Anda di halaman 1dari 31

KESADARAN MAHASISWI MUSLIMAH FAKULTAS HUKUM USU TENTANG

PEMAKAIAN JILBAB

Disusun oleh :

Dinda Tania Zaharani 180200033

M. Habib Ar-rahman 180200035

Kelsa Kangnata 180200040

Graceilla Ribka 180200208

Jesselyn Olivia Kurniadi 180200212

Edelis D.M. Ginting 180200215

S.M.Nomensen Simanjuntak 180200221

Wister Junan Hari Manullang 180200226

Steven 180200228

Tiurma Elfrida 180200427

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
BAB II........................................................................................................................................................... 5
RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................................. 5
2.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
2.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 5
BAB III ......................................................................................................................................................... 6
METODE PENELITIAN .............................................................................................................................. 6
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................................................... 6
3.2 Jenis Data dan Lokasi Penelitian ........................................................................................................ 6
3.3 Sumber Data........................................................................................................................................ 6
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................................................................. 6
BAB IV ......................................................................................................................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................................... 7
4.1 Landasan Teori.............................................................................................................................. 7
4.1.1 Pengertian Hijab.................................................................................................................... 7
4.1.2 Filosofi Hijab ........................................................................................................................ 7
4.1.3 Kriteria Hijab menurut Syariat Islam .................................................................................... 9
4.1.4 Dalil – Dalil Penggunaan Hijab .......................................................................................... 10
4.1.5 Hukum Berhijab .................................................................................................................. 15
4.1.6 Manfaat Hijab Menurut Islam dan Sains ............................................................................ 16
4.2 Hasil Wawancara ........................................................................................................................ 22
4.3 Pembahasan....................................................................................................................................... 25
BAB V ........................................................................................................................................................ 28
PENUTUP .................................................................................................................................................. 28
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 28
5.2 Saran ................................................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 29
LAMPIRAN................................................................................................................................................ 30

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memakai jilbab merupakan kewajiban bagi seorang muslimah. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga kehormatan perempuan dengan menutup aurat mereka. Di zaman jahiliyah dulu,
kedudukan seorang wanita tidaklah lebih dari sekedar pemuas nafsu belaka. Seorang perempuan
biasanya memiliki banyak suami, dan mereka dianggap seperti makhluk hina yang dilarang
bersanding dengan seorang lelaki. Hingga akhirnya Islam datang dan memberikan perhatian
yang layak dan lebih pada seorang perempuan. Perempuan tidak lagi dianggap seperti binatang
dan pemuas nafsu para lelaki saja. Perempuan dijaga dan dihormati. Dan bukti lain bagaimana
Islam menjaga seorang perempuan adalah dengan adanya perintah untuk menutup aurat mereka.
Allah SWT memerintahkan kepada segenap kaum wanita yang beriman supaya mengenakan
jilbab untuk menutupi bagian rambut, wajah, dan bagian anggota lain. Sehingga mereka dikenal
sebagai orang yang menjaga kehormatan dirinya, karena itu mereka tidak diganggu.

Setiap mahasiswi tentu memiliki pemahaman yang berbeda-beda mengenai makna jilbab.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya latar belakang, kepercayaan, nilai-nilai,
emosi, dan kondisi psikologis. Ada yang menganggap bahwa jilbab merupakan ketentuan yang
wajib dilaksanakan seorang muslimah tanpa ada pengecualian. Sehingga benar-benar menutup
aurat, tidak menampakkan perhiasannya. Pandangan lain juga beranggapan bahwa jilbab disini
merupakan produk dari kebudayaan, karena ajaran Islam sendiri tidak menentukan corak atau
model pakaian secara lebih rinci. Di samping itu mode jilbab juga dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman saat ini. Apalagi dengan semakin mudahnya mengakses berbagai
informasi membuat para muslimah semakin menyadari pentingnya fashion dan membuat trend
jilbab semakin heboh. Hal itu juga menjadi penanda bahwa busana muslim semakin berkembang.
Al-Qur’an menandaskan bahwa Allah SWT memberi manusia pakaian yang berfungsi untuk
menutup aurat dan pakaian yang indah sebagai perhiasan. Pakaian tersebut termasuk jilbab yang
menutup aurat bagian atas muslimah. Rasulullah pun tidak melarang orang untuk mengikuti
perkembangan mode, asal saja tetap memenuhi kriteria busana muslimah, yaitu busana yang
serba tertutup dan dikenakannya bukan untuk mendapat pujian dan penghargaan manusia.

3
Jilbab bukan lagi sebuah fenomena dari sebagian kelompok sosial tertentu, tetapi sudah
menjadi sebuah fenomena di banyak kalangan, seperti artis, public figure yang dapat memakai
dan menggunakan jilbab, serta para mahasiswi yang menempuh pendidikan di universitas yang
mewajibkan penggunaan jilbab. Strata sosial seseorang masa kini biasanya tercermin dari merk
pakaian yang mereka kenakan, apakah Gucci, Prada, dan merk terkenal lainnya. Sedangkan nilai
akhlak dan kehormatan seseorang bisa terlihat dari pakaian yang dipakai, bukan merk. Apakah
pakaian tersebut mempertontonkan aurat mereka atau tidak, dan apakah pakaiannya sopan atau
tidak Emansipasi wanita yang mendorong banyak wanita untuk berkarir dan berkarya turut
memberikan sumbangsih arti dari sebuah jilbab itu sendiri. Jika pada awalnya jilbab itu
digunakan untuk menutupi aurat dan melindungi dari gangguan yang membahayakan mereka,
kini jilbab menjadi mode yang tak kalah di pasaran. Agar orang tidak 6 beranggapan bahwa
kerudung itu kuno atau konservatif, maka umat Islam dituntut menunjukkan kemampuan
intelektual, ketrampilan dan keahliannya di bidang busana, supaya pakaian muslimah senantiasa
enak disandang dan nyaman dipandang, sehingga kita berkenan memakainya dengan penuh
keimanan dan ketakwaan.

4
BAB II

RUMUSAN MASALAH

2.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hijab?
2. Bagaimana filosofi hijab?
3. Bagaimana kriteria hijab menurut syariat islam?
4. Apa saja hadist-hadist yang membahas tentang hijab?
5. Apa saja hukum berhijab?
6. Apa manfaat jilbab?

2.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan hijab yang baik dan benar sesuai
dengan syariat islam.

2. dan untuk melihat bagiamana konkritnya dilapangan.

5
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penulisan makalah ini dilakukan dengan cara penelitian yuridis empiris yaitu metode
penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan
menggunakan metode berpikir Induktif dan kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang
digunakan untuk melakukan proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden adalah
fakta yang mutakhir.

