Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pandangan Islam memerintahkan wanita-wanita muslim

untuk berpakaian muslimah yang membedakan orang-orang

muslim dengan non muslim. Islam memberikan ketetapan begitu

jelas dalam Al-qur`an sebagai panduan bagi seluruh kaum

muslimin dalam berpakaian. Namun, dalam kenyataannya sekarang

ini banyak sekali jenis pakaian muslimah tidak sesuai dengan apa

yang digambarkan dalam Alqur`an.

Berpakaian muslim selain menjadi sarana untuk menjaga dari

nafsu syahwat juga memberikan pengaruh dalam persepsi sosial

dan tingkah laku seseorang untuk tetap berusaha berada dalam

aturan Islam. Islam mewajibkan seorang muslimah yang telah

baligh untuk menutup aurat. Batasan aurat bagi wanita dan laki-laki

berbeda. Bagi laki-laki muslim hanya cukup menutupi bagian

tubuhnya sebatas lutut dan pusat (perut), sedangkan bagi wanita

muslimah seluruh bagian tubuhnya kecuali muka dan telapak

tangan. Perintah ini bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat


wanita agar tetap terlindungi dan terpandang sebagai wanita baik-

baik.

Pada era yang mengedepankan Kapitalisme, Liberalisme dan

Sekularisme saat ini, jati diri pada wanita semakin hilang, mereka

semakin jauh dari tuntunan Syariat dan merasa bangga jika

mengikuti tren yang diperkenalkan oleh orang-orang yang keluar

dari tuntunan yang dianjurkan oleh islam.

Oleh karena itu melihat perkembangan zaman yang sudah

modern, para wanita muslimah tidak menyadari bahwa kebanggaan

mereka telah mengikuti style yang dibawa oleh orang-orang yang

dianggap modern justru telah menjerumuskan mereka kedalam

kemungkaran yang nyata. Mereka lupa bahwa mengumbar aurat

akan menghilangkan “misteri” yang seharusnya menjadi perhiasan

yang menjadi daya tarik wanita di mata laki-laki.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi dan

informasi yang begitu pesat, berdampak besar terhadap

kemaksiatan yang diakibatkan oleh hilangnya rasa malu wanita,

sehingga dengan mudah mengumbar aurat yang dianggap sebagai

sesuatu yang modern. Menutup aurat bukan hanya sekedar

kewajiban belaka, akan tetapi lebih menyadari akan tujuan dan

manfaat dari menutup aurat itu sendiri.


Dengan adanya permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Adab Berpakaian bagi Wanita

Menurut Islam’’.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu adab berpakaian?

2. Bagaimana cara berpakaian bagi wanita menurut Islam?

3. Bagaimana dampak jika tidak memenuhi adab berpakaian

menurut Islam?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui apa itu adab berpakaian

2. Untuk mengetahui bagaimana cara berpakaian bagi wanita

menurut Islam

3. Untuk mengetahui dampak jika tidak memenuhi adab

berpakaian menurut Islam

D. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah yang

berjudul “Adab Berpakaian bagi Wanita Muslim Menurut Islam”

adalah library reaserch (kepustakaan) yaitu mengadakan penelitian

dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada


hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek

permasalahan dan Survey lapangan.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengerti Adab

1. Pengertian Adab Secara Bahasa

Menurut al-Attas, secara etimologi (bahasa); adab berasal dari

bahasa Arab yaitu addaba-yu'addibu-ta'dib yang telah diterjemahkan

oleh al-Attas sebagai `mendidik` atau `pendidikan` (Al-Attas:1996).

Dalam kamus Al-Munjid dan Al Kautsar, adab dikaitkan

dengan akhlak yang memiliki arti budi pekerti, perangai, tingkah laku

atau tabiat sesuai dengan nilai-nilai agama islam. Sedangkan, dalam

bahasa Yunani adab disamakan dengan kata ethicos atau ethos, yang

artinya kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk

melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika

(Ma'ruf and Al-Habsyi n.d).

Menurut al-Attas, akar kata adab tersebut berdasarkan dalam

sebuah hadits Rasulullah saw yang secara jelas menggunakan Istilah

adab untuk menerangkan tentang didikan Alloh SWT yang telah

diterima oleh Rasulullah saw.

