Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ISI KANDUNGAN SURAH AL-AHZAB AYAT 59

Disusun oleh:
Nandiya Hadrayni
Nur Addina Salma
Ricca Aulia Rachima
Shauma Ramadhani
Aflah Hurayya
Naila Azzahra
Nazla Nabilla R. P.
Sofia Salsabila
Robiatul Adawiyah
Rafi Hibatullah
Zonna Raditya S. P.

X MIPA 4
SMA NEGERI 7 BANJARMASIN
2022
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

2.1 Busana Muslim ......................................................................................... 3


2.2 Asbabun Nuzul Surat al-Ahzab Ayat 59 .................................................. 4
2.3 Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 59 ................................................................ 5
2.4 Isi Kandungan Surah Al-Ahzab Ayat 59 .................................................. 7
2.5 Interpretasi Surat al-Ahzab Ayat 59 ......................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9


3.2 Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSAKA ............................................................................................. 11

ii
Kata Pengantar

Puji-puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah
kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa
shalawat serta salam kami haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi
Muhammad SAW. Risalah beliau lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai
petunjuk menjalani kehidupan. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang isi kandungan surah Al-Ahzab ayat 59 ini.

Makalah Pencemaran Suara di Lingkungan Sekitar ini disusun guna


memenuhi tugas Bapak Dani Adi Safitri S.Pd. pada mata pelajaran Pendidikan Al-
Qur’an di SMA Negeri 7 Banjarmasin. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang bagaimana isi
kandungan surah Al-Ahzab ayat 59.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dani Adi


Safitri S.Pd. selaku guru mata pelajaran Pendidikan Al-Qur’an karena tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami terhadap
materi yang sedang di dalami. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

SMAN 7 Banjarmasin, 29 Mei 2022

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama universal yang memiliki makna mengaplikasikan
ketundukan dengan melaksanakan syariah serta meyakini dan mengamalkan apa
saja yang datang dari Rasulullah. Semakna dengan hal ini, Allah juga
memerintahkan umat Islam agar masuk ke dalam Islam secara kaffah. Yakni,
memerintahkan kaum muslimin untuk mengamalkan syariat Islam dan cabang-
cabang iman yang begitu banyak jumlah dan ragamnya serta mengamalkan apa saja
yang diperintahkan dan meninggalkan seluruh yang dilarang semaksimal mungkin.
Namun, dewasa ini banyak nilai-nilai Islam yang ditinggalkan oleh kaum muslimin.
Salah satunya adalah dalam masalah menutup aurat dengan jilbab. Hal ini tampak
dari banyaknya kaum muslimah yang tidak mempraktikkan syariat ini dalam
keseharian mereka. Akibatnya, mereka kehilangan identitas diri sebagai muslimah
sehingga sulit dibedakan mana yang muslimah dan non-muslimah.

Al-Qur’an menjelaskan peristiwa di turunkannya nabi Adam dan Siti Hawa


ke bumi dengan keadaan tidak mengenakan pakaian kemudian keduanya
mengambil sesuatu yakni dedaunan untuk menutupi tubuhnya, para ulama
menyimpulkan bahwa pada hakekatnya menutup aurat adalah fitrah manusia yang
diaplikasikan pada saat ia dalam keadaan sadar. Adam dan Hawa bukan sekedar
mengambil satu lembar daun untuk menutup auratnya (karena jika demikian
pakaiannya adalah mini), melainkan sekian banyak lembar agar melebar, dengan
caramenempelkan selembar daun di atas lembar lain, sebagai tanda bahwa pakaian
tersebut sedemikian tebal, sehingga tidak transparan atau tembus pandang. Ini
menunjukkan bahwa sejak dini Allah Swt. telah mengilhami manusia sehingga
timbul dalam dirinya dorongan untuk berpakaian.

Ayat yang berbicara mengenai busana muslim dalam surat al-Ahzab ayat 59,
setidaknya dapat mewakili satu di antara sekian banyak ayat yang memunculkan
masalah di atas. Beragam jenis tafsir pun banyak bermunculan sebagai bentuk
penyikapan. Di era kontemporer saat ini, busana muslim tidak hanya dijadikan
sebagai sebuah penutup aurat belaka. Ia telah menjadi sebuah budaya, bahkan lebih

