Anda di halaman 1dari 14

NILAI FETISISME KOMODITAS GAYA HIJAB (KERUDUNG DAN JILBAB)

DALAM BUSANA MUSLIMAH

COMMODITY FETISHIM VALUES OF HIJAB STYLE (HEADSCARF AND VEIL)


IN MUSLIMAH WEAR

Gatot Sukendro, Ahmad Haldani Destiarman, Kahfiati Kahdar


Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung
gatsuken@gmail.com

ABSTRAK
Hijab (kerudung dan jilbab) merupakan busana muslimah yang telah ditetapkan bentuk dan penggunaannya dalam syariat
Islam. Namun, dalam perkembangannya telah terjadi pergeseran nilai fungsi dari hijab sebagai penutup aurat wanita.
Hijab kini cenderung hanya untuk menampilkan pesona kecantikan penggunanya daripada nilai religiusnya. Desain hijab
yang saat ini ada dipasaran ternyata tampil lebih modis dengan bentuk, warna, dan motif yang bervariasi sehingga sangat
diminati dan menjadi tren di kalangan wanita muslim di Indonesia. Penelitian ini menggunakan merek hijab Rabbani
dan Zoya sebagai objek. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan purposive sampling dengan
teknik analisis isi pada sampel data untuk mengetahui muatan nilai fetisisme komoditas pada gaya hijab (kerudung dan
jilbab) dalam busana muslimah. Hasil analisis menunjukkan adanya muatan nilai fetisisme komoditas pada produk hijab.
Melalui penelitian ini diharapkan wanita muslim dalam berbusana dapat memilih dan memilah kerudung dan jilbab yang
sesuai dengan aturan Quran dan sunah. Dengan demikian, para desainer dan produsen hijab diharapkan berpedoman pada
Quran dan sunah dalam merancang produk hijabnya.
Kata kunci: kerudung, gaya hijab, syariat, fetisisme komoditi,komoditas

ABSTRACT
Hijab (headscarf and veil) is a Muslim dress whose standard and usage have been established in Islamic law. However,
during its development there has been a shift in the value of the hijab function as a protection covering a Muslim woman
(Muslimah). Hijab now tends only to show the charm of its beauty than its religious values. Designs of hijab which is
currently available in the market turn out to look more fashionable with various shapes, colors, and patterns bringing
about a great demand and becoming a trend among Muslimah in Indonesia. This study uses the hijab brand of Rabbani
and Zoya as the objects of study. This study employs a qualitative research method using purposive sampling with content
analysis techniques on samples of data to find out the value of commodity fetishism in hijab style (headscarf and veil) in
Muslim dress. The analysis results describe the existence of content of commodity fetishism value on hijab products. By
way of this study, Muslim women are expected to be able to select and sort the veil and headscarf that follow the rules of the
Quran and the Sunnah. Furthermore, the designers and manufacturers of hijab are also expected to underlie their hijab
products design by the Quran and the Sunnah.
Keywords: headscarf, hijab style, the Shari’a, commodity fetishism, commodity

PENDAHULUAN mode saat ini adalah munculnya ber-


Pada era teknologi informasi bagai macam gaya kerudung dan jilbab
berkembang pesat banyak pengaruh bu- yang diklaim sebagai busana muslimah
daya yang masuk ke Indonesia tanpa dengan berbagai merek. Desain keru-
hambatan baik melalui media cetak mau- dung dan jilbab lebih modis dengan
pun elektronik. Derasnya arus informasi bentuk, warna, motif yang bervariasi se-
berdampak pada kehidupan masyarakat hingga sangat diminati dan menjadi tren
Indonesia termasuk dalam bidang mode. di kalangan wanita muslimah khusus nya
Mode merupakan gerak masyarakat ber- di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini
busana dalam sebuah gaya tertentu se- juga tidak terlepas dari peran desainer
suai ekspresi masanya (Zaman, 2001). dan pengusaha sebagai produsen yang
Fenomena yang terjadi dalam bidang menjadikan hijab (kerudung dan jilbab)
241
242 Jurnal Sosioteknologi | Vol. 15, No 2, Agustus 2016

