DISUSUN OLEH
YOPICHANDRA
1608015113
FAKULTAS HUKUM
UNINERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hijab, jilbab dan cadar tidak terlepas dari kehidupan seorang wanita
muslimah. Hukum memakai jilbab atau hijab yang juga berarti pembatas
pandangan adalah wajib dalam islam dan hal ini berlaku bagi seluruh muslimah
di belahan dunia manapun. Mirisnya di Indonesia sendiri masyarakat masih suka
memandang negatif wanita yang mengenakan cadar dengan menyebutnya
berlebih-lebihan atau bahkan lebih parah menyebutnya dengan sebutan teroris,
sama seperti perlakuan masyarakat barat terhadap para muslimah yang
memandang wanita bercadar sebagai orang yang berbahaya . Cadar atau yang
dikenal dengan penutup wajah dalah sebuah kain yang merupakan bagian dari
hijab yang dikenakan untuk menutupi bagian wajah kecuali mata. Muslimah
biasa mengenakan cadar saat ia keluar rumah untuk menjaga dirinya dari
pandangan buruk lawan jenis dan dijauhkan dari niat jahat. Budaya cadar sendiri
sering dianggap sebagai budaya masyarakat Timur Tengah. cadar juga disebut
dengan sebutan Niqab oleh masyarakat Arab pada umumnya Kebiasaan
mengenakan cadar sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW terlepas apakah itu
wajib hukumnya atau sunnah apabila dikenakan Hal ini dibuktikan dalam hadits
Rasulullah SAW dimana pada saat berihram wanita tidak diperkenankan
menggunakan niqab atau cadar penutup wajah dan kaos tangan. Mengenakan
cadar atau niqab mungkin wajar-wajar saja bagi mereka, kaum muslimah yang
tinggal di negara islam atau negara Arab. namun, berbeda halnya dengan para
wanita yang mengenakan cadar di negara berkembang seperti di Indonesia.
Meskipun Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,
tetap saja budaya mengenakan cadar atau niqab masih asing. Masyarakat juga
cenderung berpikiran negatif pada mereka, wanita muslimah yang mengenakan
cadar. Terlepas dari pandangan orang-orang atau masyarakat tersebut, islam
adalah agama yang mulia yang menjunjung kehormatan wanita. Wanita yang
mengenakan cadar menurut islam bukanlah sesuatu yang tabu justru merupakan
hal yang terpuji, karena dengan mengenakan hijab lengkap dengan cadarnya,
seorang wanita bisa membuktikan bahwa dirinya mengikuti perintah Allah SWT
dan mengikuti perintah berhijab secara sempurna.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pandangan masyarakat tentang wanita bercadar ?
2. Apakah ada hukum yang mengatur tentang wanita bercadar ?
BAB II
PEMBAHASAN
a) Madzhab Hanafi
وDD وه، حDDا في األصDا وظاهرهمDا باطنهمDا وكفيهDورة إال وجههDDرة عDدن الحDع بDوجمي
المختار
“Seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan
dalam serta telapak tangan luar, ini pendapat yang lebih shahih dan
merupakan pilihan madzhab kami“ (Matan Nuurul Iidhah)
“Seluruh badan wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan
dalam. Dalam suatu riwayat, juga telapak tangan luar. Demikian juga
suaranya. Namun bukan aurat jika dihadapan sesama wanita. Jika
cenderung menimbulkan fitnah, dilarang menampakkan wajahnya di
hadapan para lelaki” (Ad Durr Al Muntaqa, 81)
“Aurat wanita dalam shalat itu seperti aurat lelaki. Namun wajah wanita
itu dibuka sedangkan kepalanya tidak. Andai seorang wanita memakai
sesuatu di wajahnya atau menutupnya, boleh, bahkan dianjurkan” ( Ad
Durr Al Mukhtar, 2/189)
ألنه مع الكشف قد يقع، ُتم َن ُع من الكشف لخوف أن يرى الرجال وجهها فتقع الفتنة
النظر إليها بشهوة
تمنع المرأة الشابة من كشف وجهها بين الرجال في زماننا للفتنة: قال مشايخنا
“Para ulama madzhab kami berkata bahwa terlarang bagi wanita muda untuk
menampakkan wajahnya di hadapan para lelaki di zaman kita ini, karena
dikhawatirkan menimbulkan fitnah” (Al Bahr Ar Raaiq, 284)
