Anda di halaman 1dari 17

Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.

x, bulan x tahun,

Komodifikasi Hijab Islami dengan Trend Fashion Hijab


_____________________________________________________________________
Ahmad Satrio Wibisono
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
ahmadsw0202@gmail.com

Bunga
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
bungabcd.cxt03@gmail.com

Nurhanifah
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
nrhnifah19@gmail.com

Naskah diterima:, direvisi:; disetujui:


_____________________________________________________________________

Abstract
The command to cover the genitals for Muslim women is obligatory. In accordance
with the word of God in QS. Al-Ahzab [33]: 53, Muslim women are required to
lengthen the cloth up to the chest in order to avoid distractions that are vulnerable to
getting when on the road. Nowadays, the use of hijab in accordance with Allah's
commandments has been commodified following the trend that is currently hype,
leaving a substantial value for how to actually use the hijab. The purpose of this
research is to provide readers with an understanding of the function and essence of
the actual hijab. The research method used in this research is descriptive qualitative
where the researcher collects data from various sources and then puts it together and
analyzes it from various points of view.

Keywords: genitalia, hijab, commodification.


Abstrak
(Times New Roman 12, Bold, spasi 1, spacing before 6 pt, after 6 pt)

Perintah untuk menutup aurat bagi perempuan muslim adalah wajib. Sesuai dengan
firman Allah dalam QS. Al-Ahzab [33]: 53, perempuan muslim diwajibkan untk
memanjangkan kainnya hingga ke dada agar terhindar dari gangguan-gangguan yang
rentan didapatkan Ketika di jalan. Dewasa ini penggunaan hijab yang sesuai dengan
perintah Allah sudah dikomodifikasikan mengikuti trend yang sedang hype hingga
meninggalkan nilai substansial dari bagaimana penggunaan hijab yang sesungguhnya.
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman
pembaca terkait dengan fungsi dan esensi dari hijab yang sebenarnya. Metode
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dimana
peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk kemudian disatukan dan
dianalisis dari bermacam sudut pandang.
Kata Kunci: aurat, hijab, komodifikasi

Pendahuluan (Introduction)

Latar Belakang penelitian

1
Islam adalah agama yang sangat memuliakan dan menghormati wanita, bentuk
nyatanya adalah perintah untuk menutup aurat bagi perempuan muslim. Lain dengan laki-
laki yang auratnya adalah pusar sampai lutut, maka perempuan muslim yang sudah baligh
harus menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Perintah menutup aurat
sama halnya seperti perintah untuk melaksanakan sholat dan perintah berpuasa di bulan
Ramadhan, yakni wajib. Hal ini bertujuan untuk melindungi harkat dan martabat wanita agar
terlindung dari gangguan-gangguan dan dipandang sebagai wanita yang menaati perintah
Allah dan Rasulullah SAW. Seseorang muslimah dapat dikatakan Islam ketika sudah
memilih untuk menutup auratnya dan konsisten dalam memakainya.

Don’t judge a book by its cover. Kita sering mendengar dan melihat kata-kata ini, jadi
kita tidak menilai seseorang dari penampilan atau penampilannya. Tapi itu tidak mungkin
untuk saat ini. Orang sering menilai orang lain dari penampilan mereka. Satu hal yang selalu
dapat Anda lihat adalah bagaimana seseorang berpakaian. Membicarakan pakaian berarti
membicarakan hal-hal yang benar-benar berkaitan erat dengan kita (Barnard, 1996: vi). Ini
menunjukkan bahwa apa yang kita kenakan setiap hari dapat menjelaskan kepribadian kita.
Pakaian yang kita kenakan membuat pernyataan tentang siapa diri kita. Meskipun kami
bukan tipe orang yang tidak terlalu peduli dengan pakaian, kami menafsirkan bahwa orang
yang terlibat dengan kami mencoba menyampaikan pesan ke sisi lain dari pakaian yang kami
kenakan. Pakaian kita tentu membentuk penampilan kita. Nilai-nilai agama, adat,
persyaratan lingkungan (baik tertulis atau tidak), dan nilai-nilai kenyamanan semua
mempengaruhi pakaian kita.

Salah satu cara berpakaian yang berkaitan dengan nilai agama dan yang sering
menjadi pusat perhatian adalah dengan menggunakan hijab. Hijab berasal dari kata Arab
hajaba ( ‫ ) حجب‬yang artinya mendinding atau menutupi. Hijab dalam arti bahasa arab
memiliki arti penghalang, tutup atau tabir. Hijab ini lebih condong kepada suatu alat penutup
yang merujuk dibalik kata tabir. Sebagaimana disebutkan dalam QS Al Ahzab [33]:53

ۤ ُ َٔ ْ َ ً َ َ َّ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ
‫اسـل ْو ُه َّن ِم ْن َّو َرا ِء ِح َجاب‬ ‫و ِاذا سالتموهن متاعا ف‬

Artinya : Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi),
maka mintalah dari belakang tabir.