sebagai komoditas industri. Berbagai de- reka, (QS Al-Ahzab: 53). Hijab bukan
sain busana yang beredar saat ini pada istilah teknis yang digunakan dalam
umumnya cenderung mengacu pada bu- hukum Islam untuk dress code wanita.
daya barat sehingga memunculkan ber- Pada beberapa negara berbahasa Arab
bagai model hijab (kerudung dan jilbab) seperti Mesir, Sudan, dan Yaman serta
yang lebih bervariasi, modis, modern, negara-negara barat, kata hijab lebih
dan diminati konsumen. Promosi pun sering merujuk pada kerudung yang
dilakukan secara terus-menerus melalui digunakan oleh wanita muslim. Istilah
berbagai tontonan baik acara peragaan kerudung di Indonesia pada awal 1980-
busana yang diadakan di pusat perbe- an lebih populer dengan sebutan jilbab.
lanjaan, hotel-hotel berbintang secara Pergeseran makna hijab yang awalnya
berkala, atau lewat tayangan film dan berarti penghalang atau tabir menjadi
sinetron-sinetron bertema religi yang di- pakaian penutup aurat perempuan se-
tayangkan di televisi serta berbagai me- menjak abad ke-4. Hijab kini lebih
dia baik cetak, elektronik, maupun inter- merujuk pada tata cara berpakaian yang
net. pantas sesuai dengan tuntunan agama
Hijab berkembang menjadi ko- dan bukan hanya kerudung, sebagaimana
moditas yang dapat memuaskan kon- yang tercantum dalam Quran surat Al-
sumerisme dan menjadi perhatian pen- ahzab ayat 59 dan surat An-nur ayat 31.
ting bagi kebanyakan wanita. Namun, Busana yang digunakan oleh wa-
tidak jarang bentuk dan gaya hijab yang nita muslimah di seluruh dunia memiliki
ditampilkan mengabaikan nilai dan fung- bentuk dan warna yang mengikuti latar
si hijab secara syariat sebagai penutup belakang budaya masing-masing. Di
aurat guna menghindarkan diri dari pan- Indonesia hijab dikenal sebagai jilbab.
dangan laki-laki bukan mahramnya keti- Masyarakat Malaysia menyebutnya tu-
ka wanita muslim berada di area publik. dung dan biasanya berfungsi menutupi
Hijab kini menjadi simbol yang tidak rambut dan leher serta dilengkapi dengan
sekadar bernilai guna atau fungsi tetapi busana yang disebut baju kurung. Di
membawa konotasi fetis. Kerudung dan Afganistan pakaian wanita muslim
jilbab sebagai hijab tidak lagi memiliki disebut burqa yaitu pakaian longgar
fungsi dan makna seperti yang telah di- yang menutupi seluruh tubuh. Di
gariskan dalam agama Islam. Hijab kini negara-negara Arab pakaian muslimah
digunakan sebagai daya pikat atau peso- disebut abaya yaitu jubah lengan pan-
na bagi sebagian besar wanita muslimah. jang berwarna hitam. Chador di Iran
merupakan pakaian tradisional wanita
Hijab dan Perkembangannya muslim yang terdiri dari kain panjang,
Hijab (bahasa Arab: ‫ باجح‬ħijāb) biasanya hitam digunakan sebagai tabir
adalah kata dalam bahasa Arab yang yang menyelubungi tubuh dari kepala
berarti penghalang atau tabir. Istilah hi- sampai kaki dan mencakup semua
jab sebenarnya seperti yang tercantum atau bagian dari wajah. Purdah/niqab
dalam Quran yaitu apabila kamu me- di Pakistan dikenakan sebagai layar,
minta sesuatu (keperluan) kepada me- tirai, atau cadar untuk menutupi bagian
reka (istri-istri nabi), maka mintalah da- bawah wajah (sampai mata) guna
ri belakang tabir. Cara yang demikian menghindarkan wanita dari pandangan
itu lebih suci bagi hatimu dan hati me- laki-laki atau orang asing. Sebagai akibat
Gatot Sukendro, dkk. | Nilai Fetisisme Komoditas..... 243

dari perbedaan budaya antara penganut menutup kepala, leher, dan menjulur
agama Islam, selain sebagai ketaatan hingga menutupi dada wanita dari
terhadap keyakinan agama, beberapa belakang maupun dari depan.
wanita juga memakai hijab sebagai iden- Gaya, warna, dan material ke-
titas kebangsaan, ras, dan perbedaan rudung (khimar) dan jilbab, setiap
budaya terutama dalam kelompok yang kelompok etnis muslim dapat memenuhi
multikultural. aturan Quran sesuai dengan latar belakang
budaya mereka sendiri. Wanita muslim
Hijab sebagai Busana Muslimah di Saudi menggunakan abaya, wanita
Seperti telah dibahas di atas, muslimah Persia menggunakan chador,
secara bahasa pengertian hijab adalah wanita muslim Afghani menggunakan
penutup, penghalang atau tabir. Dalam burqa, wanita muslim Pakistan meng-
keilmuan Islam, hijab merujuk pada gunakan niqab atau purdah, wanita
tatacara berpakaian yang pantas sesuai muslim Malaysia dan Indonesia meng-
dengan tuntunan agama. Kata hijab gunakan kerudung dan jilbab. Namun,
tidak hanya merujuk pada kerudung pelaksanaan hukum Quran tetap sama
yang digunakan oleh wanita muslim di karena Islam adalah agama universal
beberapa negara berbahasa Arab serta yaitu tidak terbatas hanya pada satu
negara-negara Barat. Berhijab merupakan daerah, suku, atau budaya. Oleh karena
kewajiban yang diperintahkan oleh Allah itu, wanita muslim wajib berhijab menu-
SWT dalam Quran yaitu bahwa seorang tupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan
wanita muslim harus menutupi bagian telapak tangan. Menutup wajah bagi
kepala dan dadanya dengan khimar wanita tidaklah wajib tetapi bukanlah per-
(penutup kepala), dan tubuhnya dengan buatan yang berlebihan, bahkan hal itu
jilbab (busana panjang dan longgar), merupakan keutamaan karena dilakukan
kecuali wajah dan kedua telapak tangan- oleh istri-istri nabi dan sebagian sahabat
nya. Kerudung atau dalam bahasa Arab wanita pada zaman itu dan setelahnya
khimar merupakan busana bagian atas (Quthb, 2003).
yang dikenakan sebagai hijab untuk Di Indonesia persoalan aurat