1
ekstrim, ia telah berubah menjadi sebuah mode dan aksesoris penambah kecantikan.
Oleh karenanya, dalam makalah singkat ini, kami akan mengeksplor isi kandungan
ayat 59 dari surat al-Ahzab.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang disebut dengan busana muslim?
b. Bagaimana latar belakang turunnya QS. Al-Ahzab ayat 59?
c. Bagaimana isi kandungan QS. Al-Ahzab ayat 59?
d. Bagaimana Interpretasi Surat al-Ahzab ayat 59?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, makalah ini bertujuan
untuk membahas mengenai isi kandungan surah Al-Ahzab ayat 59 yang berkaitan
dengan pentingnya menutup aurat sehingga dengan makalah ini kami harap kan
pembaca menyadari bahwa menutup aurat merupakan kewajiban seluruh umat
muslim maupun muslimah. Kami juga mengharapkan makalah ini menjadi
pencerahan agar pembaca selalu istiqomah dalam menutup auratnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Busana Muslim


Busana muslim atau lebih dikenal dengan Pakaian (sandang) adalah salah satu
kebutuhan pokok manusia di samping makanan (pangan) dan tempat tinggal
(papan). Selain berfungsi menutup tubuh, pakaian juga merupakan lambing status
seseorang dalam masyarakat. Sebab pakaian ternyata merupakan perwujudan dari
sifat dasar manusia yang mempunyai rasa malu sehingga berusaha selalu menutupi
tubuhnya. Busana menurut Bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada
tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut istilah, busana adalah pakaian
yang kita kenakan setiap hari dari ujung rambut sampai ujung kaki beserta segala
pelengkapnya, seperti tas, sepatu dan segala macam perhiasan atau aksesoris yang
melekat padanya. Dalam ajaran Islam, pakaian bukan semata-mata masalah budaya
dan mode. Islam menetapkan batasan-batasan tertentu untuk laki-laki dan
perempuan. Khusus untuk muslimah, memiliki pakaian khusus yang menunjukan
jati dirinya sebagai seorang muslimah. Bila pakaia adat pada umumnya bersifat
local, maka pakaian muslimah bersifat universal. Dalam arti dapat dipakai oleh
muslimah di manapun berada. Sedangkan makna pakaian dalam al-Qur’an itu
sendiri, al-Qur’an telah menggunakan tiga istilah untuk pakaian, yaitu libas,
tsiyabdan, dan sarabil.

Libas adalah penutup, apapun yang ditutup, meskipun hanya menutup


sebagian, seperti cincin yang dipakai di jari manis. Dalam al-Qur’an kata libas
digunakan untuk menunjuk pakaian lahir maupun batin (seperti taqwa yang dalam
al-Qur’an disebut juga dengan libas libasuttaqwa). Berbeda dengan libas kata libas
kata tsiyab hanya menunjukan pada pakaian lahir. Kata ini diambil dari kata tsaub
yang berarti kembali, yaitu kembalinya sesuatu pada keadaan semula atau pada
keadaan yang seharusnya sesuai pada ide pertanyaannya.

Lantas apa ide dasar pakaian? Berdasar QS.Al-A’raf:20-22 yang


mengisahkan tentang Adam dan Hawa bahwa ide dasar pakaian adalah untuk
menutup aurat. Namun karena godaan setan, aurat manusia menjadi terbuka (atau

3
kalua sekarang dibuka). Dengan demikian, aurat yang ditutup dengan pakaian, akan
dikembalikan kepada ide dasarnya, sehingga wajar, jika pakaiannya dinamai tsaub
karena telah mengembalikan aurat kepada ide dasarnya yaitu untuk ditutup, bukan
untuk dibuka apalagi dipamerkan. Ayat itu juga menegaskan bahwa pada
hakekatnya menutup aurat adalah fitrah manusia yang diaktualkan pada saat ia
memiliki kesadaran. Dengan demikian ide membuka aurat adalah ide setan, dan
karenanya tanda-tanda kehadiran setan adalah keterbukaan aurat.

Kata yang ketiga adalah sarabil. Kata ini berarti pakaian, apapun jenis dan
bahannya. Dalam al-Qur’an, kata ini hanya disebut dua kali.dalam QS. An-Nahl:
18, dijelaskan kata sarabil adalah pakaian yang berfungsi untuk menangkal
sengatan panas, dingin dan bahaya dalam peperangan. Dalam QS. Ibrahim: 50
dijelaskan tentang siksa yang akan dialami oleh orang-orang berdosa kelak
“pakaian mereka dari pelangkin”. Dari sini dipahami bahwa pakaian ada yang
menjadi alat penyiksa. Siksa tersebut karena yang bersangkutan tidak
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang diamanatkan oleh Allah.