Hadits tersebut adalah:"Addabani Rabbi fa Ahsana Ta'dibi" :

Tuhanku telah mendidikku maka pendidikanku itu adalah yang terbaik.


2. Adab Menurut Para Ahli

Ada berbagai pengertian yang diungkapkan para ahli,

diantaranya:

a) Al-jurjani

pendapat pertama dari al-jurjani adab yaitu suatu proses untuk

memperoleh ilmu pengetahuan yang dipelajari dengan tujuan

untuk mencegah pelajar dari berbuat atau bentuk-bentuk-

kesalahan yang diperbuat nantinya.

b) Ibrahim Anis

Ibrahim Anis memberikan pendapat bahwa adab adalah suatu

ilmu yang mana objeknya membahas nilai-nilai yang

berkaitan dengan perbuatan manusia.

c) Soegarda Poerbakawatja

Soegarda Poerbakawatja turut menyampaikan jika adab

adalah budi pekerti, watak, kesusilaan, yaitu kelakuan baik

yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap

khaliknya dan terhadap sesama manusia.

d) Hamzah Ya’qub

Menurut Hamzah Ya’qub adab adalah sebuah ilmu yang

menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan

tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan


batin. Ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang

baik dan buruk, Ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia

dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh

usaha dan pekerjaan mereka.

e) Ibn Muskawaih

Menurut Ibn Muskawaih adab adalah suatu keadaan yang

melekat didalam jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah,

tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan dalam

kegiatan sehari-hari.

3. Kedudukan Adab

Adab merupakan hal yang sangat penting dalam dunia

pendidikan, Dimana kita sebagai peserta didik harus memiliki

adab yang baik berhubungan dengan aspek sikap dan nilai-nilai

yang kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari yang

memberikan pengaruh hal positif dalam melakukan perbuatan.

Sebagaimana sabda Rasullullah,

‫اَ ْك َماُ الْ ُمْؤ ِمنِنْي َ اِمْيَانًا اِ ْح َسُن ُه ْم ُخ ْل ًقا‬

“Orang mukmin yang sempurna imannya ialah mereka yang

mulia adabnya.” (HR.Bukhari)


Adab merupakan bagian pembelajaran yang sangat

berarti yang berkenaan dengan aspek-aspek perilaku dan nilai,

baik pribadi maupun berhubungan dengan sosial masyarakat.

Adab yang baik hendak membagikan pengaruh dalam

kehidupan sehingga terdapat pepatah yang berkata "Adab lebih

Mulia dari Ilmu". oleh sebab itu nilai yang tercantum dalam

agama perlu di kenal, dimengerti, diyakini serta diamalkan

sehingga bisa jadi manusia yang utuh (Ali:2011).

4. Adab secara keseluruhan

Yaitu segala bentuk sikap, prilaku atau tata cara hidup

yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan kebaikan

atau akhlak. Orang yang beradab selalu menjadikan hidupnya

dengan aturan atau tata cara. Adab adalah disiplin rohani dan

jasmani yang memungkinkan seseorang dan masyarakat

mengenal dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya

dengan benar dan wajar sehingga menimbulkan harmonisan

dan keadilan dalam diri, masyarakat dan lingkungannya. Tidak

ada bagian dari aktivitas kehidupannya terlepas dari tata cara

(adab) yang diikutinya.

Dari pengertian di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pengertian adab adalah bentuk sikap,


perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai-nilai

sopan santun, keramahan, kehalusan dalam menjalani hidupnya

serta mengenal Alloh dan melaksanakan Ibadah dan lain-

lainnya.

B. Pengertian Pakaian

1. Definisi Pakaian

Pakaian dalam bahasa arab disebut dengan istilah

Libasun dan tsiyabin dan pakaian didalam KBBI (Kamus besar

Bahasa Indonesia) diartikan sebagai barang yang apa saja bisa

dipakai oleh seorang sebagai kebutuhan yang tujuannya bersifat

umum maupun khusus.

Al-Qur`an menggunakan tiga istilah yakni (libas, tsiyab

dan sarabil) kata libas yang digunakan Al-Qur`an adalah untuk

pakaian lahir maupun batin. Arti libas pada mulanya yaitu

apapun yang ditutup. Fungsi tersebut sangatlah jelas, yaitu

sebagai alat penutup tubuh. Kata tsiyab mempunyai arti

kembali, yakni kembalinya sesuatu pada keadaan awal atau

pada keadaan yang seharusnya sesuai dengan ide pertamanya.