Dalam tafsir maudu’i hijab berarti penutup (al-satir), penghalang (al-man’u), juga
berarti tabir, tirai, dinding, pembatas, dan penggugur. Artinya bahwa hijab berarti
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

tertutupnya atau terhalangnya sesuatu dari pandangan, dalam istilah fikih berarti segala
sesuatu yang menghalangi atau menutup aurat perempuan dari pandangan mata. Demikian
secara istilah hijab merupakan sesuatu yang dapat menutupi dan memberikan batasan antara
laki-laki dan perempuan, tanpa mengkhususkan pada pakaian muslimah. Dalam Islam, hijab
tidak hanya sebatas pada jilbab saja. Orang yang berada dibalik penghalang, penutup
ataupun tabir, maka orang tersebut berada dibalik hijab. Maksud dari kata penghalang
adalah, penutup atau pemisah perempuan agar tidak tampak (terlihat oleh laki-laki), yang
sekarang lebih dikenal dengan sebutan jilbab yaitu busana perempuan muslim.

Wanita muslimah dikatakan menggunakan hijab apabila tengah memakai jilbab (baju
atau pakaian yang dijulurkan ke seluruh tubuh). Dalam Islam jilbab dimaknai sebagai
pakaian yang menutup seluruh tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Agamalah
yang mewajibkan perempuan muslim untuk menutup aurat mereka dengan jilbab. Tentu saja
dengan begini alasan mereka menggunakan jilbab hanyalah karena agama. Berjilbab adalah
sebuah hukum dan syariat agama Islam yang berakar kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi Saw. Memakainya sesuai dengan ajaran tersebut termasuk dalam kategori ibadah kita
kepada Allah Swt. Dalam ajaran Islam, para wanita dianjurkan mengenakan jilbab untuk
menutupi seluruh badan, kecuali telapak tangan, kaki, dan wajah. Tujuannya untuk
menghindari pandangan yang mengundang syahwat. Jadi busana demikian biasanya dibuat
longgar dan berwarna gelap. Unsur religius tersebut sangatlah penting dan harus
dinomorsatukan, sebab jika benar kenyataan religius itu bermakna dalam hidup ini maka
haruslah dilihat pula bagaimana agama itu terpancar dalam penghayatan kultural dan
kenyataan sosial.

Di Indonesia, jilbab memiliki pengertian sebagai kerudung lebar yang dipakai


wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada. Sedangkan pengertian di
negara-negara Islam, jilbab adalah pakaian terusan panjang yang menutupi seluruh badan,
kecuali telapak tangan, kaki, dan wajah yang biasanya dikenakan oleh para wanita muslim.
Jilbab menutup bagian leher dan mengulur ke bawah menutupi badan. Bagian atas ditutup
dengan khimar (kerudung). Penggunaan jenis pakaian ini terkait dengan tuntunan ajaran
Islam untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat (Libang Kompas, 2010).

Masih menurut Litbang Kompas, ada beberapa kriteria jilbab. Kriteria tersebut adalah:

1. Harus menutup seluruh badan, kecuali wajah dan kedua telapak tangan.

3
2. Jilbab bukan merupakan perhiasan.

3. Tidak tipis.

4. Tidak ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh.

5. Tidak menyerupai pakaian kaum pria.

Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin


berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-sehari.
Media sosial memudahkan dalam mengakses dan mengetahui informasi terbaru terkait tren
fashion, sehingga banyak di kalangan remaja mengadopsi serta mencampurkan budaya asing
ke dalam budaya Indonesia yang mayoritas ummatnya beragama Islam. Budaya populer
khususnya dalam bidang fashion telah merambat di tengah-tengah masyarakat kota. Tidak
sedikit dari mereka yang mengikuti budaya populer dalam hal berpakaian. Jika dulu, jilbab
dianggap sebagai pakaian yang kurang modern dan kolot maka sekarang justru sebaliknya.
Jilbab menjadi salah satu trend mode yang sangat populer di kalangan masyarakat. Jilbab
bukan lagi dianggap sebagai pakaian yang kolot dan kurang modern. Hal ini merupakan
salah satu hasil kreativitas perempuan dalam memaknai dan menggunakan jilbab.

Dulu kita melihat perempuan yang mengenakan jilbab identik dengan ibu- ibu yang
kaku yang hidupnya terbatas oleh agama. Namun saat ini jilbab tidak hanya digunakan oleh
para ibu-ibu, namun juga digunakan oleh remaja akhir, bahkan oleh remaja akhir yang selalu
mengikuti mode yang sedang tren. Kini kita melihat jilbab sebagai bagian dari gaya hidup
remaja muslim. Bahkan, saat ini mulai banyak bermunculan butik yang dengan khusus
menjual jilbab yang telah dimodifikasi dengan berbagai cara. Berjilbab tidak boleh menjadi
sekadar trend sehingga apabila trend tersebut berubah maka jilbab ditinggalkan