Gambar 1 Jenis-jenis hijab: kerudung, chador, niqab dan burqa


(Sumber: http://alianzacivilizaciones.blogspot.com)
244 Jurnal Sosioteknologi | Vol. 15, No 2, Agustus 2016

bagi wanita muslim juga sudah per- Albani yang dapat dijadikan sebagai
nah difatwakan oleh Majelis Tarjih kode busana muslimah yaitu:
Muhammadiyah. Aurat perempuan itu 1. Pakaian harus menutupi seluruh tu-
seluruh badan kecuali wajah dan telapak buh, selain yang dikecualikan yaitu
tangan karena lebih tepat bagi wanita wajah dan telapak tangan.
muslim Indonesia. Fatwa Nahdatul 2. Hendaknya pakaian tidak ber-
Ulama, putusan Muktamar NU ke-8, warna-warni yang mencolok (se-
anggota badan wanita adalah aurat jadi bagai perhiasan) sehingga dapat me-
wajib ditutupi ketika hendak keluar mancing perhatian orang lain.
rumah. Begitu pula disebutkan dalam 3. Bahan kainnya harus tebal, tidak tipis
fatwa dari Majelis Ulama Indonesia dan transparan sehingga permukaan
(MUI) nomor: U-287 Tahun 2001 kulit benar-benar tertutup rapat.
tentang pornografi dan porno aksi 4. Bentuk pakaian harus longgar, tidak
yang membahas masalah aurat laki- ketat sehingga tidak dapat menam-
laki dan wanita. MUI mengharamkan pakkan bentuk dan lekukan tubuh.
penggunaan pakaian ketat yang dapat 5. Hendaknya pakaian tidak diberi we-
memperlihatkan bentuk tubuh di muka wangian atau parfum.
umum serta penggunaan kosmetik ber- 6. Bentuk pakaian tidak menyerupai
lebihan yang dapat menarik perhatian pakaian lawan jenis
laki-laki yang bukan mahramnya. Jadi, 7. Desain pakaian tidak menyerupai pa-
pada dasarnya wanita muslim dalam kaian perempuan yang tidak beriman
berbusana hendaknya dapat menutupi atau nonmuslim.
auratnya dengan baik apabila sedang 8. Hendaknya pakaian itu tidak dimak-
berada di muka umum. sudkan untuk memperoleh sanjungan
Ada beberapa syarat busana atau mencari popularitas.
wanita muslim berdasarkan dalil Quran
dan Sunah yang dikemukakan oleh Keindahan Menurut Tradisi Islam
Syaikh Muhammad Nashirudin Al- Dalam tradisi Islam istilah yang

Gambar 2 Hijab (kerudung dan jilbab)


(Sumber: http://www.tribunnews.com/images/seleb/view/1369252/zaskia-adya-
mecca-syuting-film-hijab#.VN1gEfmUdZo)
Gatot Sukendro, dkk. | Nilai Fetisisme Komoditas..... 245

digunakan untuk keindahan estetis diam- akalnya. Nilai-nilai religius akan meng-
bil dari Quran dan Hadis, yaitu jamal dan arahkan seseorang pada perilaku sopan,
husn. Hadis yang mengandung dua istilah santun, bijak, ulet, dan kreatif. Jadi,
tersebut menyatakan bahwa keindahan melalui tata nilai etika seseorang mampu
batin (jamal) bersifat universal dan memelihara kepribadian dan jati dirinya
memperkaya rohani, karena di dalamnya sebagai seorang yang bermoral.
terdapat hikmah dan jalan menuju Logika umumnya digunakan
tauhid sedangkan keindahan zahir untuk menjelaskan kebenaran yang
(husn) tidak jarang hanya memukau dipengaruhi oleh akal pikiran manusia.
(sihr). Menurut Al-Ghazali, orang yang Penggunaan metode ilmiah dianggap
tidak berpengetahuan dan memiliki sebagai cara pendekatan terbenar da-
penglihatan batin sering terpedaya oleh lam memecahkan persoalan secara
yang tampak indah dalam pandangan rasional, logis, dan objektif seperti
mata, tetapi orang arif dapat menembus melakukan pertimbangan terhadap per-
ke balik keindahan zahir sehingga soalan efisiensi, teknologi produksi, per-
dapat melihat sesuatu yang hakiki. Peng- hitungan ekonomis dalam pemasaran,
lihatan batin menjadi sangat penting kenyamanan daya guna dan kehandalan
dalam kehidupan manusia karena dapat suatu produk.
menumbuhkan semangat religius. Estetika dalam awal perkembang-
Dalam kehidupan terdapat tata annya sebagai bidang filsafat yang ber-
nilai yang saling berpengaruh yaitu etika, kaitan dengan pemahaman tentang
logika, dan estetika. Etika menentukan keindahan alam dan seni. Kini estetika
nilai baik atau buruk yang dikaitkan diartikan sebagai ‘inti seni’ yang me-
dengan agama. Logika menetapkan liputi pemilihan dan penyusunan
nilai benar atau salah dikaitkan dengan unsur-unsur seni dan desain serta cara
ilmu pengetahuan, sedangkan estetika pengungkapannya. Segala bentuk eks-
berkaitan dengan nilai indah atau jelek presi seni dan desain merupakan wadah
yang merupakan ranah seni. Dalam yang berfungsi menampung semua
kebudayaan, tata nilai tersebut mewujud muatan ide atau gagasan yang bebas dari
dalam sebuah sistem yang secara ber- batasan geografis dan ideologi. Karena
samaan menyatu menjadi gagasan (ide), estetika merupakan inti seni, kerangka
tindakan (perilaku), dan hasil karya. dasar bentuk estetika tidak akan ber-
Demikian halnya karya desain yang ubah. Bentuk ekspresi seni dan desain
merupakan hasil perwujudan ide dan memiliki peluang untuk digunakan
perilaku desainer dengan tata nilai yang oleh banyak muatan tanpa mengurangi
melandasinya (Gazalba,1997). nilai-nilai keindahan, kebenaran, dan
Secara umum etika merupakan kebaikan yang dikandungnya. Dalam
aturan, ketentuan, atau norma mengenai desain, hal yang harus melandasi dan
apa yang baik dan buruk. Pengertian baik mendorong terciptanya sebuah produk
dan buruk tidak hanya menurut perasaan adalah keberadaan tujuan seni, yaitu
seseorang, tetapi harus berpijak pada keterpaduan ketiga nilai tersebut (kein-
wawasan religiusitas yaitu keyakinan dahan, kebenaran dan kebaikan). Oleh
agama. Meskipun perilaku setiap orang karena itu. sebuah karya seni rupa dan
berbeda, karakter manusia tetap sama desain tidak sekedar wujud visual semata,
yaitu selalu berpangkal dari kegiatan namun harus mengandung makna,
246 Jurnal Sosioteknologi | Vol. 15, No 2, Agustus 2016

