Anda di halaman 1dari 59

PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN KITAB ‘’NGUDI SUSILO’’

KARYA KH. BISRI MUSTOFA GUNA MEMBENTUK ETIKA


SOSIAL ISLAMI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL
MUBTADI’IEN MLANGI NOGOTIRTO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat


untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:
Muliya Maulidina
NIM: 20181010064

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)


UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman terus saja berjalan dan tidak terasa bahwa dunia sudah

mengalami banyak sekali perubahan. Dari perang menggunakan bambu

runcing sekarang perang menggunakan senjata laras panjang. Dahulu

transportasi menggunakan roda tiga yaitu becak sekarang menggunakan

mobil dengan roda empat. Dahulu komunikasi hanya menggunakan media

surat sekarang sudah tergantikan dengan alat elektronik yang begitu hebat.

zaman sudah semakin canggih dengan munculnya berbagai alat-alat yang

mempermudah manusia beraktivitas dan juga tidak menguras banyak waktu.

Tidak hanya alat-alat saja yang semakin berkembang, namun ilmu

pengetahuan juga semakin meluas. pada perkembangan yang sudah semakin

efisien ini menjadikan ilmu bisa diakses dimana-mana. Bahkan ilmu yang

asalnya jauh dari tempat duduk sekarang terasa sangat mudah didapatkan

hanya menggunakan sebuah alat yang bernama internet. Inilah yang

dinamakan dengan arus globalisasi.

Namun, dengan arus globalisasi yang memberikan kemudahan dan

juga kebebasan mengakses ilmu ini, sering kali manusia tidak bisa memilih

mana yang baik dan juga yang buruk. Tidak akan terasa ilmu apa saja yang

sebaiknya diambil dan juga dibuang. hal ini bisa berdampak dengan perilaku-

perilaku yang tidak pantas untuk dilakukan.

2
Berbagai macam kasus penyimpangan sudah sering kali terjadi

dimasyarakat seperti halnya penyalahgunaan obat terlarang, mabuk, tawuran,

korupsi, pelecehan seksual, pembunuhan, pemberontakan, melawan orang

tua, pemerkosaan dan masih banyak lagi. hal ini menjadikan pandangan

moral, etika dan juga perilaku baik dimasyarakat sudah semakin merosot.

Kemrosotan ini menjadi titik berat bahwa pendidikan yang telah atau yang

sendang dibangun belum mampu menjadikan masyarakat menjadi manusia

yang seutuhnya.

Perilaku merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang memiliki bentengan. Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku manusia

adalah kegiatan atau aktivitas manusia baik yang bisa diamati langsung

maupun yang tidak bisa diamati oleh pihak luar. Dalam islam, perilaku bisa

disama artikan dengan kata ‘’Akhlak’’. Akhlak secara etimologi berasal dari

bahasa arab, bentuk jamak dari kata ‘’khuluq’’ yang berarti moral, budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.1

Akhak sendiri ditempatkan pada salah satu misi pokok dakwah dari

Nabi Muhammad SAW, sesuai hadist riwayat Ahmad Ibnu Haubab.

‫ َع ِن الَّنِبِّي َص َّلى هَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬،‫ ِاَّنَم ا ُبِع ْثُت ُاِلَتَّم َم َم َك اِر َم اَاْلْخ اَل ِق َع ْن َاِبي ُهَر ْيَر َة‬:

(‫)رواه الحاكم والبزار‬

‘’sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak


(budi pekerti atau karakter) yang mulia’’.2

1
Syabuddin Gade, Membumikan Pendidikan Akhlak Mulia Anak Usia Dini (Cet. 2; Banda
Aceh:Naskah Aceh, 2019), hal. 14.
2
Ajat Sudrajat, Dkk. Dinul Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
(Yogyakarta: UNY Press, 2016), hal. 169.

3
Menurut hadits tersebut, akhlak menjadi salah satu unsur yang sangat

penting pada kehidupan manusia, sebab akhlak menentukan kualitas pribadi

manusia. Manusia yang memiliki akhlak yang mulia mempunyai makna

hidup duniawi dan ukhrawi. Akhlak mulia membawa manusia mencapai

kesuksesan di dunia sebagai hamba tuhan maupun makhluk sosial. Sementara

di akhirat manusia yang memiliki akhlak mulia disisis Allah SWT akan

menjadi amal kebijakan yang paling berat timbangannya.3

Terwujudnya akhlak yang mulia juga merupakan salah satu tujuan

pendidikan nasional, visi dan misi negara Republik Indonesia. Yaitu

membentuk manusia beriman, bertakwa dan juga berilmu pengetahuan dan

teknologi yang dihiasi akhlak mulia. Namun, dalam mewujudkan tujuan

tersebut tidaklah mudah perlu kesabaran dan juga usaha yang lebih, dan juga

kerjasama yang baik dari berbagai pihak yang dapat memberikan pengaruh

positif bagi perkembangan seseorang dalam memperbaiki akhlaknya. Seperti

lingkungan sekitar dan keluarga.

Karena pembentukan akhlak mulia ini tidak mudah perlu adanya

pembelajaran yang maksimal. Seperti halnya dalam pendidikan formal dan

juga pendidikan non formal. Contoh pendidikan non formal yaitu Pondok

Pesantren. pondok pesantren merupakan sebuah lembaga yang bertujuan

mencetak generasi muslim agar memiliki dan menguasai ilmu-ilmu agama

(tafaquh fi al-din) secara mendalam, menghayati dan mengamalkannya secara

ikhlas semata-mata untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT didalam dunia

3
Syabuddin Gade, Membumikan Pendidikan Akhlak Mulia Anak Usia Dini (Cet. 2; Banda
Aceh: Naskah Aceh, 2019), hal. 3-4.

4
dan akhiratnya. Di dalam pondok pesantren memuat pembelajaran Al-Qur’an,

Tafsir, ilmu Tafsir, Fiqih, Ushul Fiqih, Tauhid, Akhlak, Nahwu, Sharaf, Ilmu

Ma’ani, Ilmu Mantiq dan lain sebagainya.4

Pesantren memiliki konstribusi yang begitu besar dalam pendidikan,

terutama pada pembentukan akhlak santri. Sebagian pesantren, pendidikan

akhlak merupakan salah satu pendidikan yang penting dan utama. Seiap santri

harus bisa menanamkan akhlak yang baik di dalam dirinya agar bisa

dibedakan antara santri dan juga masyarakat umum. Namun, zaman sekarang

sudah banyak dari sebagian santri yang belum sepenuhnya mencerminkan

akhlak yang baik. padahal masyarakat pasti akan memandang santri itu salah

satunya berasal dari akhlaknya. Oleh kerena itu, setiap pondok pesantren

memberikan pelajaran khusus dalam pembentukan akhlak dan kemudian

santri dapat mengimplementasikan di kehidupan sehari-hari.

Pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien salah satu pondok pesantren

berbasis Tahfidzul Qur’an artinya pembelajaran pondok ini memfocuskan

pada santri untuk menghafal Al-Qur’an. Selain menghafal Al-Qur’an pondok

pesantren ini juga memberikan pembelajaran kitab-kitab kuning. Jadi, jadwal

setiap harinya ada pembelajaran Al-Qur’an dan juga pembelajaran kitab

kuning. Salah satu kitab yang diajarkan dipondok pesantren tersebut yaitu

kitab ngudi susilo. Pembelajaran kitab ngudi susilo ini dilakukan seminggu

sekali setelah ba’da subuh.

4
Syamsul Rizal, dkk. ‘’Membangun Karakter Kemanusiaan : membentuk kepribadian
bangsa’’ (Yogyakarta: UPT MKU, 2016), hal. 100-101.

5
Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan ustadzah pondok

pesantren Hidayatul Mubtadi’ien santri-santri disini memiliki akhlak yang

cukup baik. Akan tetapi, masih ada santri yang belum bisa menanamkan

akhlak secara permanen pada dirinya, masih ada pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan santri, tidak patuh terhadap peraturan pondok pesantren,

berhubungan dengan lawan jenis, sopan santun terhadap sesama ataupun yang

lebih tua.

Kemudian Pondok pesantren Hidayaul Mubtadi’ien merupakan

pondok pesantren berbasis modern dan terbuka dengan zaman artinya arus

globalisasi sudah masuk di dalam pondok pesantren ini. Contoh arus

globalisasi yang sudah masuk kedalam pondok pesantren ini adalah

mewajibkan santri-santrinya membawa alat elektronik untuk kebutuhan

Pendidikan formal. Dan dikumpulka kembali ketika pembelajaran formal

sudah berakhir. Alasan diwajibkan membawa alat elektronik adalah hanya

untuk mengikuti perkembangan zaman dan juga sistem pembelajaran

formalnya melalui internet. Namun, ada saja santri yang mengambil

kesempatan dalam penggunaan alat elektronik diluar jam pendidikan formal

sehingga santri tersebut mendapatkan sanksi berupa point.