Sedangkan kata sarabi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

diartikan pakaian yakni apapun jenis bahannya dengan fungsi


dapat menangkal sengatan panas, dingin maupun bahaya ketika

dalam peperangan. (https://tpq-rahmatulihsan.blogspot.com)

2. Pakaian Secara Umum

Pakaian adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari

kehidupan manusia. Setelah adab-abad terdahulu manusia

sudah mengenal pakaian sebagai penutup tubuh. Sebab pakaian

merupakan penutup yang melindungi sesuatu yang dapat

menyebabkan malu apabila terlihat oleh orang lain (Heri

Purnomo,2003:291).

Pakaian mencerminkan sifat dasar manusia yang

mempunyai rasa malu sehingga manusia berusaha untuk

menutupi badannya dengan pakaian. Jika dahulu manusia

mengenakan pakaian hanya untuk melindungi tubuh, kini

manusia tidak hanya memandang pakaian sebagai perlindung

tubuh, tapi juga melihatnya dari segi estetika dimana pakaian

berfungsi untuk membuat penampilan semakin menarik. Salah

satu ciri peradaban manusia sebagai makhluk terhormat dalam

kehidupan, berbeda dengan makhluk lain seperti hewan, bagi

hewan pakaian tidaklah masalah (berpengaruh) dalam

kehidupan (KH.Ali Yafie,1994:250).


Sebagaimana Dalam salah satu Ayat Al-Qur’an, Alloh

SWT berfirman

ِ ۗ ِ ِ ِ ً َ‫يَا بَيِن ْٓي اٰ َد َم قَ ْد اَْنَزلْنَا َعلَْي ُك ْم لِب‬


‫الت ْق ٰوى‬ ُ َ‫اسا ُّي َوار ْي َس ْواٰت ُك ْم َوريْ ًشا َولب‬
َّ ‫اس‬

‫ت ال ٰلّ ِه لَ َعلَّ ُه ْم يَ َّذ َّكُر ْو َن‬


ِ ‫ك ِمن اٰ ٰي‬ِ ۗ ِ
ْ َ ‫ك َخْي ٌر ٰذل‬
َ ‫ٰذل‬

“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah

menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk

perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih

baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah,

mudah-mudahan mereka ingat.” (Q.S Al-A’raf:26)

3. Pakaian Menurut Agama Islam

Pakaian dalam sudut pandang Islam adalah sebagai

penutup aurat baik laki-laki maupun perempuan. Pada dasarnya

ada dua macam pakaian yaitu bersifat jasmaniah (fisik) untuk

menutupi aurat dan keindahan dan pakaian yang bersifat rohani

(spiritual) untuk mengisi kekosongan jiwa dengan ketakwaan

hati (Abu Mujaddidul Islam Mafa dan Lailatuss’adah

s.pd.I ,2011:15).

4. Sejarah dan Fungsi Pakaian

Sandang atau pakaian merupakan salah satu kebutuhan

pokok manusia. Sebagian ilmuan berpendapat bahwa manusia


baru mengenal pakaian sekitar 72.000 tahun silam. Homo

sapies, jenis manusia purba yang dinggap sebagai nenek

moyang manusia hidup didaerah afrika. Mereka berpindah dari

satu tempat ketempat lain dan lebih memilih bermukim di

tempat-tempat yang bersuhu dingin. Bermula dari sana sejak

itulan mereka mengenal pakaian untuk menghangatkan badan.

Mula-mula, pakaian yang mereka gunakan adalah pakaian yang

terbuat dari kulit hewan. Dari sinilah kemudian pakaian

semakin berkembang dengan pesat. Semua manusia kapan dan

di manapun, maju atau terbelakang tetap beranggapan bahwa

pakaian adalah sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi.