bermanfaat dan memiliki nilai ibadah dimetaforakan sebagai kulit sosial yang
(Rizali, 2010). Demikian halnya dalam membawa pesan dan gaya hidup suatu
penciptaan busana untuk muslimah komunitas tertentu yang merupakan bagi-
hendaknya para desainer dan produsen an dari kehidupan sosial. Seiring dengan
tidak hanya mengejar keuntungan dan perkembangan era globalisasi busana
hanya menonjolkan aspek keindahan tidak hanya sebagai sarana kebutuhan
produk tanpa memperhatikan aspek untuk menutup tubuh atau sebagai iden-
fungsi busana muslimah yang telah titas kelompok saja, tetapi juga berperan
diatur dalam agama Islam. sebagai identitas individual dan gaya
hidup.
Fashion dan Gaya Hidup Ga ya hidup me nur ut KBBI
Istilah fashion dalam bahasa daring adalah pola tingkah laku sehari-
Indonesia disebut mode dan menurut hari segolongan manusia di dalam
K a m u s B esar B ahasa Indone sia masyarakat. Gaya hidup menunjukkan
(daring), mode memilili arti ragam (cara, bagaimana orang mengatur kehidupan
bentuk) yang terbaru pada suatu waktu pribadinya, kehidupan masyarakat,
tertentu (tentang pakaian, potongan perilaku di depan umum, dan upaya
rambut, corak hiasan, dsb). Menurut membedakan statusnya dari orang lain
OED (Oxford English Dictionary) kata melalui lambang-lambang sosial. Gaya
fashion diartikan sebagai: tindakan hidup atau life style dapat diartikan juga
atau proses membuat, potongan atau sebagai segala sesuatu yang memiliki
bentuk tertentu, bentuk tata cara atau karakteristik, kekhususan, dan tata cara
cara bertindak dan berbusana mengikuti dalam kehidupan suatu masyarakat ter-
konvensi. Sebagai kata benda fashion tentu. Gaya hidup dalam hal ini dapat
berarti sebuah tren populer khususnya dipahami sebagai sebuah karakteristik
dalam gaya berbusana. Kata fashion itu se se or a ng se c a r a ka sa t ma ta ya ng
sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu me na nda i siste m nila i, se r ta sika p
facto yang memiliki arti membuat atau terhadap diri sendiri dan lingkungannya.
melakukan. Arti asli fashion mengacu Menurut Piliang (1998: 208), gaya hidup
pada kegiatan yaitu merupakan sesuatu merupakan kombinasi dan totalitas cara,
yang dilakukan oleh seseorang dan bu- tata, kebiasaan, pilihan, serta objek-
kan seperti saat ini yang memahami objek yang mendukungnya, dalam pelak-
fashion sebagai sesuatu yang dikenakan sanaannya dilandasi oleh sistem nilai
seseorang. Arti asli fashion pun mengacu atau sistem kepercayaan tertentu.
pada ide tentang fetis atau objek fetis Busana yang dipilih seseorang
karena akar kata fetis adalah fecere dapat menunjukkan pilihan gaya hidup-
yang mengungkapkan bahwa butir-butir nya. Seseorang yang fashionable secara
fashion dan busana adalah komoditas tidak langsung mengonstruksi dirinya
yang paling difetiskan yang diproduksi sebagai seorang yang bergaya hidup
dan dikonsumsi di masyarakat kapitalis modern dan selalu mengikuti tren yang
(Bannard 1999:12). ada. Selain itu, berbusana mengikuti
Mode atau fashion yang merupa- tren dianggap dapat memengaruhi
kan salah satu budaya barat yang ber- status sosial, dan prestise bagi yang
sifat global, sebagian besar masuk ke mengenakannya. Dengan mengenakan
Indonesia melalui media massa. Fashion busana tertentu, seseorang akan terlihat
Gatot Sukendro, dkk. | Nilai Fetisisme Komoditas..... 247

