Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FENOMENA TREN FASHION HIJABERS DILIHAT DARI SUDUT


PANDANG TEORI IDENTITAS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Budaya


Dosen Pengampu : Muna Yastuti Madrah, MA

Disusun oleh:
1. Alfiah Nurul F.I.P
2. Andi Nur Hikmah
3. Maria Shofa Salsabila
4. Omi Shobrina
5. Wahyuni Usman

PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Fenomena Tren Fashion Hijabers Dilihat dari Sudut Pandang Teori
Identitas. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan
sahabatnya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil, sehingga tersusunlah karya
ilmiah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan


dalam mensun makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca akan sangat
membangun semangat penulis untuk lebih giat dalam mempelajari dan menganalisanya yang
penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Terimakasih.

Semarang, 15 Mei 2014

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................5
1.3 Tujuan ................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................6

2.1 Asal Mula Munculnya Hijabers.........................................................................6


2.2 Pergeseran Nilai dan Fungsi Hijab Saat Ini........................................................7
2.3 Tren Fashion Hijabers dalam Teori Identitas.....................................................8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya zaman, tidak hanya teknologi saja yang mengalami


perubahan. Banyak aspek-aspek kehidupan yang lain mulai menyusul perkembangan
teknologi tersebut. Salah satunya adalah hijab. Kini hijab menjadi salah satu fashion yang
sangat diminati oleh masyarakat dengan modelnya yang simple dan mudah digunakan,
apalagi dengan merebaknya tutorial hijab dengan berbagai model, dan yang penting adalah
hijab merupakan tren di zaman ini. Banyak yang berlomba-lomba untuk mempercantik diri
dengan memakai hijab, bahkan sekarang banyak berdiri komunitas-komunitas hijabers yang
menjadi tempat untuk berbagi cerita maupun up-date mengenai tren hijab masa kini.

Munculnya komunitas hijabers yang sedang populer di masyarakat tidak hanya


menjadi sekedar komunitas wanita biasa, melainkan selalu diidentikkan pada komunitas high
class. Budaya hijabers tersebut baru-baru ini booming di Indonesia terutama di dunia modern.
Dalam konteks kekinian, hijab tidak hanya menjadi simbol identitas pemeluk agama Islam
akan tetapi hijab juga menjadi simbol identitas, status, dan kekuasaan seseorang. Dalam
masyarakat muslim modern, hijab lebih sering diasosiasikan dengan gaya hidup kelas atas.

Satu hal yang menjadi pertanyaan kita adalah bagaimana tren fashion hijab tersebut
dengan cepatnya mampu memberikan perubahan pandangan yang signifikan dalam
kehidupan sosial masyarakat dari yang sebelumnya dianggap hanya sebagai simbol/identitas
suatu agama menjadi sebuah budaya yang identik dengan modernitas. Kita perlu tahu
mengapa bisa terjadi pergeseran fungsi hijab pada zaman dahulu dan sekarang yang
mengubah stereotype hijab itu sendiri secara simbolis. Oleh sebab itu, dalam makalah ini
penulis akan mengemukakan teori identitas serta pengaruhnya dalam perkembangan tren
fashion hijab masa kini.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal mula munculnya hijabers?


2. Bagaimana tren fashion hijab saat ini mengubah makna dan menggeser nilai serta
fungsi hijab itu sendiri?
3. Bagaimana perkembangan tren fashion hijab saat ini dipandang dari teori identitas?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui asal mula munculnya hijabers


2. Untuk mengetahui bagaimana tren fashion hijab saat ini mengubah makna dan
menggeser nilai serta fungsi hijab itu sendiri
3. Untuk mengetahui perkembangan tren fashion hijab saat ini dipandang dari teori
identitas

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal Mula Munculnya Hijabers

Beberapa tahun belakangan ini, muncul tren baru dalam berbusana. Namun bukan
busana Barat yang menampilkan sebagian tubuh, yang menjadi trend. Pakaian yang sedang
menjadi trend di Indonesia sekarang ini adalah pakaian ala Hijabers. Pakaian muslimah yang
modis dengan berbagai gaya dan pernak-pernik kerudungnya.

Salah satu kebangkitan penggunakan jilbab oleh kebanyakan wanita sekarang ini
adalah munculnya fashion designer muda yang fokus pada baju-baju muslimah yaitu Dian
Pelangi. Bisa dikatakan bahwa Dian Pelangi merupakan ikon dari hijabers, dia pula yang
mempopulerkan kata Hijabers. Menurut Dian, penggunaan kata hijabers itu sendiri agar lebih
terlihat internasional karena diluar negeri jilbab disebut hijab.