3.2 Jenis Data dan Lokasi Penelitian


Data yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah jenis data primer. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian di lapangan yaitu dengan cara
wawancara kepada informan mahasiswi dan dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.

3.3 Sumber Data


Sumber data yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah hasil wawancara dan
beberapa buku yang terkait dengan topik yang akan dibahas.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan dua acara :

1. Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan bahan data sekunder dengan cara
mempelajari peraturan hukum Islam dan literatur yang berkaitan dengan penggunaan
hijab yang benar.
2. Studi lapangan dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan dengan menggunakan
Teknik interview atau wawancara.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Landasan Teori

4.1.1 Pengertian Hijab1


Hijab dalam bahasa berarti: Pencegahan. Satir atau tirai juga merupakan hijab, karena ia
menghalangi pemandangan. Menurut asalnya, hijab merupakan suatu benda yang menghalangi
antara dua fisik. Hijab juga dipergunakan pada penghalang yang maknawiyyah. Dikatakan:
“Kemakasiatan merupakan hijab (penghalang) antara seorang hamba dengan Tuhannya”.
Ketaatan merupakan hijab (penghalang) antara seorang hamba dan neraka.

4.1.2 Filosofi Hijab2


Seperti yang telah dikatakan, salah satu hukum pasti dalam Islam adalah kewajiban menutup
tubuh. Namun pertanyaan pentingnya adalah apa filosofi hijab dan mengapa Islam mencabut hak
kebebasan perempuan dengan disyariatkannya hijab.
Tujuan Islam mensyariatkan hijab adalah untuk mengokohkan fondasi kesucian keluarga dan
mencegah penyimpangan-penyimpangan seksual dan akibat buruk yang akan muncul darinya,
menjamin keselamatan, dan keamanan sosial, membantu pembersihan lingkungan, serta dan
memperkecil kerusakan-kerusakan moral.
Batasan ini tidak hanya berguna bagi para perempuan tetapi juga bermanfaat bagi anak-
anak dan suami-suami mereka serta seluruh individu masyarakat. Supaya permasalahan ini
menjadi jelas, akan dipaparkan beberapa poin penting sebagai pengantar.
Poin Pertama: Dengan memperhatikan bahwa perempuan dan laki-laki adalah dua fondasi
penting dalam masyarakat dan kebahagiaan, ketenteraman, dan kesenangan individu mereka
bergantung banyak kepada kesehatan, keamanan, dan kesucian lingkungan mereka, maka
jaminan keselamatan, keamanan, dan kesucian lingkungan dari kerusakan-kerusakan berada di
atas pundak mereka sendiri.

1
Dr. Ahmad Al Hajji Al Kurdi, Hukum – Hukum Wanita Dalam Fiqih Islam, Dina Utama Semarang (DIMAS),
Semarang, 1995, hlm. 167
2
Ibrahim Amini, Bangga Jadi Muslimah, Al-Huda, Jakarta, 2007, hlm. 16

7
Poin Kedua: Perempuan adalah esistensi yang lembut maka dia pasti suka merias diri, berhias,
bermewahan, berpenampilan, dan mempesona. Dengan daya pikatnya, dia ingin menundukkan
hati para lelaki. Adapun laki-laki adalah eksistensi yang berkeinginan dengan berbagai macam
keinginan dan menghadapi keinginan seksualnya dengan sangat lemah. Keinginan seksualnya
langsung bangkit dan dia tidak mampu mengontrolnya. Daya yang ganas itu meluap-luap hingga
akal, undang-undang dan agama kerap tidak mampu menepisnya. Segala sesuatu yang ada pada
seseorang perempuan bagi seorang laki-laki, khususnya pemuda, adalah rangsangan. Perhiasan-
perhiasan perempuan, pakaian-pakaiannya yang bagus, suara lengkingnya, pesonanya, daya
tariknya, fisiknya, rambutnya hingga kehangatan tubuhnya bisa merangsang keinginan yang
ganas itu.
Poin Ketiga: dalam masyarakat, terdapat banyak pemuda dan laki-laki yang tidak bisa menikah
karena kefakiran, kemiskinan, pengangguran, penghasilan yang sedikit, tengah melanjutkan
studi, melakukan dinas militer, atau banyak alasan lainnya. Orang-orang yang berada dalam
krisis kepemudaan dan masa meluapnya daya seksual tidaklah sedikit. Kondisi memprihatinkan
ini juga tidak bisa dipandang sebelah mata karena mereka juga adalah invidu-invidu masyarakat
ini.
Perempuan dari sisi pakaian dan pergaulan mempunyai kebebasan mutlak. Untuk
memenuhi keinginan alamiahnya, dia merias diri demi penampilan dan kecantikan. Mereka
keluar rumah dengan separuh telanjang dan dengan pakaian – pakaian bagus yang berwarna-
warni serta mode yang bermacam-macam. Dengan tubuh yang setengah telanjang, mereka
memesona para lelaki asing. Kemana mereka pergi, kafilah hati ikut bersama mereka.
Dalam masyarakat seperti itu, anak-anak laki dan perempuan bergaul sesuka mereka
sehingga bebas melakukan hubungan seksual. Dalam masyarakat seperti itu, para perempuan
tanpa hijab, tanpa keterikatan dan aturan, bebas keluar rumah, bergaul dengan para lelaki asing,
dan melakukan hubungan seksual. Namun kebebasan-kebebasan tersebut menimbulkan akibat –
akibat (efek-efek) sebagai berikut.
Goncangnya fondasi kesucian keluarga, tidak adanya keterkaitan perempuan dan laki-laki
kerumah dan keluarga, timbulnya prasangka buruk diantara istreri dan suami dan satu sama lain
saling mengawasi seperti polisi, lahirnya percekcokan rumah tangga, banyaknya anak-anak tanpa
orangtua serta gelandangan, bertambahnya penyakit-penyakit kejiwaan, banyaknya pembunuhan,
kriminalitas, dan bunuh diri, bertambahya putri-putri tanpa suami dan putra –putra tanpa isteri,

8
tidak ada keinginan untuk membina keluarga, kecenderungan para pemuda kepada bentuk –
bentuk kerusakan moral, dan penyimpangan-penyimpangan seksual, banyaknya angka
perceraian, banyaknya lelaki dan perempuan yang terpaksa hidup membujang.
Dalam masyarakat ini, para perempuan hadir secara aktif dalam kancah kehidupan
dengan menjaga fasilitas-fasilitas dan kesesuaian. Merekapun tetap menjaga hijab dan pakaian
dengan sempurna selain tangan dan wajah. Mereka tidak berhias secara berlebihan untuk hadir
dalam perkumpulan dan tempat kerja. Mereka keluar dari rumah dengan pakaian sederhana dan
tanpa dandanan berlebihan. Mereka menerima batasan ini dengan lapang dada dan pengorbanan
sehingga masyarakat selamat dan bersih dari factor-faktor penyimpangan dan kerusakan.
Mereka menjaga hijab sehingga jangan sampai mata para lelaki asing melihat kepadanya dan hati
suaminya menjadi dingin sehingga mengubah kehangatan keluarga menjadi kancah percekcokan
dan pertikaian.

