Penyusun
Mahbub Ma’afi Ramdlan
Alamsyah M Dja’far
Editor Bahasa
Gamal Ferdhi
Libasuttaqwa
�
Diterbitkan oleh
Wahid Foundation
Jl. Taman Amir Hamzah No. 8
Jakarta - 10320
Indonesia
-
telp: (62) 21-3928233 / (62) 21-3145671
Faks: +62 21-3928250
info@wahidfoundation.org
www.wahidfoundation.org
Bercadar Dalam Islam: Sejarah Penggunaan Cadar, Hukum Mewajibkan Cadar Kepada Perempuan,
Sikap Menghadapi Pihak yang Mewajibkan Bercadar.
Jakarta: Wahid Foundation
32 halaman isi, 12,5 cm x 19,6 cm
DAFTAR ISI
Pengantar 4
�
Membicarakan Hukum Bercadar 6
Bagaimana Sejarah Penggunaan Cadar dalam Islam? 10
Hukum Mewajibkan Cadar Kepada Perempuan 15
Bagaimana Hukum Mewajibkan Cadar Kepada Perempuan? 15
Memahami “yang Biasa Terlihat” 16
Aurat Perempuan dalam Madzhab Syâfi’i 21
Kesimpulan Hukum Bercadar 26
Bagaimana Sikap Ketika Menghadapi Orang atau Pihak yang
Mewajibkan Bercadar? 27
�
Peserta Forum Bahtsul Masa’il Halaqah Perempuan untuk Perdamaian 29
4 WAHID FOUNDATION
PENGANTAR
Kami berterima kasih kepada para penyusun naskah buku ini, termasuk
tim ahli yang memperkaya hasil bahstul masail. Tentu saja ucapan terima
kasih juga kami sampaikan kepada para peserta Bahstul Masail yang telah
mencurahakanpikiran dan waktunya untuk menghasilkan pandangan
keagamaan yang penting bagi panduan masyarakat muslim ini.
Semoga ini semua berkontribusi bagi perkembangan umat Islam di
masa-masa mendatang.
MEMBICARAKAN
HUKUM BERCADAR
1
Lihat halaman daring komunitas Niqab Squad http://niqâbsquad.com/ dan https://m.detik.com/
wolipop/read/2017/07/26/160355/3574754/1632/mengenal-niqâb-squad-komunitas-para-wanita-
bercadar-di-indonesia.
2
http://news.liputan6.com/read/3235074/menyingkap-hidup-di-balik-cadar
3
https://wolipop.detik.com/read/2017/05/10/125240/3497471/1632/foto-gaya-stylish-wardah-
maulina-hijabers-bercadar-populer-di-instagram
BERCADAR DALAM PANDANGAN ISLAM 7
4
https://www.medcom.id/nasional/politik/ybDMDpjk-neraka-di-kepala-yenny-wahid
8 WAHID FOUNDATION
5
https://tirto.id/diskriminasi-dan-hukuman-bagi-jilbâb-dan-cadar-chVs
BERCADAR DALAM PANDANGAN ISLAM 9
Ulama lain ada yang membagi tiga jenis aurat perempuan: aurat dalam
shalat, aurat terhadap pandangan lelaki ajnabi (lelaki yang boleh menikah
dengannya), dan aurat ketika berdua bersama yang mahram, sama seperti
laki-laki. Namun begitu pemakaian cadar umumnya berada dalam konteks
di luar shalat dan kehidupan sehari-hari muslimah.
Dalam kasus pemakaian cadar, umumnya ulama berpandangan
tidak wajib dan menyatakannya sebagai produk budaya. Salah satunya
merujuk ulama klasik asal Irak, Abu Ishâq asy-Syîrazi, menyebut hadis
yang meriwayatkan, jika Nabi SAW melarang wanita ketika ihram memakai
sarung tangan dan cadar. 6Itulah sebabnya mengapa tidak setiap perempuan
di negara-negara Muslim menggunakan burqa’ seperti perempuan Muslimah
di Asia Selatan, Afganistan, atau sejumlah negara di Timur Tengah seperti
Libanon.