Santri-santri di pondok pesantren ini datang dari latar belakang yang

berbeda-beda. Ada yang sejak kecil dari keluarga agamis, ada juga dari

keluarga moderat atau umum. Ada juga santri yang berasal dari lulusan

sekolah agama, dan juga ada yang dari lulusan sekolah umum. Ada yang

asalnya dari luar daerah, misal dari wilayah pedesaan, wilayah perkotaan, dan

6
bahkan dari wilayah beda pulau. Bahkan ada santri yang berbeda adat

istiadat, pendidikan dan lingkungan yang berbeda. Ada santri yang sopan

santun ketika diajak berbicara, ada yang terkesan menghiraukan. Ada santri

yang mendengarkan ketika pembelajaran ada juga santri yang mengobrol

sendiri dengan teman sebelahnya. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi

akhlak para santri ketika berada di dalam lingkungan pondok pesantren.

Hal ini menjadikan peneliti ingin meneliti bagaimana pembelajaran

kitab kuning terutama kitab ngudi susilo di pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta yang basicnya pondok pesantren

penghalaf Al-Qur’an. Untuk itu penulis meneliti sebuah masalah dengan

judul PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN KITAB ‘’NGUDI SUSILO’’

KARYA KH. BISRI MUSTHOFA GUNA MEMBENTUK ETIKA SOSIAL

ISLAMI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IEN

MLANGI NOGOTIRTO YOGYAKARTA

B. Identifikasi Masalah

1. Masih ada santri yang belum mengimplementasikan pembelajaran akhlak

secara permanen.

2. Masih ada beberapa pelanggaran-pelanggaran sosial yang masih terjadi

didunia pesantren.

3. Keterbukaan pondok pesantren terhadap arus globalisasi dan juga

penggunaan alat elektronik pada pendidikan formal.

7
4. Pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien merupakan pondok pesantren

yang berbasis Tahfidzul Qur’an menjadikan santri fokus terhadap hafalan

Qur’an.

5. Santri-santri pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien berasal dari latar

belakang dan juga kondisi yang berbeda-beda.

C. Penegasan Istilah

1. Pembelajaran

Berasal dari kata ‘’ajar’’ yang berarti petunjuk yang diberikan

kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah awalan’’pe’’ dan

akhiran ‘’an’’ menjadi ‘’pembelajaran’’ yang berarti proses, perbuatan,

cara mengajar, atau mengajarkan sehingga abak didik mau belajar.5

Pembelajaran yang dimaksud oleh penelitian ini adalah

pembelajaran akhlak yang berlangsung di pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi’ien.

2. Akhlak

Menurut bahasa akhlak diambil dari kata ‫( خلق‬khuluqun) berarti

perangai, sedang jama’nya yaitu ‫( اخالق‬akhlaqun) jika dalam bahasa

indonesia perangai berarti tabi’at, watak, tingkah laku.6

5
Ahdar Djamaludin dan Wardani, Belajar dan Pembelajaran: 4 pilar peningkatan
kompetensi. (Sulawesi Selatan: CV Kaffah Learning), hal.13.
6
Hasyim Syamsudi, Akhlak Tasawuf: Dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam (Malang:
Madani Media, 2015), hal. 21.

8
Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan

baik dan buruk (benar atau salah) mengatur pergaulan manusia dan

menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.7

Imam Ghozali berfikir bahwasannya jika kondisi jiwa itu

melahirkan aktivitas indah dan terpuji, baik menurut akal dan syara’

maka hal tersebut dinamai akhlak yang baik, namun bila yang keluar itu

adalah aktivitas jelek maka dinamai akhlak yang jelek.8

3. Kitab ‘’Ngudi Susilo’’ karya KH. Bisri Musthofa

Kitab ‘’ngudi susilo’’ merupakan karya KH. Bisri Mustofa ulama

dari Rembang, Jawa Tengah. Kitab ini berisi syair berbahasa Jawa dan

ditulis dengan aksara arab pegon. Beliau menyampaikan tata cara

berperilaku yang baik menurut islam sesuai dengan namanya yaitu

‘’ngudi susilo’’ yang berarti mencari budi pekerti. Dengan mendengarkan

syair ini, santri diharapkan bisa memahami akhlak yang diajarkan agama

sehingga menjadi generasi yang berakhlak mulia.9

4. Etika Sosial Islami

Etika sosial merupakan etika yang sehubungan dengan relasi

manusia dengan sesamanya dalam sosietas (masyarakat). Etika sosial

menunjukan pada etika yang berkenaan dengan suatu sosietas yang

7
Syarifah Habibah, ‘’Akhlak Dan Etika Dalam Islam.’’ Jurnal Pesona Dasar: No.4, 2015,
Hal. 73.
8
Hasyim Syamsudi, Akhlak Tasawuf: Dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam (Malang:
Madani Media, 2015), hal. 2.
9
Kamusuka.’’Belajar kitab ‘ngudi susila’ karya KH. Bisri Mustofa’’
https://www.kamusuka.id/belajar-budi-pekerti-dari-kitan-ngudi-susilo-karya-kh-bisri-mustafa/
#.Yprh4hiyR6E (4 Juni 2022).

9
secara khusus berhubungan dengan peraturan secara normatif relasi-

relaasi sosial dalam rangka tatanan hidup bersama.10

Etika sosial islami berarti hubungan manusia dengan sesamanya

yang berhubungan dengan peraturan secara normatif dan juga hal-hal

yang islami.

5. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien

Pengertian pondok pesantren berasal dari dua suku kata yaitu

Pondok dan pesantren. Pondok sendiri diambil dari bahasa arab

‘’funduuk’’ yang artinya tempat menginap, atau asrama. Sedangkan

pesantren diambil dari kata santri yang ditambahkan awalan ‘’pe-‘’ dan

akhiran ‘’–an’’ artinya para penuntut ilmu. Pesantren adalah lembaga

pendidikan islam yang tertua di Indonesia, setelah rumah tangga.11

Pondok pesantren yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien yang terletak di desa Mlangi

Nogotirto Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta.

D. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan pokok

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Pembelajaran Akhlak Dengan Kitab ‘’Ngudi susilo’’ Karya

KH. Bisri Musthofa Guna Membentuk Etika Sosial Santri Di Pondok


10
Xaverius Chandra, Bahan Ajar Etika Sosial. (Surabaya: [t.p.] 2016) hal. 3.
11
Zulhima, ‘’Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia.’’ Jurnal Darul
‘Ilmi No.2 (2013), hal.166.

10
Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta

Pendidikan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien

Mlangi Nogotirto Yogyakarta?

2. Bagaimana Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Akhlak

Dengan Kitab ‘’Ngudi susilo’’ Karya KH. Bisri Musthofa Guna

Membentuk Etika Sosial Santri Di Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi’ein Mlangi Nogotirto Yogyakarta Pendidikan Akhlak Santri di

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta?

3. Bagaimana Dampak Pembelajaran Akhlak Dengan Kitab ‘’Ngudi

susilo’’ Karya KH. Bisri Musthofa Guna Membentuk Etika Sosial Santri

Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto

Yogyakarta Pendidikan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pembelajaran Akhlak Dengan Kitab ‘’Ngudi susilo’’

Karya KH. Bisri Musthofa Guna Membentuk Etika Sosial Islami Di

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta

Pendidikan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien

Mlangi Nogotirto Yogyakarta.

2. Bagaimana Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Akhlak

Dengan Kitab ‘’Ngudi susilo’’ Karya KH. Bisri Musthofa Guna

Membentuk Etika Sosial Islami Di Pondok Pesantren Hidayatul

11
Mubtadi’ein Mlangi Nogotirto Yogyakarta Pendidikan Akhlak Santri di

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui Dampak Pembelajaran Akhlak Dengan Kitab ‘’Ngudi

susilo’’ Karya KH. Bisri Musthofa Guna Membentuk Etika Sosial Islami

Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto

Yogyakarta Pendidikan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan khasanah ilmu

pengetahuan khususnya mengenai pendidikan akhlak santri.

b. Dapat digunakan untuk referensi pada penelitian-penelitan

berikutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai syarat untuk mencapai gelar

sarjana dan bisa menerapkan ilmu yang sudah dipelajari sampai

bangku kuliah.

b. Bagi santri

Memberikan dukungan dan juga motivasi terhadap santri

untuk terus menuntut ilmu dan memperbaiki maupun

12
mempertahankan akhlak terpuji santri.

c. Bagi ustadz/ustadzah

Memberikan masukan kepada bagi ustadz/ustadzah dalam

proses pendidikan di persantren terkait pembentukan akhlak santri.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka pembahasan dalam

laporan penelitian ini dikelompokkan menjadi lima bab dan yang masing-

masing bab terdiri dari sub-sub bab yang saling berkaitan. Sebelum masuk dalam

bab ada juga pembahasan tentang bagian awal. Sistematika dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut:

Bagian awal, bagian ini berisikan sampul luar (cover), halaman sampul

dalam, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, pernyataan keaslian

skripsi, halaman motto, halaman persembahan, pedoman literasi, kata pengantar,

daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran dan terakhir ada abstrack.