4.1.3 Kriteria Hijab menurut Syariat Islam3


Islam tidak menentukan model pakaian untuk perempuan. Islam sebagai suatu agama
yang sesuai untuk masa dan dapat berkembang di setiap tempat,memberikan kebebasan seluas-
luasnya kepada kaum perempuan untuk merancang mode pakaian yang sesuai dengan selera
masing- masing, asal saja tidak keluar dari kriteria berikut.
1. Busana dapat menutup seluruh aurat yang wajib ditutup.
2. Busana tidak merupakan pakaian untuk dibanggakan atau busana yang menyolok mata,
karena Rasulullah saw. Bersabda:
Dari Ibnu Umar berkata, bahwa rasulullah saw. Bersabda, ”barangsiapa yang memakai busana
menyolok kemegahan didunia maka Allah akan memakaikan pakaian kehinaan diakhirat nanti.”
Imam Syaukani dalam bukunya, Nail al-Authar, mengutip Imam Ibn Atsir; yang dimaksud
dengan busana yang menyolok mata (dibanggakan) adalah dalam bentuk penampilan pakaian
yang aneh-aneh ditengah orang banyak, karena memiliki warna yang menyolok dan lain daripada
yang lain sehingga dapat merangsang perhatian orang untuk memperhatikannya, yang dapat
menimbulkan rasa congkak, ketakjuban serta kebanggaan terhadap diri sendiri secara berlebih-
lebihan.

3
Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, M.A., Fikih Perempuan Kontemporer, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2010,
hlm. 17

9
3. Busana tidak tipis, agar kulit pemakainya tidak tampak dari luar. Rasulullah saw.
Bersabda dalam satu hadis yang sahih sanadnya, yang bunyinya; “Di akhir masa nanti akan ada
di antara umatku, perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, di atas kepala
mereka terdapat seperti punuk unta (maksudnya meninggikan rambut seperti punuk unta),
mereka itu adalah manusia-manusia yang terkutuk”.
4. Busana agar longgar dan tidak atau jangan terlalu sempit (ketat), agar tidak
menampakkan bentuk tubuh. Nabi saw. pernah memberikan baju dari kain linen yang sangat
lunak kepada Usamah ibn Zaid. Setelah Nabi mengetahui bahwa Usamah telah memberikan baju
tersebut kepada istrinya, Nabi berkata, “Suruhlah istrimu memakai baju dalam yang tebal di
bawah baju linen itu, Aku khawatir kalau-kalau baju tersebut dapat menampakkan bentuk
tubuhnya.”
5. Berbeda dengan pakaian khas pemeluk agama lain, karena di samping banyak sekali ayat
Alquran yang melarang kaum muslimin dan muslimah meniru pakaian yang mirip dengan
pakaian pemeluk agama lain, juga secara tegas Nabi saw. berkata, “Jangan sekali-kali kamu
memakai pakaian pendeta (Yahudi, Nasrani, dan lain-lain) atau yang mirip dengan mereka.
Siapa yang memakainya, berarti dia bukan umatku lagi.”
6. Busana muslimah tidak sama dengan pakaian laki-laki, karena Rasulullah saw. melaknat
laki-laki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki,
juga beliau mengutuk laki-laki yang meniru-niru perempuan dan perempuan meniru laki-laki.
7. Busana tidak menampakkan bentuk perhiasan kecantikan, sebagaimana dalam firman
Allah SWT.

4.1.4 Dalil – Dalil Penggunaan Hijab


Aurat adalah suatu angggota badan yang tidak boleh di tampakkan dan di perlihatkan
oleh lelaki atau perempuan kepada orang lain. [Lihat al-Mausû’ah al Fiqhiyah al Kuwaitiyah,
31/44]

Menutup aurat hukumnya wajib sebagaimana kesepakatan para ulama berdasarkan


firman Allâh Azza wa Jalla:

10
ۖ ‫ظ َه َر ِم ْن َها ۖ َو ْل َيض ِْربْنَ ِب ُخ ُم ِره َِّن َعلَ ٰى ُجيُو ِب ِه َّن‬ َ ‫ظنَ فُ ُرو َج ُه َّن َو ََل يُ ْبدِينَ ِزينَت َ ُه َّن ِإ ََّل َما‬ ْ ‫اره َِّن َو َيحْ َف‬ ِ ‫ص‬َ ‫ضضْنَ ِم ْن أ َ ْب‬ ُ ‫ت َي ْغ‬ ِ ‫َوقُ ْل ِل ْل ُمؤْ ِمنَا‬
‫َاء بُعُولَ ِت ِه َّن أَ ْو ِإ ْخ َوا ِن ِه َّن أَ ْو َب ِني ِإ ْخ َوا ِن ِه َّن أَ ْو َب ِني‬
ِ ‫اء بُعُولَ ِت ِه َّن أ َ ْو أ َ ْبنَا ِئ ِه َّن أَ ْو أ َ ْبن‬
ِ ‫َو ََل يُ ْبدِينَ ِزينَتَ ُه َّن ِإ ََّل ِلبُعُولَ ِت ِه َّن أ َ ْو آ َبا ِئ ِه َّن أ َ ْو آ َب‬
ۖ ‫اء‬
ِ ‫س‬ ْ َ‫الط ْف ِل الَّذِينَ لَ ْم ي‬
ِ ‫ظ َه ُروا َعلَ ٰى َع ْو َرا‬
َ ِ‫ت الن‬ ِ ‫الر َجا ِل أ َ ِو‬ ِ َ‫اْل ْربَ ِة ِمن‬ ِ ْ ‫َت أَ ْي َمانُ ُه َّن أ َ ِو التَّابِعِينَ َغ ْي ِر أُو ِلي‬
ْ ‫سائِ ِه َّن أ َ ْو َما َملَك‬
َ ِ‫أَخ ََواتِ ِه َّن أ َ ْو ن‬
َ‫َّللاِ َج ِميعًا أَيُّهَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬
َّ ‫َو ََل يَض ِْربْنَ بِأ َ ْر ُج ِل ِه َّن ِليُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ ِم ْن ِزينَ ِت ِه َّن ۚ َوتُوبُوا إِلَى‬

Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allâh maha mengatahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman,
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera
mereka, atau putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung. [an-Nûr/24:31]4

Dan Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

َ‫يَا بَنِي آدَ َم ُخذُوا ِزينَت َ ُك ْم ِع ْندَ ُك ِل َمس ِِْجد َو ُكلُوا َوا ْْش َربُوا َو ََل تُس ِْرفُوا ۚ إِنَّهُ ََل ي ُِحبُّ ْال ُمس ِْرفِين‬

Wahai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-orang yang
berlebihan. [al-A’râf/7:31]

Sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang di sebutkan dalam Shahîh Muslim dari Ibnu Abbâs
Radhiyallahu anhuma, beliau berkata:

4
Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimy, Jati Diri Wanita Muslimah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997, hlm. 59

11
ْ َ‫ِي ع ُْر َيانَةٌ … فَنَزَ ل‬
‫ت َه ِذ ِه ْاْل َيةُ ُخذُوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْندَ ُك ِل َمس ِِْجد‬ ِ ‫وف ِب ْال َب ْي‬
َ ‫ت َوه‬ ُ ‫ط‬ُ َ ‫َت ْال َم ْرأَة ُ ت‬
ْ ‫كَان‬

Dahulu para wanita tawaf di Ka’bah tanpa mengenakan busana … kemudian Allâh menurunkan
ayat :

‫َيا َبنِي آدَ َم ُخذُوا ِزينَت َ ُك ْم ِع ْندَ ُك ِل َمس ِِْجد‬

Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid…[HR. Muslim, no.
3028]

Bahkan Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepada istri-istri nabi dan wanita beriman untuk
menutup aurat mereka sebagaimana firman-Nya :

َّ َ‫اء ْال ُمؤْ ِمنِينَ يُدْنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َج ََل ِبي ِب ِه َّن ۚ ٰذَلِكَ أَدْن َٰى أ َ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَ ََل يُؤْ ذَيْنَ ۗ َو َكان‬
ً ُ‫َّللاُ َغف‬
‫ورا‬ ِ ‫س‬ ِ ‫ي قُ ْل ِِل َ ْز َو‬
َ ‫اجكَ َو َبنَاتِكَ َو ِن‬ ُّ ‫َيا أَيُّ َها النَّ ِب‬
‫َر ِحي ًما‬

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]5

Dengan menutup aurat hati seorang terjaga dari kejelekan Allâh Azza wa Jalla berfrman :

ْ َ ‫اء ِح َِجاب ۚ ٰذَ ِل ُك ْم أ‬


‫ط َه ُر ِلقُلُوبِ ُك ْم َوقُلُوبِ ِه َّن‬ ِ ‫سأ َ ْلت ُ ُموه َُّن َمت َاعًا فَا ْسأَلُوه َُّن ِم ْن َو َر‬
َ ‫َوإِذَا‬

5
Dr. Ahmad Al-Hajji Al-Kurdi, op. cit, hlm. 168

12
Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri nabi), maka mintalah dari
belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. [al-
Ahzâb/33:53]6

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menegur Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu
anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengenakan
busana yang agak tipis. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memalingkan mukanya
sambil berkata :

‫صلُحْ أ َ ْن ي َُرى ِم ْن َها إِ ََّل َهذَا َو َهذَا‬ َ ‫ت ْال َم ِح‬


ْ َ‫يض لَ ْم ي‬ ِ َ‫يَا أ َ ْس َما ُء إِ َّن ْال َم ْرأَة َ إِذَا بَلَغ‬

Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota
badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan).[HR. Abu
Dâwud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218. Hadist ini di shahihkan oleh syaikh al-Albâni
rahimahullah]7

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah didatangi oleh seseorang yang menanyakan
perihal aurat yang harus di tutup dan yang boleh di tampakkan, maka beliau pun menjawab8 :

َ‫احْ فَ ْظ ع َْو َرتَكَ اإَّل ِم ْن َز ْو ِجكَ أ َ ْو َما َملَكَتْ يَ ِمينُك‬.

Jagalah auratmu kecuali terhadap (penglihatan) istrimu atau budak yang kamu miliki.[HR. Abu
Dâwud, no.4017; Tirmidzi, no. 2794; Nasa’i dalam kitabnya Sunan al-Kubrâ, no. 8923; Ibnu
Mâjah, no. 1920. Hadist ini dihasankan oleh Syaikh al-Albâni]

Wanita yang tidak menutup auratnya di ancam tidak akan mencium bau surga sebagaimana yang
di riwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata :

6
Ibid, hlm. 169
7
Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan, IRCiSoD, Yogyakarta, 1999, hlm.113
8
Abu iqbal al-Mahalli, Muslimah Modern, LeKPIM, Yogyakarta, 2000, hlm. 153

13
،‫اس‬َ ‫ض ِربُونَ ِبهَا النا‬ ْ َ‫ب ا ْلبَقَ ِر ي‬ ِ ‫ط َكأ َ ْذنَا‬ ٌ ‫سيَا‬ِ ‫ قَ ْو ٌم َم َع ُه ْم‬،‫ان ِم ْن أ َ ْه ِل النا ِار لَ ْم أ َ َر ُه َما‬ ِ َ‫ ِص ْنف‬: ‫سلا َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص الى هللا‬
َ ِ‫َّللا‬
‫سو ُل ا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
‫ َو ِإنا ِريحَ هَا‬،‫ ََّل َي ْد ُخ ْلنَ ا ْل َج ان َة َو ََّل َي ِجدْنَ ِري َحهَا‬،‫ت ا ْل َما ِئ َل ِة‬ ْ َ ‫س ُهنا َكأ َ ْمثَا ِل أ‬
ِ ‫س ِن َم ِة ا ْلبُ ْخ‬ َ ‫س َياتٌ ع َِار َياتٌ َما ِئ ََلتٌ ُم ِم‬
ُ ‫يَلتٌ ُر ُءو‬ ِ ‫سا ٌء كَا‬
َ ‫َو ِن‬
‫سيْر ٍة َكذَا َو َكذَا‬
ِ ‫لَت ُو َج ُد ِم ْن َم‬

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka
yang belum pernah aku lihat: (yang pertama adalah) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti
ekor sapi untuk memukul manusia dan (yang kedua adalah) para wanita yang berpakaian tapi
telanjang, berpaling dari ketaatan dan mengajak lainnya untuk mengikuti mereka, kepala mereka
seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan
mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” [HR. Muslim,
no. 2128]