Dalam kesehariannya, para muslimah tersebut yang tergabung dalam Hijabers


Community memiliki perhatian tertentu terhadap penampilannya seperti gaya berjilbab dan
berbusana. Hal ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari sejumlah faktor yang mempengaruhi
seorang muslimah berpenampilan fashionable yaitu kecenderungan mengenakan gaya jilbab
yang menarik perhatian, selanjutnya dapat ditiru oleh orang lain.

Dr. Nur Syam (2005) dalam bukunya Bukan Dunia Berbeda, Sosiologi Komunikasi
Islam mejelaskan bahwa gaya berpakaian islami pun telah memasuki paradoks globalisasi.
Di satu sisi ingin seseorang ingin menampilkan gaya berpakaian Islam dengan jilbab sebagai
tutup kepala, tetapi di sisi lain penonjolan ekspresi tubuh juga tetap kentara dalam hal ini
keindahan oleh kasat mata. Jilbab modis yang kontemporer telah menjadi tren yang digemari
kalangan perempuan hakikatnya menjadi contoh bekerjanya sistem global paradoks yang
sangat menonjol.

Dibalik penampilannya yang fashionable, seorang muslimah menyimpan identitas


penuh makna. Melalui jilbab dan busana yang dikenakan tersimpan citra dari pemakainya,
seperti kerapihan, kesopanan dan simbol ketakwaannya sebagai seorang muslimah. Jilbab
direpresentasikan sebagai bagian dari praktik gaya hidup muslimah yang fashionable masa
kini sekaligus sebagai citra kelompok muslimah dengan menjadikannya media dalam syiar

6
nilai-nilai keislaman. Hijabers Community melalui nilai dan norma merepresentasikan
identitas muslimah yang taat terhadap nilai-nilai keislaman namun dalam wujud yang modern
dengan praktik pemakaian jilbab fashionable.

2.2 Pergeseran Nilai dan Fungi Hijab Saat Ini

Kata hijabers digunakan untuk merujuk kepada kaum wanita yang


mempertimbangkan masalah fashion dalam memakai jilbab pada masa kini, namun kata hijab
yang digunakan utuk sebutan tersebut tidak sinkron dengan arti hijab itu sendiri. Menurut
KBBI hijab berarti 1 dinding yg membatasi sesuatu dng yg lain: 2 Isl dinding yg membatasi
hati manusia dan Allah; 3 dinding yg menghalangi seseorang dr mendapat harta waris: anak
laki-laki adalah dr saudara sebapak. Sedangkan jilbab berarti kerudung lebar yg dipakai
wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada.

Dari beberapa pengertian yang kami ambil dari kamus KBBI, maka terjadi ketidak
sesuaian makna hijabers itu sendiri dengan apa yang dimaksudkan. Kata hijabers bermaksud
untuk menyebut orang-orang yang berjilbab namun modis. Sedangkan kata Hijab adalah
kata dalam bahasa Arab yang berarti penghalang. Pada beberapa negara berbahasa Arab serta
negara-negara Barat, kata hijab lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh
wanita muslim (seperti jilbab). Pada kenyataannya hijab sendiri merupakan apa saja yang
dapat menutup dan membatasi yang lain dari sesuatu yang lainnya. Di indonesia lebih dikenal
istilah tirai daripada hijab untuk merujuk pada arti kata yang sama. Sementara saat ini hijab
diartikan dengan memakai jilbab dengan cara dimodifikasi. Saat ini hijab merupakan sebuah
tren bagi para perempuan. Hijab menjadi sebuah fashion di Indonesia, tidak hanya gaya
berkerudungnya tetapi juga cara berpakaian dan asesoris yang digunakannya.

Hijabers Community telah mengkonstruksi nilai-nilai jilbab menurut mereka sendiri.


Ada pergeseran nilai dari jilbab itu sendiri. Jilbab dulu dan sekarang sudah berbeda makna.
Jika dulu memakai jilbab merupakan simbol ketaatan wanita pada ajaran agama mereka,
sedangkan memakai jilbab sekarang sudah menjadi suatu gaya hidup tersendiri. Fashion
muslimah berkembang dengan pesat dan bermunculan model-model yang bagus, stylish, dan
modis.

