Disusun oleh:
Nandiya Hadrayni
Nur Addina Salma
Ricca Aulia Rachima
Shauma Ramadhani
Aflah Hurayya
Naila Azzahra
Nazla Nabilla R. P.
Sofia Salsabila
Robiatul Adawiyah
Rafi Hibatullah
Zonna Raditya S. P.
X MIPA 4
SMA NEGERI 7 BANJARMASIN
2022
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
ii
Kata Pengantar
Puji-puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah
kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa
shalawat serta salam kami haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi
Muhammad SAW. Risalah beliau lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai
petunjuk menjalani kehidupan. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang isi kandungan surah Al-Ahzab ayat 59 ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ayat yang berbicara mengenai busana muslim dalam surat al-Ahzab ayat 59,
setidaknya dapat mewakili satu di antara sekian banyak ayat yang memunculkan
masalah di atas. Beragam jenis tafsir pun banyak bermunculan sebagai bentuk
penyikapan. Di era kontemporer saat ini, busana muslim tidak hanya dijadikan
sebagai sebuah penutup aurat belaka. Ia telah menjadi sebuah budaya, bahkan lebih
1
ekstrim, ia telah berubah menjadi sebuah mode dan aksesoris penambah kecantikan.
Oleh karenanya, dalam makalah singkat ini, kami akan mengeksplor isi kandungan
ayat 59 dari surat al-Ahzab.
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, makalah ini bertujuan
untuk membahas mengenai isi kandungan surah Al-Ahzab ayat 59 yang berkaitan
dengan pentingnya menutup aurat sehingga dengan makalah ini kami harap kan
pembaca menyadari bahwa menutup aurat merupakan kewajiban seluruh umat
muslim maupun muslimah. Kami juga mengharapkan makalah ini menjadi
pencerahan agar pembaca selalu istiqomah dalam menutup auratnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kalua sekarang dibuka). Dengan demikian, aurat yang ditutup dengan pakaian, akan
dikembalikan kepada ide dasarnya, sehingga wajar, jika pakaiannya dinamai tsaub
karena telah mengembalikan aurat kepada ide dasarnya yaitu untuk ditutup, bukan
untuk dibuka apalagi dipamerkan. Ayat itu juga menegaskan bahwa pada
hakekatnya menutup aurat adalah fitrah manusia yang diaktualkan pada saat ia
memiliki kesadaran. Dengan demikian ide membuka aurat adalah ide setan, dan
karenanya tanda-tanda kehadiran setan adalah keterbukaan aurat.
Kata yang ketiga adalah sarabil. Kata ini berarti pakaian, apapun jenis dan
bahannya. Dalam al-Qur’an, kata ini hanya disebut dua kali.dalam QS. An-Nahl:
18, dijelaskan kata sarabil adalah pakaian yang berfungsi untuk menangkal
sengatan panas, dingin dan bahaya dalam peperangan. Dalam QS. Ibrahim: 50
dijelaskan tentang siksa yang akan dialami oleh orang-orang berdosa kelak
“pakaian mereka dari pelangkin”. Dari sini dipahami bahwa pakaian ada yang
menjadi alat penyiksa. Siksa tersebut karena yang bersangkutan tidak
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang diamanatkan oleh Allah.
Kata Jilbab yang sudah menjadi Bahasa Indonesia diberi makna yang berbeda
oleh para ulama. Makna-makna jilbab itu antara lain, baju yang longgar atau
kerudung penutup kepala wanita, pakaian yang menutupi baju dan kerudung yang
dipakai, semua pakaian yang menutupi wanita. Menurut Ali as-Shabuni, jilbab
adalah pakaian yang menutupi seluruh badan. Karena itu jilbab adalah pakaian yang
lebih lebar dari kerudung dan sorban yang digunakan perempuan untuk menutup
kepala dan dadanya. Yang jelas bila yang dimaksud adalah yang menutup leher dan
dadanya dan kalua yang dimaksud pakaian yang menutupi baju, maka pakaian itu
adalah yang longgar, tidak ketat.
4
karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. al-Ahzab:59).
5
Surat Al Ahzab ayat 59 merupakan ayat yang mewajibkan wanita mukminah
untuk menutup aurat. Allah memerintahkan kepada Rasulullah agar memerintahkan
istri serta putri beliau untuk menutup seluruh tubuh dengan jilbab. Demikian pula
wanita yang beriman. Surat Al Ahzab ayat 59 ini turun berkenaan dengan para istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang pergi pada malam hari untuk suatu
keperluan. Mereka diganggu sejumlah orang munafik sehingga mereka merasa
tersakiti. Ketika hal itu diadukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
orang-orang munafik itu mengaku bahwa mereka hanya bermaksud mengganggu
para budak perempuan. Maka Allah menurunkan Surat Al Ahzab ayat 59 ini. Agar
wanita mukminah ketika keluar rumah mengenakan jilbab yang menutup seluruh
tubuh sehingga berbeda dengan para budak dan dengan demikian mereka tidak
diganggu.