Kata Jilbab yang sudah menjadi Bahasa Indonesia diberi makna yang berbeda
oleh para ulama. Makna-makna jilbab itu antara lain, baju yang longgar atau
kerudung penutup kepala wanita, pakaian yang menutupi baju dan kerudung yang
dipakai, semua pakaian yang menutupi wanita. Menurut Ali as-Shabuni, jilbab
adalah pakaian yang menutupi seluruh badan. Karena itu jilbab adalah pakaian yang
lebih lebar dari kerudung dan sorban yang digunakan perempuan untuk menutup
kepala dan dadanya. Yang jelas bila yang dimaksud adalah yang menutup leher dan
dadanya dan kalua yang dimaksud pakaian yang menutupi baju, maka pakaian itu
adalah yang longgar, tidak ketat.

2.2 Asbabun Nuzul Surat al-Ahzab Ayat 59


Q.S. Al-Ahzab: 59 sebagai berikut:

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan


isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,

4
karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. al-Ahzab:59).

Para mufassir berpendapat bahwa ayat diatas (QS. Al-Ahzab:59) turun


dengan latar belakang mengenai dua wanita yang memiliki satus berbeda yaitu
merdeka dan budak, yang pada malam hari karena suatu hajat mereka keluar mereka
keluar malam. Padahal, pada waktu itu, orang-orang fasiq penduduk madinah yang
selalu keluar (begadang) di kegelapan malam. Mereka selalu menggoda
perempuan-perempuan Madinah yang sedang keluar malam untuk memenuhi
hajatnya. Ketika mereka ditanya mengapa mengganggu wanita-wanita tersebut,
mereka menjawab, “kami kira mereka itu wanita budak”. Kemudian turunlah surat
al-Ahzab:59 sebagai respon atas kejadian itu.

Bila ayat sebelumnya menjelaskan larangan kepada siapapun mengganggu


dan menyakiti Nabi, kaum Mukminin dan Mukminat. Maka ayat ini menjelaskan
bahwa salah satu cara untuk menghindari penghinaan, pelecehan dan godaan adalah
dengan memakai pakaian yang tidak menggoda, diantaranya jilbab. Pengganggu
wanita, yakni hanya dilakukan oleh orang-orang yang lemah imannya atau munafik.

2.3 Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 59


Surah Al-Ahzab ayat 59 menerangkan bahwa Allah memerintahkan pada nabi
Muhammad untuk menyeru kepada istri-istri, anak-anak perempuan, dan istri-istri
orang mukmin agar menutup seluruh tubuhnya dengan jilbab. Inilah salah satu cara
Allah untuk memuliakan kaum wanita agar mereka mudah untuk di kenal sebagai
seorang muslimah yang taat kepada perintah-Nya serta untuk menjauhkan mereka
dari gangguan laki-laki penuh nafsu syaitan yang ingin menggodanya. Allah SWT
menyuruh Nabi SAW agar memerintahkan wanita-wanita mukminat dan muslimat,
khususnya para istri dan anak-anak perempuan beliau, supaya mengulurkan pada
tubuh mereka jilbab-jilbab, apabila mereka keluar dari rumah-rumah mereka,
supaya dapat dibedakan dari wanita-wanita budak. Ali bin Talhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Katanya Allah menyuruh istri-istri kamu mukminin
apabila mereka keluar dari rumah-rumah mereka untuk suatu keperluan, supaya
mereka menutupi wajah mereka dari atas kepala mereka dengan jilbab-jilbab dan
boleh memperlihatkan satu mata saja.

5
Surat Al Ahzab ayat 59 merupakan ayat yang mewajibkan wanita mukminah
untuk menutup aurat. Allah memerintahkan kepada Rasulullah agar memerintahkan
istri serta putri beliau untuk menutup seluruh tubuh dengan jilbab. Demikian pula
wanita yang beriman. Surat Al Ahzab ayat 59 ini turun berkenaan dengan para istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang pergi pada malam hari untuk suatu
keperluan. Mereka diganggu sejumlah orang munafik sehingga mereka merasa
tersakiti. Ketika hal itu diadukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
orang-orang munafik itu mengaku bahwa mereka hanya bermaksud mengganggu
para budak perempuan. Maka Allah menurunkan Surat Al Ahzab ayat 59 ini. Agar
wanita mukminah ketika keluar rumah mengenakan jilbab yang menutup seluruh
tubuh sehingga berbeda dengan para budak dan dengan demikian mereka tidak
diganggu.

Ibnu Katsir menjelaskan, jilbab (‫ )جلباب‬adalah kain yang dipakai di atas


kerudung. Sedangkah Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al
Munir menjelaskan, jilbab adalah baju terluar yang digunakan seorang perempuan
untuk menutupi tubuhnya di atas baju kurung atau pakaian yang menutupi seluruh
tubuh. Ibnu Abbas menjelaskan, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan
perempuan beriman ketika mereka pergi keluar rumah untuk suatu keperluan, agar
menutupi wajah dari atas kepala dengan jilbab dan hanya satu mata saja yang
ditampakkan. Mufassir lain memberi kelonggaran dengan boleh membuka sebagian
wajahnya.