Bab I berisi pendahuluan, pada bab ini diberikan penjelasan secara umum

dan gambaran tentang isi skripsi ini. Sedang penyusunannya terdiri dari latar

belakang masalah, identifikasi masalah, penegasan masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan skripsi. Bab pertama

ini dimaksud untuk memudahkan dalam memaparkan data.

Bab II membahas mengenai telaah hasil penelitian terdahulu dan

landasan teori tentang akhlak, dan pembelajaran akhlak dengan kitab ngudi

susilo .

13
Bab III berisi metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, tempat

dan jadwal penelitian, subjek penelitan, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, keabsahan data dan teknik analisis data.

Bab IV berisi paparan data umum mengenai sejarah berdirinya, letak

geografis, visi misi, struktur organisasi, keadaan ustadz dan santri, paparan data

khusus mengenai pelaksanaan pembelajaran, faktor pendukung, faktor

penghambat dan dampak dari pembelajaran kitab ngudi susilo karya KH. Bisri

Musthofa guna membentuk etika sosial islami di pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi’ien.

Bab V penutup meliputi: kesimpulan dan saran-saran.

Bagian akhir, terdapat daftar pustaka, lampiran-lampiran serta daftar

riwayat hidup penulis.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

14
A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan bagian dimana peneliti merelevasikan

penelitian ini dengan literatur dari skripsi atau jurnal yang selaras.

1. Skripsi berjudul ‘’Pelaksanaan Pembelajaran Akhlak Memalui Syair

Dalam Kitab Ngudi Susilo Di TPQ Al-Mubarokah Desa Bendogarap

Kabupaten Kebumen’’ milik mahasiswa Program Studi Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Institut Agama Islam

Negeri Purwokerto Tahun 2017 Yang Bernama Safina Hardani.12

Pada skripsi tersebut memiliki kesamaan dengan skirpsi

yang peneliti buat yaitu tentang penelitian kualitatif di sebuah tempat.

Dan juga dari segi variabel pembelajaran yaitu sama-sama

menggunakan kitab akhlak yaitu Kitab Ngudi Susilo Karya KH. Bisri

Mustofa Perbedaannya yaitu terdapat pada rumusan masalah. skripsi

milik safina memberikan satu rumusan masalah yaitu ‘’Bagaimana

Pelaksanaan Pembelajaran Akhlak Melalui Syair Dalam Kitab

Ngudi Susilo di TPQ Al- Mubarokah Desa Bendogarap Kabupaten

Kebumen.’’ sedangkan rumusan yang peneliti buat ada 3 rumusan

masalah.

2. Skripsi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kudus Fakultas

Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam yang bernama

Khoirun Nisa dengan Judul ‘’Implementasi Pembelajaran Kitab

12
Safina Hardani, ‘’Pelaksanaan Pembelajaran Akhlak Memalui Syair Dalam Kitab
Ngudi Susilo Di Tpq Al-Mubarokah Desa Bendogarap Kabupaten Kebumen (Skripsi Sarjana,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto, 2017)

15
Ngudi Susilo Dalam Meningkatkan Akhlak Santri di Pondok

Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang’’.13

Skripsi ini hampir sama dengan skripsi yang peneliti buat

karena sama-sama meneliti pembelajaran akhlak pada kitab ngudi

susilo dengan metode penelitian kualitatif dan juga penelitian

lapangan. Rumusan maslah yang diambil oleh kirun nisa juga hampir

sama dengan yang peneliti punya yaitu bagaimana akhlak santri di

pondok tersebut rumusan masalah yang lain berisi tentang

‘’Bagaimana Implementasi Pembelajaran Kitab Ngudi Susilo dalam

Meningkatkan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin

Rembang’’.

3. Skripsi milik Saiful Anam mahasiswa Institut Agama Islan Negeri

Ponorogo Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan

Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo yang berjudul

‘’Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Banin Dalam Menanamkan Akhlak

Karimah Bagi Santri Di Pondok Pesantren Darul Hikam Joresan

Mlarak Ponorogo’’.14

Persamaan skripsi yang peneliti buat dengan skripsi milik

Saiful Anam adalah sama-sama meneliti pembelajaran kitab disebuah

pondok pesantren namun perbedaannya yaitu pembelajaran kitab

yang diambil oleh peneliti. Tujuan dari skripsi yang dimiliki Saiful
13
Khoirun Nisa,’’ ’Implementasi Pembelajaran Kitan Ngudi Susilo Dalam Meningkatkan
Akhlak Santri di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang (Skripsi Sarjana, Fakultas
Tarbiyah IAIN Kudus, 2019)
14
Saiful Anam, ‘’Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Banin Dalam Menanamkan Akhlak
Karimah Bagi Santri Di Pondok Pesantren Darul Hikam Joresan Mlarak Ponorogo’’ (Skripsi
Sarjana Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo, 2021)

16
Anam yaitu ada 2 yang pertama, ‘’Untuk Mendiskripsikan dan

Menjelaskan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Banin di Pondok

Pesantren Darul Hikam Joresan Mlarak Ponorogo’’. Dan tujuan

yang kedua adalah ‘’Untuk Mengetahui Konstribusi Pemebelajaran

Kitab Akhlak Lil Banin Terhadap Akhlak Karimah Santri di Pondok

Pesantren Darul Hikam Joresan Mlarak Ponorogo.’’

4. Jurnal berjudul ‘’Ajaran moral syi’ir ngudi susilo dalam membangun

karakter anak’’ milik Moh Hasim.15 Penelitian ini menggunakan

metode penelitian inventarisi naskah, fiologi dan juga kepustakaan

yang mana berbeda dengan penelitain yang peneliti ambil yaitu

penelitian lapangan. Namun penelitian milik Moh Hasim ini memiliki

kesamaan yaitu meneliti sebuah kitab yang berjudul kitab ngudi

susilo.

Pada jurnal tersebut memiliki 2 rumusan masalah yaitu

‘’apa kandungan nilai-nilai moral syi’ir ngudi susilo karya kiai bisri

mustofa?’’ dan lainnya berisi tentang ‘’bagaimana relevansi nilai-

nilai moral dalam syi’ir ngudi susilo karya bisri mustofa dengan

pembentukan karakter anak?’’.

5. Jurnal milik Rhenita Oktafiani yang merupakan santri Pondok

Pesantren Darul Abror, kemudian ada Kholid Mawardi dan Hendri

Purbo Waseso yang merupakan Mahasiswa Institut Agama Islam

15
Moh Hasim, ‘’Ajaran Moral Syi’ir Ngudi Susilo Dalam Membangun Karakter Anak,’’
Analisa Journal of Social Science and Religion, no.2, (2015)

17
Negeri Purwokerto Berjudul ‘’Nila-Nilai Akhlak Dalam Kitan Syi’ir

Ngudi Susilo Karya Kh Bisri Mustofa’’.16

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dimana

penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan data-data

yang didapat dari sumber buku, kitab, majalah koran dll. hal ini

menjadikan jurnal ini berbeda dengan skripsi yang peneliti buat

karena skripsi yang peneliti buat adalah skripsi penelitian disebuah

tempat. Pesamaannya yaitu sama-sama meneliti kitab akhlak yaitu

Kitab Ngudi Susilo Karya KH. Bisri Mustofa.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui lebih dalam

tentang nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam Kitab Syi‟ir Ngudi

Susilo Karya K.H. Bisri Musthofa dan dapat memberikan suatu

wacana, gambaran ataupun rujukan bagi penelitian serupa.