Ayat ini menjadi dalil bagi sebagian ulama yang mewajibkan cadar bagi
muslimah ketika keluar rumah. Namun mayoritas ulama berpendapat bahwa
memakai cadar tidak wajib. Yang wajib adalah menutup aurat dan aurat wanita
adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Setelah turunnya Surat Al
Ahzab ayat 59, para shahabiyah ketika pergi keluar rumah menjadi lebih tenang.
Tak ada lagi yang berani mengganggu mereka. Ayat ini ditutup dengan penegasan
bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Khususnya atas dosa di masa
lalu di mana mereka belum memahami adab berpakaian ini.
6
2.4 Isi Kandungan Surah Al-Ahzab Ayat 59
Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Ahzab ayat 59:
Ayat 59 dari surat al-Ahzab ini sangat berkaitan erat dengan surat an-Nur ayat
31 yang menjelaskan tentang wajibnya menutup aurat. Maka, dalam penafsirannya
pun para ulama selalu menghubungkan kedua ayat tersebut. Surat al-Ahzab 59
merupakan pelengkap syari’at dari surat an-Nur ayat 31.
7
Dari surat al-Ahzab:59, telah dengan sangat jelas memberikan indikasi bahwa
pemakaian jilbab bagi wanita adalah sesuatu yang wajib. Dari segi semantik, ayat
tersebut terbebas dari shighat fi’il amar (kata perintah). Jumlah َج ََلبِيبِ ِهنtermasuk
kalam khabari bukan insya’iy. Salah satu dari bentuk kalam insya’ adalah kalam
tersebut harus terdapat shighat fi’il amar. Sementara asal dari perintah adalah wajib.
Meskipun ayat tersebut tidak menggunakan shighat fi’il amar, ayat tersebut tetap
memberikan implikasi hukum wajib. Sebab, gaya bahasa dari ayat di atas
memberikan faidah perintah secara tersirat. Konsep inilah yang dipegangi oleh
mereka yang mewajibkan pemakaian jilbab bagi seorang wanita.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berpijak dari beberapa uraian pemaparan di atas, dapat di ambil kesimpulan
bahwa dalam masalah jilbab ini masih terjadi perselisihan di kalangan ulama. Ada
yang menganggap bahwa memakai jilbab adalah kewajibab bagi setiap muslimah
dan ada pula yang menganggap bahwa pemakaian jilbab bukanlah sebuah
keharusan. Perbedaan ini muncul karena paradigma yang digunakan dari masing-
masing ulama berbeda.Jadi kesimpulannya, dalam berpakaian itu hendaklah
berpakaian yang bisa menutupi aurat kita, seperti ketentuan pakaian menurut prof.
Dr. M. Quraish Shihab, yang dalam hal ini bersifat anjuran sebagai berikut:
1) Jangan bertabarruj.
Hal ini dapat dilihat pada makna penggalan ayat dalam al-Qur’an (QS. An-
Nur:31)
3.2 Saran
Demikian makalah tentang isi kandungan surah Al-Ahzab ayat 59 yang kami
susun, tentunya kami sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Semoga proposal penelitian
ini menambah wawasan para pembaca tentang bagaimana pengertian tentang surah
Al-Ahzab yang berkaitan dengan aurat ini.
9
Syariat jilbab adalah syari’at yang masih diperdebatkan. Untuk itu, dalam
menyikapi perbedaan, hendaklah kita bisa bersikap arif dan bijaksana. Kita harus
mampu membedakan mana khilafiyah yang terkait dengan masalah ushul dan mana
yang furu’. Sikap fanatisme ekstrim terhadap satu aliran atau pemikiran tertentu
sebaiknya ditanggalkan. Saling menvonis kafir antar kelompok adalah sikap yang
semakin menunjukkan ketidakdewasaan dalam beragama. Maka dari itu, jadikanlah
perbedaan sebagai rahmat bukan sebagai laknat.
Selama umat Muslim jauh dari tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah maka
mungkin kita umat Muslim tidak akan pernah meraih kemajuan seperti yang telah
diraih dahulu dalam sejarah dimasa kejayaannya. Jadi solusinya saatnyalah kita
kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, sebab segala sesuatu yang berhubungan
dengan kepentingan manusia dalam hal ini khususnya berbusana sudah diatur
dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Apabila ada saran dan kritik mohon disampaikan kepada kami karena kami
hanyalah hamba Allah yang tak luput dari kesalahan. Dan demi perbaikan penulisan
makalah berikutnya.
10
DAFTAR PUSAKA
https://www.296.web.id/2018/05/makalah-tafsir-tentang-busana-muslim-
qs.html?m=1
file:///C:/Users/USER/Downloads/41-Article%20Text-124-2-10-20181122.
https://bersamadakwah.net/surat-al-ahzab-ayat-59/
11