Keindahan lahir yang terepresentasikan dalam sekian banyak

bentuk dan model pakaian, sebenarnya tak begitu ada artinya

bila tanpa disertai keindahan batin yang oleh Al-Qur’an

dibahasakan dengan Libas at-taqwa. Pakaian takwa dapat

menutupi hal-hal yang dapat memalukan dan memperburuk

penampilan manusia jika ia terbuka. Keterbukaan aurat jasmani

bagi manusia dapat memunculkan rasa pedih dan perih dalam

jiwa manusia. Hanya saja rasa malu, perih dan pedih tersebut

tak ada artinya, bahkan tak sebanding dan jauh lebih besar jika
yang terbuka itu adalah aurat rohani baik di dunia terlebih di

akhirat.

Fenomena yang acap kali dijumpai dan seringkali

menjadi problem adalah saat seorang mengalami dilema dalam

memandukan fungsi utama pakaian yang dalam hal ini adalah

sebagai penutup aurat dan fungsi tersiernya, yaitu sebagai

bentuk perhiasan manusia. Dalam hal ini, tak jarang seorang

terjebak dan tergelincir pada fungsi tersier pakaian. Mereka

lebih mementingkan aspek keindahan dan mengabaikan aspek

primer pakaian sebagai penutup aurat.

Islam menghendaki supaya manusia berpakaian sesuai

dengan fungsi-fungsinya yang telah digariskan. Bila memang

fungsi tersier atau tambahan belum bisa diraih, maka

setidaknya fungsi primer pakaian harus didahulukan, yakni

bagaimana supaya pakaian yang dikenakan itu mampu

menutupi aurat, Walaupun dari segi aspek estetika dianggap

kurang menarik di mata sebagian masyarakat.

Hal ini penting, karena terbukanya aurat di depan

khalayak umum dapat memicu hal negatif, baik bagi orang-

orang yang melihatnya maupun bagi yang menampakkan

auratnya.
5. Batasan berpakaian dalam Islam

Di dalam konsep berpakaian dalam Islam dilihat dari

agama Islam dimana Islam mengharamkan perempuan

memakai pakaian yang membentuk dan tipis sehingga nampak

kulitnya. Termasuk diantaranya adalah pakaian yang dapat

mempertajam bagian-bagian tubuh khususnya tempat-tempat

yang membawa fitnah. Mereka dikatakan berpakaian, karena

mereka itu melilitkan pakaiannya pada tubuhnya, tetapi

hakikatnya pakaiannya itu tidak berfungsi menutup aurat,

mereka dikatakan telanjang karena pakaiannya memperlihatkan

kulit tubuhnya seperti kebanyakan pakaian perempuan sekarang

ini.

Wanita yang berpakaian panjang menutupi seluruh

tubuh namun tipis menerawang inilah yang diancam oleh

Rasulullah SAW dengan neraka. Abu Hurairah Ra berkata

bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Ada dua

golongan dari ahli neraka yang aku belum pernah melihatnya,

(1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor-ekor sapi.

Mereka memukul menusia dengan canbuknya. (2) Sekelompok


wanita yang berpakaian tapi seakan-akan telanjang (karena

pakaian tipis atau pendek, sehingga tidak menutupi semua

auratnya). Jika berjalan mereka berlenggak lenggok mencari

perhatian orang. Kepala mereka seperti punuk-punuk onta yang

miring, mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan

wanginya, padahal wangi surga itu akan dirasakan dari jarak

jauh”.

Sabda Rasullullah SAW (berpakaian tapi telanjang)

mencakupi;

a) Mereka yang berpakaian pendek, sehingga tidak

menutupi seluruh aurat yang diwajibkan untuk ditutupi.

b) Mereka memakai pakaian yang tipis, sehingga masih

memperlihatkan (warna kulitnya).

c) Mereka yang memakai pakai ketat. Sekalipun pakaian

ini menutupi warna kulit, namun memperlihatkan

bentuk tubuh. Ini pun terlarang, Kecuali dihadapan

suaminya karena tidak ada aurat diantara suami istri

(Abu Muhammad ibnu shalih bin Hasbullah,2018:26).