Dalam riwayat lain Abu Hurairah menjelaskan. bahwasanya aroma Surga bisa dicium dari jarak
500 tahun. [HR. Malik dari riwayat Yahya Al-Laisiy, no. 1626]

Dan diharamkan pula seorang lelaki melihat aurat lelaki lainnya atau wanita melihat aurat wanita
lainnya, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ِ ‫ َوَلَ ت ُ ْف‬،ِ‫ب ْال َوا ِحد‬


‫ضي‬ ِ ‫الر ُج ِل فِي الث َّ ْو‬
َّ ‫الر ُج ُل ِإلَى‬ ِ ‫ َوَلَ يُ ْف‬،ِ‫ َوَلَ ْال َم ْرأَة ُ ِإلَى َع ْو َرةِ ْال َم ْرأَة‬،‫الر ُج ِل‬
َّ ‫ضي‬ َّ ِ‫الر ُج ُل ِإلَى َع ْو َرة‬ ُ ‫َلَ يَ ْن‬
َّ ‫ظ ُر‬
‫ب ْال َو ِح ِد‬
ِ ‫ْال َم ْرأَة ُ ِإلَى ْال َم ْرأَة َ فِي الث َّ ْو‬

Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki (lainnya), dan janganlah pula seorang wanita
melihat aurat wanita (lainnya). Seorang pria tidak boleh bersama pria lain dalam satu kain, dan
tidak boleh pula seorang wanita bersama wanita lainnya dalam satu kain.” [HR. Muslim, no. 338
dan yang lainnya]

Begitu pentingngnya menjaga aurat dalam agama Islam sehingga seseorang di perbolehkan
melempar dengan kerikil orang yang berusaha melihat atau mengintip aurat keluarganya di
rumahnya, sebagaimana sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫صاة فَفَقَأْتَ َع ْينَهُ َما َكانَ َعلَيْكَ ِم ْن ُجنَاح‬


َ ‫طلَ َع فِي بَ ْيتِكَ أ َ َحد ٌ َولَ ْم ت َأْذَ ْن لَه ُ َخذَ ْفتَهُ بِ َح‬
َّ ‫لَ ْو ا‬

14
Jika ada orang yang berusaha melihat (aurat keluargamu) di rumahmu dan kamu tidak
mengizinkannya lantas kamu melemparnya dengan kerikil sehingga membutakan matanya maka
tidak ada dosa bagimu. [HR. Al-Bukhâri, no. 688, dan Muslim, no. 2158]

4.1.5 Hukum Berhijab


Wanita yang tidak menutup auratnya di ancam tidak akan mencium bau surga
sebagaimana yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata :

،‫اس‬َ ‫ض ِربُونَ بِهَا النا‬ْ َ‫ب ا ْلبَقَ ِر ي‬ِ ‫ط َكأ َ ْذنَا‬ ٌ ‫سيَا‬ِ ‫ قَ ْو ٌم َمعَ ُه ْم‬،‫ان ِم ْن أ َ ْه ِل النا ِار لَ ْم أ َ َر ُه َما‬ِ َ‫ ِص ْنف‬: ‫سلا َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص الى هللا‬
َ ِ‫َّللا‬
‫سو ُل ا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
‫ َوإِنا ِريحَ هَا‬،‫ ََّل يَ ْد ُخ ْلنَ ا ْل َجناةَ َو ََّل يَ ِجدْنَ ِري َحهَا‬،‫ت ا ْل َمائِلَ ِة‬ ْ َ ‫س ُهنا َكأ َ ْمثَا ِل أ‬
ِ ‫سنِ َم ِة ا ْلبُ ْخ‬ َ ‫سيَاتٌ ع َِار َياتٌ َمائِ ََلتٌ ُم ِم‬
ُ ‫يَلتٌ ُر ُءو‬ ِ ‫سا ٌء كَا‬
َ ِ‫َون‬
‫سيْر ٍة َكذَا َو َكذَا‬
ِ ‫لَت ُو َج ُد ِم ْن َم‬

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka
yang belum pernah aku lihat: (yang pertama adalah) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti
ekor sapi untuk memukul manusia dan (yang kedua adalah ) para wanita yang berpakaian tapi
telanjang, berpaling dari ketaatan dan mengajak lainnya untuk mengikuti mereka, kepala mereka
seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan
mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” [HR. Muslim,
no. 2128]

Dalam riwayat lain Abu Hurairah menjelaskan. bahwasanya aroma Surga bisa dicium dari jarak
500 tahun. [HR. Malik dari riwayat Yahya Al-Laisiy, no. 1626]

1. Penghuni Kekal di Neraka


Wanita yang tidak memakai hijab secara tidak langsung berarti juga sudah mendustakan ayat
yang diberikan Allah SWT serta sudah bersikap sombong pada diri sendiri dan pada perintah
yang sudah diberikan Allah SWT.

“Adapun orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya”. Dari penggalan ayat ini sudah

15
dijelaskan jika hukum wanita tidak berjilbab adalah menjadi penghuni neraka yang kekal.”
[Surat Al A’raaf ayat 36]

2. Tidak Akan Mencium Bau Surga


Seorang wanita yang tidak berhijab juga harus siap dengan konsekuensi yang kelak akan
didapatkan yakni mempunyai punuk onta dan juga akan dicambuk dengan bentuk cambuk seperti
ekor sapi.

Rasulullah bersabda “Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya:
Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan
cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakaian tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek
yang tidak menutup semua auratnya), Mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin
diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk
surga dan tidak mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian
[perjalanan 500 th]. [HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421].

4.1.6 Manfaat Hijab Menurut Islam dan Sains


a. Menurut Islam
1. Bentuk Taqwa Kepada Allah
Seorang muslim tentunya wajib beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. Taqwa ini
merupakan bentuk perbuatan menjalankan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi laranganNya.
Salah satu cara untuk menunjukkan ketaqwaan yakni dengan mengenakan jilbab. Dengan begitu,
kita telah memenuhi perintah agama.
2. Terhindari dari Azab yang Pedih
Jilbab bukanlah masalah sepele. Biasanya alasan wanita tidak berjilbab sebab takut
penampilannya terlihat tidak modis, dan memang menganggap jilbab bukanlah kewajiban.
Padahal dalam Al-Quran sudah jelas dikatakan bahwa perempuan wajib mengulurkan jilbabnya
menutupi dada. Hukum wanita tidak berjilbab dalam islam adalah dosa dan akan mendapatkan
azab pedih. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist shahih:

