tantangan Global Masa Depan. Semarang : Kanisius.
Kautsary, Jamila. 2009. Cerita Inspiratif Traveler Muslim Terkenal. Jakarta : PT. Grasindo.
Madjid, Nurcholis. 2014. Traveling Sesuai Ajaran Islam. Jakarta : Salemba Empat.
Rusdi, Dedi. 2015. Pengembangan Desa Wisata Melalui Komunitas Pariwisata. Surakarta :
Setia Purna Inves.
15
http://www.jawapos.co diakses pada hari rabu tanggal 17 Juli 2019.
16