Syari’at Islam telah memberikan beberapa Syarat yang wajib

dipenuhi dalam hal bagi wanita muslimah. Terlebih bagi mereka yang

telah mencapai usia remaja. Maka berpakaian muslimah untuk


menutupi seluruh auratnya adalah wajib. Untuk itu, ‘Amr ‘Abdul

Mun’im Salim memberikan gambaran pakaian wanita yang sesuai

dengan Syari’at Islam, Diantaranya:

a. Pakaian harus menutupi seluruh anggota hadan kecuali beberapa

bagian tertentu. Sebagian ulama berpendapat bahwa beberapa bagian

tertentu tersebut adalah bagian tubuh yang bisa tampak, yaitu wajah

dan kedua telapak tangan.

b. Pakaian tersebut tidak berbentuk hiasan. Hal ini berdasarkan firman

Alloh SWT yang berbunyi ‫َواَل يُْب ِديْ َن ِز ْينََت ُه َّن‬ “... Janganlah mereka

(wanita-wanita muslimah) menampakkan perhiasannya...”. Untuk itu,

segala bentuk hiasan yang terdapat dalam pakaian wanita muslimah,

baik berupa warna, lukisan, aksesoris atau hiasan yang terdapat pada

sisi dan ujung baju, maka syari’at melarang wanita muslimah untuk

mengenakannya.

c. Pakaian tidak boleh transparan atau memperlihatkan lekukan-lekukan

tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa keharaman mengenakan pakaian

yang memperlihatkan postur atau lekukan tubuh. Apabila tetep

dikenakan maka akan terlihat bentuk dan lekukan tubuhnya serta dapat

menimbulkan fitnah.

d. Pakaian tidak boleh diberi wewangian atau parfum


e. Pakaian tidak boleh menyerupai laki-laki juga pakaian non muslim.

Hal ini sebagaimana sabda Rasullullah SAW,

ِ ِ ُ ‫اس ر ِضي اللَّه عْنهما قَ َال لَعن رس‬


َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم الْ ُمتَ َشبِّ ِه‬
‫ني‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ََ َ ُ َ ُ َ َ ٍ َّ‫َع ْن ابْ ِن َعب‬

ِّ ِ‫ِّس ِاء ب‬
‫الر َج ِال‬ ِ ِ ِ ‫الرج ِال بِالن‬ ِ
َ ‫ِّساء َوالْ ُمتَ َشِّب َهات م ْن الن‬
َ َ ِّ ‫م ْن‬

“Dari Ibnu Abbas ra berkata: Rasulullah SAW.

Mengutuk laki-laki yang meniru-niru perempuan, dan

perempuan yang meniru laki-laki “. (HR.Bukhari)

Hadits diatas menjelaskan bahwa wanita dilarang

menyerupai kaum pria dalam hal berpakaian, begitu pula ia

dilarang berpakaian menyerupai wanita non-muslim. Karena

sesungguhnya larangan menyerupai ini hilang dari keyakinan hati

dan jalan hidup pun terbawa menyerupai mereka, makan hal ini

akan berakhir pada peniruan keyakinan akidah.

f) Pakaian harus bebas dari sesuatu yang menimbulkan rasa

sombong takabur. Ketentuan tersebut berlaku pada pakaian

yang panjang dan lebar

g) Pakaian selain tebal, juga harus diperhatikan adalah bersih

dari najis dan harus indah.


Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

syarat berpakaian muslimah yang dianjurkan dalam Islam bermaksud

untuk mewujudkan dan menjaga agar tidak terjadi fitnah serta sebagai

penghormatan bagi kaum wanita muslimah. Hal ini juga

mengisyaratkan bahwa seorang wanita tidak boleh memperlihatkan

perhiasannya dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib

ditutupi (aurat) olehnya karena dapat menimbulkan sifat angkuh serta

dapat membangkitkan syahwat laki-laki.

C. Pengertian Aurat wanita

1. pengertian Aurat

Kata aurat merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa

arab “’auroh” berasal dari bentuk fi’il madhi lafadz “aaro”. Sedangkan

menurut Mahtif Adnan dalam bukunya Risalah Fiqih Wanita kata

aurat berasal dari bahasa arab yang artinya kurang, jelek atau malu.

Sedangkan jika diartikan secara Syara’ aurat adalah bagian tubuh yang

tidak patut (pantas) untuk diperlihatkan kepada orang lain (kecuali

pada suaminya atau kepada hamba sahaya perempuan atau sewaktu

sendiri diruang tertutup). (Ahnan:2011).

