Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Busana Muslimah atau Jilbab Gaul”


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah
Fikih Kontemporer

Dosen Pengampu:
Bahrul Hamdi

Disusun Oleh:
Pera Muliani : 2121202
Rusdi Yusran : 2121226
Dinda Adena : 2121232

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI

2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah "Busana Muslimah atau Jilbab Gaul". Kemudian shalawat dan
salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah meninggalkan dua
pedoman hidup menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Bahrul Hamndi, selaku dosen
pengampu yang telah memberikan ilmu dan arahan kepada penulis sehingga dapat
terselesainya pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini penulis
menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan serta kesalahan dalam makalah yang
telah disajikan ini, oleh sebab itu dimohon kepada pembaca kritik dan saran yang
membangun, guna untuk memberikan kesempurnaan pada makalah ini.

Bukittinngi, 21 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Pengertian Busana atau Pakaian Penutup Aurat ................................................ 3
B. Busana atau Jilbab Gaul ..................................................................................... 4
C. Dalil-dalil Terkait Pakaian Penutup Aurat dan Jilbab Gaul ............................... 5
D. Kriteria Busana Muslimah ................................................................................. 9
E. Hukum Berbusana dan Hukum Jilbab Gaul ..................................................... 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT mewajibkan bagi para wanita islam untuk menutup auratnya
dari lelaki yang bukan mahramnya kecuali bagian yang menurut kebiasaan
yang benar dan pantas. Allah swt berfirman:
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istri kamu, anak-anak gadismu dan
istri-istri orang mukmin: hendaklah ia mengulurkan jilbabnya kesaluruh
tubuhnya. Yang demikian itu supaya mereka mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Qs. Al-Ahzab: 59)
Ayat ini diturunkan kepada umat muslim agar dalam berpakaian pun
kita harus selalu ingat kepada Allah SWT tuhan yang maha segalanya. Busana
muslimah lahir sejalan dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri. Adanya
kewajiban bagi muslimah untuk menutup auratnya dari orang lain yang bukan
mahramnya menjadi alasan munculnya busana muslimah. Dari situlah akhirnya
muncul apa yang disebut dengan istilah Busana Muslimah.
Di Indonesia, busana muslimah pertama kali menjadi gaya berpakaian
pada era pasca kemerdekaan, banyak anggapan masyarakat menjadikan
seragam pesantren tradisional sebagai mode busana muslimah. Sehingga
terkesan busana muslimah saat itu menjadi kampungan, tidak modern, dan
membuat busana muslimah tidak populer padahal pada dasarnya Islam tidak
mengharuskan hal tersebut terjadi. Selain itu di perusahaan dan organisasi pada
masa tersebut juga terdapat aturan melarang pegawai atau anggota
perempuannya menggunakan layaknya muslimah sejati yang serba tertutup dari
rambut hingga ke kaki.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan busana atau pakaian penutup aurat?
2. Bagaimana busana atau jilbab gaul?

1
3. Apa saja dalil yang terkait dengan pakaian penutup aurat dan jilbab gaul?
4. Bagaimana kriteria busana Muslimah?
5. Bagaimana hukum berbusana dan hukum jilbab gaul?

C. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini yaitu untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan pakaian penutup aurat, jilbab gaul, dan
apa saja dalil yang terkait, serta bagaimana kriteria busana Muslimah dan
hukum berbusana dan hukum jilbab gaul.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Busana atau Pakaian Penutup Aurat
Pakaian berasal dari kata “pakai” yang ditambah dengan akhiran “an”.
Dalam kamus bahasa Indonesia ada 2 makna dalam kata pakai, yaitu
mengenakan dan diberi
Sedangkan makna dari pakaian adalah barang apa yang dipakai atau
dikenakan, seperti baju, celana, rok dan lain sebagainya. Seperti pakaian dinas,
pakaian olahraga, pakaian ibadah berarti baju yang dikenakan untuk dinas,
olahraga dan ibadah, atau pakaian hamil berarti baju yang dikenakan wanita
hamil, pakaian adat berarti pakaian khas resmi suatu daerah. Termasuk juga
hadirnya istilah pakaian muslim, pakaian syar’i, pakaian taqwa, yang kemudian
dimaknai sebagai pakaian yang digunakan secara khas oleh muslim dan
digunakan berdasarkan panduan dalil-dalil yang diambil dari al-Quran dan
sunnah.1 Islam mengajarkan bahwa pakaian adalah penutup aurat, bukan
sekedar perhiasan. Islam mewajibkan setiap wanita dan pria untuk
menutupianggota tubuhnya yang menarik perhatian lawan jenisnya.2
Islam memiliki banyak istilah tentang pakaian yang beredar di
Masyarakat yaitu:
1. Hijab
Hijab adalah penutup seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak
tangan. Hijab lebih sempurna dari pada penggunaan kata Al-Khimar
(kerudung) kerena meliputi seluruh badan termasuk perhiasan.
2. Jilbab
Jilbab kain yang lebih besar ukurannya dari kerudung dan menutup seluruh
anggota kecuali wajah dan telapak tangan, atau dalam budaya Indonesia