lebih trendi dan up to date sehingga jiban seorang wanita muslim untuk
timbul kebanggaan atau kepuasan dalam kehormatannya, kini menjadi salah satu
dirinya. Berkembangnya tren fashion/ tren dari budaya populer. Perempuan
mode yang ada di Indonesia yang dan agama menjadi suatu konsiliasi
cenderung berkiblat kepada budaya barat budaya populer yang komersial sehingga
yang bersifat global tidak lepas dari agama dan simbol-simbol agama juga
peran globalisasi industri media yang menjadi produk dari budaya populer
mulai marak masuk ke Indonesia sejak yang dipasarkan di dunia industri. Salah
akhir 1990-an. satu permasalahan yang menjangkiti
Di kalangan umat Islam, ketika masyarakat masa kini terutama di per-
pemahaman tentang kebangkitan agama kotaan adalah munculnya gaya hidup
hanya pada batas tatanan simbolik, konsumerisme. Setiap manusia tidak
simbol-simbol, tanda-tanda, dan ikon bisa lepas dari konsumsi karena sifat
yang diyakini sebagai artefak ketakwaan manusia yang membutuhkan instrumen
seseorang justru kini telah terkomo- pemenuhan kebutuhannya. Namun, isti-
difikasi menjadi objek konsumsi. Hari lah konsumerisme lebih menekankan pa-
raya keagamaan pun dapat menjadi se- da gaya hidup yang menganggap barang
macam festival konsumsi. Semangat atau materi sebagai ukuran kebahagiaan
pergantian mode/fashion atas busana dan prestise. Konsumsi dilakukan tidak
muslimah dimanfaatkan industri untuk hanya untuk memenuhi kebutuhan
keuntungan bisnis semata lewat tontonan yang bersifat kefaedahan atau utilitas
atau tayangan yang ditayangkan melalui saja, tetapi mengonsumsi brand atau
media masa. merek yang dicitrakan dari materi atau
Saat ini sensibilitas keagamaan produk tersebut sehingga mereka merasa
mulai menjadi komoditas di pentas memperoleh prestise dari tindakan ter-
konsumsi masyarakat luas. Kerudung, sebut.
jilbab, gamis dan baju koko yang ditam- Konsume r isme me r upa ka n
pilkan dengan berbagai model, corak dan pe r ila ku pe ma ka ia n ba r a ng ya ng
warna semakin menjadi salah satu ikon tidak menurut kebutuhan, tetapi
gaya hidup dalam mode/fashion. Busana hanya berdasarkan tuntutan gengsi
muslim juga sudah mulai menjadi bisnis semata. Untuk mengakomodasi mo-
besar serta banyak dipakai para artis tif kebutuhan konsumen tersebut,
dalam dunia hiburan saat ini. Disadari sebuah produk harus diiringi dengan
atau tidak ternyata ada upaya untuk tontonan bermuatan tanda, citra, dan
memberikan label islamisasi terhadap makna yang mengiringinya. Hal ini
prilaku konsumtif di dalam dunia mode berfungsi untuk mengendalikan para
oleh industri mode baik oleh pengusaha konsumen menjadi konsumer yang
maupun desainer. Hal ini sebenarnya membeli ilusi ketimbang barang.
adalah kapitalisasi Islam atau penaklukan Konsume n me ngonsumsi r e la si
semangat keagamaan oleh pasar, dunia sosial seperti status atau prestise
bisnis, atau kapitalisme (Ibrahim, ketimbang fungsi produk. Salah satu
2009:10). bentuk ilusi yang sering dieksploitasi
di dalam iklan media massa adalah
Fetisisme Komoditas ilusi yang berasal dari penggunaan
Berhijab yang merupakan kewa- tubuh (libidinal power). Tubuh dan
248 Jurnal Sosioteknologi | Vol. 15, No 2, Agustus 2016

potensi sensualitasnya dijadikan se- kebutuhan psikis. Mulanya terjadi pemu-


bagai sebuah elemen tontonan dalam jaan terhadap alam benda, kemudian ber-
rangka menarik perhatian konsumen alih pada pemujaan terhadap produk-
pada pandangan pertama (Piliang, produk kreasi manusia.
2009:330). Manifestasi dari gaya hidup
Dalam gaya hidup konsumerisme, pada zaman modern masih terkait
terjadi pemaknaan berlebihan terhadap dengan fetisisme yang telah menggejala
komoditas di luar konteks utilitas karena sejak zaman pramodern tetapi terdapat
dianggap memiliki kekuatan mutlak perbedaan pada objek fetis. Dahulu
atas kehidupan manusia. Gaya hidup alam benda dijadikan sumber pemuas
demikian itu bukan lagi monopoli artis, kebutuhan psikis. Kini produk-produk
model, peragawati, atau selebritas yang kreasi manusia ditempatkan sebagai
memang sengaja mempercantik diri untuk pemuas. Selain itu, dalam gaya hidup
tampil di panggung. Masyarakat kini juga tercermin adanya konsumerisme.
sudah dapat meniru gaya hidup para figur Hal ini ditandai dengan cara pemenuhan
publik secara kreatif untuk ditampilkan barang yang tidak berorientasi pada nilai
dalam kehidupan sehari-hari, seperti kefaedahan saja tetapi pada brand produk
ke mal, tempat kerja, kampus, seminar, yang dicitrakan melalui berbagai media
arisan, dan sebagainya. Suatu benda baik online maupun offline. Kecantikan
dianggap memiliki kekuatan magis penampilan tidak lagi sebatas fisik.
atau bertuah dan dapat menyelamatkan Industri dan media memodifikasi konsep
atau merusak kehidupannya. Atas dasar cantik. Seseorang disebut cantik ketika
kepercayaan tersebut, maka berkembang memakai produk yang diiklankan. Gaya
gejala simbolisasi dan penghargaan atau hidup konsumerisme tidak terhindarkan
pemujaan terhadap suatu benda. Perilaku dan menimbulkan masyarakat konsumtif.
tersebut dalam terminologi antropologi Istilah fetis seperti yang telah di-
disebut fetisisme. Fitishisme dalam sebutkan dalam latar belakang, berasal
gaya hidup pada tatanan dunia modern dari bahasa Portugis fetico yang berarti
membuat keterjeratan manusia pada pesona, daya pikat atau sihir. Fetisisme
nilai simbolik (konotatif), sehingga secara luas dapat diartikan sebagai sifat-
pada akhir semua yang dimiliki akan sifat supranatural, kekuatan magis, atau
menjadi budaya tontonan. Semua orang daya pesona tertentu yang terkandung di
ingin menjadi penonton dan sekaligus dalam objek-objek. Fetisisme komoditi
ditonton. menurut Marx dapat didefinisikan se-
Kepercayaan tersebut juga masih bagai sifat produksi komoditas dalam
berlanjut dan tumbuh subur pada abad sistem kapitalis. Komoditas tidak semata
modern saat ini yang diklaim sebagai dianggap sebagai benda guna (use value)
abad penuh kerasionalan. Evolusi tetapi sebagai objek yang mengandung
fetisisme komoditas hingga berwujud kekuatan daya pesona tertentu. Sebuah
seperti sekarang ini, sebenarnya diawali benda memberikan status tertentu kepada
pada manusia pramodern. Pengetahuan orang yang memakainya. Meskipun Marx
modern dianggap dapat mencerahkan menyatakan asal fetisisme komoditas
pola pikir manusia, tetapi pada saat yang pada tenaga kerja yang dikeluarkan
sama terjadi transformasi pemujaan dalam produksi, nilai fetish produk juga
terhadap materi sebagai sumber pemuas dihasilkan dalam konsumsi. Stratton
Gatot Sukendro, dkk. | Nilai Fetisisme Komoditas..... 249