Ummu Syafa Suryani Arfah dalam bukunya menjelaskan

bahwa aurat adalah bagian tubuh manusia yang dilarang untuk

diperlihatkan, kecuali apa yang diperbolehkan Allah dan Rasul-Nya


atau juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang jika ditampakkan akan

menimbulkan aib (Ummu Syafa:2015). Dalam surat An-Nur:58, kata

“awrah” diartikan oleh mayor ulama tafsir sebagai sesuatu dari anggota

badan manusia yang membuat malu jika dipandang.

Sedangkan dalam surat Al-Ahzab:13, kata “awrah” diartikan

sebagai cela uang terbuka terhadap musuh atau cela yang

memungkinkan orang lain mengambil kesempatan (Muhammad:2001).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa aurat adalah bagian tubuh manusia yang menurut

syariat Islam harus ditutup dengan pakaian yang memenuhi Syarat dan

tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain.

M. Quraish Shihab dalam bukunya mengatakan bahwa Syariat

Islam mewajibkan kaum muslimin memakai pakaian yang sangat jelas

aurat dan sopan, baik laki-laki maupun perempuan. Terdapat

perbedaan yang sangat jelas antara aurat laki-laki (muslim) dengan

aurat wanita (muslimah) dalam hukum Islam, aurat laki-laki cukup

sederhana, auratnya sebatas antara diatas pusat dan kedua lutut

sedangkan aurat wanita adalah segenap tubuhnya kecuali muka dan

telapak tangannya. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa

seluruh tubuh wanita tanpa kecuali adalah aurat (shihab:2010).


Perintah menutup aurat ini khususnya bagi seorang muslimah

yang sudah dewasa (baligh) terdapat dalam firman Allah Q.S Al-

Ahzab (33) ayat 59 berikut ini:

ِ ۗ ِ ِ
َ ‫ك َونِ َس اۤء الْ ُم ْؤ ِمنِنْي َ يُ ْدنِنْي َ َعلَْي ِه َّن ِم ْن َجاَل بِْيبِ ِه َّن ٰذل‬
‫ك‬ َ ِ‫ك َو َبنٰت‬
َ ‫ٰايَٓيُّ َها النَّيِب ُّ قُ ْل اِّل َْز َواج‬

‫اَ ْدىٰن ٓى اَ ْن يُّ ْعَرفْ َن فَاَل يُْؤ َذيْ ۗنَ َو َكا َن ال ٰلّهُ َغ ُف ْو ًرا َّر ِحْي ًما‬

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak

perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka

menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu

agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak

diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Ibnu katsir menafsirkan ayat tersebut dengan berkata, “Alloh

Swt memerintahkan kepada Rasulullah Saw agar menyuruh wanita-

wanita mukmin, istri-istri dan anak anak perempuan supaya

mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka. Sebab, cara berpakaian

yang demikian membedakan mereka dari kaum wanita jahiliah dan

budak-budak wanita.”

2. Batasan Aurat dalam Islam

Ulama berpendapat mengenai batas aurat wanita di depan

mahramnya Asy-Syafi’iyah mengatakan bahwa ‘aurat wanita ketika


berhadapan dengan mahramnya adalah antara pusat dengan lutut.

Selain batas tersebut, dapat dilihat oleh muhrimnya sesama wanita. Hal

tersebut sejalan dengan firman alloh yang terdapat dalam Q.S An-Nur

ayat 31 berikut ini:

‫ين ِزينََت ُه َّن ِإاَّل َم ا‬ ِ ِ ٰ ‫ض ن ِمن َأب‬ ِ َ‫وقُل لِّْلم ْؤ ِم ٰن‬


َ ‫ص ِره َّن َوحَيْ َفظْ َن ُف ُر‬
َ ‫وج ُه َّن َواَل يُْب د‬ َْ ْ َْ‫ض‬ ُ ‫ت َي ْغ‬ ُ َ

‫ين ِزينََت ُه َّن ِإاَّل لُِبعُ ولَتِ ِه َّن َْأو‬ ِ ِ‫هِب‬ ِ ‫ظَه ر ِمْنه ا ۖ ولْي ْ خِب‬
َ ‫ض ِربْ َن ُ ُم ِره َّن َعلَ ٰى ُجيُ و َّن ۖ َواَل يُْب د‬ََ َ ََ