B. Landasan Teori

1. Pembelajaran

a. Definisi Pembelajaran

Menurut UU Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

pasal 1 menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

Ada beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran

antara lain dari Winkel (1991) menjelakan bahwa pembelajaran


16
Kholid Mawardi, Rhenita Oktafiani dan Hendri Purbo Waseso, ‘’Nilai-nilai Akhlak
dalam Kitab Syi’ir Ngudi Susilo Karya K.H. Bisri Mustofa.’’ Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan
Islam; No. 1, (2020)

18
adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung

proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian

intern yang berlangsung dialami siswa. sedangkan menurut

Gagne (1985) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah sebagai

peraturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi

belajar dan membuatnya berhasil guna. Dan yang terakhir

pembelajaran menurut Miarso (1993) mendefinisikan

pembelajaran sebagai usaha pendidikan yang telah ditetapkan

terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta

pelaksanaannya terkendali.17

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu

upaya atau usaha antar peserta didik dan pendidik yang sebelum

proses pelaksanaannya sudah terkendali untuk mendapatkan hasil

belajar yang maksimal.

b. Ciri-ciri Pembelajaran

Menurut pengertian pembelajaran dapat diidentifikasikan

bahwa ciri-ciri pembelajaran antara lain merupakan upaya sadar

dan disengaja, kemudian pada pembelajaran harus membuat

siswa itu belajar, selanjutnya sebelum memulai proses

pembelajaran terlebih dahulu harus menetapkan sebuah tujuan

17
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan
(Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2014), hal. 12-13.

19
dan saat proses pembelajaran berlangsung, baik dari isi, waktu,

dan proses maupun hasil harus bisa terkendali seluruhnya.18

c. Komponen-Komponen Pemebelajaran

Pembelajaran bisa dikatakan sebagai suatu sistem karena

pembelajaran itu sendiri merupakan kegiatan yang memiliki

tujuan. Proses pembelajaran merupakan seraingkaian kegiatan

yang melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.19

1) Guru dan Peserta Didik

Pada UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 29

ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa

pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, hasil

pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan,

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

terutama kepada pendidik di perguruan tinggi serta

berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.20

Sedangkan peserta didik adalah anggota masyarakat

yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu
18
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan
( Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2014), hal. 13.
19
Aprida Pane Dan Muhammad Darwis Dasopang, ‘’Belajar dan pembelajaran’’, Padang
Sidimpuan: jurnal kajian ilmu-ilmu keislaman. No.2, (2017), Hal. 4.
20
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, hal.2.

20
2) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu

komponen pembelajaran yang sangat penting karena dengan

tujuan ini ketika dalam proses pembelajaran guru memiliki

pedoman, sasaran yang akan dicapai, dan juga akan terarah.

Briggs dalam waridjan (1977:34) mengatakan

bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan tentang

apa yang harus dilakukan siswa atau tentang tingkah laku

bagaimana yang diharapkan dari siswa setelah ia

menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu. 21

Dengan demikian fungsi dari tujuan pembelajaran

adalah:

a.) Memberikan kriteria yang pasti sehingga kemajuan

belajar siswa dapat diukur, atau tingkat kemampuannya

dapat ditentukan secara pasti

b.) Memberikan dasar dalam mengembangkan alat evaluasi

untuk mengukur efektivitas pembelajaran

21
Farida Jaya, Perencanaan Pembelajaran (buku panduan: Fakultas Ilmu Tarbyah dan
Keguruan UIN Sumatra Utara, Medan, 2019), hal. 47.

21
c.) Memberi petunjuk kepada desainer pembelajaran untuk

menentukan materi dan strategi pembelajaran.

d.) Memberi petunjuk yang jelas bagi siswa tentang apa

yang akan dipelajari dan apa yang akan diujikan/dinilai

dalam mengikuti suatu bidang studi.22

3) Metode pembelajaran

Metode menurut J.R David dalam Teaching

Strategies for Collage Class Room (1976) adalah upaya untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah tersusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal.23

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan

belajar mengajar metode diperlukan oleh guru dan

penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai. Kedudukan metode sebagai alat motivasi sebagai

strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang

digunakan guru dalam menjalankan fungsinya merupakan alat

untuk mencapai tujuan pembelajaran.24

22
Farida Jaya, Perencanaan Pembelajaran (buku panduan: Fakultas Ilmu Tarbyah dan
Keguruan UIN Sumatra Utara, Medan, 2019 ), hal. 50.
23
Siti Nurhasanah, Agus jayadi, rika sa’diyah dan syarifman. Strategi Pembelajaran
(Jakarta Timur: Edu Pustaka, 2019), hal.21.
24
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan
( Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2014), hal. 96.

22
Berbagai macam metode-metode Dalam proses

pembelajaran yang dapat digunakan. Antara lain: ada metode

tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, demontrasi,

eksperimen, dikte, problem solving, kerja kelompok,

kunjungan studi, quantum learning dan masih banyak lagi.

dari berbagai macam metode ini tentunya memiliki ciri khas,

keunggulan dan juga kelemahan tersendiri yang mampu

memaksimalkan proses pembelajaran.

4) Alat Pembelajaran

Alat Pembelajaran adalah suatu media untuk

memerlancar penyelenggaraan pembelajaran agar lebih efisien

dan efektif dalam mencaai tujaun pembelajaran. 25

pada dasarnya alat pembelajaran memiliki kelebihan

dan juga kelemahan. Oleh sebab itu, dalam menggunakan alat

pembelajaran harus mempertimbangkan kecocokan dalam

mencapai tujuan pembelajaran, kemudian peranan alat

pembelajaran tersebut sesuai atau tidak dengan materi yang

diajarkan dan juga bisa diterima oleh peserta didik, dan yang

terakhir yaitu dampak penggunaan alat tersebut dapat

menimbulkan pengaruh negatif terhadap akhlak agamanya,

perkembangan fisik dan psikologisnya atau tidak. 26

25
Aprida Pane Dan Muhammad Darwis Dasopang, ‘’Belajar dan pembelajaran’’, Padang
Sidimpuan: jurnal kajian ilmu-ilmu keislaman. No.2, (2017), hal. 4.
26
Ibid. hal. 349.

23
5) Evaluasi

Evaluasi merupakan terjemahan dari kata dalam

bahasa inggris yaitu evaluation yang memiliki arti ‘penilaian’.

Selain kata evaluasi, ada istilah lain yang memiliki makna

hampir sama yaitu asessment dan maesurement (pengukuran)

jadi evaluasi itu tidak bisa terlepas dari penilaian dan juga

pengukuran.27

evaluasi bisa ditunjukan dengan duacara yaitu

evaluasi melalui produk dan evaluasi melalui proses. Evaluasi

produk hanya meninjau efeknya saja dan tidak memandang

proses yang mendahului timbulnya efek. Sedangkan evaluasi

proses bersifat komplementer yaitu saling melengkapi.28

2. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-Akhlaq

yang merupakan bentuk jamak dari perkataan Khuluq. Arti dari

Khuluq sendiri adalah as-sajiyyah (perangai), al-‘adah (kebiasaan

atau kezaliman), at-tabi’ah (watak), dan ad-din (keteraturan).

Jadi dapat disimpulkan bahwa secara kebahasaan perkataan

akhlak mengacu pada sifat-sifat manusia secara umum. Yakni

27
Chusnul Chotimah dan Muhammad Fathurrohman ‘’Paradigma Baru Sistem
Pembellajaran: dari teori, metode, model, media, hingga evaluasi pembelajaran’’ (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2018), hal. 359.
28
Farida Jaya, Perencanaan Pembelajaran (buku panduan: Fakultas Ilmu Tarbyah dan
Keguruan UIN Sumatra Utara, Medan,2019 ), hal.61.

24
watak budi pekerti, kebiasaan, dan keteraturan; baik itu sifat

terpuji ataupun sifat tercela yang ada pada manusia.29

Imam Ghozali pernah berkata bahwa Akhlak ialah sifat

yang melekat pada jiwa yang mendorong lahirnya berbagai

macam perbuatan dengan ringan dan mudah tanpa adanya

pertimbangan dan pikiran. Jika ia mendorong perbuatan terpuji

menurut akal dan syara’ maka itu dinamakan akhlak mulia, dan

jika ia melahirkan perbuatan tercela/buruk maka dinamakan

akhlak tercela (madzmumah).30

Kemudian menurut etimologis dalam sebuah kitab Lisan

Al-‘Arab karya Ibnu Mandzur, Al- Khuluq memiliki tiga makna,

yaitu : 1) al-khuluq merupakan sifat-sifat alami manusia yang

lurus dan juga teratur; 2) akhlak juga merupakan sifat-sifat

manusia yang diupayakan dan terjadi seakan akan tumbuh

bersamaan dengan wataknya; 3) akhlak itu memiliki dua sisi, sisi

perilaku yang besifat lahir dan juga sisi kejiwaan yang bersifat

batin (Yaljan, 2003:4).31

Jadi dapat disimpulkan bahwa akhlak terwujud bukan dari

perilaku yang terlihat secara lahir saja, tetapi juga dilihat dari

batin ketika melakukan perbuatan tersebut. Selain itu akhlak juga

29
Kementrian Agama RI, Moderasi Islam: Tafsir Al-Qur’an Tematik (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012 ), hal. 129.
30
Syabuddin Gade, Membumikan Pendidikan Akhlak Mulia Anak Usia Dini (Cet. 2;
Banda Aceh:Naskah Aceh, 2019), hal. 15.
31
Ajat Sudrajat, Dkk. Dinul Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
(Yogyakarta: UNY Press, 2016), hal. 171.