Di kalangan remaja tentunya mahasiswi menjadi sorotan terkait hal tersebut terfokus
pada penampilan dan penggunaan hijab atau penutup kepala bagi kaum wanita muslimah.
Begitu banyaknya mahasiswi pada Perguruan Tinggi yang diwajibkan menggunakan hijab,
namun hijab yang digunakan hijab yang masih merupakan fenomenal dan menjadi
perdebatan dalam ruang lingkup sosial, sehingga menimbulkan banyak perilaku dan
tindakan yang menampilkan mahasiswi yang kontroversial dalam berpenampilan menurut
kalangan civitas akademik dan masyarakat umum.
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

Fenomena trend fashion pada hijab sudah ada sejak dulu namun seiring berjalannya
waktu semakin banyak fashion hijab yang baru bermunculan. Sehingga tidak sedikit wanita
muslimah mengenakan hijab namun penggunaannya banyak yang tidak sesuai dengan
ketentuan hijab yang telah Allah SWT tetapkan. Perbedaan paling mendasar dari muslimah
dan wanita lainnya adalah standar hidupnya. Muslimah memiliki standar yang pasti dalam
hidupnya, yaitu syari'at Allah Ta'ala. Oleh karena itu seharusnya kehidupan muslimah bisa
menjadi lebih teratur dan mudah. Karena tidak berpatokan pada trend dunia yang bergonta-
ganti dan sudah pasti mengorbankan banyak hal. Salah satunya saja dalam dunia fashion.
Jika seseorang selalu mengejar trend fashion yang ada, maka dia akan berjuang untuk
mengejarnya, padahal suatu saat nanti trend tersebut akan tergantikan dengan trend yang
lain. Maka bisa dibayangkan, betapa sia-sianya sebuah perjuangan jika hanya digunakan
untuk mengejar kebanggaan yang sifatnya hanya sementara. Sedangkan standar yang Allah
beri itu, sifatnya everlasting, tidak berpatokan pada nafsu manusia yang selalu berubah-ubah
setiap harinya. Dan sudah pasti, Allah memberi standar yang terbaik, karena hanya Allah lah
yang paling mengerti apa yang dibutuhkan oleh setiap hambanya. Seperti contohnya saja
dalam berhijab. Sangat banyak contoh-contoh diluar sana, tapi Allah memberi tutorialnya
dalam Surah An-Nur ayat 31, "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya." Jika
sudah begitu, apakah masih mau ikut standar dan tutorial dari manusia?

Rumusan Masalah

1. Bagaimana hijab dalam perspektif Islam ?

2. Bagaimana ketentuan hijab yang disyari’atkan Allah SWT ?

3. Bagaimana macam-macam trend fashion hijab ?

4. Bagaimana Komodifikasi hijab dengan adanya trend fashion dalam pandangan Islam ?

Metode Penelitian/Metode Kajian (Research Methode)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
kualitatif deskriptif.

5
Hasil dan Pembahasan (Finding Research)

1. Hijab dalam perspektif Islam

Pengertian Hijab

Hijab berasal dari kata Arab hajaba ( ‫ ) حجب‬yang artinya mendinding atau menutupi.
Hijab dalam arti bahasa arab memiliki arti penghalang, tutup atau tabir. Hijab ini lebih
condong kepada suatu alat penutup yang merujuk dibalik kata tabir. Sebagaimana disebutkan
dalam QS Al Ahzab [33]:53

ۤ ُ َٔ ْ َ ً َ َ َّ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ
‫اسـل ْو ُه َّن ِم ْن َّو َرا ِء ِح َجاب‬ ‫و ِاذا سالتموهن متاعا ف‬

Artinya : Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri


Nabi), maka mintalah dari belakang tabir.

Menurut tafsir maudu’i hijab berarti penutup (al-satir), penghalang (al-man’u), juga
berarti tabir, tirai, dinding, pembatas, dan penggugur. Artinya bahwa hijab berarti
tertutupnya atau terhalangnya sesuatu dari pandangan, dalam istilah fikih berarti segala
sesuatu yang menghalangi atau menutup aurat perempuan dari pandangan mata. Demikian
secara istilah hijab merupakan sesuatu yang dapat menutupi dan memberikan batasan antara
laki-laki dan perempuan, tanpa mengkhususkan pada pakaian muslimah. Dalam Islam, hijab
tidak hanya sebatas pada jilbab saja. Orang yang berada dibalik penghalang, penutup
ataupun tabir, maka orang tersebut berada dibalik hijab. Maksud dari kata penghalang
adalah, penutup atau pemisah perempuan agar tidak tampak (terlihat oleh laki-laki), yang
sekarang lebih dikenal dengan sebutan jilbab yaitu busana perempuan muslim.

