Anda di halaman 1dari 13

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya hanturkan kehadirat Allah Swt.yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang “Pentingnya menutup aurat bagi
santriwati kelas XII IIS “ Tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada guru dan
pembimbing saya yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tidak akan maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya dengan renda hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini dapat memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk para pembaca.

Lubuklinggau, Januari 2023

Anzea Lilla Mafina

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini di ajukan untuk memenuhi salah satu persaratan guna mamperoleh ijazah Diniyah
Ulya di jurusan Ilmu Pengetauan Sosial (IPS).

Nama peserta didik :Anzea Lilla Mafina

Kelas : XII IIS

Judul : Pentingnya Menutup Aurat Bagi Kalangan Santriwati Kelas XII IIS

Disetujui oleh:

Guru pembimbing I Guru Pembimbing II

M.salim, S.pd.i Amir Basyit, S.pd.

MENGETAHUI

KEPALA SEKOLAH SMA AL-IKHLAS

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

LEMBAR PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

2.1.Rumusan Masalah 1

3.1.Tujuan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1.kewajiban menutup aurat 2

2.2 Batasan aurat wanita dihadapan muhrim 4

2.3 Pakaian rasulullah saw 6

BAB III PENUTUP 8

3.1.Kesimpulan 8

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi pakaian terutama sebagai penutup aurat, sekaligus sebagai perhiasan, memperindah
jasmani manusia. Agama Islam memerintahkan kepada setiap orang untuk berpakaian yang baik
dan bagus. Baik berarti sesuai dengan fungsi pakaian itu sendiri, yaitu menutup aurat, dan bagus
berarti cukup memadai serasa sebagai perhiasan tubuh yang sesuai dengan kemampuan si
pemakai untuk memilikinya. Untuk keperluan ibadah misalnya untuk shalat dimasjid, kita
dianjurkan memakai pakaian yang baik dan suci. Berpakaian dengan mengikuti muda yang
berkembang saat ini, bukan merupakan halangan, sejauh tidak menyalahi fungsi menurut Islam.
Namun demikian kita diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan. Berpakaian bagi kaum wanita
mukimn telah digariskan oleh Al-Qur’an adalah menutup seluruh auratnya. Hal tersebut selain
sebaya identitas mukminah juga menghindari diri dari gangguan yang tidak diinginkan pada
dasarnya pakaian muslim tidak menghalangi pemakaiannya untuk melakukan kegiatan sehari-
hari dalam bermasyarakat. Semuanya kembali kepada niat si pemakainya dalam melaksanakan
ajaran Allah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kewajiban menutup aurat ?


2. Bagaimana batasan aurat wanita dihadap muhrim dan bukan muhrim ?

1.3 Tujuan

Supaya santriwan santriwati pentingnya menutup aurat

Supaya santri tau batasan aurat dihadapan yang muhrim dan bukan muhrim

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kewajiban Menutup Aurat

Firman Allah dalam surat Al-Ar’af : 26

Artinya :

“Wahai anak cucu adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi
auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik.
Demikianlah sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.”

Dengan berdasarkan ayat ini, maka seseorang itu wajib menutup aurat sewaktu shalat. Karena itu
tidak sah shalat seseorang itu tanpa menutup aurat selagi ia sanggup (kuasa). Dan menutup aurat
itu mutlak wajib (fardhu).

Menutup aurat adalah dengan menggunakan kain atau pakaian yang berfungsi sebagai
penghalang (penghambat) pandangan terhadap aurat terbuka. Dengan demikian kain yang tipis,
tembus pandang atau yang berlubang-lubang sudah barang tentu tidak dapat dikategorikan
sebagai menutup aurat. Begitu pula pakaian yang terlalu tipis (ketat) sehingga tampak lokuk-
lokuk anggota tubuhnya. Tidaklah dibenarkan dalam ajaran agama Islam sebagai penutup aurat.
Dan menutup aurat adalah termasuk ciri khusus umat Islam dengan umat pemeluk agama
lain. Makalah tentang Aurat Wanita