Beliau berkata demikian di zaman beliau, yaitu beliau wafat pada tahun
970 H, bagaimana dengan zaman kita sekarang?
b) Mazhab sayfi’i
وهو ما تقدم ـ أي كل بدنها ما سوى الوجه، عورة في الصالة: إن لها ثالث عورات
جميع بدنها حتى الوجه والكفين: وعورة بالنسبة لنظر األجانب إليها . والكفين
كعورة الرجل »اهـ ـ أي ما بين: على المعتمد وعورة في الخلوة وعند المحارم
السرة والركبة ـ
“Wanita memiliki tiga jenis aurat, (1) aurat dalam shalat -sebagaimana
telah dijelaskan- yaitu seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan,
(2) aurat terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk
wajah dan telapak tangan, menurut pendapat yang mu’tamad, (3) aurat
ketika berdua bersama yang mahram, sama seperti laki-laki, yaitu antara
pusar dan paha” (Hasyiah Asy Syarwani ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj , 2/112)
وأما عورتها عند النساء المسلمات. وهذه عورتها في الصالة: غير وجه وكفين
وأما عند الرجال األجانب. فما بين السرة والركبة، مطل ًق ا وعند الرجال المحارم
فجميع البدن
“Maksud perkataan An Nawawi ‘aurat wanita adalah selain wajah dan
telapak tangan’, ini adalah aurat di dalam shalat. Adapun aurat wanita
muslimah secara mutlak di hadapan lelaki yang masih mahram adalah
antara pusar hingga paha. Sedangkan di hadapan lelaki yang bukan
mahram adalah seluruh badan” (Hasyiatul Jamal Ala’ Syarh Al Minhaj ,
411)
أما، وهذه عورتها في الصالة، وجميع بدن المرأة الحرة عورة إال وجهها وكفيها
خارج الصالة فعورتها جميع بدنها
“Seluruh badan wanita selain wajah dan telapak tangan adalah aurat. Ini
aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat, aurat wanita adalah seluruh
badan” (Fathul Qaarib, 19)
ووجوب سترهما في. ما عدا الوجه والكفينDفيجب ما ستر من األنثى ولو رقيقة
بل لخوف الفتنة غالبًا، الحياة ليس لكونهما عورة
“Wajib bagi wanita menutup seluruh tubuh selain wajah telapak tangan,
walaupun penutupnya tipis. Dan wajib pula menutup wajah dan telapak
tangan, bukan karena keduanya adalah aurat, namun karena secara
umum keduanya cenderung menimbulkan fitnah” ( Hasyiah Ibnu Qaasim
‘Ala Tuhfatul Muhtaaj, 3/115)
والمرأة متن ّقبة إال أن تكون في مسجد، و ُيكره أن يصلي في ثوب فيه صورة وتمثيل
فإن خيف من النظر إليها ما يجر إلى الفساد، وهناك أجانب ال يحترزون عن النظر
حرم عليها رفع النقاب
“Makruh hukumnya shalat dengan memakai pakaian yang bergambar
atau lukisan. Makruh pula wanita memakai niqab (cadar) ketika shalat.
Kecuali jika di masjid kondisinya sulit terjaga dari pandnagan lelaki ajnabi.
Jika wanita khawatir dipandang oleh lelaki ajnabi sehingga menimbulkan
kerusakan, haram hukumnya melepaskan niqab (cadar)” ( Kifaayatul
Akhyaar, 181)
c) Madzhab hambali
« اهـ إال وجهها فليس. صرح به في الرعاية، وكل الحرة البالغة عورة حتى ذوائبها
وأما خارجها فكلها عورة حتى وجهها بالنسبة إلى الرجل. عورة في الصالة
والخنثى وبالنسبة إلى مثلها عورتها ما بين السرة إلى الركبة
“Setiap bagian tubuh wanita yang baligh adalah aurat, termasuk pula
sudut kepalanya. Pendapat ini telah dijelaskan dalam kitab Ar Ri’ayah…
kecuali wajah, karena wajah bukanlah aurat di dalam shalat. Adapun di
luar shalat, semua bagian tubuh adalah aurat, termasuk pula wajahnya
jika di hadapan lelaki atau di hadapan banci. Jika di hadapan sesama
wanita, auratnya antara pusar hingga paha” ( Raudhul Murbi’, 140)
“’Keduanya, yaitu dua telapak tangan dan wajah adalah aurat di luar
shalat karena adanya pandangan, sama seperti anggota badan lainnya”
(Kasyful Qanaa’, 309)
“Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah wajib hukumnya bagi
wanita untuk menutup wajah dari pada lelaki ajnabi” (Fatawa Nurun ‘Alad
Darb,
d) Madzhab maliki
* Az Zarqaani berkata:
حتى، وعورة الحرة مع رجل أجنبي مسلم غير الوجه والكفين من جميع جسدها
ولوD فله رؤيتهما مكشوفين، وأما الوجه والكفان ظاهرهما وباطنهما . صتها
َّ دالليها وق
، كنظر ألمرد، إال لخوف فتنة أو قصد لذة فيحرم، شابة بال عذر من شهادة أو طب
كما للفاكهاني والقلشاني
“Aurat wanita di depan lelaki muslim ajnabi adalah seluruh tubuh selain
wajah dan telapak tangan. Bahkan suara indahnya juga aurat. Sedangkan
wajah, telapak tangan luar dan dalam, boleh dinampakkan dan dilihat oleh
laki-laki walaupun wanita tersebut masih muda baik sekedar melihat
ataupun untuk tujuan pengobatan. Kecuali jika khawatir timbul fitnah atau
lelaki melihat wanita untuk berlezat-lezat, maka hukumnya haram,
sebagaimana haramnya melihat amraad. Hal ini juga diungkapkan oleh Al
Faakihaani dan Al Qalsyaani” (Syarh Mukhtashar Khalil, 176)
، أو لحاجة، فال يجوز كشف ذلك إال لضرورة، وصوتها، بدنها، والمرأة كلها عورة
أو سؤالها عما يَعنُّ ويعرض عندها، أو داء يكون ببدنها، كالشهادة عليها
إن المرأة اذا كانت جميلة: خويز منداد ــ وهو من كبار علماء المالكية ـ
ُ قال ابن
فعليها ستر ذلك ؛ وإن كانت عجو ًزا أو مقبحة جاز، وخيف من وجهها وكفيها الفتنة
أن تكشف وجهها وكفيها
* Al Hathab berkata:
ونقل، المذهبD إنه مشهور: وهو الذي البن مرزوق في اغتنام الفرصة قائاًل
ً الحطاب أي
وإنما على، أو ال يجب عليها ذلك، ضا الوجوب عن القاضي عبد الوهاب
صل الشيخ زروق في
َّ وف. وهو مقتضى نقل َم َّواق عن عياض، الرجل غض بصره
فيستحب
ُ وغيرها، شرح الوغليسية بين الجميلة فيجب عليها
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
https://ressay.wordpress.com/2010/04/28/pendapat-tentang-cadar/