Isu cadar ini menjadi salah satu tema yang diangkat dalam Forum
Bahtsul Masa’il Halaqah Perempuan untuk Perdamaian yang digelar Wahid
Foundationbekerjasama dengan Muslimat NU dan UN Women pada 30 - 31
Januari 2018 di Jakarta. Bahstul Masail atau pembahasan masalah adalah
forum pembahasan atas isu-isu aktual yang dikembangkan ditentukan dalam
perspektif agama Islam dan telah menjadi tradisi pengambilan keputusan
hukum khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama. Sebanyak 54 ulama dan
akademisi perempuan dan laki-laki dari seluruh Indonesia diundang sebagai
peserta forum ini.
Para peserta mengkaji masalah-masalah tersebut dengan merujuk pada
Al-Quran, hadîts, pandangan ulama dalam kitab-kitab kuning, karya-karya
ulama Islam pada abad pertengahan, termasuk disiplin ilmu lain seperti
sejarah dan sosiologi. Terdapat tiga pertanyaan dan rumusan jawaban seputar
hukum bercadar.
6
Abu Ishâq asy-Syirazi, al-Muhadzdzab, Jeddah-Maktabah al-Irsyâd, Juz. III, h. 173.
10 WAHID FOUNDATION
BAGAIMANA SEJARAH
PENGGUNAAN CADAR
DALAM ISLAM?
ي َت ْن ُظ ُر ْالَ ْر َأ ُة
ِ ْ اب لُ ْب ُس ِغ َط اءٍ ِل ْل َو ْج ِه ِف ي ِه ن َْق َب ِان َع َل ى ا ْل َع ْي َنُ َواال ْن ِت َق
ْف َأ ْو ِ ال َم ا ُر الَّ ِذي ُي َش دُّ َع َل ى ا َألن ِ ْ :اب ُ ال ِّن َق: َو َق َال ِف ي ا ْل َف ْت ِح،ِم ْن ُه َم ا
َ َ ْ َ ْت َت
ال اجِ ِر
7
Abu Thayyib Muhammad Syamsul Haq ulama India yang lahir pada tahun 1273 H dan wafat pada
1319 H. Beliau adalah ulama ahli Hadîts terkemuka yang memimpin gerakan Salafi.
8
Abu Thayyib Muhammad Syamsul Haq, ‘Aun al-Ma’bûd Syarhu Sunani Abi Dâwud, Bairut-Dâr al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, 1415 H, juz, V, h. 189.
BERCADAR DALAM PANDANGAN ISLAM 11
Baik cadar maupun pakaian penutup kepala dan tubuh perempuan yang
dikenal dengan nama hijâb, sudah dikenal di kalangan bangsa-bangsa
kuno seperti bangsa Persia di Iran. Sebuah studi menyebutkan, orang-
orang Arab justru meniru orang Persia yang memeluk Zardasyt, agama
yang hidup di masa itu. Orang-orang Persia ini dikenal punya pandangan
negatif terhadap perempuan. Lantaran dianggap makhluk tidak suci,
mereka diminta menutup mulut dan hidungnya. Salah satu alasannya agar
nafas mereka tidak mengotori api suci. Budaya berbusana masyarakat Arab
juga mengikuti busana masyarakat Byzantium (Romawi), bangsa yang saat
merupakan bangsa maju.9
Dalam An-Niqâb fi Syarî’ah al-Islam (Cadar menurut Syariat Islam) yang
terbit pada 2008, tokoh Ikhwanul Muslimin ‘Abdul Halîm Abu Syuqqah,
menyatakan setuju dengan pandangan tersebut. Mantan Direktur Sekolah
di Doha Qatar ini menulis jika cadar adalah salah satu jenis pakaian yang
digunakan oleh sebagian perempuan di era Jahiliyyah lalu menjadi model
penutup muka di kalangan perempuan muslim hingga saat ini. 10
ني َع َل ْي هِ َّن ِم ْن َ َي ا َأ ُّي َه ا ال َّن ِب ُّي ُق ْل ِ َل ْز َواجِ َك َو َب َن ا ِت َك َو ِن َس ا ِء ْالُؤْ ِم ِن
َ ني ُي دْ ِن
ُ َّ
يم اً ورا َر ِح ً َج َلبِي ِب هِ َّن َذ ِل َك َأ ْدنَى َأ ْن ُي ْع َر ْف َن َف َل ُي ؤْ َذ ْي َن َو َك َان الل َغ ُف
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang-orang mukmin, ‘Hendaklah mereka
menutupkan jilbâbnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu agar
mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”11
9
Quraish Shihab, Jilbâb Pakaian Wanita Muslimat, (Jakarta: Lentera Hati, 2014), h. 48.