25
merupakan sesuatu hal yang diupayakan dan diusahakan bukan

hanya mengandalkan sifat-sifat bawaan dari lahir.

b. Dalil-Dalil Tentang Akhlak

Banyak sekali dalil yang membahas tentang akhlak. Dalil

dibedakan menjadi 2 yaitu dalil yang asalnya dari Al-Qur’an dan

dalil yang asalnya dari hadits.

Segala sesuatu yang baik menurut Al-Qur’an dan sunnah

(hadits) maka itu baik dijadikan pegangan dalam kehidupan

sehari-hari. Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk dalam Al-

Qur’an dan sunnah (hadits) maka tidak baik dan juga harus

dijauhi.32

1) Dalil Al-Qur’an

a.) Q.S Asyu’ara /26:137

‫ِاْن َهَذ ا ِااَّل ُخ ُلُق اَاْل َّو ِلْيَن‬

‘’ (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat


kebiasaan orang-orang terdahulu’’.

b.) Q.S Al-Qalam/68:4

‫ِاَّنَك َلَع لَى ُخ ُلٍق َع ِظ ْيٍم‬

‘’Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi


pekerti luhur’’.

c.) Q.S Al-Ahzab/33:21

32
Syamsul Munir Amin, Ilmu Akhlak (Cet. 1 Jakarta: AMZAH, 2016) hal 15

26
‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْى َر ُس ِل ِهَّللا ُأْس َو ٌة َحَس َنٌة ِّلَم ْن كَاَن َيْر ُجْو ا أَهَّلل َو اْلَيْو َم‬

‫اَاْلِخَر َو َذ َك َر َهَّللا َك ِثْيًرا‬

‘’Sungguh telah ada pada (diri) rasulullah itu suri


tauladan yang baik bagaimana (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan yang banyak mengingat Allah.’’

2) Dalil Hadits

a.) HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, dan Hakim

‫ِاَّنَم َا ُبِع ْثُت ُاِلَتِّم َم ا َم َك اِر َم اَاْلْخ اَل ِق‬

‘’sungguh aku diutus untuk menyempurnakan


akhlak yang mulia’’.

b.) HR. At-Tirmidzi

‫َاْلِبُّر ُح ْسُن اْلُخ ُلِق‬

‘’kebaikan itu berakhlak mulia’’.

c.) HR. Imam Malik

‫ِلٌك ِّل ِد ْيِن ُخ ُلٌق اِإْل ْس اَل ِم اْلَحَياُء‬

‘’Setiap agama memiliki akhlak dan akhlak agama


islam adalah rasa malu’’.

d.) HR. Ahmad

‫ِإَّن اْلُم ْؤ ِم َن ِلٌيْد ِر ُك ِبُحْس ِن ٌخ ٌلِقِه َد َر َج اِت َقاِء ِم اّلْيِل وَص اِء ِم الَّنَهاِر‬

‘’Sesungguhnya seorang mukmin akan bisa


mencapai derajat sholat malam dan orang yang puasa
dengan akhlaknya yang mulia ‘’.

27
e.) HR. Abu Sa’id

‫َخْص َلَتاِن ااَل َتْج َتَم َع اِن ِفى اْلُم ْؤ ِم ِن اْلُبْخ ُل َو ُسْو ُء اْلُخ ُلِق‬

‘’Dua macam sifat yang tidak boleh ada dalam diri


orang mukmin, yaitu sifat kikir dan buruk akhlak’’

c. Pembagian Akhlak

Dalam perspektif ilmu, menurut para ahli (Beni Ahmad dan

Abdul Hamid) akhlak dibagi menjadi empat macam, yakni akhlak

falsafi, amali, fardhi, dan ijtima’i.

Yang pertama ada Akhlak Falsafi. Akhlak Falsafi

merupakan akhlak yang mengedepankan teori dari pemikiran

seorang filosofis tentang hubungan manusia dengan sesamanya

dan juga hubungan manusia dengan tuhannya.

Selanjutnya ada Akhlak Amali (perbuatan) yang menjadikan

manusia itu melakukan praktek secara nyata bukan hanya sekedar

tau teori. Misalnya akhlak dalam beribadah maka akan dibuktikan

dengan cara melaksanakan sholat, puasa, zakat dan lain

sebagainya.

28
Ketiga ada Akhlak Fardhi yang artinya akhlak yang tidak

terkait dengan orang lain contohnya akhlak dalam berfikir, akhlak

dalam memilih agama yang dianut, akhlak dalam berbuat. Pada

dasarnya akhlak individu ini akan dimintai pertanggung jawaban

baik di dunia maupun nanti di akhirat.

Pembagian akhlak yang terakhir yaitu Akhlak Ijtima’i

(akhlak berjamaah) artinya perbuatan atau kegiatan sudah

disepakati bersama sama dengan dasar musyawarah mufakat.

Contohnya yaitu berorganisasi, berpolitik, kerja kelompok. Jadi

jika keputusan sudah merupakan putusan bersama maka

dampaknya pun akan dirasakan oleh anggota masyarakat tersebut.

d. Ruang lingkup akhlak

Secara umum Akhlak dalam islam dibagi menjadi dua yaitu

akhlak mahmudah (akhlak yang mulia) dan juga akhlaqul

madzmumah (akhlak tercela).

1) Akhlak Mahmudah

Pengertian Akhlak mahmudah merupakan akhlak yang

terpuji. menurut bahasa kata mahmudah merupakan bentuk

maf’ul dari kata hamida yang berarti ‘terpuji’. sedangkan

pengertian secara terminologi, banyak ulama berbeda

pendapat tentang akhlak mahmudah salah satunya Imam Al-

Ghozali yang berpendapat bahwa akhlak terpuji merupakan

sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT. sehingga

29
mempelajari dan mengamalkannya merupakan kewajian

individual setiap muslim.33 Kemudian akhlak menurut Abu

Dawud As-Sijistani adalah perbuatan-perbuatan yang

disenangi, sedangkan akhlak tercela adalah perbuatan-

perbuatan yang harus dihindari.34

Jadi, akhlak mahmudah adalah perilaku, sifat manusia yang

sesuai dengan ajaran atau bersumber dari Allah SWT. yang

baik dan disenangi menurut dirinya ataupun orang lain. Nama

lain dari akhlak mahmudah ada akhlakul karimah yang berarti

akhlak yang mulia dan juga ada akhlak munjiyat dengan arti

akhlak yang menyelamatkan pelakunya.35

Dikutip dari buku akhlak mulia karya syabudin gede Asy-

Syaibany mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an terdapat

1504 ayat yang menerangkan tentang akhlak karimah. Dan

demikian juga hadits. Maka dari itu cakupan akhlak itu sangat

luas dalam pembentukan watak manusia.36

Akhlak juga salah satu sarana penting dalam mengikat

hubungan antar manusia (hablum minannas) dan juga dengan

tuhannya (hablum minallah). Berdasarkan objek yang dituju

akhlak dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu Akhlak terhadap

33
Al-Ghozali, Ihya’ ‘Ulumuddin, juz 1, ( Beirut: Dar Al-Ma’rifah), hal. 21.
34
Abd Al-Muhsin Al-Ibad, Syarh Sunan Abi Dawud, juz 27, hal. 373.
35
Syamsul Munir Amin, Ilmu Akhlak (Cet. 1 Jakarta: AMZAH, 2016), hal. 180.
36
Syabuddin Gade, Membumikan Pendidikan Akhlak Mulia Anak Usia Dini (Cet. 2;
Banda Aceh:Naskah Aceh, 2019), hal. 23.