(1996) mengakui dua bentuk fetisisasi kunci, karena pada umumnya dalam
dan mengategorikan mereka sebagai penelitian kualitatif peneliti langsung
fetisisme pasif dan aktif. Kedua bentuk melakukan pengumpulan data (Bungin,
fetisisme menentukan hubungan yang 2007). Data yang dikumpulkan bukan
alami antara manusia dengan benda: berupa angka tetapi berupa naskah
satu sisi menutupi asal tenaga kerja atau gambar yang berasal dari berbagai
dari komoditas tersebut sementara yang sumber seperti majalah, buku, internet,
lain memberikan komoditas berkualitas wawancara, serta observasi lapangan
yang menggoda. Fetisisme pasif sebuah yang berhubungan erat dengan objek
objek dirahasiakan dari bentuk asal penelitian. Data diolah, dibandingkan,
usulnya dan evolusinya. Dalam tindakan dan dianalisis dengan teknik analisis
fetisisme aktif, manifestasi desain produk isi. Untuk mengalisis isi data dalam
(objek fetis) terlihat dan nyata baik pada penelitian ini digunakan beberapa kri-
bentuk, warna, tekstur dan materialnya teria yang menghubungkan konsep
yang menggoda individu untuk menjadi desain busana Gini Stephens Frings
konsumen. Demikian pula, teknik dengan konsep busana muslimah yang
pemasaran yang dirancang untuk mem- dikemukakan oleh Syaikh Muhammad
promosikan konsumsi mendukung Nashirudin Al-Albani menurut Quran
fetisisme aktif melalui iklan yang apik. dan sunah.
Oleh karena itu, fetisisme komoditas
beroperasi baik dalam ranah produksi Populasi Produk Zoya dan Rabbani
maupun konsumsi (Boradkar, 2010). Populasi adalah wilayah general-
isasi yang terdiri atas objek atau subjek
Elemen Desain dalam Sebuah Produk yang mempunyai kualitas dan karak-
Busana teristik tertentu yang ditetapkan oleh
Dalam penciptaannya, sebuah peneliti untuk dipelajari dan ditarik sim-
busana tidak lepas dari elemen-elemen pulannya (Sugiyono, 2011:61). Populasi
desain yang disusun menjadi satu dalam penelitian ini meliputi keseluruhan
kesatuan yang utuh melalui penerapan produk desain hijab (kerudung dan jilbab)
prinsip-prinsip desain. Seperti yang merk Zoya dan Rabbani yang ditampilkan
dikemukakan oleh Gini Stephens Frings melalui laman resmi masing-masing
(1987) dalam bukunya Fashion from pada periode 2013-2014. Populasi
Concept to Consumer. Oleh karena itu, subdomain Zoya fashion yang digunakan
seorang desainer harus dapat memadukan dalam penelitian ini berupa tas tangan
setiap garmen dengan kombinasi yang sebanyak 4 buah, produk kerudung instan
menyenangkan dari semua elemen desain sebanyak 34 buah, produk busana 70
yang baik. Elemen-elemen tersebut buah, produk kerudung helai sebanyak 6
berupa warna, tekstur, garis, dan bentuk. buah, produk perlengkapan sebanyak 15
buah, selendang 3 buah. Populasi produk
METODE yang terdapat dalam laman Rabbani
Pendekatan yang digunakan da- terdiri atas beberapa kategori produk
lam penelitian ini adalah pendekatan antara lain: produk kerudung sebanyak
kualitatif yaitu pendekatan yang diguna- 69 buah, busana dreslim sebanyak 26
kan untuk meneliti kondisi objek yang buah, busana kasual sebanyak 29 buah,
alamiah. Peneliti sebagai instrumen kemeja koko sebanyak 66 buah, busana
250 Jurnal Sosioteknologi | Vol. 15, No 2, Agustus 2016

tunik sebanyak 9 buah, kerudung anak analysis).