ِ ‫ٓاء بعولَتِ ِه َّن َأو َأبنٓاِئ ِه َّن َأو َأبن‬


‫ٓاء بُعُ ولَتِ ِه َّن َْأو ِإ ْخ َٰوهِنِ َّن َْأو بَىِن ٓى ِإ ْخ َٰوهِنِ َّن‬ ِ ‫ِئ‬
َْ ْ َْ ْ ُ ُ َ‫ءَابَٓا ِه َّن َْأو ءَاب‬

‫ني َغرْيِ ُأ ۟وىِل ٱِإْل ْربَ ِة ِم َن‬ِٰ ‫هِتِ ِ ِئ‬


َ ‫ت َأمْي َُٰن ُه َّن َأ ِو ٱلتَّبِع‬
ْ ‫َأخ َٰو َّن َْأو ن َس ٓا ِه َّن َْأو َم ا َملَ َك‬
َ ‫َْأو بَىِن ٓى‬

‫ض ِربْ َن بِ َْأر ُجلِ ِه َّن‬ ِ ‫ت ٱلن‬


ْ َ‫ِّس ٓاء ۖ َواَل ي‬ ِ ‫ٱلرج ِال َأ ِو ٱلطِّْف ِل ٱلَّ ِذين مَل يظْه رو ۟ا علَى ع و ٰر‬
َ َْ َ ٰ َ ُ َ َ ْ َ َ ِّ

‫ني ِمن ِزينَتِ ِه َّن ۚ َوتُوبُ ٓو ۟ا ِإىَل ٱللَّ ِه مَجِ ًيعا َأيُّهَ ٱلْ ُمْؤ ِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن‬ ِ ِ
َ ‫لُي ْعلَ َم َما خُيْف‬

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka

menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari

padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya,

dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami

mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera
mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-

laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-

putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau

budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang

tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang

belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka

memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka

sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai

orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.(QS An-Nur 31)

Adapun yang dimaksud dengan mahram atau yang disamakan

dengan itu sebagai yang tercantum dalam surah An-Nur ayat 31

tersebut adalah; Suami, ayah, ayah suami, putra laki-laki, putra suami,

saudara laki-laki, putra saudara perempuan, wanita, budaknya, pelayan

laki-laki yang tak bersyahwat atau anak yang belum mengerti tentang

aurat wanita. Selain itu, dalam surat An-Nisa disebutkan pula saudara

bapak dan saudara ibu.

Sementara itu, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh

Abu Dawud dan Baihaqi, Aisyah Ra. Menuturkan bahwa suatu ketika,

Asma’ binti Abu Bakar masuk menemui Rasulullah Saw. Dengan

pakaian yang tipis, lantas beliau berpaling darinya seraya berkata, “Hai

Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid


(aqil baligh), maka tidak ada yang layak terlihat, kecuali ini (beliau

sambil menunjuk wajah dan telapak tangan).”

Ada dua hal yang disampaikan dalam hadist tersebut,yaitu

kewajiban menutup seluruh tubuh bagi wanita, kecuali wajah dan

telapak yangan serta pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk

menutup aurat. Dari beberapa dalil tersebut, sngat jelas bahwa batasan

aurat bagi eanita adalah seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak

tangan. Dari dalil itu pula, kita memahami bahwa hukum menutup

aurat ialah wajib. Artinya, jika dilaksanakan maka bisa menghasilkan

pahala dan juka tidak dilakukan maka akan menemui dosa. kewajiban

ini tidak hanya berlaku saat sholat, namun juga semua tempat yang

memungkinkan ada laki-laki yang melihatnya.

Salah satunya disyaratkannya kewajiban menutup aurat

khususnya bagi wanita adalah untuk membedakan antara wanita

terhormat dan wanita jalanan. Hal ini berdasarkan sebab turunnya ayat

tersebut. Menurut Qurtubi, ayat 59 surat Al-Ahzab turun sebagai

teguran atas kebiasaan wanita-wanita arab yang keluar rumah tanpa

mengenakan jilbab. Karena tidak memakai jilbab banyak laki-laki yang

sering mengganggu mereka, dan melecehkan mereka seperti budak.