30
Allah swt. Akhlak terhadap diri sendiri, Akhlak terhadap

masyarakat dan yang terakhir akhlak terhadap lingkungan.37

a.) Akhlak kepada Allah

Islam meyakini bahwa penciptaan alam semesta

yaitu oleh Allah, dialah yang maha kuasa. Kuasa dalam

memberikan rahmat, karunia serta juga azab kepada siapa

yang dia kehendaki. Allah wajib disembah dan juga ditaati

manusia. Manusia sendiri merupakan makhluk yang

sangat lemah dan hal itulah yang menjadikan manusia

wajib bersimpuh dan berserah diri dengan penuh harap

hanya kepada Allah.

Berserah diri (tawakal) merupakan salah satu contoh

perwujudan akhlak karimah kepada allah. Selain berserah

diri perwujudan yang lain yang paling utama yaitu sebagai

berikut: Beriman, Beribadah, Mentauhidkan Allah SWT

(mengesakan Allah SWT), Taubat, Husnudzon

(berperasangka baik), Dzikrullah (mengingat Allah SWT),

Tadarru (merendahkan diri kepada Allah SWT).

b.) Akhlak terhadap diri sendiri

Dalam meningkatkan kualitas diri seseorang yang

terpenting adalah bagaimana usahanya. Bagaimana upaya

yang dilakukan oleh seseorang tersebut. Usaha-usaha ini

dalam islam juga merupakan salah satu cara memiliki


37
Syamsul Munir Amin, Ilmu Akhlak (Cet. 1 Jakarta: AMZAH, 2016), hal. 182.

31
akhlak atau budi perkerti yang baik. akhlak pada diri

sendiri ini berupa sikap sebagai berikut: Sabar, Syukur,

Amanat, Shiqu (jujur), Wafa’ (menepati janji), Iffah

(memelihara kesucian diri), Ihsan (berbuat baik), Al-

Haya’ (malu), dan Ikhlas.

c.) Akhlak terhadap masyarakat atau sesama insan

Manusia merupakan makhluk sosial dimana

manusia itu tidak bisa hidup sendiri atau tanpa bantuan

orang lain. interaksi sosial ini harus dibangun dan dibina

dengan baik. karena ini merupakan bagian dari cerminan

akhlak karimah seorang muslim. Akhlak karimah yang

maksud dalam tatanan masyarakat seperti: Berbuat baik

kepada manusia, Saling mencintai dan kasih sayang,

Tawadu’ (merendahkan diri terhadap sesama), Ta’awun

(saling menolong), Saling menghormati, Saling

menghargai dan juga pengertian, Silaturrahmi dengan

kerabat, Bersikap adil.

d.) Akhlak Karimah terhadap alam

Di antara akhak karimah yang lainnya yaitu

menjaga alam atau lingkungan. Menjaga lingkungan alam

adalah cara melestarikan alam supaya manusia dan

makhluk ciptaan Allah SWT dapat hidup dengan damai

menikmati karunia yang diberikan. Akhlak karimah

32
terhadap lingkungan antara lain cinta tanah air dan negara

kemudian menjaga lingkungan alam dan sekitar.

2) Akhlak Madzmumah

Secara bahasa kata madzmumah berasal dari bahasa

arab yang berarti tercela. Oleh karena itu akhlak madzmumah

merupakan perilaku yang tercela yang dapat merusak

keimanan seorang dan bisa saja menjadi boomerang atau

menjatuhkan martabat manusia. Akhlak tercela ini merupakan

akhlak yang bertentangan dengan perintah Allah SWT yang

artinya melakukan larangan Allah SWT.

Seorang yang malakukan larangan Allah SWT maka

akan merasakan akibat yang akan diterima oleh dirinya yaitu

berupa dosa dan juga siksa. Adapun akhlak madzmumah

terbagi menjadi 4 golongan yaitu akhlak tercela terhadap

Allah SWT, kemudian terhadap diri sendiri lalu terhadap

masyarakat atau sesama dan yang terakhir adalah terhadap

lingkungan. Perluasan akhlak madzmumah sebagai berikut:

a.) akhlak madzmumah terhadap Allah SWT seperti: syirik

(menyekutukan Allah SWT), kufur (ingkar terhadap Allah

SWT), nifak (orang-orang munafik), fasik (melupakan

Allah SWT).

b.) akhlak madzmumah terhadap diri sendiri seperti: bunuh

diri, akhlak terhadap pemenuhan seksual (zina), ghibah

33
(membicarakan kejelekan orang lain), riya’ (pamer),

Hasad (dengki), takabur (sombong).

c.) akhlak madzmumah terhadap masyarakat atau sesama

seperti: membunuh, menganiaya, merampok, korupsi.

d.) akhlak madzmumah terhadap lingkungan seperti: merusak

3. Kitab Ngudi susilo karya KH.Bisri Mustofa

a. Identitas Kitab Ngudi Susilo

Kitab ngudi susilo merupakan kitab yang dikarang oleh kyai

terkemuka dikota rembang yaitu KH. Bisri Mustofa. Pada kitab ini

beliau tidak menuliskan kapan dimulai penulisannya. Namun, beliau

mencantumkan berakhirnya penulisan di halaman paling akhir pada

kitab. Yaitu pada bulan Jumadil Akhir tahun 1373 H di kota

Rembang.

Kitab ngudi susilo merupakan salah satu kitab berbentuk

buku kecil yang ditulis dengan huruf Arab Pegon. Maksudnya adalah

hurufnya berbentuk huruf Arab namun dengan ejaan bahasa Jawa.

Bagian depan kitab atau sampul kitab ini berwarna biru dan

bertuliskan ‘’Syi’ir Ngudi Susilo Saka Pitedah Kanthi Terwilo‘’.

Kemudian dibawah judul kitab tertulis nama pengarangnya yaitu

Kyai Bisri Mustofa Rembang dan diterbitkan oleh Menara Kudus.

34
Kitab ini hanya memiliki 16 halaman yang berisi syi’ir-syi’ir

tentang akhlak yang terbagi atas delapan bab. Antara lain:

1) Bab Ambagi Wektu (Bab Membagi Waktu)

2) Bab Ing Pamulangan (Bab Disekolah)

3) Bab Muleh Saking Pamulangan (Bab Pulang Dari Sekolah)

4) Bab Ana Ing Umah (Bab Ada Dirumah)

5) Bab Karo Guru (Bab dengan Guru)

6) Bab Ana Tamu (Bab Ada Tamu)

7) Bab Sikap Lan Lagak (Bab Sikap dan Perilaku)

8) Bab Cita-Cita Luhur (Bab Cita-Cita Tinggi)

Kitab ngudi susilo ini tidak diawali dengan kata pengantar

baik dari penulis ataupun dari tokoh lain. kitab ini diawali dengan

Basmallah dan dilanjut dengan bacaan sholawat: sholatullahi

maalahat kawaakib ‘ala ahmadu khoirimarrokiban najaaib.

Selanjutnya kyai bisri menjelaskan bahwa kitab ini merupakan kitab

budi pekerti yang ditunjukan kepada anak laki-laki maupun anak

perempuan sebagai jalan menuju surga. 38

b. Biografi KH. Bisri Mustofa

K.H Bisri Musthofa adalah kyai yang berasal dari Kampung

Sawahan Gg. Palen, Rembang. Beliau merupakan putra pertama dari

empat bersaudara yang lahir tepatnya pada tahun 1915 M dari Ibu

yang bernama Khadijah dan ayahnya bernama Mustofa.

38
Bisri Musthofa, Kitab Syi’ir Ngudi susilo, (Menara Kudus: Kudus), hal. 1- 16.

35
K.H Bisri Mustofa merupakan sesosok ulama yang ulung

dalam mencari ilmu, sudah ada beberapa pondok pesantren sudah ia

tekuni salah satunya yaitu pondok pesantren milik KH. Cholil di

Kasingan. Selama 2 tahun mondok di tempat tersebut, Bisri muda

sudah mampu menyelesaikan Kitab Alfiyyah Ibnu Malik. Diusia

mudanya juga beliau pergi ke kota mekkah untuk untuk mencari

ilmu kepada ulama-ulama hijaz selama kurang lebih satu tahun

hingga akhirnya menikah dan mendirikan sebuah pondok pesantren

dan meninggal pada tahun 17 Februari 1977 (27 shafar 1397 H).

K.H Bisri Mustofa merupakan pendiri Pondok Pesantren

Roudlotut Thalibin Rembang dan dikenal sebagai kyai politikus

handal dan disegani oleh semua masyarakat. Beliau juga handal

dalam berpidato; bisa mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit

menjadi hal yang mudah dipahami disemuua kalangan.

Pemikiran-pemikiran beliau sebagian dituangkan menjadi

sebuah buku atau kitab. Hingga hasil karyanya sudah mencapai

kurang lebih 176 judul kitab. Umumnya kitab yang beliau karang,

meliputi berbagai masalah keagamaan di segala bidang. Ada ilmu

tafsir, hadits, nahwu, fiqh. Mantiq/logika, tasawuf/akhlak, aqidah

dan masih banyak lagi.