sebanyak 4 buah, setelan anak sebanyak
3 buah, mukena sebanyak 4 buah. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini data produk
Teknik Pengambilan Sampel Produk hijab (kerudung dan jilbab) Zoya
Zoya dan Rabbani dan Rabbani dianalisis isinya dengan
Sampel adalah sebagian dari parameter konsep desain busana Gini
jumlah dan karakteristik yang dimiliki Stephens Frings dengan konsep busana
oleh populasi (Sugiyono, 2011:62). muslimah menurut syaikh Muhammad
Walaupun sampel hanya merupakan Nashirudin Al-Albani berdasarkan Quran
bagian dari populasi, kenyataan- dan Sunah (terjemahan) untuk mengetahui
kenyataan yang diperoleh dari sampel keberdaan muatan syariat dan fetisisme
tersebut harus dapat mewakili sebuah komoditas pada produk dua merek
populasi. Untuk pengambilan sampel tersebut. Adapun unsur-unsur penilaian
digunakan teknik sampling. dan teknik yang telah dikodekan berdasarkan unsur-
sampling yang digunakan oleh penulis unsur estetis dalam konsep desain busana
adalah nonprobability sampling yaitu Gini Stephens Frings dan konsep desain
teknik pengambilan sampel yang tidak busana muslimah menurut Muhammad
memberikan peluang atau kesempatan Nashirudin Al-Albani dan MUI baik
sama bagi setiap unsur atau anggota untuk kategori syariat maupun kategori
populasi untuk dipilih menjadi sampel. fetisisime komoditi antara lain:
Teknik nonprobability sampling yang Kategori kesesuaian dengan
digunakan dalam pengambilan sampel syariat meliputi kode berikut: (A)
pada penelitian ini adalah menggunakan Bentuk kerudung panjang menutup
teknik purposive sampling yaitu teknik sampai bagian dada. (B) Siluet kerudung
penentuan sampel dengan pertimbangan longgar. (C) Kerudung berwarna polos
tertentu (Sugiyono, 2011:68), sehingga tidak bermotif. (D) Jilbab panjang hingga
data yang diperoleh lebih representatif mata kaki. (E) Tekstur bahan tebal tidak
dengan melakukan proses penelitian transparan. (F) Siluet jilbab longgar. (G)
yang kompeten dibidangnya. Dari hasil Warna jilbab tidak mencolok. (H) Bentuk
penelusuran dan pertimbangan di atas busana tidak menyerupai pakaian laki-
maka diambil sebanyak 30 item produk laki. (I) Bentuk busana tidak menyerupai
desain busana. 30 item dari produk Zoya busana khas nonmuslim. (J) Busana
dan 30 item dari produk Rabbani untuk menutup aurat dengan sempurna.
dianalisis dan dibandingkan dengan Kategori fetisisme komoditi
menggunakan teknik analisis isi (content meliputi kode berikut: (Ax) Bentuk

TABEL I KATEGORI PRODUK BUSANA YANG DIJADIKAN SEBAGAI SAMPEL


Merek Produk Kategori Busana Jumlah Sampel
Zoya Fashion dress dan tunik 30 buah

Rabbani dress dan tunik 30 buah


Gatot Sukendro, dkk. | Nilai Fetisisme Komoditas..... 251

kerudung pendek tidak menutup sampai untuk kemudian disimpulkan. Dari


bagian dada. (Bx) Siluet kerudung ketat. hasil perbandingan kedua kelompok
(Cx) Kerudung bermotif warna-warnai/ data dapat diketahui bahwa nilai yang
kombinasi. (Dx) Jilbab pendek dengan didapat dari produk Zoya untuk kategori
rok atau celana panjang. (Ex) Tekstur syariat sebesar 110 dan untuk kategori
bahan tipis/lemas/transparan. (Fx) Siluet fetisisme komoditas sebesar 190. Dalam
jilbab ketat/agak ketat membentuk bagian persentase nilai tersebut berjumlah 36,7%
tubuh. (Gx) Warna jilbab mencolok. syariat dan 63,3% fetisisme komoditas.
(Hx) Bentuk busana menyerupai pakaian Berikut tampilan hasil pengukuran dari
laki-laki. (Ix) Bentuk busana menyerupai tiap kategori produk Zoya baik syariat
busana khas non muslim (tradisi barat). maupun fetisisme komoditas yang secara
(Jx) Busana tidak menutup aurat dengan keseluruhan dapat digambarkan dalam
sempurna. Penilaian dilakukan dengan bentuk diagram lingkaran.
cara memberikan tanda centang (√) Jumlah nilai yang didapat dari
pada salah satu unsur yang akan dinilai produk Hijab Rabbani untuk kategori
pada kolom yang tersedia, dan setiap syariat adalah sebesar 167 dan untuk
unsur dinilai 1 (satu). kategori fetisisme komoditas sebesar
S etelah dilakukan ana lisis 133. Dalam persentase nilai tersebut
pada tiap produk Zoya dan Rabbani, berjumlah 55,7% syariat dan 44,3 %
selanjutnya dilakukan perbandingan fetisisme komoditas Berikut tampilan

Gambar 3 Contoh tabulasi analisis isi produk hijab Zoya dan Rabbani
(Sumber : dokumen pribadi 2014)
252 Jurnal Sosioteknologi | Vol. 15, No 2, Agustus 2016

hasil pengukuran dari tiap kategori menampilkan warna-warna lembut dan


produk Rabbani baik syariat maupun kurang berani menampilkan bahan yang
fetisisme komoditas yang secara kese- bermotif. Rabbani hanya menggunakan
luruhan dapat digambarkan dalam bentuk satu atau dua kombinasi warna yang tidak
diagram lingkaran. mencolok dibandingkan dengan gaya
Dari hasil analisis data produk desain hijab Zoya yang lebih bervariasi
hijab (kerudung dan jilbab) Zoya maupun warnanya. Bila dalam satu kain terdiri
Rabbani ternyata keduanya memiliki dari dua warna atau lebih, kain itu
muatan nilai fetisisme komoditas termasuk membentuk suatu motif. Jadi,
walaupun persentasenya berbeda. Per- pada dasarnya seluruh sampel produk
sentasenya 63,3 % untuk produk hijab hijab (kerudung dan jilbab) yang telah
Zoya dan 44,3 % untuk produk hijab dianalisis baik Zoya maupun Rabbani
Rabbani. Hal ini menandakan bahwa menunjukkan adanya muatan fetisisme
desain busana muslimah yang dipasarkan komoditas, sehingga produk hijab yang
lebih menonjolkan penampilan fisik diproduksi oleh kedua merek tersebut
dan unsur mode dalam setiap desain- tidak dapat dikatakan murni sebagai
desainnya. Bentuk kerudung cenderung hijab yang sesuai syariat seperti yang
pendek, bervariasi, dan tidak menutup telah ditetapkan dalam Quran dan Sunah.
bagian dada wanita dengan sempurna
sehingga terkadang menampilkan kesan SIMPULAN
sensual bagi pemakainya. Dari analisis data sampel yang
Secara umum produk hijab telah dilakukan pada dua kelompok
Zoya menampilkan warna-warna sampel independen yaitu antara produk
yang dominan lebih cerah serta berani hijab merek Zoya maupun Rabbani dite-
dalam desainnya. Bahan kain bermotif mukan hampir sebagian besar desain
lebih banyak pada produk hijab hijab (kerudung dan hijab) menunjukan
Zoya dibandingkan dengan produk adanya muatan nilai fetisisme komoditas
hijab Rabbani. Produk Rabbani lebih yaitu 63,3 % untuk produk hijab Zoya