Berkenaan dengan hal itu, maka turunlah ayat tersebut (Al-Qurtubi:tt)


Dari keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa

tujuan utama menutup aurat adalah sebagai benteng (perisai) bagi

seorang wanita agar terhindar dari fitnah dan akhlak tercela ataupun

kejahatan laki-laki. karna pada hakikatnya Islam tidak menginginkan

keburukan terjadi pada diri manusia, sehingga kepatuhan seseorang

terhadap Syariat dalam hal ini pada dasarnya akan berdampak

kebaikan pada dirinya sendiri.

D. Adab berpakaian bagi wanita dalam Islam

Ketika berbicara tentang aurat, maka permasalahannya akan

melebar kepada pembahasan pakaian, karena aurat adalah manusia

yang harus di tutupi, sementara alat untuk digunakan untuk kenutupnya

adalah Pakaian. Sebab itulah Islam juga sangat memperhatikan tentang

bagaimana seharusnya seorang muslim atau muslimah berpakaian dan

berhias, hal ini juga dijelaskan secara rinci dalam Syariat Islam melalui

firman-firman Alloh dalam Al-Quran yang diperjelas lagi dengan

sabda-sabda Rasulullah SAW.

Perintah untuk berpakaian muslimah yang sesuai dengan

ketentuan Syariat Islam dikhususkan kepada kaum wanita dengan

pertimbangan karena wanita akan selalu menjadi pusat perhatian. Oleh

karena itu, di saat wanita yang sudah baligh berpergian keluar rumah

maa wajib baginya untuk mengenakan busana yang sesuai dengan


ketentuan Syariat Islam yakni pakaian yang menutup aurat, sementara

itu berpakaian sesuai debgan ketentuan Syariat Islam harus memenuhi

beberapa Syarat tertentu. (Ahnan:2011).

Menurut Mafhum Ahnan pakaian wanita muslimah ketika di

luar rumah atau dihadapan laki-laki yang bukan mahram adalah

'’jilbab” yaitu pakaian yang dapat menutup tubuh dari kepala hingga

kaki atau menutup sebagian besar tubuh sehingga yang tampak

hanyalah muka dan telapak tangan saja (Ahnan:2011). Istilah “ jilbab”,

ini dikenal berasal dari firman Alloh dalam Q.S Al-Ahzab ayat 59 yang

kemudian dinegara kita lebih dikenal dengan “Busana muslimah”.

Hijab yang sempurna (syar’i ) sesuai dengan ketentuan-

ketentuan Syariat Islam yang diatas adalah dapat menutup semua

anggota hadan wanuta. Hijab bukanlah semata-mata perhiasan tubuh

saja, tidan berwarna mencolok dan mengandung perhatian, berbahan

tebal dan tidak transparan sehingga tidak menampakkan warna kulit,

longgar dan tidak ketat sehingga tidak menggambarkan bentuk tubuh

wanita.

Al-Albani menejelaskan beberapa fenomena wanuta masa kini

dalam kebiasaan berpakaian yang harus diperbaiki, diantaranya sebagai

besar muslimah sudah banyak yang menutupi bagian rambut dan

dadanya, namun mereka masih memakai pakaian ketat, banyak dari


mereka yang menutupi bagian paha sampai kakinya dengan celana

ketat yang sewarna dengan kulitnya. Adapula yang memakai kerudung

(Khimar) tapi tanpa dilengkapi jilbab. Masih banyak lagi fenomena

lain yang serupa atau lebih parah di zaman sekarang.

Berdasarkan penjelasan mengenai adab berpakaian bagi wanita

tersebut, maka seorang wanita muslimah yang mengaku dirinya

beriman hendaklah memperhatikan adab-abad tersebut ketika ia akan

tampil di hadapan orang lain (laki-laki yang bukan mahramnya) dan

ketika ia akan keluar rumah. Hendaklah para wanita muslimah

menjaga kehormatan dirinya dari fitrah dan gangguan laki-laki dengan

cara tampil dengan menggunakan pakaian yang Syar’i (Sesuai dengan

ketentuan Syariat Islam). Hal ini dapat terwujud dalam bentuk perilaku

yang benar dari seorajg muslimah jika ia memiliki kesadaran beragama

yang cukup dalam menutup aurat, tentunya hal ini sangat dipengaruhi

dengan tingkat pemahaman terhadap hukum Islam tentang aurat,

kewajiban menutupnya dan adab berpakaian sesuai ajaran Islam.

Anda mungkin juga menyukai