Dalil tentang hijab

Dalam Al-Qur’an, perintah untuk memakai hijab terdapat pada QS. Al Ahzab
[33]:59. Menurut sejarah, perempuan-perempuan pada masa Islam terdahulu mengenakan
pakaian yang serupa dengan perempuan-perempuan yang menjadi hamba sahaya. Umumnya
menggunakan baju dan penutup kepala (kerudung) tetapi membiarkan leher dan dada mereka
terlihat oleh orang lain. Sering pula mereka sudah mengenakan kerudung/jilbab yang
memperlihatkan telinga, leher, dan sebagian dada mereka dengan menarik ujung
kerudung/jilbab mereka ke belakang. Fenomena itu dimanfaatkan oleh orang-orang munafik
untuk menggoda dan mengganggu perempuan tak terkecuali perempuan mukmin.
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

Penyebabnya adalah identitas mereka tidak memperjelas bahwa mereka adalah seorang
Muslimah. Berdasar pada situasi tersebut, maka Allah turunkan petunjuknya yang berkata:

ََ ْ َْ ٰ َ ٰ َ َ َ َ ْ ُْ ۤ ٰ َ ْ َ ِ ْ ُ ُّ َّ َ ُّ َ ٰٰٓ
‫اج َك َو َبن ِت َك َو ِن َسا ِء اْلؤ ِم ِن ْين ُي ْد ِن ْين َعل ْي ِه َّن ِم ْن َجَل ِب ْي ِب ِه َّن ذ ِل َك ا ْدن ٰٓى ان ُّي ْع َرف َن فَل‬ ِ ‫يايها الن ِبي قل ِّلزو‬
ُ َ ُ‫ُ ْ َْ َ ََ َ ه‬
‫ّٰللا غف ْو ًرا َّر ِح ْي ًما‬ ‫يؤذين وكان‬

Artinya : “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan


isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab
[33]:59)

Telah diketahui bahwa pada awalnya yang mendapat perintah dari Allah SWT untuk
memanjangkan jilbabnya yaitu para isteri Nabi, anak-anak Nabi, dan keluarga orang-orang
yang beriman. Sehingga setelah tercetus kalimat tersebut, keluarga dari orang-orang
berimanlah yang harus mematuhi perintah menutup aurat tersebut. Dijelaskan pula seorang
perempuan muslim, pakaian yang boleh dikenakan adalah pakaian yang menutup seluruh
tubuhnya (jubah) yang memiliki tujuan agar perempuan tersebut dapat terlindung dari
gangguan. Baju kurung longgar dengan penutup kepala (kerudung) adalah poin yang
dimaksudkan dalam penjelasan diatas.

Dengan demikian, QS. Al Ahzab [33]:59 sangat jelas memerintahkan seluruh


Muslimah untuk mengenakan pakaian yang dapat menjadi ciri khas mereka agar lebih
mudah dikenali bahwa dia adalah Muslim. Ayat ini juga memberikan perintah supaya
jilbab/kain yang mereka gunakan untuk menutup aurat hendaknya terulur sampai badan.

Perintah serupa terdapat pada QS. An-Nur [24] ayat 31 berikut ini:

َّ َ َ ْ ُ َ َ َّ ُ َ ُ ُ َ ْ َ ْ َ َ َّ
‫ين ِزين َت ُه َّن ِإ ّل َم ا‬ ‫ص ا ِر ِه ن وي ح ف ظ ن ف روج ه ن وّل ي ب ِد‬ َ ‫ض َن م ْن َأ ْب‬ ْ ‫ض‬ ُ ‫َو ُق ْل ل ْل ُم ْؤم َن ات َي ْغ‬
ِ ِ ِ ِ
َ َ َّ َ َ ْ ُ َ َ َّ َ ُ ْ ‫َظ َه َر م ْن َه ا ۖ َو ْل َي‬
‫ين ِزين َت ُه َّن ِإ ّل ِل ُب ُع ول ِت ِه َّن أ ْو‬ ‫ض ِر ْب َن ِب خ ُم ِر ِه َّن َع ل ٰى ُج ُي و ِب ِه ن ۖ وّل ي ب ِد‬ ِ
َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
‫َآب ا ِئ ِه َّن أ ْو َآب ِاء ُب ُع ول ِت ِه َّن أ ْو أ ْب ن ا ِئ ِه َّن أ ْو أ ْب ن ِاء ُب ُع ول ِت ِه َّن أ ْو ِإ خ َوا ِن ِه َّن أ ْو َب ِن ي ِإ خ َوا ِن ِه َّن أ ْو‬
ْ ُ َْ َ َّ َ َّ ُ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َّ َ ‫َب ن ي َأ َخ َوا ت ه َّن َأ ْو ن‬
‫اْل ْر َب ِة ِم َن‬
ِ ِ ِ ‫ي‬ ‫ول‬ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ين‬ ‫ع‬ ‫اب‬
ِ ِ ‫الت‬ ‫و‬ِ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫ان‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫أ‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫ئ‬
ِِ ِ‫ا‬ ‫س‬ ِِ ِ

7
َ ْ ‫الن َس اء ۖ َو َّل َي‬
ِ ْ َ ََ ْ َ ْ َ َ َّ ْ ِ َ َ ِ
‫ض ِر ْب َن ِب أ ْر ُج ِل ِه َّن‬ ِ ِ ‫ات‬ ِ ‫الط ف ِل ال ِذ ين ل م ي ظ َه ُروا ع ل ٰى ع و َر‬
ِ ِ ‫ال‬
‫و‬ ‫أ‬ ِ ‫الرج‬
ِ
َ ُ َّ َ َ ُْ َ ً َ َّ َ ُ ُ َ َّ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ ْ ُ
‫يع ا أ ُّي َه اْل ْؤ ِم ُن ون ل َع ل ك ْم ُت ْف ِل ُح ون‬ ‫ّٰللا ج ِم‬
ِ ‫ِل ي ع ل م م ا ي خ ِف ين ِم ن ِزين ِت ِه ن ۚ وت وب وا ِإ ل ى‬

Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka,
atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak
yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” (QS. An-Nur [24] ayat 31)

Ayat ini menjelaskan lagi tentang perintah Allah SWT untuk seluruh perempuan
Muslim agar menjaga kehormatan dan menutupi perhiasannya dengan mengenakan pakaian
tertutup yaitu mengulurkan kain/kerudung hingga ke dada.

Syahrur mengatakan seperti halnya dikutip oleh Mustaqim, maksud daripada QS.
An-Nur [24] ayat 31 tersebut adalah sebuah pantangan menatap perempuan yang bukan
mahramnya saat ia sedang terbuka auratnya. Sebab, perintah yang terkandung di dalam ayat
tersebut dikaitkan dengan perintah menjaga kemaluannya. Berkenaan dengan pembahasan
terkait dengan pakaian yang semestinya digunakan oleh perempuan ketika hendak keluar
rumah, Syahrur menerangkan bahwa Al-Qur’an membicarakan tentang jilbab yaitu pakaian
luar berupa celana panjang atau gamis dan tidak harus mengenakan penutup kepala. Fungsi
dari jilbab itu sendiri adalah melindungi tubuh dari gangguan yang bersifat alamiah (suhu)
maupun sosial (pelecehan).

2. Ketentuan hijab yang disyari’atkan Allah SWT.

Trend fashion yang terus mengalami perkembangan dan perubahan, mempengaruhi


cara wanita muslimah dalam mengenakan hijab. berbagai macam gaya dan model berhijab
kini telah ada. Hal ini yang terkadang kurang diperhatikan oleh wanita muslimah. Terkadang
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

mereka hanya mengikuti trend tanpa mempertimbangkan nilai syari’at. Banyak sekali gaya
dan model dalam berhijab yang jauh dari nilai syari’at atau yang disebut dengan berhijab
tapi telanjang. Mengingat hal tersebut, para perempuan yang sudah mengenakan hijab harus
berhati-hati dan mempertimbangkan banyak hal. Diantara kehati-hatian itu adalah dengan
mengetahui ketentuan-ketentuan berhijab syar’i, batasan-batasan aurat seorang perempuan
dan lain lain. Dalam Al-Qur’an telah banyak dijelaskan tentang kewajiban berhijab atau
menutup apa yang harus ditutup oleh seorang perempuan, namun bagaimana ketentuan atau
syarat-syarat secara syari’at tentang penggunaan hijab. Adapun syarat-syarat pakaian wanita
muslimah sesuai dengan syariat Islam menurut Syeikh Nashirudin Al-bani yang dijelaskan
dalam buku risalah fiqih wanita yng ditulis oleh Maftuh Ahnan adalah sebagai berikut:

1) Menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.


2) Berbahan tebal tidak tembus pandang (transparan) sehingga dapat memperlihatkan
warna kulit.
3) Longgar dan tidak sempit (ketat) sehingga tidak menampakkan lekuk-lekuk tubuh.
4) Tidak menyerupai pakaian laki-laki (Larangan menyerupai di sini adalah keserupaan
karena ingin berlagak seperti laki-laki pada umumnya atau menampakkan diri seperti
laki-laki).
5) Tidak menyerupai pakaian wanita kafir dan wanita jahiliyah. Para wanita jahiliyah
memakai kerudung tapi leher dan dada mereka tetap terlihat.
6) Tidak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian orang yang melihatnya
(syuhroh). Pakaian syuhroh adalah pakaian yang sengaja digunakan untuk
memamerkan kebesaran dan kemasyhuran di tengah-tengah masyarakat.
7) Tidak diberi hiasan yang berlebihan, seperti warna warni yang berlebihan,
menampakkan perhiasan dan menggunakan wewangian yang mencolok wanginya.

Hijab yang sempurna (syar’i) sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam yang
tersebut di atas adalah yang dapat menutup semua aurat wanita. Hijab bukanlah semata-mata
perhiasan tubuh saja, tidak berwarna mencolok dan mengundang perhatian, berbahan tebal
dan tidak transparan sehingga tidak menampakkan warna kulit, longgar dan tidak ketat
sehingga tidak menggambarkan bentuk tubuh wanita seperti yang diterangkan dalam Firman
Allah SWT QS. Al-Ahzab ayat 59.