16
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku melihat ada perempuan di gantung
rambutnya, otaknya mendidih. Perempuan tersebut adalah perempuan yang mengumbar dan
mempertontonkan rambutnya kepada laki-laki selain suaminya. Perempuan ini mukanya akan
menghitam dan memakan isi perutnya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya: Suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya, dan wanita
yang kasiyat (berpakaian tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup
semua auratnya), Mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala
mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak
mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian [perjalanan
500 th]. (HR. Muslim, Ahmad dan Imam Malik).
3. Menjadi Perempuan Shalihah
Setiap muslim ingin menjadi pribadi yang taat agama dan dicintai Allah Ta’ala. Salah
satu cara menjadi wanita shalehah menurut islam adalah mengenakan jilbab. Kemudian diikuti
dengan memperbaiki akhlak. Dengan begitu kita bisa menjadi perhiasaan dunia.
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam : “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah
wanita shalihah.” (HR. Muslim).
4. Menjaga Kehormatan Diri
sering tendengar bahwa banyak wanita yang merasa risih karena digoda atau dicolek
seorang pria. Nyatanya hal itu bukanlah sepenuhnya salah si pria. Kita juga harus koreksi diri
sendiri. Bagaimana dengan pakaian yang kita kenakan, apakah sudah sesuai syariat agama atau
bahkan bertentangan dengan Syariat Agama, dan pria memiliki syahwat yang cenderung besar.
Apabila ia lemah imannya maka akan mudah terjerumus ke dalam bisikan setan, termasuk
melakukan perbuatan zina. Oleh sebab itu, jika ingin menjaga kehormatan diri sebaiknya ikutilah
perintah Allah Ta’ala.

5. Menghindari Risiko Pemerkosaan


Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, dikarenakan jilbab dapat melindungi
kehormatan diri. Maka berjilbab juga dapat mencegah terjadinya pemerkosaan. Biasanya pria
malu dan enggan menggoda perempuan yang berpakaian syar’i. Selain itu, bila kita sudah

17
mengenakan jilbab tentunya kita juga harus memperbaiki sikap, menghindari pacaran ataupun
perbuatan lain yang mendekati perzinahan.
6. Penampilan Lebih Anggun
Dibandingkan dengan orang-orang yang memakai pakaian ketat dan minim, biasanya
perempuan berjilbab akan tampak lebih anggun. Aura feminimnya lebih terlihat. Dan yang lebih
penting auratnya tertutupi dengan baik, tidak terumbar sana-sini.
7. Memperoleh Jodoh yang Baik
Biasanya perempuan yang berjilbab lalu akhlaknya juga baik, maka ia dikagumi banyak
orang. Khususnya para pria yang juga beriman. Sebagaimana janji Allah Ta’ala bahwa wanita
baik untuk laki-laki yang baik, begitupun sebaliknya. Dijelaskan dalam Al-Quran:
“Perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk perempuan
yang keji pula. Perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik
untuk perempuan yang baik pula.” (QS. An Nur: 26)
8. Mendidik Akhlak Agar Lebih Baik
Ketika memutuskan berjilbab, maka sudah tentu kita juga harus membenahi perilaku diri
menjadi lebih baik. Sehingga penampilan dan akhlak menjadi sikron. Tidak bertentangan. Jangan
sampai kita sudah mengenakan jilbab syar’i, tetapi kelakuan masih liar. Misalnya tetap pacaran,
merokok dan sejenisnya. Perbuatan-perbuatan tersebut justru merusak citra islam. Oleh sebab
demikian, cara menjadi muslimah yang baik adalah dengan berjilbab sekaligus memperbaiki
akhlak.
9. Perempuan yang menutup aurat dan mengenakan busana muslimah akan mendapat
pahala karena ia telah melaksanakan perintah yang diwajibkan Allah SWT, bahkan ia mendapat
ganjaran pahala yang berlipat ganda karena dengan menutup aurat, ia telah menyelamatkan
orang lain dari berzina mata9.
10. Busana muslimah adalah identitas seorang muslimah. Artinya, dengan
memakainya, berarti ia telah menampakkan identitas lahirnya, yang sekaligus membedakan
secara tegas dengan perempuan lainnya. Disamping itu, perempuan yang memakai atau
berbusana muslimah akan terlihat sederhana dan penuh wibawa hingga membuat orang langsung
menaruh hormat, segan dan mengambil jarak antara perempuan dan laki-laki, sehingga godaan

9
Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, M.A., op.cit, hlm. 15

18
bisa dicegah secara maksimal, sebagaimana maksud firman Allah SWT. Dalam Surah Al-Ahzab
ayat 5910.
b. Menurut Sains
1. Melindungi Kesehatan Rambut
Beberapa orang menganggap bahwa berjilbab bisa bikin ketombean dan rambut jadi
berminyak. Opini tersebut salah. Sebaliknya jilbab justru mampu melindungi kesehatan rambut.
Dengan berjilbab maka rambut terhindar dari paparan sinar UV dan polusi yang merupakan
penyebab rusaknya rambut.
2. Meminimalisir Risiko Kanker Kulit
Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Penyakit ini dapat
berkembang di bagian manapun pada jaringan manusia, termasuk di kulit. Misalnya kanker
melanoma, ini merupakan kanker yang tumbuh pada sel-sel melanosit yakni sel yang
memproduksi pigmen kulit. Penyebab melanoma adalah paparan sinar UV berlebihan serta
kebiasaan mengenakan pakaian ketat. Sehingga dengan menggunakan jilbab maka kulit akan
terlindungi lebih optimal dari efek buruk sinar UV. Dengan demikian risiko kanker kulit dapat
terminimalisir.
3. Mencegah Penuaan Dini
Mengenakan jilbab juga bisa mencegah terjadinya penuaan dini. Dengan berjilbab kulit
dan rambut akan terlindungi dari paparan sinar UV yang berbahaya. Sinar UV dapat
mempercepat proses munculnya rambut putih. Selain itu, sinar UV juga mengurangi produksi
kolagen pada kulit. Sehingga akibatnya keelastisan kulit jadi menurun dan efeknya bisa
meningkatkan risiko penuaan dini. Jilbab dapat melindungi rambut dan tubuh dari paparan sinar
UV yang berlebihan.
4. Mencegah Pigmentasi Kulit
Sinar UV matahari juga bisa menyebabkan terjadinya hyperpigmentasi, yakni kondisi
dimana kulit mengalami penggelapan secara signifikan, atau bahkan muncul flek hitam. Dengan
menggunakan jilbab maka kulit akan lebih terlindungi dari paparan matahari. Sehingga efeknya
kulit bisa terlihat tetap cerah dan sehat.

