Anda di halaman 1dari 5

DAMPAK POSITIF PANDEMI TERHADAP WANITA BERCADAR DI ACEH

Abstrak
Sejak munculnya wabah viirus Corona di Indonesia, pemerintah Indonesia mengeluarkan
beberapa kebijakan dan ketentuan tentang prosedur menjalankan kehidupan selama masa
pandemi. Salah satu hal yang paling umum untuk dilakukan adalah pelaksanaan pola hidup
bersih dan sehat serta menggunakan masker. Bagi beberapa wanita yang menggunakan cadar,
maka penggunaan masker tidak perlu dilakukan ketika keluar rumah, hal ini karena fungsi
cadar sebagai bagian dari syariat telah mewakili fungsi masker dari bidang kesehatan. Di
aceh sendiri, penggunaan cadar tidak terlalu menjadi masalah besar. Aceh merupakan kota
syariah yang mewajibkan seluruh masyarakatnya yang beragama islam berpakaian sesuai
dengan tuntunan agama. Sehingga penggunaan cadar tidaklah menjadi sorotan tajam. Masa
pandemi tentunya berdampak terhadap para wanita yang menggunakan cadar. Para wanita
bisa menjaga diri dari bahayanya virus Corona serta tetap menjalankan syariat agama islam.

PENDAHULUAN
Sudah hampir setahun sejak diumumkannya kasus pertama Covid-19 di Indonesia
pada tanggal 2 Maret 2020, upaya penanganan yang telah dilakukan tak kunjung
menunjukkan penurunan yang signifikan. Kasus virus Corona atau Serve Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-Cov-2) diketahui muncul setelah melumpuhkan kota
Wuhan, China pada akhir 2019.
Sejak munculnya wabah penyakit ini di Indonesia, pemerintah Indonesia
mengeluarkan beberapa kebijakan dan ketentuan tentang prosedur menjalankan kehidupan
selama masa pandemi. Salah satu hal yang paling umum untuk dilakukan adalah pelaksanaan
pola hidup bersih dan sehat serta menggunakan masker. Bagi beberapa wanita yang
menggunakan cadar, maka penggunaan masker tidak perlu dilakukan ketika keluar rumah,
hal ini karena fungsi cadar sebagai bagian dari syariat telah mewakili fungsi masker dari
bidang kesehatan.

PEMBAHASAN
Istilah cadar berasal dari bahasa Persi “chador” yang berarti “tenda”. Dalam tradisi
Iran, cadar adalah pakaian yang menutup seluruh anggota badan wanita dari kepala sampai
ujung jari kakinya. Masyarakat India, Pakistan dan Bangladesh menyebutnya purdah, adapun
wanita Badui di Mesir dan kawasan Teluk menyebutnya Burqu (yang menutup wajah secara
khusus).
Cadar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kain penutup kepala atau muka
(bagi perempuan). Dalam bahasa Arab cadar disebut dengan Niqāb. Niqāb bentuk jamaknya
Nuqūb. Dalam kamus al-Munawwir Niqāb berarti kain tutup muka. Dalam kamus Lisaanul
Arab kata Niqāb yaitu kain penutup wajah bagi perempuan hingga hanya kedua mata saja
yang terlihat.
Umat Islam di luar daerah Arab mengenal cadar (niqāb) dari salah satu penafsiran
ayat al-Quran dalam surah an-Nur dan surah al-Ahzab yang diuraikan oleh sebagian sahabat
Nabi, sehingga pembahasan cadar wanita dalam Islam masuk dalam salah satu pembahasan
disiplin ilmu Islam, termasuk fikih dan sosial. Umat Islam menganggap cadar berasal dari
budaya masyarakat Arab yang akhirnya menjadi pembahasan dalam Islam. Asal-usul cadar
semakin ditujukan ke bangsa Arab sebagai budaya mereka. Padahal, cadar bukanlah suatu
budaya. memakai cadar atau menutup wajah bagi wanita adalah ajaran Islam yang didasari
dalil-dalil Al Qur’an, hadits-hadits shahih serta penerapan para sahabat Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam serta para ulama yang mengikuti mereka. Sehingga tidak
benar anggapan bahwa hal tersebut merupakan sekedar budaya.
Terdapat pendapat-pendapat ulama terkait hukum memakai cadar bagi wanita.
1. Pendapat madzhab Hanafi, wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar
hukumnya sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan
fitnah. Al Imam Muhammad ‘Alaa-uddin berkata:

=، ‫ وليس بع==ورة على األش==به‬،‫ وك==ذا ص==وتها‬، ‫ وق==دميها= في رواي==ة‬، =‫وجميع بدن= الحرة عورة إال وجهه==ا وكفيه=ا‬
=‫= ولذا= تمنع= من كشف وجهها بين= الرجال للفتنة‬، ‫وإنما يؤدي إلى الفتنة‬

“Seluruh badan wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam. Dalam
suatu riwayat, juga telapak tangan luar. Demikian juga suaranya. Namun bukan
aurat jika dihadapan sesama wanita. Jika cenderung menimbulkan fitnah, dilarang
menampakkan wajahnya di hadapan para lelaki.” (Ad Durr Al Muntaqa, 81)

2. Mazhab Maliki berpendapat bahwa wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai
cadar hukumnya sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan
menimbulkan fitnah. Bahkan sebagian ulama Maliki berpendapat seluruh tubuh
wanita adalah aurat. Az Zarqaani berkata:
َّ
‫ وأم==ا الوج==ه‬. ‫وقص=تها‬ =‫ حتى دالليها‬، ‫وعورة الحرة مع= رجل أجنبي مسلم غير الوجه والكفين من= جميع جسدها‬
‫ إال لخ==وف فتن=ة= أو‬، ‫ فله رؤيتهما مكشوفين= ولو شابة بال ع==ذر من ش==هادة= أو طب‬، ‫والكفان ظاهرهما وباطنهما‬
‫ كما للفاكهاني والقلشاني‬، =‫ كنظر ألمرد‬، ‫قصد لذة= فيحرم‬

“Aurat wanita di depan lelaki muslim ajnabi adalah seluruh tubuh selain wajah dan
telapak tangan. Bahkan suara indahnya juga aurat. Sedangkan wajah, telapak tangan
luar dan dalam, boleh dinampakkan dan dilihat oleh laki-laki walaupun wanita
tersebut masih muda baik sekedar melihat ataupun untuk tujuan pengobatan. Kecuali
jika khawatir timbul fitnah atau lelaki melihat wanita untuk berlezat-lezat, maka
hukumnya haram, sebagaimana haramnya melihat amraad. Hal ini juga
diungkapkan oleh Al Faakihaani dan Al Qalsyaani.” (Syarh Mukhtashar Khalil, 176)

3. Pendapat madzhab Syafi’i, aurat wanita di depan lelaki ajnabi (bukan mahram)
adalah seluruh tubuh. Sehingga mereka mewajibkan wanita memakai cadar di
hadapan lelaki ajnabi. Inilah pendapat mu’tamad madzhab Syafi’i.

Asy Syarwani berkata:

‫ وعورة بالنس==بة‬. ‫ وهو ما تقدم ـ أي كل بدنها= ما سوى الوجه والكفين‬، ‫= عورة في الصالة‬: ‫إن لها ثالث عورات‬
‫= كع==ورة‬: ‫= جميع= بدنها= حتى الوجه والكفين= على المعتمد= وع==ورة في الخل==وة وعن=د= المح==ارم‬: ‫لنظر األجانب إليها‬
‫الرجل »اهـ ـ أي ما بين السرة والركبة= ـ‬