Salah satu karya yang paling masyhur dikalangan masyarakat

adalah Tafsir Al-Ibriz Li Ma’rifati Al-Qur’an Al-‘Azizi Bi Al-Lughati

36
Al-Jawiyyah, Sullamul Afham Terjemahan Bulugulmaram, Durarul

Al Bayan Fi Tarjamah Sya’bi Al-Iman dan masih banyak lagi.39

4. Etika Sosial Islami

a. Pengertian

Etika menurut bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Yunani

yaitu ‘’Ethos’’ yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan

(custom).40 Etika bisa diartikan juga sebagai konsep tindakan atau

perilaku manusia, tentang baik dan juga buruknya. Etika berkaitan

sekali dengan norma, kesopanan, dan juga tingkah laku. Dalam ilmu

filsafat mengatakan bahwa etika itu merupakan bagian dari hidup

dengan baik, seseorang yang berbuat baik, dan menginginkan hal-hal

yang baik dalam hidupnya. 41

Sedangkan etika sosial adalah hubungan yang menyangkut

antara manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara

kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara) dan merupakan sikap

yang kritis terhadap pandangan dunia dan juga tanggung jawab

manusia terhadap lingkungan hidup.42

Definisi etika sosial juga dijelaskan dalam sebuah hadits.

Yaitu :

39
Khoirun Nisa,’’ ’Implementasi Pembelajaran Kitan Ngudi Susilo Dalam Meningkatkan
Akhlak Santri di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang (Skripsi Sarjana, Fakultas
Tarbiyah IAIN Kudus, 2019), hal. 18.
40
Amin Nasir, ‘’Etika Sosial Santri Menuju Modernisasi Pendidikan (Telaah Pendidikan
Santi Di Kudus),’’ Ijtimaiya, no 01 (2018), hal. 26.
41
Dwi Latifatul Fajri, ‘’Pengertian Etika, Macam Dan Contohnya Dalam Kehidupan
Sehari-Hari,’’ Office Website Of Berita Nasional (12 Juni 2022)
42
Abdurrahman Ashari, ‘’etika sosial dalam agama islam dan budhaya’’ (skripsi sarjana,
fakultasUshuluddin UIN SyarifHidayatullah, Jakarta, 2019 )Hal 22

37
‫اْلُم ْؤ ِم ُن اِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َك ااْلُبْنَياِن َيُش ُّد َبْعُد ُه ِبْعًضا‬

‘’seorang mukmin dengan mukin lainya seperti sebuah


bangunan, bagian yang satu dan yang lainnya saling menguatkan’’

Jadi dapat disimpulkan bahwa etika sosial isami adalah suatu

hubungan yang melibatkan antara manusia dengan manusia dengan

tujuan menjaga keharmonisan yang sesuai aturan agama islam.

b. Tujuan Etika Sosial

1) Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik

dan buruknya perilaku atau tindakan manusia dalam ruang dan

waktu tertentu.

2) Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang

harmonis, tertib, teratur, damai dan sejahtera.

3) Mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil

keputusan secara otonom.

4) Etika merupakan sarana yang memberi orientasi pada hidup

manusia.

5) Untuk memiliki kedalaman sikap; untuk memiliki kemandirian

dan tanggung jawab terhadap hidupnya.

6) Mengantar manusia pada bagaimana menjadi baik.

c. Macam-macam etika sosial

1) Etika deskriptif

38
Etika deskriptif merupakan usaha untuk menilai perilaku

atau tindakan yang baik atau buruk berdasarkan pada ketentuan

yang tumbuh dalam kehidupan bersama didalam masyarakat.

Pada intinya etika ini memepatkan kebiasaan yang sudah ada

dimasyarakat sebagai acuan etis.43

2) Etika normatif

Merupakan etika yang menetapkan pola perilaku ideal,

seharusnya dimiliki manusia dan memberikan nilai. Etika

normatif memberikan norma sebagai dasar untuk tindakan yang

akan diputuskan.44

3) Etika deontologi

Etika Deonotologi adalah suatu tindakan yang dinilai baik

atau buruknya sesuai atau tidak dengan kewajiaban. Dengan

kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindkan

itumemang baik pada dirinya sehinggamerupakan kewajiban

yang harus dilakukan. 45

43
Abdurrahman Ashari, ‘’etika sosial dalam agama islam dan budhaya’’ (skripsi sarjana,
fakultasUshuluddin UIN SyarifHidayatullah, Jakarta, 2019 )Hal 23
44
Dwi Latifatul Fajri, ‘’pengertian Etika, macam dan contohnya dalam kehidupan sehari-
hari,’’ office website of berita nasional (12 juni 2022)
45
Abdurrahman Ashari, ‘’etika sosial dalam agama islam dan budhaya’’ (skripsi sarjana,
fakultasUshuluddin UIN SyarifHidayatullah, Jakarta, 2019 )Hal 25

39
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dari sudut objek penelitian, penelitian ini termasuk dengan sudut

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Sehingga jenis

penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini

merupakan penelitian lapangan (field research)

1. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian kualitatif dengan strategi penelitian lapangan

merupakan studi atau penelitian terhadap realisasi kehidupan sosial

masyarakat secara langsung dengan kajiannya bersifat terbuka, tidak

terstruktur dan feksibel.46

2. Penelitian kualitatif

Metode Penelitian yang peneliti ambil yaitu dengan metode

kualitatif. Menurut bogdan dam taylor dalam moelong (2000) penelitian

46
Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif : Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
(2014) hal.48.

40
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.47

Jadi sekiranya hasil dari penelitian ini adalah berupa sebuah

tulisan beberapa kata.

3. Jenis penelitian deskriptif kualitatif

Penelitian metode menurut best (1982:119) merupakan metode

penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginteroretasi objek

sesuai dengan apa adanya.48

Umumnya tujuan dari metode ini yaitu menggambarkan

karakteristik objek ataupun subjek dan juga fakta-fakta secara sistematis

dengan teliti dan cepat.

Jadi penelitian ini merupakan penelitian deskriprif kualitatif yang

mana penelitian yang menggambarkan dengan kata-kata bagaimana

penerapan pendidikan akhlak yang berada di pondok pesantren hidayatul

mubtadi’ien dilaksanakan.

B. Lokasi dan Jadwal Penelitian

47
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode penelitian, cetakan 1. (Yogyakarta: Penerbit Teras,
2009), hal.100.
48
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan : kompetensi dan Prakteknya, (Cet.14;
Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal. 157.

41
1. Tempat Penelitian

Peneliti menentukan tempat penelitian di pondok pesantren

Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta dengan

karakteristik pondok pesantren tahfidzul qur’an berbasis modern yang

berada di suatu desa.

2. Jadwal Penelitian

Penelitian akan dimulai pada akhir bulan Juni, peneliti nantinya

akan memulai dengan menggali informasi melalui observasi di dalam

kelas terkait pembelajaran kitab tersebut, kemudian hari berikutnya akan

memulai dengan wawancara terhadap kepala pondok pesantren, dan juga

kepada ustadz yang mengampu pembelajaran kitab tersebut.

Selanjutnya peneliti akan melakukan wawancara terhadap santri

minimal yaitu 10 santri. Langkah selanjutnya yaitu observasi. Observasi

yang peneliti amati nantinya akan mengamati tingkah laku santri baik di

luar pondok maupun di dalam pondok pesantren. dan langkah terakhir

yaitu mengambil beberapa dokumentasi sebagai data pendukung dalam

penelitian ini.

C. Subjek Penelitian

42
Dalam penelitian ini subjek yang akan dipilih oleh peneliti untuk

dijadikan informan penelitian antara lain adalah:

1. Kepala Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien.

2. Ustadz/ustadzah yang mengajar kitab ngudi susilo di pondok pesantren

Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta.

3. Para asatidz yang ikut serta dalam membantu membimbing dan juga

mengajar para santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi

Nogotirto Yogyakarta.

4. Ketua pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto

Yogyakarta.