Al-Albani menjelaskan mengenai fenomena wanita muslimah masa kini dalam


kebiasaan berpakaian yang harus diperbaiki, di antaranya sebagian besar muslimah sudah

9
banyak yang menutupi bagian rambut dan dadanya, namun mereka masih memakai pakaian
ketat sehingga nampak jelas lekuk tubuhnya, tidak sedikit perempuan muslimah yang
menutupi bagian paha sampai kakinya dengan celana ketat yang sewarna dengan kulitnya.
Adapula yang memakai kerudung (khimar) tetapi tanpa kerudungnya diikat ke leher. Masih
banyak lagi fenomena lain yang serupa atau lebih parah di zaman sekarang. Tragisnya,
masyarakat muslim menganggap itu semua sebagai busana muslimah dan simbol Islam,
padahal hakikatnya adalah busana fitnah yang merupakan makar besar musuh-musuh Islam.
Inilah yang terjadi pada sebagian besar perempuan muslimah yang sering kita jumpai bahkan
di kampus pun banyak sekali perempuan yang sudah mengenakan hijab namun sebagian
besar dari mereka hanya mengikuti trend fashion dunia tidak mengikuti syari’at berhijab
yang sudah allah tetapkan.

Berdasarkan penjelasan mengenai adab berpakaian bagi wanita muslimah tersebut,


maka seorang perempuan muslimah yang mengaku dirinya beriman, hendaklah
memperhatikan adab-adab tersebut ketika bertemu dengan orang lain (laki-laki yang bukan
mahramnya) dan ketika keluar rumah. Hendaklah para perempuan muslimah menjaga
kehormatan dirinya dari fitnah dan gangguan laki-laki dengan cara tampil dengan
menggunakan pakaian yang syar’i (sesuai dengan ketentuan syariat Islam). Dengan kata lain,
perempuan muslimah yang sudah mencapai usia baligh (dewasa), jika keluar rumah atau
bertemu dengan laki-laki yang bukan mahramnya dengan berpakaian yang tidak memenuhi
syarat-syarat yang sudah Allah tetapkan, maka menurut hukum Islam perbuatan itu termasuk
dosa dan melanggar perintah Allah untuk menutup aurat dengan hijab sesuai firman-Nya
dalam QS. al-Ahzab [33] ayat 59.

3. Macam-macam trend fashion hijab.

Islam memandang pakaian tidak semata-mata lahir karena kontruksi sosial dan
budaya kemanusiaan, di mana hal itu tidak lahir dalam budaya binatang. Islam memberikan
makna yang lebih dengan menghadirkan syariat berpakaian bagi laki-laki dan perempuan,
bukan semata dari kacamata kepantasan atau pun selera keindahan, lebih dari itu berpakaian
harus menjadi sebuah ibadah. hijab merupakan identitas wanita muslimah diisyariatkan
Allah SWT, agar menjadi benteng kokoh yang mampu melindungi dirinya dari fitnah, dan
menjadi framework yang mengatur fungsi wanita sebagai pelahir generasi yang kuat,
pembentuk umat masa depan, dan lebih lanjut sebagai penyumbangsih kemenangan dan
kekokohan Islam di muka bumi.
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

Allah memberi tutorial untuk para wanita dalam mengenakan hijab dalam Surah An-
Nur [24] ayat 31, "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Namun saat ini muncul
fenomena fashion pada hijab di kalangan model, artis maupun publik figur. Hijab style/hijab
fashion tidak lagi dikaitkan dengan perintah berjilbab tapi lebih dieratkan hubungannya
dengan tampil cantik dan trendy. Kemoderenan hijab muncul karena telah disandingkan
dengan dunia fashion. Jilbab dalam kini berada dalam situasi dilema ketika berhadapan
dengan media dan gaya hidup pop, ia berhadapan dengan persimpangan jalan antara nilai-
nilai spiritual dan nilai-nilai gaul. Hijab saat ini tidak hanya menjadi simbol keagamaan
namun juga sebagai budaya dan gaya hidup. wanita muslimah saat ini mencoba
mengaplikasikan antara agama dan trend fashion ke dalam kehidupan mereka. Hijab yang
disandingkan dengan fashion kemudian membuatnya ikut memiliki sifat postmodern dan
mampu menembus dunia maya. Keberagaman, kebaruan, dan perbedaan yang muncul dari
hijab fashion telah membuat banyak wanita muslimah melupakan tutorial cara mengenakan
hijab yang telah Allah tetapkan, wanita muslimah sekarang ini lebih mengutamakan fashion
daripada syari’at.

Selama perbedaan dan perubahan selalu dimunculkan oleh para designer hijab, maka
proses komodifikasi akan terus berlangsung karena perbedaan dan perubahanlah yang
menjadi daya tarik utama perdagangan. Fashion merupakan salah satu hasil dari tuntutan
gaya hidup yang diciptakan oleh manusia kemudian dikontruksikan sebagai salah satu
bentuk pemenuhan bagi orang-orang yang hidup di budaya modern seperti sekarang ini.
Tidak hanya pakaian, sepatu dan tas, kini hijab pun telah menjadi bagian dari industri fashion
di Indonesia

Bisa dikatakan jilbab sekarang menjadi trend fashion dengan begitu banyak kreasi-kreasi
model jilbab yang kita temukan di kalangan remaja, orang dewasa bahkan ibu-ibu. Kita bisa
melihatnya di tempat-tempat umum, kampus-kampus dan kantor-kantor begitu banyaknya
model atau kreasi jibab yang wanita Islam kenakan.