10
Idris Masudi “Sejarah Penggunaan Cadar Sebelum dan di Masa Islam”, https://islami.co/sejarah-
penggunaan-cadar-sebelum-dan-di-masa-islam/
11
QS. Al-Ahzab [33]: 59.
12 WAHID FOUNDATION
12
QS. An-Nûr [24]: 31.
BERCADAR DALAM PANDANGAN ISLAM 13
13
Ibnu Qâsim al-Murâdi, Taudhîh al-Maqâshid wa al-Masâlik bi Syarhi Alfiyah Ibni Mâlik, Tahqîq:
‘Abdurrahmân Ali Sulaimân, Bairut-Dâr al-Fikr al-‘Arabi, cet ke-I, 1428 H/2008 M, juz, II, h. 734.
14
Shafiyyah binti Huyay adalah istri ke 11 Muhammad SAW. Dikisahkan ia adalah keturunan Yahudi
dan istri Rasûlullah paling cantik.
15
Abu Hayyân al-Andalûsi (1256-1344 M) adalah seorang ulama ahli tafsîr Alquran dan ahli tata
bahasa Arab yang berasal dari Andalusia Spanyol.
16
Abu Hayyân al-Andalûsi, Tafsîr al-Bahr al-Muhith, Bairut-Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet ke-1, 1422
H/2001 M, juz, VII, h. 240.
14 WAHID FOUNDATION
BAGAIMANA
HUKUM MEWAJIBKAN CADAR
KEPADA PEREMPUAN?
17
HR. Bukhâri.
16 WAHID FOUNDATION
َ َو َل ُي ْب ِد
ين زِي َن َت ُه َّن إ َِّل َم ا َظ َه َر ِم ْن َه ا
Para ahli tafsîr berbeda pendapat apa dimaksud dengan “yang biasa
terlihat” itu. Setidaknya ada tiga pandangan. Pertama, menurut Ibnu
Abbas 18 yang dimaksud dengan apa yang biasa terlihat adalah wajah,
kedua telapak tangan, dan cincin. Pandangan senada datang dari hadis
yang diriwayatkan Ibnu ‘Umar, Athâ`, Ikrimah, Sa’îd bin Jubair, Abi asy-
Sya’tsâ`, adl-Dlahhâk, Ibrâhîm an-Nakha’i dan selainnya.
ينَ { َوال ُي ْب ِد: َع ْن ا ْب ِن َع َّب ٍاس،يد ْب ِن ُج َب ٍير ِ َع ْن َس ِع،َو َق َال ا َأل ْع َم ُش
َو ُروي َع ْن ا ْب ِن. َو ْج َه َه ا َو َك َّف ْي َه ا َوا ْخل َا َ َت:زِي َن َت ُه َّن إ َِّل َم ا َظ َه َر ِم ْن َه ا } َق َال
،الض َّح ِاكَّ َو،الش ْع ثَا ِء َّ َوأبِي،يد ْب ِن ُج َب ْي ٍر ِ َو َس ِع، َو ِع ْك ِر َم َة، ٍ َو َع َط اء،ُع َم َر
َو َغ ْي ر ِِه ْم،يم ال َّن َخ ِع ِّي
َ َو ِإ ْب َر ِاه
“Al-A’masy berkata, dari Said bin Jubair ra dari Ibnu Abbas ra, ‘...dan
janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa)
terlihat..’, beliau berkata; maksudnya adalah wajah dan kedua telapak
tangan, dan cincin. Riwayat yang senada juga dikemukakan Ibnu ‘Umar,
‘Athâ’, ‘Ikrimah ra, Sa’îd bin Jubair, Abi asy-Sya’tsâ`, adl-Dlahhak,
Ibrâhîm an-Nakha’i, dan selainnya.”19
18
Ibnu ‘Abbâs adalah ahli tafsîr Al-Qur`ân yang dididik langsung oleh Rasûlullah. Beliau lahir tiga
tahun sebelum Rasûl hijrah ke kota Madînah.