Ayat ini menjadi dalil bagi sebagian ulama yang mewajibkan cadar bagi
muslimah ketika keluar rumah. Namun mayoritas ulama berpendapat bahwa
memakai cadar tidak wajib. Yang wajib adalah menutup aurat dan aurat wanita
adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Setelah turunnya Surat Al
Ahzab ayat 59, para shahabiyah ketika pergi keluar rumah menjadi lebih tenang.
Tak ada lagi yang berani mengganggu mereka. Ayat ini ditutup dengan penegasan
bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Khususnya atas dosa di masa
lalu di mana mereka belum memahami adab berpakaian ini.

6
2.4 Isi Kandungan Surah Al-Ahzab Ayat 59
Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Ahzab ayat 59:

1. Ayat ini mempertegas kewajiban menutup aurat. Tidak boleh bagi


perempuan membuka auratnya di depan laki-laki asing (bukan mahram).
2. Ayat ini memerintahkan perempuan beriman ketika keluar rumah agar
menutup seluruh tubuhnya dengan jilbab. Tidak menampakkan aurat,
tidak pula menampakkan sesuatu yang mengundang fitnah.
3. Di antara hikmah jilbab dan menutup aurat adalah menjaga kemuliaan
perempuan, mereka lebih mudah dikenal sebagai wanita terhormat
sehingga orang-orang fasik tidak mengganggu.
4. Ayat ini menunjukkan keutamaan memakai cadar atau niqab bagi wanita
mukminah yang keluar rumah.
5. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang kepada hamba-Nya.
Terutama dosa di masa lalu karena belum memahami ilmunya.
6. Islam hendak membentuk masyarakat Islam yang mulia, yang sama
sekali berbeda dengan masyarakat jahiliyah.

2.5 Interpretasi Surat al-Ahzab Ayat 59


Seluruh ulama, baik klasik maupun kontemporer sepakat bahwa ayat di atas
membicarakan tentang jilbab. Dengan demikian maka fokus kajian hukum yang
terkandung dalam ayat tersebut adalah mengenai hukum mengenakan jilbab bagi
wanita muslimah. Mayoritas jumhur ulama klasik seperti Al-Qurtubi, At-Thobary,
Az-Zamakhsyary, dll. sepakat atas kewajiban mengenakan jilbab bagi wanita
muslimah. Meskipun dalam hal ini, masih terdapat perbedaan mengenai tata cara
pemakaiannya akibat perbedaan batas aurat wanita. Sementara sebagian ulama
kontemporer mengatakan tidak ada kewajiban bagi seorang muslimah untuk
mengenakan jilbab. Pendapat ini dipegangi oleh pemikir-pemikir yang muncul pada
sekitar abad 19-20 an, seperti M. Syahrur, Said al-Asymawi dan M. Quraish Shihab.

Ayat 59 dari surat al-Ahzab ini sangat berkaitan erat dengan surat an-Nur ayat
31 yang menjelaskan tentang wajibnya menutup aurat. Maka, dalam penafsirannya
pun para ulama selalu menghubungkan kedua ayat tersebut. Surat al-Ahzab 59
merupakan pelengkap syari’at dari surat an-Nur ayat 31.

7
Dari surat al-Ahzab:59, telah dengan sangat jelas memberikan indikasi bahwa
pemakaian jilbab bagi wanita adalah sesuatu yang wajib. Dari segi semantik, ayat
tersebut terbebas dari shighat fi’il amar (kata perintah). Jumlah‫ َج ََلبِيبِ ِهن‬termasuk
kalam khabari bukan insya’iy. Salah satu dari bentuk kalam insya’ adalah kalam
tersebut harus terdapat shighat fi’il amar. Sementara asal dari perintah adalah wajib.
Meskipun ayat tersebut tidak menggunakan shighat fi’il amar, ayat tersebut tetap
memberikan implikasi hukum wajib. Sebab, gaya bahasa dari ayat di atas
memberikan faidah perintah secara tersirat. Konsep inilah yang dipegangi oleh
mereka yang mewajibkan pemakaian jilbab bagi seorang wanita.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah tentang tata cara pemakaian