Dalam era globalisasi, di satu sisi hijab modern mengangkat martabat Muslimah
dalam menutup auratnya, namun di sisi lain bagi perempuan yang belum mengenali hijab

7
modern atau yang tidak berminat mengunakan gaya hijab modern, mereka seolah
termarginalisasikan. Apalagi hijab modern kini diidentikkan dengan high class di Indonesia.
Sehingga mereka akan dianggap sebagai kaum yang tidak selaras dengan perkembangan
zaman dan biasa-biasa saja. Sedangkan bagi para wanita yang hanya memakai jilbab sebagai
bagian dari trend semata, mereka tidak mampu memahami hakikat dan fungsi hijab yang
sebenarnya..

3.3 Tren Fashion Hijabers dalam Teori Identitas

Identitas, merupakan satu unsur kunci dari kenyataan subyektif, dan sebagaimana
semua kenyataan subyektif berhubungan secara dialektis dengan masyarakat. Identitas
dibentuk oleh proses-proses sosial yang ditentukan oleh struktur sosial. Kemudian identitas
tersebut dipelihara, dimodifikasi, atau bahkan dibentuk ulang oleh hubungan sosial.
Sebaliknya, identitas-identitas yang dihasilkan oleh interaksi antara organisme, kesadaran
individu, dan struktur sosial bereaksi dengan struktur yang sudah diberikan, memelihara,
memodifikasi, atau bahkan membentuknya kembali.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Graham Nichols Dixon pada tahun 2008
yang berjudul Instant Validation: Testing Identity in Facebook, menunjukkan bahwa identitas
tidak hanya sekedar proses atau bagian dari atribut seseorang, tetapi secara dramatis
konstruksi identitas itu tidak berada dalam kondisi statis; bermakna bahwa identitas itu secara
simultan terus-menerus dikonstruksi. Sementara menurut Erving Goffman, setiap aktivitas
individu pada dasarnya melibatkan partisipan lain dan setiap individu memiliki keinginan
untuk tampil sebaik-baiknya demi pemenuhan kebutuhan dari partisipan tersebut.

Menurut Stuart Hall, pada dasarnya identitas terbagi menjadi tiga konsep subjek yang
berbeda, yaitu:

a. The Enlightenment Subject


Secara konsep manusia merupakan subjek yang terpusat, individu yang menyatu, subjek
secara fitrahnya mewarisi apa yang dikatakan sebagai beragam alasan (reason), kesadaran
(consciousness), dan aksi (action) yang merupakan pusat dari segala hal yang esensialnya
menyangkut diri inilah yang disebut sebagai identitas seseorang. Bahwa pada dasarnya
setiap orang memiliki keinginan di dalam dirinya untuk menentukan identitas dirinya bukan
kepasrahan untuk menerima identitas diri karena ada yang mendominasi atau berkuasa.

8
b. The Sociological Subject
Subjek (individu) yang dihasilkan dari relasi yang terjadi di wilayah sosial. Identitas dalam
konsep ini menghubungkan apa yang disebut yang di dalam sebagai wilayah pribadi dan
yang di luar sebagai wilayah sosial. Subjek yang sebelumnya memiliki identitas yang stabil
dan menyatu selanjutnya akan terfragmentasi tidak hanya menjadi satu melainkan beberapa
identitas; yang terkadang hal demikian menimbulkan kontradiksi atau identitas yang
unresolved identities. Identitas terbentuk dari interaksi yang terjadi antara diri dan
lingkungan sosialnya; subjek pada dasarnya tetap memiliki sesuatu yang esensi dalam diri
mereka yang disebut sebagai the real me, namun hal ini semakin terbentuk dan
dimodifikasi karena ada proses dialogis yang secara terus-menerus dengan dunia kultural
yang di luar serta identitas yang ditawarkan kepadanya.

c. The Post-modern Subject


Identitas merupakan definisi yang harus didekati melalui historis bukan dengan pendekatan
ilmu biologi. Subjek diasumsikan memiliki identitas yang berbeda dalam waktu yang
berbeda; identitas bukanlah apa yang menyatu di dalam diri atau self itu sendiri; secara
pemetaan kultural apa yang dinamakan kelas sosial, gender, seksualitas, etnisitas, ras, dan
nasionalitas telah memberikan kenyataan tempat-tempat yang tegas bagi individu-individu
dalam kehidupan sosialnya sebenarnya dibedakan atas dasar segala sesuatu yang bersifat
discontinuity, fragmentation, dan dislocation. Identitas yang dimiliki oleh diri dan dibawa
sejak dilahirkan sampai mati sebenarnya adalah konstruksi diri kita sendiri dengan konstruksi
pemahaman yang memuaskan diri (construct a comforting story) atau narrative of the self
tentang diri kita sendiri.