19
Ibnu Katsir, Tafsîr Al-Qur’ân al-‘Azhîm, Kairo-Dâr al-Hadîts, 1423 H/2002 M, juz, III, h. 348.
BERCADAR DALAM PANDANGAN ISLAM 17
بِا ْل َو ْج ِه: َو َم ْن تَا َب َع ُه َأ َرا ُدوا ت َْف ِس ي َر َم ا َظ َه َر ِم ْن َه ا،َو َي ْح َت ِم ُل َأ َّن ا ْب َن َع َّب ٍاس
ال ْم ُه و ِر ُ ْ َ َو َه َذا ُه َو ْالَ ْش ُه و ُر ِع ْن د،َِوا ْل َك َّف ْي
“Dan dapat dipahami bahwa Ibnu Abbas dan para ulama yang
mengikutinya menafsirkan bahwa apa yang biasa terlihat adalah wajah
dan kedua telapak tangan. Ini adalah pendapat yang masyhur di kalangan
mayoritas pakar tafsîr”21
Sebagian ahli tafsîr ada yang menyatakan bahwa yang dikecualikan dari
“yang biasa terlihat” adalah sesuatu yang terlihat secara tidak sengaja.
Berikut pandangan kedua.
20
Muhammad Amîn as-Syinqîthi adalah ulama kontemporer yang lahir pada 1325 H di Syinqîth,
Mauritania. Muhammad Amîn wafat di Madînah pada 1393 H (1972 M).
21
Muhammad Amîn as-Sinqîthi, Adlwâ` al-Bayân fi Îdlah Al-Qur`ân bi Al-Qur`ân, Bairut-Dâr al-Fikr, 1415
H/1995 M, juz, V, h. 512.
22
Al-Biqâ’i, Nazhm ad-Durar fi Tanâsub al-Âyât wa as-Suwar, Kairo-Dâr al-Kitâb al-Islâmi, juz, XIII, h.
259.
18 WAHID FOUNDATION
Dua pendapat terakhir ini mengarah kepada wajah dan telapak tangan
sebagai aurat. Sedang pendapat pertama yang dianut oleh mayoritas ahli
tafsîr tidak menganggap wajah dan kedua telapak tangan sebagai aurat.
Penafsiran pertama disokong oleh hadis yang melarang perempuan
yang dalam kondisi ihram untuk memakai cadar dan sarung tangan
sebagaimana dikemukakan di atas. Sebab jika keduanya dianggap aurat,
pastilah diperintahkan untuk ditutup, bukan sebaliknya, dibuka. Dengan
demikian dapat dipahami hadits tersebut merupakan penjelasan (bayân)
terhadap keumuman ayat 31 surat An-Nûr, yaitu bahwa tafsîr“yang biasa
terlihat” dari ayat ini adalah wajah dan kedua telapak tangan.
Sedangkan penafsiran baik yang kedua maupun yang ketiga setidaknya
didasarkan pada hadits yang menyatakan perempuan adalah aurat sehingga
setan cenderung tertarik untuk menggodanya sebagai hadis riwayat Ibnu
Khuzaimah 24 .
23
Syihâbuddîn al-Alûsi, Rûh al-Ma’ani fi Tafsîr al-Qur’an al-Azhim wa as-Sab’ al-Matsânî, Bairut-Dâru
Ihyâ` at-Turâts al-‘Arabi, cet ke 2, juz, XVIII, h; 140
24
Ibnu Khuzaimah adalah salah satu tokoh dalam bidang Hadîts abad ke-4, yang telah banyak
mencurahkan sebagian besar hidupnya untuk mengkaji hadis. (https://id.wikipedia.org/wiki/
Ibnu_Khuzaimah).