jilbab. Ibnu Jarir at-Thabari, sebagaimana dikutip as-Shabuni, berpendapat bahwa
seorang wanita selain diharuskan menutup rambut dan kepalanya, ia juga harus
menutup wajahnya dan hanya boleh menampakkan mata sebelah kiri saja.
Sedangkan Abu Hayyan meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Qatadah, bahwa
seorang wanita harus mengulurkan jilbabnya sampai di atas dahi kemudian
mengaitkannya ke hidung. Wanita boleh menampakkan kedua matanya, namun
harus menutupi dada dan sebagian besar wajahnya. Setelah menampilkan beberapa
pandangan ulama, Ali ash-Shabuni pun senada dengan ulama yang menyatakan
bahwa kewajiban wanita tidak hanya sekedar menutup rambut dan kepala saja,
namun wajah pun harus juga ditutup. Ia mendasarkan pendapatnya pada surat An
Nur:31 yang mengharuskan seorang wanita untuk tidak menampakkan
perhiasannya. Sedangkan asal dari segala bentuk perhiasan adalah wajah, maka
menutupinya adalah sebuah keharusan.

Meski di antara para ulama tersebut terjadi perbedaan pandangan tentang


wajib dan tidaknya menutup wajah, namun mereka masih sepakat bahwa kewajiban
berjilbab bagi wanita muslimah adalah syari’at dari Syari’ yang harus dita’ati.
Jilbab tidak hanya sekedar budaya orang Arab. Syari’at jilbab berlaku umum bagi
seluruh wanita muslimah di dunia.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berpijak dari beberapa uraian pemaparan di atas, dapat di ambil kesimpulan
bahwa dalam masalah jilbab ini masih terjadi perselisihan di kalangan ulama. Ada
yang menganggap bahwa memakai jilbab adalah kewajibab bagi setiap muslimah
dan ada pula yang menganggap bahwa pemakaian jilbab bukanlah sebuah
keharusan. Perbedaan ini muncul karena paradigma yang digunakan dari masing-
masing ulama berbeda.Jadi kesimpulannya, dalam berpakaian itu hendaklah
berpakaian yang bisa menutupi aurat kita, seperti ketentuan pakaian menurut prof.
Dr. M. Quraish Shihab, yang dalam hal ini bersifat anjuran sebagai berikut:

1) Jangan bertabarruj.

Dalam arti tidak menampakkan “perhiasan” secara berlebihan, memakai


sesuatu yang tidak wajar dipakai, menampakan sesuatu yang biasanya tidak
ditampakkan kecuali kepada suami, yang dapat membuat pria lain kagum dan
menimbulkan hal yang tidak baik.

2) Jangan mengundang perhatian pria.

Hal ini dapat dilihat pada makna penggalan ayat dalam al-Qur’an (QS. An-
Nur:31)

3) Jangan memakai pakaian yang ketat dan transparan


4) Jangan berpakaian yang menyerupai pakaian pria.

3.2 Saran
Demikian makalah tentang isi kandungan surah Al-Ahzab ayat 59 yang kami
susun, tentunya kami sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Semoga proposal penelitian
ini menambah wawasan para pembaca tentang bagaimana pengertian tentang surah
Al-Ahzab yang berkaitan dengan aurat ini.

9
Syariat jilbab adalah syari’at yang masih diperdebatkan. Untuk itu, dalam
menyikapi perbedaan, hendaklah kita bisa bersikap arif dan bijaksana. Kita harus
mampu membedakan mana khilafiyah yang terkait dengan masalah ushul dan mana
yang furu’. Sikap fanatisme ekstrim terhadap satu aliran atau pemikiran tertentu
sebaiknya ditanggalkan. Saling menvonis kafir antar kelompok adalah sikap yang
semakin menunjukkan ketidakdewasaan dalam beragama. Maka dari itu, jadikanlah
perbedaan sebagai rahmat bukan sebagai laknat.

Selama umat Muslim jauh dari tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah maka
mungkin kita umat Muslim tidak akan pernah meraih kemajuan seperti yang telah
diraih dahulu dalam sejarah dimasa kejayaannya. Jadi solusinya saatnyalah kita
kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, sebab segala sesuatu yang berhubungan
dengan kepentingan manusia dalam hal ini khususnya berbusana sudah diatur
dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

Apabila ada saran dan kritik mohon disampaikan kepada kami karena kami
hanyalah hamba Allah yang tak luput dari kesalahan. Dan demi perbaikan penulisan
makalah berikutnya.

10
DAFTAR PUSAKA

https://www.296.web.id/2018/05/makalah-tafsir-tentang-busana-muslim-
qs.html?m=1
file:///C:/Users/USER/Downloads/41-Article%20Text-124-2-10-20181122.
https://bersamadakwah.net/surat-al-ahzab-ayat-59/

11

Anda mungkin juga menyukai