1
Ahmad Munawwir, Konsep Pakaian dalam Al-Qur'an, Tafsere, Vol. 9 No. 2, 2021, Hal. 194
2
Muthmainnah Baso, Aurat dan Busana, Al-Qadau, Vo. 2 No. 2, 2015, Hal. 188

3
jilbab dikenal sebagai baju gamis, sedangkan Kerudung adalah penutup
kepala yang dipakai hanya wilayah kepala sampai bawah dada.3

B. Busana atau Jilbab Gaul


Jilbab gaul adalah salah satu jenis jilbab yang lagi ngetrend saat ini,
biasanya banyak dikenakan oleh kalangan remaja sekolah, atau mahasiswi-
mahasiswi yang bahkan perguruan tinggi beridentitas Islam sekalipun.
Seperti kita ketahui bersama, hal ini mungkin jauh berbeda dengan apa
yang telah dituntunkan dalam Islam itu sendiri. Seiring dengan berjalannya
waktu fenomena pemakaian jilbab semakin marak, trend pemakaian jilbab
sudah tidak asing lagi untuk dilihat di masyarakat kita, kegairahan masyarakat
Indonesia terutama di kalangan menengah keatas terhadap hal-hal yang berbau
spiritualitas menggairahkan pula dalam trend pemakaian jilbab.
Selain model jilbab besar yang pemakainya sering disebut sebagai
jilbaber, kini telah muncul “jilbab gaul” di kalangan remaja putri yang biasanya
terdiri dari kerudung dengan beraneka ragam corak dan warna yang biasanya
diikatkan di belakang dan digabungkan dengan busana casual berlengan
panjang yang kadang kala cukup ketat.
Pada dasarnya Islam mengidentikkan jilbab bagi Wanita sebagai
pelindung dari berbagai bahaya yang muncul dari pihak laki-laki. Sebaliknya
barat yang notabene yahudi dan Nasrani mengidentikkan pakaian sebagai mode
atau trend yang justru harus merangsang pihak laki-laki. Jika kedua pandangan
ini digabungkan jelas sangat kontras dan tidak akan ada kesesuaian, maka jika
ditelusuri lebih dalam lagi munculnya kerudung gaul ini sebagai akibat dari
perembesan budaya pakaian Barat terhadap generasi muda Islam. Perembesan
budaya ini bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu:

3
Mohammad Irsyad, Jilbab Terbukti Memperlambat Penuaan dan Kanker Kulit, (Yogyakarta: Mutiara
Media, 2012), Hal. 35

4
1. Maraknya tayangan televisi atau bacaan yang berkiblat pada Barat.
2. Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam sebagai akibat
dikuranginya jam pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. \
3. Kegagalan fungsi keluarga, munculnya fenomena kerudung gaul ini secara
tidak langsung menggambarkan kegagalan fungsi keluarga sebagai kontrol
terhadap gerak langkah anak-anak muda.
4. Peran para perancang yang tidak memahami dengan benar prinsip pakaian
Islam.
5. Munculnya para muallaf dikalangan artis atau artis yang baru mengenakan
kerudung, yang mana sebagai artis adalah publik figur bagi masyarakat,
sehingga sering menjadi contoh bagi wanita untuk mengikuti trend yang
sedang berkembang.4

C. Dalil-dalil Terkait Pakaian Penutup Aurat dan Jilbab Gaul


Dasar hukum yang tegas untuk menutup aurat ini adalah berdasarkan
firman Allah SWT, dalam QS. An-Nur: 31