BERCADAR DALAM PANDANGAN ISLAM 19
، إ َِّن ْالَ ْر َأ َة َع ْو َر ٌة: َق َال، َع ِن ال َّن ِب ِّي صلى اهلل عليه وسلم، هلل ِ َع ْن َع ْب ِد ا
ون ِم ْن َو ْج ِه َر ِّب َه ا َو ِه َي ُ َو َأ ْق َر ُب َم ا ت َُك، الش ْي َط ُان
َّ َف ِإ َذا َخ َر َج ِت ْاس َت ْش َر َف َه ا
ِف ي َق ْع ِر َب ْي ِت َه ا
Hadis ini sekalipun masuk kategori shahîh, namun dari sisi matan (redaksi)
terlihat janggal. Karena ayat Al-Qur’ân dalam surat An-Nûr ayat 31 jelas-
jelas mengecualikan sebagian dari tubuh perempuan dalam ayat “illa ma
zhara minha”. Sementara hadîts ini menyatakan tidak ada pengecualian.
Di sini perlu penjelasan yang memadai agar tidak terlihat tubrukan ayat
dengan hadis tersebut.
Sementara mayoritas pakar hukum Islam, baik dari kalangan Mazhab
Hanafi, Mâliki, Syâfi’i, maupun Hanbali menyatakan wajah dan telapak
tangan bukan bagian dari aurat perempuan yang wajib ditutup. Perempuan
boleh menutup wajahnya dengan cadar, tapi juga boleh membuka wajahnya
atau tidak memakai cadar.
25
. HR. Ibnu Khuzaimah, Shahîhu Ibni Khuzaimah, Bairut-al-Maktab al-Islâmi, 1390 H/1970
M, juz, III, h. 93.
26
. Al-Mawsû’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Kuwait-Wizârah al-Awqâf wa asy-Syu’ûn al-
Islâmiyyah, cet ke-3, juz, XLI, h. 134.
20 WAHID FOUNDATION
َو ُه َو َم ا َي ِص ل، تَغْ ِط َي ُة َو ْج هِ َه ا: َأ ْي- اب ْالَ ْر َأ ِة ُ ُي ْك َر ُه ا ْن ِت َق:َو َق ال ْالَا ِل ِك َّي ُة
َ اب ِف
يه ا ُ َك َان ا ِال ْن ِت َق، َس َوا ٌء َك ان َْت ِف ي َص َالةٍ َأ ْو ِف ي َغ ْي ر َِه ا- ون ِ ِل ْل ُع ُي
اب ِل ل ِّر َج ال ِم ْن َب ٍاب َأ ْو َل ى ِإ َّال ُ َو ُي ْك َر ُه ال ِّن َق. ِّألن ُه ِم َن ا ْل ُغ ُل ِّو،ِأل ْج ِل َه ا َأ ْو َال
َو َأ َّم ا ِف ي،ٍ َف َال ُي ْك َر ُه ِإ َذا َك َان ِف ي َغ ْي ِر َص َالة،ِإ َذا َك َان َذ ِل َك ِم ْن َع ا َد ِة َق ْو ِم ِه
الص َال ِة َف ُي ْك َر ُه
َّ
Dan menurut Madzhab Mâliki bahwa dimakruhkan wanita memakai
cadar—artinya menutupi wajahnya sampai mata—baik dalam shalat
maupun di luar shalat atau karena melakukan shalat atau tidak karena
27
Ibid.
BERCADAR DALAM PANDANGAN ISLAM 21
hal itu termasuk perbuatan berlebihan (ghuluw) dalam agama, dan lebih
utama cadar dimakruhkan bagi laki-laki kecuali ketika hal itu merupakan
kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya, maka tidak dimakruhkan
ketika di luar shalat. 28
28
Ibid.
29
Ibid.