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia identitas berarti iden.ti.tas /idntitas/ n ciri-
ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri. Itu artinya bahwa identitas merujuk pada
keadaan orang , keadaan seseorang dikontruksi oleh banyak hal. Menurut Goffman dalam
(Nasrullah, 2012, hal. 113) bahwa setiap aktivitas seseorang melibatkan orang lainnya.
Sedangkan menurut Woodward dalam (Tjahjono, 2008) identitas memberikan gambaran
tentang diri seseorang sehingga dapat diketahui asal usulnya.

Sosiolog Prancis Pierre Bourdieu (Giddens, 2006) melihat kelompok kelas dapat
diidentifikasi menurut tingkat mereka bervariasi dari modal budaya dan ekonomi. Ia menilai

9
bahwa individu atau kelompok saat ini tidak lagi membedakan diri menurut faktor ekonomi
saja akan tetapi juga menurut selera budaya dan perburuan kesenangan. Menurut Giddens, hal
ini ada kaitannya dengan faktor-faktor budaya seperti pola gaya hidup dan konsumsi.
Identitas disusun untuk tingkat yang lebih besar sekitar pilihan gaya hidup seperti cara
berpakaian, yang makan, cara merawat tubuh seseorang dan tempat untuk bersantai.

Malcolm Barnard dalam "Fashion sebagai Komunikasi: Identitas Sosial, Seksual,


Kelas, dan Gender " (2009) mengungkapkan, pakaian digunakan untuk menunjukkan nilai
sosial atau status, dan orang sering membuat penilaian terhadap nilai sosial, berdasarkan atas
apa yang dipakai oleh orang lain tersebut. Fashion bukan hanya soal pakaian, tetapi juga
sebagai mekanisme atau ideologi yang berlaku untuk hampir setiap area pada dunia modern,
dari akhir abad pertengahan dan periode sesudahnya.

Hijabers Community membawa identitas agama Islam di dalamnya. Akan tetapi


dalam tren fashion yang mereka tonjolkan, identitas tersebut tidak menjadi hal utama yang
menjadi fokus dalam citra hijabers. Hijabers justru ingin mencitrakan kaum wanita modis
yang memiliki strata sosial tinggi. Dari apa yang mereka kenakan, mereka ingin
mengungkapkan nilai sosial mereka dan ingin mendapatkan pengakuan tersebut dari
lingkungan sosial di sekitarnya. Esensi awal jilbab sebagai simbol keagamaan dan bukti
kepatuhan kini mulai bergeser, jilbab berubah menjadi sebuah fashion. Sebagai fashion jilbab
mengikuti trend dan mode yang sedang booming. Kesadaran taat beragama dan tuntutan
fashion membuat banyak wanita Indonesia mengkreasikan jilbab dengan berbagai model dan
gaya. Kesan bahwa wanita yang berjilbab adalah wanita kuno dan konservatif kini mulai
luntur.

Dalam konteks kekinian, jilbab menjadi simbol identitas, status, kelas dan kekuasaan.
Menurut Nasaruddin Umar, misalnya, pakaian adalah ekspresi yang paling khas dalam
bentuk material dari berbagai tingkatan kehidupan sosial sehingga jilbab menjadi sebuah
eksistensi sosial, dan individu dalam komunitasnya. Pada awalnya, jilbab di Indonesia hanya
dianggap sebagai simbol busana kaum pinggiran, selain itu pemakaiannya pun sangat dibatasi
oleh ruang dan waktu, misalnya pada saat melayat, shalat tarawih berjamaah di masjid, atau
pada hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha, sedang perempuan yang mengenakan jilbab
kemanapun ia pergi biasanya adalah seorang perempuan yang sudah berhaji (hajjah). Namun,
hal tersebut telah mengalami perubahan yang cukup drastis. Saat ini perempuan terlihat
sangat lumrah memakai jilbab dalam kesempatan apapun baik itu resmi maupun tidak resmi,

10
baik itu berhubungan dengan kegiatan keagamaan maupun untuk sekedar kegiatan santai dan
berkumpul bersama teman. Pemakaian jilbab di masa kini memiliki simbol dan representasi
yang berbeda sesuai dengan tujuan pemakainya untuk menciptakan identitas yang ingin
dicitrakan oleh si pemakai tersebut.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunitas Hijabers mencoba untuk membangun identitas mereka membangun


identitas mereka melalui budaya, ciri khas, dan gaya bahasa yang mereka gunakan. Baju
maupun jilbab yang mereka pakai, sudah bisa mengkomunikasikan siapa mereka dan dari
kelas sosial mana mereka berasal. Baju branded mereka hanya bisa dibeli oleh mereka yang
memiliki banyak uang.