10
Ibid.

19
5. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Sebenarnya berjilbab justru dapat meningkatkan kepercayaan diri. Dengan berjilbab
maka kekurangan-kekurangan di tubuh bisa lebih ditutupi. Misalnya rambut kering atau leher
lebih hitam, itu semua akan tertutupi bila kita mengenakan jilba syar’i. Tapi tentu niat awal
berjilbab tidak boleh hanya untuk menutupi kekurangan diri atau karena seseorang. Melainkan
harus karena Allah Ta’ala. Sebab bila niatnya sakha maka tak mungkin sewaktu-waktu jilbab itu
akan dilepas lagi, karena kecewa ataupun faktor lainnya.
6. Meningkatkan Aura Kecantikan
Kecantikan juga bisa muncul dari seseorang yang agamanya bagus dan kelakuannya baik.
Termasuk orang-orang yang berjilbab, biasanya mereka terlihat lebih cantik dan
menawan. Wanita cantik dalam islam adalah mereka sanggup menutup auratnya secara
sempurna.
7. Dapat Dijadikan Pendukung Dakwah
Seseorang yang berilmu harus bisa membuat ilmu mereka jadi lebih bermanfaat. Salah
satunya dengan jalan dakwah. Dengan berjilbab ini dapat mendukung aktivitas dakwah agar
lebih lancar. Maksudnya berdakwah dalam bidang agama, untuk menunjukkan pentingnya
berhijab dalam islam.
8. Busana muslimah merupakan refleksi dari psikologi berpakaian, sebab menurut kaidah
pokok ilmu jiwa, pakaian adalah cermin diri seseorang. Maksudnya, kepribadian seseorang dapat
terbaca dari cara dan model pakaiannya, misalnya seseorang bersikap sederhana, yang bersikap
ekstrem dan lain- lain, akan dapat terbaca dari pakaiannya. Demikian juga halnya dengan
perempuan jalanan yang sudah jauh melanggar ketentuan etika-moral, akan mempunyai ciri khas
dalam berpakaian, meskipun kelihatan rapi, tetapi kesepiannya itu sesuai dengan pembawaannya
sebagai seorang seksi yang sudah tidak sopan sehingga ada maksud “menjajakan” dirinya.
Perempuan terhormat jelas tidak mau meyamakan dirinya dengan dengan perempuan seksi atau
bertingkah eksentrik tersebut. Disamping itu, ia menginginkan agar tidak mudah diganggu oleh
orang lain karena biasannya model pakaian yang kurang sopan dapat mengundang
kerawananuntuk terjadinya hal- halyang tidak diinginkan. Karena taat kepada perintah Allah dan
sadar dengan identitas dari kepribadian mukminah inilah sehingga sebagian dari siswi di seluruh
penjuru nusantara tetap tidak mau melepaskan jilbabnya, meskipun mereka dipecat dari sekolah
atau diusir dari rumah sendiri.

20
9. Busana muslimah ada kaitannya dengan ilmu kesehatan/kimia. Menurut penelitian
seorang dokter ahli yang menganalisis kandungan kimia rambut, berkesimpulan bahwa rambut
memerlukan sedikit oksigen(O2), namun pada dasarnya rambut itu mengandung fosfor, kalsium,
magnesium, pigmen dan kholestryl palmitate yang sangat labil akibat penyinaran atau radiasi,
sehingga jilbab diperlukan untuk menutupi rambut dari paparan sinar matahari.
10. Memakai busana muslimah, ekonomis dan dapat menghemat anggaran belanja. Orang
yang mengenakan busana muslimah biasanya gaya hidupnya tidak glamor dan tidak menor.
Berbeda dengan orang yang tidak mengenakan jilbab, orang yang tidak mengenakan jilbab
banyak yang terjebak pada tabarruj(senang bersolek) yang mana memerlukan banyak biaya
untuk seperti cream wajah, untuk alat kuku atau rol rambutnya dan lain – lain11.
11. Memakai busana muslimah adalah menghemat waktu, berapa waktu yang diperlukan
perempuan yang suka berdandan (tabarruj) di depan cermin, berapa lama waktu yang diperlukan
untuk memoles wajah, untuk menyisir rambut, apalagi jika harus pergi ke salon kecantikan. Jika
rutinitas ini harus dilakukan setiap hari, berapa banyak waktu yang dipakai. Lain halnya dengan
perempuan yang memakai busana muslimah, mereka relatif butuh sedikit waktu untuk
mempercantik dirinya karena mereka itu setiap hari tidak banyak untuk berdandan. Rambutnya
cukup disisir seperlunya karena rambut mereka ditutup.

11
Ibid, hlm. 16 menurut Husaen Sahatah.

21
4.2 Hasil Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban Jumlah

1. Apakah Saudari tau tata cara berjilbab Ya 10


yang benar?
Tidak 0

Total 10

No. Pertanyaan Jawaban Jumlah

Menutupi dada,
jilbab longgar , tidak
menampakkan 5
bentuk tubuh, dan
tidak terbuka

Sesuai dengan
ketentuan Allah
yang terdapat surat
2. Bagaimana tata cara berjilbab yang al-azhab ayat 59 4
benar sesuai dengan syariat Islam? yaitu harus
mengulurkan jilbab
ke seluruh tubuh
mereka

22
Jilbabnya harus
tebal, tidak boleh
transparan ,tidak
boleh tembus 1
pandang agar rambut
tidak kelihatan, tidak
menaik-naikkan
jilbabnya keatas, dan
tidak dililit-lilit.
Total 10

No. Pertanyaan Jawaban Jumlah


4
Ya
jilbabnya belum 2
menutupi dada

Baru memakai 1
jilbab dan harus
bertahap dulu

3. Apakah saudari sudah Tidak, Jilbabnya masih 1

berjilbab sesuai dengan Karena sering transparan

syariat islam ? atau tidak tebal

Belum siap dan 2


pengaruh
lingkungan
Total 10

23
No. Pertanyaan Jawaban Jumlah

0
Ya

Tidak, Masih tidak


Menurut pandangan saudari ,
Karena sesuai dengan 4
4. apakah muslimah di fakultas
syariat Islam
hukum USU sudah memakai
jilbab sesuai dengan syariat
Sebagian 6
islam ?