“Wanita memiliki tiga jenis aurat, (1) aurat dalam shalat -sebagaimana telah
dijelaskan- yaitu seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan, (2) aurat terhadap
pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan,
menurut pendapat yang mu’tamad, (3) aurat ketika berdua bersama yang mahram,
sama seperti laki-laki, yaitu antara pusar dan paha.” (Hasyiah Asy Syarwani ‘Ala
Tuhfatul Muhtaaj, 2/112)

4. Mazhab Hambali

Imam Ahmad bin Hambal berkata:

‫كل شيء منها ــ أي من= المرأة الحرة ــ عورة حتى الظفر‬

“Setiap bagian tubuh wanita adalah aurat, termasuk pula kukunya” (Dinukil
dalam Zaadul Masiir, 6/31)
Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa memakai cadar (dan juga jilbab) bukanlah
sekedar budaya timur-tengah, namun budaya Islam dan ajaran Islam yang sudah diajarkan
oleh para ulama Islam sebagai pewaris para Nabi yang memberikan pengajaran kepada
seluruh umat Islam, bukan kepada masyarakat timur-tengah saja.

Di negara seperti Arab dan Pakistan, menggunakan niqab sehari-hari adalah hal wajar.
Tetapi berbeda dengan di Prancis yang masih melarang keras penggunaan niqab. Bahkan saat
ini, ketika bahaya Covid-19 masih mengintai di banyak negara. Padahal cadar sendiri tidaklah
menjadi pengganggu dalam berbagai aktivitas. Bahkan di saat seperti ini, cadar bisa
menggantikan fungsi masker sehingga tetap terlindungi serta tetap menjalankan ajaran islam.

Di aceh sendiri, penggunaan cadar tidak terlalu menjadi masalah besar. Aceh
merupakan kota syariah yang mewajibkan seluruh masyarakatnya yang beragama islam
berpakaian sesuai dengan tuntutan agama. Sehingga penggunaan cadar tidaklah menjadi
sorotan tajam. Walaupun demikian, masih saja ada beberapa oknum yang tidak suka dengan
penggunaan cadar dengan berbagai alasan.

Ada beberapa dampak positif yang dirasakan oleh wanita yang memakai cadar dalam
kondisi pandemi seperti saat ini. Salah satunya, wanita bercadar sudah lebih diterima oleh
setiap lapisan masyarakat baik di Indonesia maupun di negara lain. Walaupun bagi sebagian
orang yang tidak paham betul tentang anjuran memakai cadar, sedikitnya membantah stigma
bahwa cadar hanyalah budaya Arab. Keuntungan lain yang tentunya sangat dirasakan oleh
para wanita bercadar ialah fungsi cadar sebagai bagian dari syariat telah mewakili fungsi
masker dari bidang kesehatan sehingga mereka tidak perlu lagi menggunakan masker dan
tidak kewalahan mencari masker ketika stok masker di pasaran menipis dan menjadi langka.

KESIMPULAN
Dalam kondisi saat ini, virus corona bukanlah suatu wabah yang bisa diabaikan begitu
saja. Mengantisipasi dan mengurangi jumlah penderita virus corona di Indonesia, pemerintah
mewajibkan seluruh masyarakat untuk memauhi protokol kesehatan seperti menggunakan
masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak, dll. Penggunaan cadar di masa pandemi ini
tentunya sangat baik. Para wanita bisa menjaga diri dari bahayanya virus Corona serta tetap
menjalankan syariat agama islam. Cadar tentunya bisa menggantikan fungsi masker untuk
menghindari penyebaran virus Corona.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet.2; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. .
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/mjpm/article/download/14285/8538
https://muslim.or.id/6207-hukum-memakai-cadar-dalam-pandangan-4-madzhab.html
https://www.viva.co.id/berita/dunia/1295386-perempuan-bercadar-saat-pandemi-corona-kini-
lebih-diterima
https://pustaka.unand.ac.id/component/k2/item/230-antara-cadar-masker

Anda mungkin juga menyukai