Grafik 4 Perbandingan muatan nilai syariat dan fetisisime komoditas produk hijab
(kerudung dan jilbab) Zoya
Gatot Sukendro, dkk. | Nilai Fetisisme Komoditas..... 253

Grafik 5 Perbandingan persentase kategori syariat dan fetisisme komoditas


produk hijab (kerudung dan jilbab) Rabbani

dan 44,3 % untuk produk hijab Rabbani. Barnard, Malcolm. (2011). Fashion
Seluruh sampel produk yang diteliti ter- Sebagai Komunikasi: cara
nyata dapat membuat penampilan wanita mengkomunikasikan Identitas
muslim menjadi terlihat lebih cantik Sosial, Seksual, Kelas dan Gender
dan modis dalam berbusana. Hal ini (terjemahan). Yogyakarta:
dapat diamati melalui bentuk siluet yang Jalasutra.
umumnya agak ketat dan cenderung Boradkar, Prasad. (2010). Designing
memperlihatkan lekuk tubuh baik pada Things: A Critical Indroduction
bagian kepala, leher, lengan, dada to the Culture of Objects. New
maupun kaki. Produk merek Zoya dan Yorks: Berg.
Rabbani belum sempurna bila digunakan Bungin, Burhan. (2007). Penelitian
untuk menutup aurat. Warna-warna yang Kualitatif ; Komunikasi, Ekonomi,
digunakan juga cenderung mencolok Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
sehingga dapat menarik perhatian lawan Lainnya. Jakarta: Putra Grafika.
jenis yang bukan mahram. Oleh karena Chaney, David. (2009). Life styles:
itu, produk hijab (kerudung dan jilbab) Sebuah Pengantar Komprehensif
yang diproduksi oleh Zoya maupun (terjemahan). Yogyakarta:
Rabbani mengandung nilai fetisime Jalasutra.
komoditas. Produk hijab (kerudung dan Emzir. (2013). Metodologi Penelitian
jilbab) Zoya maupun Rabbani tidak Kualitatif: Analisis Data. Jakarta:
berbeda dengan produk tren mode Rajawali Press.
lainnya yang lebih mengutamakan aspek Fring, Gini Stephens. (1987). Fashion:
penampilan dan kecantikan para wanita from Concept to Consumer. New
penggunanya. jersey: Prentice Hall.
Gazalba, Sidi. (1977). Pandangan Islam
DAFTAR PUSTAKA Tentang Kesenian. Jakarta : Bulan
Quran Terjemah Departemen Agama Bintang.
Republik Indonesia. Ibrahim, Idi Subandy (ed). (2006).
254 Jurnal Sosioteknologi | Vol. 15, No 2, Agustus 2016

Lifestyle Ectassy: Kebudayaan seleb/view/1369252/zaskia-


Pop Dalam Masyrakat Komoditas adya-mecca-syuting-film-hijab#.
Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra. VN1gEfmUdZo
Jhally, Sut. (1990). The Code of
Advertisements, The Fetishism of
Commodity. London: Routhledge.
Nashiruddin al-Albani, Muhammad.
(2013). Jilbab Wanita Muslimah
Menurut Qur’an dan Sunnah.
Solo: At-Tibyan.
Piliang, Yasraf Amir. (2004). Iklan,
informasi, atau Simulasi?: Kontek
Sosial dan Kultur Iklan, Mediator
Vol. 5: 63-70
Piliang, Yasraf Amir. (2012). Semiotika
dan Hipersemiotika. Bandung:
Matahari.
Quthb, Sayyid. (2003). Tafsir Fi Zhilalil
Qur`an dibawah naungan Al
Qur’an jilid 9. Jakarta: Gema
Insani Press.
Rizali, Nanang. (2010). Nilai-nilai
Keindahan, kebenaran dan
Kebaiakan dalam Seni Rupa.
Makalah dalam sidang senat
terbuka Universitas Sebelas
Maret.
Stillman, Yedida Kalfon. (2003). Arab
Dress from the dawn of Islam to
Modern Times Short History,.
Brill: Leiden Boston
Sugiyono. (2011). Statistik untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Walker, John A. (2010). Desain, Sejarah,
Budaya: Sebuah Pengantar
komprehensif (terjemahan).
Yogyakarta: Jalasutra.
Zaman, Moh. Alim. (2001). Kostum
Barat dari Masa ke Masa,.
Jakarta: Meutia Cipta Sarana.
http://alianzacivilizaciones.blogspot.
com/2010/10/prominente-
feminista-alemana-enciende.html
http://kbbi.web.id/gaya-2
http://www.tribunnews.com/images/

Anda mungkin juga menyukai