Total 10

No. Pertanyaan Jawaban Jumlah

Dijatuhkan
kepada diri
sendiri di 3
akhirat nanti

Setiap
melangkah
keluar
Apakah ada sanksi jika pemakaian rumah, itu
5. jilbab tidak sesuai dengan ketentuan Ya, seperti 2
syariat islam ? Yaitu membawa
orangtuanya
terutama

24
Ayahnya ke
neraka

Sanksi
agama
berupa dosa
di akhirat
kelak, kalau
sanksi sosial
belum ada 4
diterapkan
sanksi yang
tegas
kecuali
didaerah
istimewa
seperti NAD

Tidak 1

Total 10

4.3 Pembahasan
Setelah melakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswi dan dosen Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, pada dasarnya mereka mengerti dan juga memahami bagaimana
cara berjilab yang baik dan benar. Sebagian besar pendapat mereka tentang menggunakan jilbab
yang benar yaitu dengan cara memakai jilbab yang longgar dan tidak transparan agar rambut
tidak kelihatan, menutupi bagian dada tujuannya untuk tidak menampakkan bentuk tubuh agar

25
tidak terbuka dan terhindar dari hal-hal yang berbau kejahatan di sekitarnya. Walaupun mereka
sudah tahu bagaimana cara memaikai jilbab dengan benar, tetapi masih ada beberapa diantara
mereka yang belum memakai jilbab dengan benar karena berbagai alasan seperti jilbab yang
tidak menutupi dada, dan belum ada kesadaran dari diri sendiri untuk memakai jilbab
dikarenakan dari dalam diri sendiri belum siap dan juga faktor lingkungan sekitar. Adapun tata
cara yang seharusnya menjadi tuntunan bagi para muslimah untuk memakai jilbab dengan benar
yaitu ketentuan yang terdapat di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

1. Allah Swt berfirman dalam Q.S an-Nur/24:31


Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allâh maha mengatahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah
kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung”
2. Q.S al A’râf/7:31
“Wahai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan
dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-
orang yang berlebihan.”
3. Q.S al-Ahzâb/33:59
“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !”

26
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Menurut surat yang disebutkan diatas sebaiknya muslimah mengikuti tata cara berjilbab sesuai
dengan aturan yang terkandung didalam surat tersebut. Apabila seorang muslimah tidak
mengikuti ketentuan tersebut maka berakibat terhadap dirinya sendiri dan akan mendapatkan
ganjaran berupa dosa yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Sedangkan didunia ini
belum ada sanksi yang tegas tentang tata cara pemakain jilbab terkecuali di daerah-daerah
istimewa seperti NAD.

Dari hasil penelitian kami, sebagian besar mahasiswi muslimah Fakultas Hukum USU masih
belum memakai jilbab sesuai dengan syariat Islam tetapi ada juga sebagian yang sudah sesuia
dengan syariat Islam. Adapun solusi yang kami berikan untuk meningkatkan kesadaran para
mahasiswi muslimah Fakultas Hukum USU agar memakai jilbab sesuai dengan syariat Islam
yaitu:

1. Dimulai dari kesadaran diri sendiri, karena kalau dari dalam diri sendiri sudah sadar
maka akan timbul niat untuk memakai jilbab dengan cara yang benar.
2. Memperbanyak ibadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT
3. Luangkan waktu untuk mendengarkan ceramah atau pun tausyiah mengenai
kehidupan seorang muslimah.

27
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berhijab merupakan suatu ketentuan yang mutlak bagi seorang muslimah terlepas dari segala
aspek-aspek yang menghalanginya karena sesungguhnya HR.Ahmad 1:131 berkata: tidak ada
ketaatan kepada makhluk lain dalam ber iman kepada Allah SWT. Dan hadist ini hadist yang
shahih atau sudah jelas kevalidannya, karena bagi muslimah ketaatan dalam berhijab harus
datang dari dirinya sendiri tanpa harus menunggu hidayah terlebih dahulu atau dorongan dari
faktor lain, karena sesungguhnya alasan itu merupakan kekeliruan yang amat serius, didalam
Islam sudah jelas ketentuan tentang tata cara berhijab yang benar selain dari itu juga terdapat
manfaatnya yang sudah terbukti kepastiannya sejak dahulu hingga kini, selain yang terdapat
didalam Al-Quran tentang cara berhijab yang benar merupakan hal yang salah, dalam
perkembangan zaman saat sekarang ini trend hijab sangat di perhatikan tanpa memerhatikan
dalil-dalil yang penting dalam mengenakan hijab tersebut tanpa disadari telah melanggar
ketentuan yang ada didalam Al-Quran demi meraih hal yang tidak terlalu berarti dibandingkan
dengan konsekuensinya

5.2 Saran
Oleh karena itu maka hasil diskusi kelompok kami ini menyatakan saran dalam mengenakan
hijab itu adalah
 Harus memperhatikan ketentuan yang sudah jelas didalam Al-Quran
 Tanpa harus menunggu saat yang tepat
 Hilangkan prespektif bahwa berhijab merupakan hal yang kuno
 Senantiasa memperdalam ilmu agama
 Bergaul dengan teman-teman yang membawa kita kedalam kemaslahatan bukannya
malah kepada kemungkaran

28
DAFTAR PUSTAKA

Engineer, Asghar Ali,. 2003. Matinya Perempuan.Yogyakarta : IRCiSoD

Ahmad Al-Hajji Al-Kurdi, Dr., 1995. Hukum-Hukum Wanita Dalam Fiqih Islam.
Semarang : Dina Utama.

al-Mahalli, Abu Iqbal . 2000. Muslimah Modern. Yogyakarta : LeKPIM

Muhammad Ali Al-Hasyimy, Dr., 1997. Jati Diri Wanita Muslimah. Jakarta timur :
Pustakakautsar.

Huzaemah Tahido Yanggo, Prof.Dr. Hj. M.A, 2010. Fiqih Perempuan Kontemporer.
Bogor : Ghalia Indonesia.

Amini, Ibrahim. 2007. Bangga jadi Muslimah. Jakarta : Al-Huda.

29
LAMPIRAN
Identitas Responden dan Informan

I. Stambuk 2016
a. Nama : Dina Mutiara
Nim : 160200407
Dep : Hukum Ekonomi
b. Nama : Inka Yuniar
Nim : 160200244
Dep : Hukum Pidana
c. Nama : Cindy Oktavia Simamora
Nim : 160200210
Dep : Hukum Pidana

II. Stambuk 2017


a. Nama : Adinda Nurul Alfiana
Nim : 170200286
b. Nama : Liza Hafidzah Yusuf Rangkuti
Nim : 170200072
c. Nama : Orin Sabrina Pane
Nim : 170200290
d. Nama : Dhea Karunia Tarigan
Nim : 170200124

III. Stambuk 2018


a. Nama : Atisya Septika Yoga
Nim : 180200001
b. Nama : Veldira Annisya
Nim : 180200012
c. Nama : Lulu Ayu Andriani
Nim : 180200011
IV. Dosen ( Informan)

30
a. Nama : Dr. Afnila S.H., M.Hum
NIP :197512302002122002
NIDN :0030127501

31

Anda mungkin juga menyukai