22 WAHID FOUNDATION
ُ ْ ي ِم َن
ال َّر ِة َو َل ْو َب َل ِ ْ َق ْولُ ُه ( َوإ َِّنَ ا َح ُر َم ن َْظ ُر ُه َم ا الخ ) َأ ْي اَ ْل َو ْج ِه َوا ْل َك َّف
ال َّر ِر َب ْع دَ َك َل ِم َو ُع ر َِف ب َِه َذا ال َّت ْق رِي ِر َأ َّن َ ُ ْ َش ْه َوةٍ َق َال ال َّز َي ا ِد ُّي ِف ي َش ْر ِح
الص َل ِة َو ُه َو َم ا َت َق دَّ َم َو َع ْو َر ٌة بِال ِّن ْس َب ِة ِل َن ْظ ِر َّ َل َه ا َث َل َث َع ْو َر ٍات َع ْو َر ٌة ِف ي
ي َع َل ى ْالُ ْع َت َم ِد َو َع ْو َر ٌة ِ ْ يع َب دَ ِن َه ا َح َّت ى ا ْل َو ْج ِه َوا ْل َك َّف َ ال َج ا ِن ِب ِإ َل ْي َه ا َج ِم َْ
َ َ ْ َال ْل َو ِة َو ِع ْن د
ال ا ِر ِم َك َع ْو َر ِة ال َّر ُج ِل َ ْ ِف ي
ال َاج َة تَدْ ُع و إ َل ى إ ْب َراز ِِه َم ا َوإ َِّنَ ا ُح ِّر َم ال َّن ْظ ُرَ ْ َوإ َِّنَ ا َل ْم َي ُك ونَا َع ْو َر ًة ؛ ِ َل َّن
إ َل ْي هِ َم ا ؛ ِ َلن َُّه َم ا َم ِظ َّن ُة ا ْل ِف ْت َن ِة
30
Abdul Hamîd asy-Syirwâni, Hâsyiyah as-Syirwâni, Mesir-Mathba’ah Mushthafa Muhammad, tt, juz, II,
h. 112.
31
Zakariya al-Anshâri lahir 1420 M (823 H) di Sunaikah, Mesir Timur, wafat 1520 M (926 H) di Kairo,
Mesir. Beliau dikenal sebagai ulama Madzhab Syâfi’i dalam bidang hadâts, fikih dan tafsîr.
BERCADAR DALAM PANDANGAN ISLAM 23
Apa yang dikemukakan oleh Zakariya al-Anshari pada dasarnya bukan hal
baru. Jauh sebelumnya, Abdul Malik al-Juwaini 33 telah menjelaskan hal
tersebut. Bahkan menurutnya larangan melihat wajah dan kedua telapak
tangan apabila ada indikasi kuat dapat menimbulkan fitnah sudah menjadi
ijmâ’ para ulama.
Lain halnya jika tidak ada indikasi kuat akan menimbulkan fitnah,
mereka para ulama tidak sampai mengharamkannya karena didasarkan
kepada firman Allah Swt; ‘...kecuali yang (biasa) terlihat…’ (QS. An-Nûr
[24]: 31), dimana menurut mayoritas pakar tafsîr maksudnya adalah wajah
dan kedua telapak tangan.
32
Zakariya al-Anshâri, Asnâ al-Mathâlib Syarhu Raudl ath-Thâlib, Bairut-Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet
ke-1, 1422 H/2000 M, juz, I, h. 176.
33
Dikenal juga dengan gelar Imâm al-Haramain. Gelar itu disandangnya karena beliau pernah
mengajar dan menjadi imam masjid di Mekkah dan Madînah. Ulama Fikih, Ushul Fikih, ilmuwan dan
teolog ini lahir pada 1028 M (419 H) dan wafat 1085 M (478 H).
34
‘Abdul Malîk al-Juwaini, Nihâyah al-Mathlab fi Dirâyah al-Madzhab, Tahqiq: ‘Abdul ‘Azhîm Mahmûd
ad-Dîb, Jeddah-Dâr al-Minhâj, cet ke-1428 H/2007 M, juz, XII, h. 31-32.