َ‫ظ َه َر مِّ ْن َها َو ْليَـض ِّْربْن‬ َ ‫َظنَ فُ ُر ْو َج ُه َّن َو ََل يُ ْب ِّديْنَ ِّز ْينَت َ ُه َّن ا ََِّّل َما‬ ْ ‫صا ِّره َِّّن َويَ ْحف‬ َ ‫ضضْنَ مِّ ْن ا َ ْب‬ ُ ‫ت يَ ْغ‬ ِّ ‫َوقُ ْل ل ِّْـل ُمؤْ مِّ ٰن‬
ِّ‫ع ٰلى ُجي ُْوبِّ ِّه َّن ۖ َو ََل يُ ْب ِّديْنَ ِّز ْينَت َ ُه َّن ا ََِّّل ِّلبُعُ ْولَتِّ ِّه َّن ا َ ْو ٰابَآئِّ ِّه َّن ا َ ْو ٰابَآءِّ بُعُ ْو َلتِّ ِّه َّن ا َ ْو اَ ْبنَآئِّ ِّه َّن ا َ ْو ا َ ْبنَآء‬َ ‫بِّ ُخ ُم ِّره َِّّن‬

ْ ‫سآئِّ ِّه َّن ا َ ْو َما َملَـك‬


َ َ‫َت ا َ ْي َما نُ ُه َّن ا َ ِّو الت ّٰ ِّب ِّعيْن‬
‫غي ِّْر‬ َ ِّ‫بُعُ ْولَتِّ ِّه َّن ا َ ْو اِّ ْخ َوا نِّ ِّه َّن ا َ ْو بَنِّ ْۤ ْي اِّ ْخ َوا نِّ ِّه َّن ا َ ْو بَنِّ ْۤ ْي اَخ َٰوتِّ ِّه َّن ا َ ْو ن‬

‫سآءِّ ۖ َو ََل َيض ِّْربْنَ ِّبا َ ْر ُج ِّل ِّه َّن ِّليُـ ْعلَ َم‬
َ ِّ‫ت الن‬ َ ‫ع ٰلى‬
ِّ ‫ع ْو ٰر‬ ْ ‫الط ْف ِّل الَّ ِّذيْنَ لَ ْم َي‬
َ ‫ظ َه ُر ْوا‬ ِّ ‫الر َجا ِّل ا َ ِّو‬ ِّ ْ ‫اُولِّى‬
ِّ َ‫اَل ْر َب ِّة مِّ ن‬

‫ّٰللا َجمِّ ْيعًا اَيُّهَ ْال ُمؤْ مِّ نُ ْونَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِّل ُح ْون‬
ِّ ّٰ ‫َما يُ ْخ ِّفيْنَ مِّ ْن ِّز ْينَتِّ ِّه َّن ۖ َوت ُ ْوب ْۤ ُْوا اِّلَى‬

“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka


menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan

4
Nur Ridlowati & Sakienatur Rasyidah, Jilbab Gaul dan Jilbab Besar, Shabran, Vol. 20 No. 1, 2007,
Hal. 60-62

5
hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-
putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau
para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka
miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada
Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur:
31)

Dalam ayat ini jelas dikatakan bahwa seluruh tubuh perempuan adalah
aurat kecuali yang biasa kelihatan atau yang biasa tampak dari padanya Para
ulama sepakat bahwa ayat ini termasuk dalil Qhat’iyyah dan bukan masalah
khilafiyah sebagaimana anggapan orang sekarang ini.5

Dan juga dalil tentang berhijab terdapat dalam QS. Al-Ahzab: 59

َ‫علَي ِه َّن مِ ن َج َل بِيبِ ِه َّن ۗ ذلِكَ اَد ٰۤنى اَن يُّع َرفن‬ َ ِ‫ي قُل ِاِلَز َوا ِجكَ َوبَنتِكَ َون‬
َ َ‫سآءِ ال ُمؤمِ نِينَ يُدنِين‬ ٰۤ
ُّ ِ‫يـاَيُّ َها النَّب‬
‫غفُو ًرا َّرحِ ي ًم‬ ٰ َ‫فَ َل يُؤذَينَ ۗ َوكَا ن‬
َ ُ‫ّللا‬

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak


perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih

5
Syofrianisda, Karakteristik Pakaian Muslimah dalam Tinjauan Al-Qur'an dan Hadis, Istinarakah, Vol.
2 No. 1, 2020, Hal. 96

6
mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”

Pada suatu riwayat dikemukakan bahwa Siti Saudah (istri Rasulullah)


keluar rumah untuk sesuatu keperluan setelah diturunkan ayat hijab. Ia adalah
seorang yang badannya tinggi besar sehingga mudah dikenali orang. Pada
waktu itu Umar melihatnya, dan ia berkata: “Hai Saudah. Demi Allah,
bagaimana pun kami akan dapat mengenalmu. Karenanya cobalah pikir
mengapa engkau keluar?” Dengan tergesa-gesa ia pulang dan saat itu
Rasulullah berada di rumah Aisyah.