Berikut ini adalah beberapa macam fashion hijab

Gambar 1. Model Hijab Klasik

11
Model seperti gambar diatas tampaknya tak pernah ketinggalan zaman. Dari zaman
dulu sampai sekarang masih banyak wanita yang menggunakannya sekalipun gempuran
trend model hijab sudah mulai bergeser kearah yang lebih fashion. Kebanyakan pengguna
jilbab ini adalah wanita dewasa yang sudah malu dengan model ABG yang gayanya sangat
hijabers. Gaya hijab ini memang sangat simpel dengan menggunakan jilbab ciput kemudian
jilabab dipasangkan dikepala dengan menyerupai segitiga dan dipasangkan peniti dibawah
dagu selesai. sangat sederhana dan dengan gaya yang sederhana pula

Gambar 2. Model Hijab Ciput dan kerudung

Di era tahun 90-an, ada model jilbab dengan ciput dan kerudung atau kerudung saja
tanpa ciput. Gaya ini di masanya sempat trendy meskipun tidak terlalu menutup aurat dengan
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

kemunculan beberapa artis dan politikus wanita dengan gaya seperti ini, misalnya Yenni
Wahid artis Ineke Koesherawati.

Gambar 3. Model Hijab Ikat

Pada era tahun 2000-an sempat populer jilbab dengan melilitkannya ke leher yang
nampak lebih praktis. Gaya jilbab ini sering digunakan oleh artis dan ditiru secara luas.

Gambar 4. Model Hijab Masa Kini

Hijab yang penuh dengan kreasi dan memadukan banyak warna yang mulai populer
3-4 tahun belakangan ini. hijab jenis ini lebih disukai oleh remaja putri yang sangat suka

13
dengan hal-hal yang baru. Kreasi jilbab ini tidak hanya dengan gaya hijab semata tapi juga
memadukan model busana yang memnikuti trend sekarang ini dengan beragam warna.

Melihat fenomena pada saat sekarang ini seperti pakaian, trend hijab juga terus
berkembang menjadi bagian dari fashion hal ini terlihat dari banyaknya gerai yang khusus
menjual hijab dan gampang ditemui. Hal ini menandakan banyaknya permintaan terhadap
hijab. Kenyataannya semakin banyaknya wanita yang mengenakan hijab pada dekade
terakhir ini merupakan pemandangan umum yang menarik perhatian, fenomena ini muncul
dengan seiring berkembangnya beragam jenis mode, bentuk dan jenis hijab yang unik dan
menarik. Produksi hijab secara besar-besaran melahirkan banyak mode hijab sehingga
muncullah nama dan istilah hijab berdasarkan modelnya tersebut.

4. Komodifikasi Pada Hijab


Di zaman ini, komodifikasi Islam tampak tumbuh dan berkembang. Penggunaan
simbol-simbol Islam di ruang publik juga semakin gencar, komodifikasi Islam memainkan
perannya dalam memberikan pengaruh yang luas dan meranjak menjadi mode muslimah.
Dimana simbol agama ini yaitu hijab pada dasarnya memiliki nilai yang sangat agamis,
bahkan wajib hukumnya dalam penggunaannya untuk wanita muslimah yang sudah balig.

Komodifikasi (commodification) menurut Piliang adalah sebuah proses menjadikan


sesuatu yang sebelumnya bukan komoditi sehingga kini menjadi komoditi. Komoditi yaitu
segala sesuatu yang diproduksi dan dipertukarkan dengan sesuatu yang lain, biasanya uang,
dalam rangka memperoleh nilai lebih atau keuntungan. Barker mendefinisikan komodifikasi
sebagai proses asosiasi terhadap kapitalisme, yaitu objek, kualitas dan tanda dijadikan
sebagai komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tujuan utamanya adalah untuk dijual ke
pasar. Komodifikasi banyak bersinggungan dengan bidang lainnya, salah satunya
bersentuhan dalam bidang hijab.

Pada dasarnya, hijab digunakan untuk menutup aurat bagi wanita muslimah yang
sudah balig sebagai wujud ketaatan terhadap perintah Allah SWT. Namun, seiring
berjalannya waktu, dan pergeseran komodifikasi terutama agama, nilai-nilai keagamaan
terus berjalan mengikuti arus globalisasi, seperti penggunaan hijab pada era modern ini.
Bisnis semakin menjamur, berbagai merk hijab dengan berbagai mode memasuki ranah
ekonomi. Youtuber pun tak ingin kalah, menampilkan tayangan tentang tutorial hijab yang
kekinian dengan berbagai macam dan aksesorisnya. Komodifikasi hijab menggunakan
media online adalah salah satu akses yang dikembangkan. Dalam konten youtube, terdapat
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

beragam kegiatan “hijab tutorial” yang mengajarkan langkah demi langkah untuk
menggunakan hijab. “Hijab tutorial” merupakan salah satu daya tarik dari perkembangan
komodifikasi hijab. Pengaruh ini merupakan rangkaian yang tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan konten-konten youtube dan instagram seperti tutorial memakai hijab yang
trandy. Konten seperti ini merupakan pencerminan kecenderungan pasar kelas menengah
masyarakat Indonesia. Di mana kelas menengah ini mendominasi dalam hal budaya
konsumtif. Melihat hijab berbagai mode menarik masyarakat pada kelas ini, toko-toko,
pasar, swalayan, situs pembelanjaan online seperti Shopee, Lazada, Instagram, dll banyak
menajajakan produknya.