Para hijabers memilih tempat high-class untuk berkumpul, dari situ mereka ingin
menunjukkan identitas mereka kepada lingkungan sosial mereka. Mereka mencitrakan diri
mereka sebagai kaum wanita kelas atas yang modis nan anggun namun tetap menjaga nilai-
nilai Islami. Dalam ranah estetika pun para hijabers dengan sendirinya dianggap sebagai
kelompok wanita dengan sense tinggi dan modern di bidang fashion.

Hijabers Community telah mengkonstruksi nilai-nilai jilbab menurut mereka sendiri.


Ada pergeseran nilai dari jilbab itu sendiri. Jilbab dulu dan sekarang sudah berbeda makna.
Kalau dulu memakai jilbab merupakan simbol ketaatan wanita pada ajaran agama mereka,
sedangkan memakai jilbab sekarang sudah menjadi suatu gaya hidup tersendiri. Fashion
muslimah berkembang dengan pesat dan bermunculan model-model yang bagus, stylish, dan
modis. Sehingga hijab pada masa kini tidak lagi berfungsi sebagai simbol yang
merepresentasikan identitas muslimah namun juga sebagai simbol strata sosial dan cita rasa
yang tinggi dalam ranah estetika serta menjadi tolok ukur modernitas seseorang.

Gaya berbusana ala hijabers menuai banyak pro dan kontra. Disatu sisi fenomena
hijabers dinilai positif karena mengkampanyekan pakaian tertutup namun masih tetap modis.
Dilain sisi banyak pihak yang menilai bahwa fenomena hijabers merupakan upaya
meminggirkan aturan baku dalam berhijab itu sendiri. Aturan-aturan tidak boleh ketat, dan
bukan digunakan sebagai perhiasan ditepis oleh para hijabers ini lalu diganti dengan aturan
yang mereka buat sendiri. Perempuan cantik, memakai make-up, menggunakan kerudung
dengan aneka gaya menjadi citra dari hijabers itu sendiri.

12
Tidak hanya itu, ada upaya penginternasionalisasian jilbab yang coba dibangun oleh
komunitas hijabers itu. Selain itu hijabers community membangun identitas mereka melalui
simbol-simbol dan kebudayaan yang mereka pakai. Hijabers Community ditinjau dari teori
identitas ingin menonjolkan sisi stylish-nya sebagai simbol modernitas dibanding sisi
kereligiusannya sebagai simbol agama karena didalam hijabers itu sendiri sebenarnya lebih
banyak fashion- nya daripada acara mengaji. Hijabers Community menciptakan identitas
mereka sendiri, yaitu identitas wanita muslimah yang taat namun modis dan stylish. Pada
akhirnya, karakter serta identitas hijab itu akan terbentuk berdasarkan tujuan dan citraan yang
ingin diciptakan oleh si pemakainya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nasrullah, R.2012. Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana Prenada
Grup Media.

Nursyahbani, A. A.2012. Kontruksi dan Respresentasi Gaya Hidup Muslimah Perkotaan :


Studi Kasus Hijabers Coomunity Di Jakarta. Skripsi .

Subandi, I.2005. Lifestyle Ecstacy, Kebudayaan Masyarakat Dalam Komoditas Indonesia.


Yogjakarta: Jalasutra.

Dr Nur Syam. Bukan Dunia Berbeda Sosiologi Komunitas Islam. Surabaya: Pustaka Eureka.
2005

Anthony Giddens. Sociology. Oxford UK : Blackwell Publishing Ltd.. 2006

Tjahjono, K. P. (2008). Pembentukan Identitas.

http://id.wikipedia.org/wiki/Jilbab

http://id.wikipedia.org/wiki/Hijab

http://labyrinthisme.blogspot.com/2013/10/teori-identitas-hijab.html

14

Anda mungkin juga menyukai