Sedang memegang tulang sewaktu makan. Ketika masuk ia ber-kata:


“Ya Rasulullah, aku keluar untuk sesuatu keperluan, dan Umar menegurku
(karena ia masih mengenalku)”. Karena peristiwa itulah turun ayat ini (Surat al-
Ahzab: 59) kepada Rasulullah Saw. Di saat tulang itu masih di tangannya. Maka
bersabdalah Rasulullah: “Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kau keluar
rumah untuk sesuatu keperluan.”17 Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa
istri-istri Rasulullah Saw.

Pernah keluar malam untuk mengqada hajat (buang air). Pada waktu itu
kaum munafiqin mengganggu mereka dan menyakiti. Hal ini diadukan kepada
Rasulullah Saw., sehingga Rasul menegur kaum munafiqin. Mereka menjawab:
“Kami hanya mengganggu hamba sahaya.” Turunnya ayat ini (Surat al-Ahzab:
59) sebagai perintah untuk berpakaian tertutup, agar berbeda dari hamba
sahaya. Dalam suatu riwayat juga mengatakan: “Para wanita mukminat pada
Malam hari pergi keluar rumah untuk buang hajat. Di tengah per-jalan-an,
mereka diganggu oleh orang-orang munafik (orang jahat) karena pen-jahat itu
tidak dapat membedakan antara wanita merdeka (terhormat) dengan yang
budak (sebab model pakaian yang mereka pakai sama); sehingga bila mereka
melihat seorang wanita me-makai tutup kepala (kerudung), maka mereka

7
berkata, “Ini perempuan merdeka”, lalu mereka biarkan ber­lalu tanpa
diganggu. Sebalik-nya, mereka melihat wanita tanpa tutup kepala lantas mereka
ber­kata, “Ini seorang budak perempuan”, lalu mereka buntuti (dengan tujuan
melakukan pelecehan seksual).” Dalam peristiwa itu tampak dengan jelas
bahwa ayat ini turun

Bukan khusus berkenaan dengan konteks menutup aurat perempuan,


tetapi lebih dari itu, yakni agar mereka tidak diganggu oleh pria-pria nakal atau
usil. Dengan demikian, kita dapat berkata dimana pun di dunia ini, baik dulu
maupun sekarang bila dijumpai kasus yang sama kriteria-nya dengan peristiwa
yang melatar belakangi turunnya ayat itu, maka hukumnya adalah sama sesuai
dengan kaedah ushul fiqih: “Hukum-hukum syara’ didasarkan pada ‘illat
(penyebabnya) “ada” atau “tidak ada” ‘illat tersebut. Jika ada, maka ada pula
hukumnya. Sebaliknya jika tidak ada ‘illat maka tidak ada hukumnya.
Berdasarkan kaedah itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berjilbab
hukumnya wajib.19 Sebelum turunnya ayat ini, cara berpakaian wanita
merdeka atau Budak, yang baik-baik atau kurang sopan hampir dapat
dikata-kan sama. Karena itu lelaki usil seringkali mengganggu wanita-wanita
khususnya yang mereka ketahui atau duga sebagai hamba sahaya. Untuk
menghindarkan gangguan tersebut, serta menampakkan kehormat-an wanita
muslimah ayat di atas turun menyatakan: Hai Nabi katakan-lah kepada istri-
istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita keluarga orang-orang
mukmin agar mereka mengulurkan atas diri mereka jilbab yakni keseluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu menjadikan mereka lebih mudah dikenal
sebagai wanita-wanita terhormat atau sebagai wanitawanita muslimah, atau

8
sebagai wanita-wanita merdeka sehingga dengan demikian mereka tidak
diganggu. Dan Allah senantiasa Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.6