24 WAHID FOUNDATION
ون َو ُت َع ِّف ُف َو َو ِس ي َل ًة ِ ِل ْف ِظ ُ اب َك َم ا ُق ْل َن ا ِم ْن َق ْب ُل َأ َدا ًة ت َُص ُ َو َل ْو َك َان ال ِّن َق
ول ا ْل َك ِر ُمي ِل ِن َس ا ِئ ِه َو ُه َّن
ُ َلخْ َت ا َر ُه ال َّر ُس-دَّع ى ا ْل َب ْع ُض ِ ك َم ا َي- َ َح َي ا ِء ْالَ ْر َأ ِة
ات ِ َل ْن ُف ِس هِ َّن ِ الص َح ا ِب َّي َ ْ اف َو
َّ ال َي ا ِء َو َلخْ َت ا َر ُه َك َرا ِئ ُم َّ َأ ْو َل ى ب
ِ ِالص ْو ِن َوا ْل َع َف
ي َأ َّن ُّ ال َي ا ِء َو َل ِك ِن
ُ ِّ الس َّن ُة ُت َب َ ْ اف َو َّ َو ُه َّن َأ ْه ٌل َك َذ ِل َك ِل
ِ لص ْو ِن َوا ْل َع َف
ول صلى اهلل عليه وسلم َل ْم َي ْخ َت ْر ُه ِل َن َس ا ِئ ِه َو َل ْم َي ْخ َت ْر ُه َك َرا ِئ ُم َ ال َّر ُس
َاب ِا ْس َت َم َّر َب ْع دَ يل َع َل ى َأ َّن ال ِّن َق ً ات ِ َل ْن ُف ِس هِ َّن َو َك َان َذ ِل َك َد ِل ِ الص َح ا ِب َّي
َّ
اس ُت َع ار ُِف َع َل ْي ِه َب ْع ُض ال ِّن َس ا ِء ِْ
ِ ال ْس َل ِم ُم َج َّر َد ِط َر ٍاز ِف ى ال ِّل َب،
“Andaikan niqâb dipersepsikan sebagai pakaian yang dapat menjaga
marwah perempuan dan wasilah untuk menjaga keberlangsungan hidup
mereka -sebagaimana klaim sejumlah pihak- niscaya Nabi Muhammad
SAW akan mewajibkannya kepada isteri-isterinya yang mana mereka
(isteri-isteri Nabi) adalah keluarga yang paling berhak untuk dijaga Nabi.
Akan tetapi justru Nabi tidak melalukannya. Juga tidak berlaku bagi
35
Muhammad Abu Syuqqah cendikiawan muslim yang lahir di kota Kairo, 28 Agustus 1924 M (28
Muharram 1343 H). Pengalaman intelektual Abu Syuqqah banyak didapat saat ia bergabung dengan
Ikhwânul Muslimîn. Abu Syuqqah adalah kawan diskusi dari Hasan Al-Banna, pendiri Ikhwânul
Muslimîn.
BERCADAR DALAM PANDANGAN ISLAM 25
ِ ال َج
اب ِ ْ ني َش ْأ ٌن ُم َت َم َّي ٌز ِإ ْذ اُخْ ُت ِص ْص َن ِب َف ْر ِض َ ات ْالُؤْ ِم ِن
ِ ُث َّم َك َان ِ ُل َّم َه
دَن َم َع ا ْل َو ْج ِه ِإ َذا َخ َر ْج َن ِا ْم ِت دَا ًدا ِ َو َك َان َس ْت ُر َج ِم،َد ِاخ َل ا ْل َب ْي ِت
ِ يع ا ْل َب
وتِ وض َد ِاخ َل ا ْل ُب ُي ِ اب ْالَ ْف ُر ِ ِل ْل ِح َج
36
Ibid.
37
Ibid.
26 WAHID FOUNDATION
KESIMPULAN
HUKUM BERCADAR
38
Ulama kelahiran Damaskus yang banyak mengabdikan ilmunya di Mesir bergelar Sulthân al-
‘Ulamâ`. ‘Izzudîn yang lahir 1181 M (577 H) menguasai ilmu keislaman seperti Fikih, Ushul Fikih
dan lain-lain. Kiprahnya juga menjadi penasihat bagi beberapa pemimpin kesultanan di Syiria dan
Mesir.
39
Izzuddin Ibnu Abdissalam, Qawâ`id al-Ahkâm fi Mashâlih al-Anâm, Bairut-Dâr al-Ma’arif, tt, juz, I, h. 5.
BERCADAR DALAM PANDANGAN ISLAM 27
40
Jalâluddîn as-Suyûthî, al-Asybâh wa an-Nazhâ`ir, Bairut-Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1403 H, h. 158.
28 WAHID FOUNDATION
PESERTA FORUM
BAHTSUL MASA’IL HALAQAH
PEREMPUAN UNTUK PERDAMAIAN