Jika dahulu hijab hanya didominasi dengan warna polos dan berbentuk persegi, kini
hijab telah bertransformasi dari segi mode, brand, bentuk, motif, jenis kain, dan lain-lain.
Transformasi ini lambat laun menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan semakin
tingginya permintaan hijab di kalangan masyarakat luas. Sekarang dengan mudahnya
melihat wanita muslimah di Indonesia yang mengenakan hijab. Hijab bukanlah penghalang
melakukan aktivitas, semua instansi swasta dan pemerintahan memperbolehkan
mengenakan hijab.

Namun, apakah hijab hanya sebatas fashion? Bagaimana dengan perintah


mengulurkan sampai menutup dada? Karena berbagai mode hijab pada masa kini, tak jarang
yang mengabaikan nilai syari’at yang telah Allah tetapkan. Menggunakan hijab dengan
mode, seperti “cipol” membuat hijab menyerupai sanggul tinggi, aksesoris glamor, warna
corak yang cerah, dan sebagainya.

Pertanyaannya, bolehkah demikian? Mengingat begitu mudahnya mendapatkan hijab


dengan berbagai mode di pasaran sekarang ini, hijab sebagai penunjang karir seperti
selebritas yang membutuhkan hiasan dan corak yang cerah dan menarik guna tuntutan
profesi.

Apakah Islam dengan komodifikasi agama melarang hal tersebut. Hal yang demikian
ini tentunya menimbulkan pro dan kontra pada masyarakat dan berbagai kelompok agama
Islam sendiri. Dan bagaimana dengan budaya konsumtif hijab yang marak menjamur pada
masyarakat? Apakah hijab dipandang sebagai penutup aurat atau beralih ke fashion?

Karena jangan sampai yang awalnya hijab sebagai kewajiban menutup aurat untuk
perempuan kemudian bergeser menjadi suatu nilai yang menunjukkan kelas, bahkan hanya

15
sekadar ikut-ikutan trend. Apalagi mengikuti mode-mode hijab yang glamor dan jauh dari
nilai syari’at. Bukankah Islam mengajarkan kesederhanaan dan mampu melawan hawa nafsu
dalam budaya konsumtif. Budaya konsumtif hijab inilah yang tentunya sangat tidak relevan
dengan ajaran agama Islam itu sendiri, jika membeli hijab ingin menunjukkan kelas sosial
dengan membeli suatu produk berlabel halal. Komodifikasi agama Islam dalam hijab
seharusnya lebih ke arah penguatan nilai-nilai agama dan hijab sebagai identitas wanita
Muslimah.

Penutup

Kesimpulan

Komodifikasi pada hijab merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan di zaman ini.
Kemajuan teknologi membuat hijab mengakibatkan hijab telah bertransformasi dari segi
mode, brand, bentuk, motif, jenis kain dan lain-lain. Hal ini berdampak pada cara wanita
muslimah dalam mengenakan hijab, dewasa ini kita dengan mudah menemukan wanita yang
mengenakan hijab mengikuti fashion yang sedang trend. Hal ini tentu sangat disayangkan
karena Allah telah menetapkan cara bagi wanita muslimah dalam mengenakan hijab, namun
saat ini wanita lebih banyak mengenakan hijab dengan mengikuti fashion dibanding syari’at
yang telah Allah tetapkan. Hal ini harus diubah wanita muslimah karena syari’at Allah lebih
utama dibanding fashion.

Daftar Pustaka

Aisyiah Al Islami. (2020). FENOMENA HIJAB FASHION PERSPEKTIF FIKIH SOSIAL


(Studi tentang Trend Penggunaan Hijab Fashionable di Kalangan Mahasiswi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

M. Alim Khoiri. (2018). JILBAB; ANTARA TUNTUTAN SYARIAT DAN BUDAYA


(STUDI TENTANG POLA MAZHAB DAN MOTIVASI BERJILBAB
MAHASISWI IAIN KEDIRI).

Nadiya Utlina Latifatunnuri. (2018). Hijab Syar’i : Antara Trend Dan Ideologi (Analisis
semiotika Roland Barthes).

Syarifah Alawiyah, Budi Handrianto, Imas Kania Rahman. (2020). Adab Berpakaian Wanita
Muslimah Sesuai Tuntunan Syariat Islam.

Rina Rachmawati. 2021. Hijab dalam Komodifikasi Islam. Diakses dari Hijab dalam
Komodifikasi Islam - POJOK WACANA pada 29 Januari 2021.
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

17

Anda mungkin juga menyukai