D. Kriteria Busana Muslimah


Menurut Abdul Wahhab, ada lima kriteria busana muslimah yang sesuai
dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadist yaitu busana muslimah harus menutup
seluruh tubuhnya dari pandangan lelaki yang bukan mahram nya, hendaknya
busana yang dipakai wanita muslimah menutup apa yang dibaliknya (tidak tipis
menerawang), busana tidak ketat membentuk bagian-bagian tubuh, busana
wanita muslimah tidak menyerupai pakaian laki-laki, dan warna busana yang
dipakai wanita tidak menarik perhatian.7
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam busana Muslimah adalah
sebagai berikut:
1. Wajib menutup aurat. Pakaian tersebut mampu menutupi seluruh bagian
tubuh wanita. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah, “wanita adalah aurat”.
Bila wanita adalah aurat, maka seluruh tubuhnya harus tertutup.
2. Tidak tipis dan transparan. Pakaian yang dikenakan harus panjang dan tebal
hingga tidak menampakkan bayangan dalamnya. Tetapi bila yang
bersangkutan keluar dengan pakaian yang tipis sehingga tampak sesuatu
yang ada di balik bajunya, maka dia masuk dalam katagori perempuan yang
berpakaian namun layaknya telanjang.
3. Pakaian yang dikenakan harus longgar dan tidak ketat hingga
menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya.
4. Tidak menyerupai laki-laki. Wanita menyerupai laki-laki dan laki-laki
menyerupai wanita hukumnya adalah haram. Oleh karena itu, apabila ada

6
Umar Sidiq, Diskursus Makna Jilbab dalam Surat Al-Ahzab Ayat 59: Menurut Ibnu Kathir dan M.
Quraish Shihab, Kodifikasia, Vol. 6 No. 1, 2012, Hal. 168-170
7
Tantri Puspita Yazid & Ridwan, Proses Persepsi Diri Mahasiswa dalam Berbusana Muslimah,
Pemikiran Islam, Vol. 41 No. 2, 2017, Hal. 199

9
seorang wanita muslimah yang menyerupai laki-laki, baik pakaiannya,
gayanya atau hal-hal lain berhubungan dengan laki-laki, maka Allah telah
melaknat dia.
5. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir sekalipun menutupi seluruh tubuh,
sebab Rasulullah SAW melarang kita menyerupai orang-orang kafir.
6. Laki-laki disunnahkan memendekkan pakaian dan wanita
memanjangkannya. Syariat Nabi Muhammad membedakan antara pakaian
laki-laki dan pakaian wanita dalam masalah panjang dan pendeknya.
Syariat membatasi untuk laki-laki apa yang ada antara pertengahan betisnya
hingga di atas kedua mata kaki, dan mengharuskan wanita menutup kedua
kakinya dan jangan ada sesuatu pun yang nampak darinya. Hal itu karena
satu bagian saja dari tubuh wanita adalah fitnah bagi laki-laki. Maka dari
itu mereka diperintahkan menutup seluruhnya.8

E. Hukum Berbusana dan Hukum Jilbab Gaul


Islam hanya menetapkan bahawa pakaian itu mestilah bersih, menutup
aurat, sopan dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim. Aurat lelaki menurut
ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh
anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya. Jadi hukum
berbusana adalah wajib, akan tetapi berbusana yang diwajibkan ialah dengan
pakaian yang benar-benar menutup bukan membungkus.
Menutup aurat bagi wanita muslim adalah wajib hukumnya. Aurat
adalah bagian tubuh yang Terlarang bila dilihat orang lain yang bukan
mahromnya dan tubuh wanita yang boleh terlihat hanya muka dan pergelangan
tangan hingga jari-jari saja. Untuk menutup aurat bagian kepala salah satunya
yaitu jilbab. Jilbab yaitu kain yang digunakan para wanita untuk menutup

8
Hendri Kusmiadi, Konsep Batasan Aurat dan Busana Muslimah dalam Perspektif Hukum Islam, El-
Afkar, Vo. 5 No. 2, 2016, Hal. 100-101

10
bagian kepala, rambut, hingga leher. Dengan menggunakan jilbab ini maka
kepala dan rambut wanita akan tertutup. Jilbab bukanlah ikatan bagi kaum
wanita, bukan pula tradisi kuno atau bukti dari
Keterbelakangan kaum wanita saat ini, harus menyadari kedudukannya
dan membangun sisi kemanusiaan dalam dirinya, sebagai bukti dari
penentangannya melawan pakaian yang seronok, tipis, transparan dan tabiat
persolek yang dapat membangkit birahi laki-laki serta dapat menghancurkan
tabiat kemanusiaan membawa kepada tabiat binatang dan syaithan yang selalu
mengajak manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi ini. Dalam industri
mode pakaian, pakaian wanitalah yang paling cepat berubah dan banyak
variannya dibandingkan dengan model pakaian para laki-laki.
Terhadap pemakaian busana muslimah dalam kehidupan sehari-hari.
Bila pemahaman tinggi maka akan konsisten dalam aturan Islam sehingga
senantiasa memakai jilbab sebagai busana muslimah ketika keluar atau berada
di tempat umum. Sebaliknya, kaum wanita yang kurang pemahaman agama
tentang hal tersebut dan imannya juga lemah, maka akan cendrung untuk
melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Swt khususnya
dalam pemakaian jilbab funky (jilbab gaul) bagi kaum Wanita.
Berhijab (menutup aurat) adalah perintah Allah dan Rasulnya kepada
kaum perempuan muslim. Menurut kaedah penemuan hukum Islam, sesuatu
yang diperintahkan pada dasarnya adalah wajib, kecuali jika ada indikator yang
dapat mengalihkan hukum ini ke status sunat (diapresiasi jika dikerjakan).9