Kita terkadang banyak menemukan pakaian panjang. Akan tetapi, pakaian tersebut terlihat
sempit sehingga mempertontonkan seluruh bagian dan lakukan tubuh. Sekarang kita beralih
kepenutup wajah. Menurut Syaikh Mutawall (2009 : 23) agama tidak mewajibkan seorang

2
perempuan muslimah untuk mempergunakan penutup wajah. Juga tidak melarangnya seandainya
ada yang hendak mempergunakannya. Oleh karena itu bagi orang-orang yang tidak setuju
dengan mereka yang mempergunakannya, maka tidak pantas untuk menolaknya.

2.1.1 Aurat Wanita Dalam Shalat

Seorang wanita muslimah yang telah baligh hendaknya menyediakan pakaian shalat. Pakaian
shalat bagi seorang wanita bisa berupa gaun atau baju kurung yang cukup panjang, yang dapat

dan kedua telapak tangan.

2.1.2. Aurat Wanita Di luar Shalat

Kalau aurat wanita dalam shalat itu para fuqaha telah sepakat menyatakan sekujur badan
kecuali muka dan telapak tangan. Maka aurat wanita diluar shalatnya juga seperti dalam shalat
jikalau berhadapan dengan selain muhrim, karena memang demikianlah konsep agama Islam
dalam mengatur dan menganjurkan cara berbusana wanita muslimah diluar rumah atau ketika
berhadapan dengan laki-laki lain yang bukan muhrimnya. Dan disamping itu perlu diingat,
sepakat atas kebolehannya memperlihatkan wajah dan kedua telapak tangan kepada selain
muhrim, namun apabila dikhawatirkan akan dapat menimbulkan menutup, kedua kaki sampai
tumit, bisa juga memakai mukenah yang cukup lebar, panjang dan tebal. Dengan demikian
pakaian shalat bagi seorang wanita harus bisa menutup aurat. Aurat wanita (semua anggota
tubuhnya) kecuali muka dan telapak tangan.

Bahwa wanita itu tidak boleh menampakkan bagian-bagian tubuh yang biasa diberi
perhiasan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dengan demikian bahwa pakaian wanita
dalam shalat harus memakai pakaian yang bisa menutup dari kepala sampai keujung kaki (tumit),
maka dalam hal ini bentuk pakaiannya bisa berupa mukenah, baju kurung dan sebagainya :
pokoknya bisa menutup dari kepada sampai ketumit yang kelihatan hanya muak fitnah. Maka
wajah dan telapak tangan tu pun wajib ditutupi / dirahasiakan dengan menanamkan akidah yang
kuat. Demikianlah Allah yang lebih Maha Tahu.

2.1.3.Siapakah yang disebut dengan muhrim?

3
Muhrim menurut artinya adalah yang diharamkan, dalam istilah ilmu fiqih wanita yang
diharamkan untuk dikawini dengan sebab ada hubungan keturunan / pertalian darah, karena
sepersusunan, karena perkawinan dan sebagainya. Selanjutnya siapa sajakah laki-laki yang
tergolong laki-laki muhrim bagi seorang wanita. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam
surah An-Nur ayat 31

Artinya :

“… Dan janganlah perempuan menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau
putra-putri mereka atau putra-putri suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putra-putri
saudara laki-laki mereka atau putra-putri saudara perempuan mereka atau wanita-wanita Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pula yang laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita …”

2.2. Batasan Aurat wanita dihadapan muhrim

Imam Al-Qurtuby mengatakan tingkatkan para muhrim itu berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya ditinjau dari segi hubungan pribadi secara manusiawi. Kalau seorang wanita
dihadapkan suaminya bolehkah membuka / menampakkan semua perhiasannya, bahkan boleh
bertelanjang bulat. Apakah tingkah laku yang demikian itu harus ditampakkan dihadapan saudara
laki-lakinya? Anak tirinya? Kami rasa tidaklah demikian, kita harus pandai-pandai menjaga diri
dan tidak terlalu bebas untuk menampakkan perhiasan kita.