9
Nirmala Paputungan, Fenomena Jilbab Funky (Jilbab Gaul) di Kalangan Remaja Desa Samalili
Kecamatan Sojol, Ilmu Kependidikan dan Keislaman, Vol. 15 No. 2, 2020, Hal. 80

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam mengajarkan bahwa pakaian adalah penutup aurat, bukan sekedar
perhiasan. Islam mewajibkan setiap wanita dan pria untuk menutupianggota
tubuhnya yang menarik perhatian lawan jenisnya. Jilbab gaul adalah salah satu
jenis jilbab yang lagi ngetrend saat ini, biasanya banyak dikenakan oleh
kalangan remaja sekolah, atau mahasiswi-mahasiswi yang bahkan perguruan
tinggi beridentitas Islam sekalipun.
Dalil yang terkait di dalam hal tersebut terdapat dalam QS. An-Nur: 31
san Al-Ahzab: 59. Yang bahwasanya mwnutup aurat bagi kaum Muslimah
adalah wajib hukumnya.
Terdapat lima kriteria busana muslimah yang sesuai dengan ajaran Al-
Qur’an dan Hadist menurut Abdul Wahabb, yaitu busana muslimah harus
menutup seluruh tubuhnya dari pandangan lelaki yang bukan mahram nya,
hendaknya busana yang dipakai wanita muslimah menutup apa yang dibaliknya
(tidak tipis menerawang), busana tidak ketat membentuk bagian-bagian tubuh,
busana wanita muslimah tidak menyerupai pakaian laki-laki, dan warna busana
yang dipakai wanita tidak menarik perhatian.

B. Saran
Dalam menyelesaikan makalah ini kami selaku penulis mengakui
bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada isi makalah kami, maka
untuk itu kami selaku penulis berharap semoga senantiasa untuk memberikan
kritik dan saran atas makalah kami ini. Dan semoga makalah yang kami
sampaikan ini dapat menjadi manfaat bagi teman-teman semua.

12
DAFTAR PUSTAKA
Baso, M. (2015). Aurat dan Busana. Al-Qadau, Vo. 2 No. 2.
Irsyad, M. (2012). Jilbab Terbukti Memperlambat Penuaan dan Kanker Kulit.
Yogyakarta: Mutiara Media.
Kusmidi, H. (2016). Konsep Batasan Aurat dan Busana Muslimah dalam Perspektif
Hukum Islam. El-Afkar, Vo. 5 No. 2.
Munawwir, A. (2021). Konsep Pakaian dalam Al-Qur'an. Tafsere, Vol. 9 No. 2.
Paputungan, N. (2020). Fenomena Jilbab Funky (Jilbab Gaul) di Kalangan Remaja
Desa Samalili Kecamatan Sojol. Ilmu Kependidikan dan Keislaman, Vol. 15
No. 2.
Ridlowati, N., & Rasyidah, S. (2007). Jilbab Gaul dan Jilbab Besar. Shabran, Vol. 20
No. 1.
Sidiq, U. (2012). Diskursus Makna Jilbab dalam Surat Al-Ahzab Ayat 59: Menurut
Ibnu Kathir dan M. Quraish Shihab. Kodifikasia, Vol. 6 No. 1.
Syofrianisda. (2020). Karakteristik Pakaian Muslimah dalam Tinjauan Al-Qur'an dan
Hadis. Istinarakah, Vol. 2 No. 1.
Yazid, T. P., & Ridwan. (2017). Proses Persepsi Diri Mahasiswa dalam Berbusana
Muslimah. Pemikiran Islam, Vol. 41 No. 2.

13

Anda mungkin juga menyukai