MADZHAB MALIKI ; Dalam madzhab ini bahwa aurat wanita dihadapan laki-laki para muhrim
ialah sekujur tubuh wanita itu kecuali muka dan ujung-ujung anggota tubuh, seperti kepala
kedua-dua tangan dan kaki.

MADZHAB HANBALI ;  Dalam madzhab ini dikatakan bahwa aurat wanita dihadapan para
muhrim ialah sekujur tubuh kecuali muka, keduk, kepala, dua tangan, kaki dan betis.

Mereka ini tidak berbeda pendapat tentang aurat wanita dihadapan sesama wanitanya, baik yang
muslimah dan yang bukan muslimah. Tidak haram bagi wanita muslimah tubuhnya terbuka
dihadapan mereka.

4
2.2.1. Batasan aurat wanita dihadapan bukan muhrim

Golongan selain muhrim yang kami sebutkan diatas dinamakan “ajnab” (orang asing), yaitu
orang-orang yang tidak tersebut dalam golongan orang-orang yang haram manakah dengan
wanita tersebut untuk selama-lamanya. Jadi muhrim kebalikannya bukan muhrim (orang ajnab).

Selanjutnya kembali kepada permasalahan diatas yaitu sampai dimanakah batasan aurat seorang
wanita dihadapan laki-laki yang bukan muhrim itu?

Dalam hal ini ada dua pendapat yaitu :

1. Pendapat pertama menyatakan bahwa wanita itu seluruhnya adalah aurat, mulai dari
ujung rambut sampai ke ujung kaki. Tidak ada perhiasan yang boleh tampak kecuali
pakaiannya saja.
2. Pendapat kedua mengatakan bahwa aurat wanita dihadapkan bukan muhrim adalah muka
dan kedua telapak tangan. Jadi kedua anggota tersebut yang boleh ditampakkan.

Dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini seseorang tidaklah bisa hidup bersendirian tanpa
memerlukan bantuan tangan orang lain mengurung diri dirumah untuk selama-lamanya. Suatu
saat ia harus keluar rumah berhadapan dengan khayalak sama, misalnya ke pasar, pusat
perbelanjaan, supermarket, ke rumah sakit, ke pengadilan untuk menjadi saksi dan sebagainya.
Di saat itulah yang penting bagi seorang wanita muslimah harus pandai menjaga kekacau mata
diri, menjaga pandangan (artinya pandangannya harus senantiasa ditundukkan, di samping itu
pakaian yang dikenakannya harus pakaian yang identitas Islam (busana muslimah). Dengan cara
demikian Insya Allah kita terhindar dari berbagai macam fitnah.

2.2.2 Busana Muslimah dan Syaratnya

Pakaian wanita muslimah ketika diluar rumah adalah dengan menggunakan Jilbab yaitu pakaian
yang bisa menutup seluruh tubuh sejak dari kepada ke kaki atau menutup sebagian besar tubuh

5
dan di pakai pada bagian luar sekali seperti halnya muka dan telapak tangan. Sebab muka dan
telapak tangan Menurut Jumhur Fuqaha tidak termasuk aurat, dengan syarat apabila dirasa aman
dari fitnah.

Syekh Muhammad Nashiruddin Albani telah menguraikan (memerinci) syarat-syarat tertentu


pakaian jilbab sebagai pakaian wanita muslimah yang terdapat dalam kitabnya HIJABUL MAR-
ATIL MUSLIMAH FIL KITAABI WAS-SUNNAH, sebagai berikut :

1. Pakaian itu dapat menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan
2. Jenis kainnya harus tebal, yang tidak tembus pandang, sehingga warna kulitnya tidak bisa
dilihat dari luar.
3. Lapang, tidak sempit (ketat), sehingga masih bisa menampakkan bentuk tubuh yang
ditutupinya.
4. Tidak menyerupai pakaian laki-laki
5. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
6. Tidak terlalu menyolok warnanya sehingga menarik perhatian orang yang
memandangnya.
7. Tidak ada hiasan pada pakaian itu sendiri.

2.3 Pakaian Rasulullah SAW

Nabi Saw biasa mengenakan gamis sebagai pakaian yang paling beliau suka. Lengan gamis
tersebut hingga batas pergelangan tangan. Beliau juga pernah mengenakan jubah dan pakaian
sejenis mantel. Dalam Shahihul Bukhari terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa Nabi
Saw melarang pakaian-pakaian yang terbuat dari sutra bagi laki-laki dan tidak apa-apa dikenakan
kaum wanita.

Diantara hukum-hukum dan adab-adab yang terpenting berkaitan dengan gamis adalah :

1. Hendaknya lengan gamis hingga mencapai pergelangan betis


2. Hendaknya panjang gamis hingga pertengahan betis
3. Hendaknya berwarna putih

6
4. Dilarang memanjangkan melebihi mata kaki dan menjulurkannya ke tanah dengan sikap
ujub dan sombong. Hal itu bagi kaum laki-laki saja.

Dari Sa’d Ra, ia berkata, “pada perang uhud, aku melihat disamping kanan dan kiri Nabi Saw
ada dua orang laki-laki yang mengenakan baju putih yang belum pernah aku lihat sebelum dan
sesudahnya.

Al-Hafizh mensyarah hadits diatas dalam kitab Al-Fath x : 295. Ahmad dan penulis kitab sunnah
telah meriwayatkan sebuah hadits yang dishahikan oleh Hakim berupa hadits Samurah yang ia
marfukan sampai kepada Nabi Saw. “Hendaklah kalian senantiasa mengenakan pakaian putih
karena ia lebih baik dab lebih suci. Kafanilah orang-orang yang meninggal diantara kalian
dengannya.” Kemudian, Al-Hafizh melanjutkan, “Adapun dalam hadits sa’d, yakni saad bin Abi 
Waqqa Ra, yang telah disebutkan dimuka, disebutkan nama kedua orang tersebut, yaitu : Jibril
dan Mikail. Bagi yang mengira bahwa salah satunya adalah Israfil, maka ia telah keliru.

7
BAB III
PENUTUP
.3.1 Kesimpulan

1. Menutup aurat adalah dengan menggunakan kain atau pakaian yang berfungsi sebagai
penghalang (penghambat) padanya aurat terbuka.
2. Pakaian shalat bagi seorang wanita harus bisa menutupi aurat. Aurat wanita (semua
anggota tubuhnya) kecuali muka dan telapak tangan.
3. Muhrim dalam istilah ilmu fiqih adalah wanita yang diharamkan untuk dikawini dengan
sebab ada hubungan keturunan / pertalian darah, karena sepersusun, karena perkawinan.
4. Syarat-syarat tertentu pakaian jilbab sebagai berikut : Pakaian itu dapat menutupi seluruh
tubuh kecuali muka dan telapak tangan, Jenis kainnya harus tebal, Lapang tidak sempit
(ketat), Tidak menyerupai pakaian laki-laki, Tidak menyerupai pakaian wanita kafir,
Tidak terlalu menyolok dan Tidak ada hiasan pada pakaian itu sendiri

8
DAFTAR PUSTAKA

Suara, 28 Agustus 2022, Pengertian Menutup Aurat Menurut Islam:Tujuan, Dalil, Jenis dan
Batasannya .14 februari 2023. https://www.google.com

Fiqih Nisa, 5 mey 2015, Batasan Aurat Bagi Mahromnya .14 februari 2023.
https://www.google.com

Rebpublika, 23 desember 2021, Pakaian Yang Dikenakan Rasulullah Sehari-hari. 14 februari


2023. https://www.google.com

Anda mungkin juga menyukai