5. Beberapa santri pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi

Nogotirto Yogyakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data yaitu dengan cara wawancara secara mendalam (indepth

interview), kemudian pengamatan/Observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara yang dipilih oleh peneliti merupakan wawancara

secara mendalam. Menurut sukardi, wawancara mendalam merupakan

proses bertemu muka antara peneliti dengan responden yang

direncanakan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Hal ini

karena wawancara mendalam cocok untuk penelitian yang memiliki daya

43
tarik bersifat kualitatif dan luas, akan lebih berhasil dalam

mengumpulkan data yang diperlukan, serta peneliti dapat kesempatan

sepanjang waktu sesuai dengan kesediaan responden dan langsung

mengajukan pertanyaan kepada mereka tentang pengalaman subjektif dan

informasi yang berasal dari pendapat atau pandangan mereka. 49

Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang

penerapan pendidikan akhlak santri di pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta. Yang akan jadikan informan

dalam penelitian ini adalah Pengasuh, kemudian ustadz/ustadzah

pendidikan akhlak, dan juga santri-santri pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi’ien.

2. Observasi

Dalam bukunya sugiono yang berjudul metodologi penelitian

pendidikan, sutrisno hadi (1986) mengungkapkan bahwa Observasi

adalah suatu proses yang komplek, suatu proses yang yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting

adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.50

Nantinya hasil dari Observasi ini masuk ke dalam catatan

lapangan. Observasi dilakukan untuk mengetahui letak geografis,

kegiatan pendidikan akhlak, keadaan guru dan santri, serta penerapan

49
Sukardi, metode penelitian pendidikan tindakan kelas: implementasi dan
pengembangannya (Cet.1; jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal.137.
50
Sukardi, metode penelitian pendidikan tindakan kelas: implementasi dan
pengembangannya (Cet.1; jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal.203.

44
pendidikan akhlak di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Mlangi

Nogotirto Yogyakarta.

3. Dokumentasi

Metode lain yang peneliti gunakan untuk menumpulkan data yaitu

berupa dokumentasi. Dokumentasi sendiri yaitu mengumpulkan data

dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Metode

ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti

monografi, catatan-catatan serta buku-buku yang ada.51

Nantinya, metode ini diperuntukan untuk memperoleh data

berupa jumlah santri, keadaan pondok, sarana dan prasarana dan juga

struktur organisasinya, agenda, catatan transkip. Biasanya sumber data

dokumentasi ini berasal dari sokumen pribadi ataupun dokumen resmi

yang bisa diperoleh dari lapangan Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi’ien Mlangi Nogotirto Yogyakarta.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi alat atau instrumen

penelitian yang paling utama adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif

sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih

informan sebagi sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas

51
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode penelitian, cetakan 1. (Yogyakarta: Penerbit Teras,
2009), hal.66.

45
data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas

temuannya.52

Dalam penelitiaan kualitatif terkait masalah penelitian, sumber data

dan hasil penelitian, sumber data dan hasil penelitian masih belum jelas dan

akan dikembangkan setelah penelitian memasuki objek penelitian, setelah

fokus penelitian sederhana yang diterapkan diharapkan bisa melengkapi data

yang akan diperoleh melalui observasi dan juga wawancara. 53

1. Panduan observasi

Tabel 3.1
Panduan Observasi
No. Komponen Objek observasi Aspek pengamatan
1 Pengasuh, Sikap dan kebiasaan
pengurus, dewan yang dilkukan di
asatidz santri-santri pondok pesantren
dan alumni pondok hidayatul
Pelaku pesantren hidayatul mubtadi’ien
mubtadi’ien kaitannya dengan
pembelajaran kitab
akhlak terutama kitab
ngudi susilo
2. Pondok Pesantren Keadaan fisik
hidayatul pesantren, keadan
Tempat
mubtadi’ien lingkungan, fasilitas
pesantren
3. Kegiatan mengaji Proses pembelajaran
dan keseharian akhlak kitab ngudi
Kegiatan santri di pondok susilo dan kesaharin
pesantren hidayatul santri
mubtadi’ien

2. Panduan wawancara

Tabel 3.2
Panduan Wawancara

52
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode penelitian, cetakan 1. (Yogyakarta: Penerbit Teras,
2009), hal.66.
53
Ibid, hal. 307.

46
No. Indikator petanyan Informan
1. Sejarah pondok pesantren, komponen jadwal
kegiatan mengaji, Latar belakang pembelajaran Ketua
kitab ngudisusilo di pondok pesantren pondok
hidayatul mubtadi’ien
2. Kegiatan mengaji yang diterapkan di pondok Dewan
pesantren hidayatul mubtadi’ien asatidz
3. Kegiatan keseharian sanri baik pada pendidikan
Santri
formal maupun pendidikan non formal
4. Faktor pendukung dan penghambat dalam Santri, dewan
pembelajaran akhlak asatidz
5. Metode, model pembelajarn akhlak pondok Dewan
pesantren hidayatul mubtadi’ien asatidz
6. Dampak yang dirasakan pada pembelajaran
Dewan
akhlak dengan kitab ngudi susilo di pondok
asatidz, santri
pesantren hidayatul mubtadi’ien

3. Pedoman wawancara

Pada pendoman wawancara ini dibagi dari beberapa pertanyaan

yang ditunjukan kepada kepala pondok, kemudian ketua pondok, dewan

asatidz dan juga santri-santri pesantren hidayatul mubtadi’ien.

a. Daftar pertanyan kepada kepala pondok dan ketua pondok pesantren

hidayatul mubtadi’ien.

Tabel 3.3
Daftar pertanyaan Kepala dan Ketua Pondok Pesantren
No. Pertanyaan
1. Apa yang bapak ketahui mengenai pembelajaran kitab ngudi
susilo ini?
2. Menurut bapak, bagimana cara mengajar usadz/ustadzah mata
pelajaran kitab akhlak ngudi susilo ini?
3. Bagaimana sikap atau akhlak santri-santri di pondok pesantren
pesantren hidayatul mubtadi’ien
4. Apakah masih ada santri-santri yang melanggar aturan ?
5. Bagaimana cara menyikapi santri-santri yang melaggar aturan?
6. Menurut bapak, apakah santri-santri ini sudah menerapkan niai-
nilai yang terkandung dalam kitab ngudi susilo?
7. Bagaimana cara bapak mempertahankan akhlak santri agar
tidak terpengaruh dengn duni luar?

47
b. Daftar pertanyan kepada dewan ustadz yang mengampu pembelajarn

kitab akhlak ngudi susilo.

Tabel 3.4
Daftar pertanyaan Dewan Ustadz
No. Pertanyaan
c. 1. Menurut ustadz apakah yng ustadz ketahui enttang kitab
ngudi susilo ini?
Daftar 2. Apakah dalam pembelajaran kitab ini, ustadz hanya berpatok
pada kitab ngudi susilo saja? apakah ustadz memerlukan
referensi lain?
3. Apakah dalam pembelajaran ustadz menyuruh santri untuk
mencatat sesuatu yang ada diluar kitab?
4. Apasaja media yang ustadz bawa ketika mengajar kitatab
ini?
5. Apakah sebelum pembelajaran, ustadz selalu membuat
perencanan pembelajran ?
6. Dalam mengaar, apakah usadz memiliki cra tersendiri dalam
mengajar?
7. Apakah ustadz mengajar kitab ini pada seluruh santri?
8. Apakah setelah pembelajaran, ustadz melakukan evaluasi
pembelajarn?
9. Dalam pembelajan akhlak ini pakah ustadz menemui
kendala?
10. Menurut ustadz, bagaimanakah akhlak santri-sntri di
pesantren hidayatul mubtadi’ien
11. Apakah sanri-santri disini sudah mengimplementasikan
pembelajaran kitab ngudi susilo pada kehidupan sehari-hari?
12. Apakah masih ada santri-santri di pondok pesantren ini yng
melakuka pelanggran?
13. Bgaimanakah cara ustadz mempertaahankan khlak santri
agar tidak terpengauh oleh dunia luar?
pertanyaan untuk santri-santri pesantren hidayatul mubtadi’ien

48
Tabel 3.5
Daftar Pertanyaan Santri
No Pertanyan
1. Menurut anda, bagaimana pembelaajaran yang ustadz
ajarkan?
2. Apakah anda paham dengan materi yang disampaikan
ustadz?
3. Apakah anda memiliki kitab yang diajarkan ?
4. Apakah ada perispan ketika akan memulai pemebelajara
akhlak ini?
5. Apa saja alat yang dibawa ketika pembelajaran kitab ngudi
susilo ini?
6. Apakah ada kendala ketika pembeljaran kitab ini?
7. Apakah ustadz memberikan motivasi dan juga contoh ketka
pembelajaraan ?
8. Apakah kamu mendapatkn nilai yang baik pada mata
pemnelajaran akhlak ini?
9. Apakah setelah pembelajaran anda menerapkan apa yang
sudah diajarkan ?
10. Apakah anda hafal dengan syi’ir kitab ngudi susilo ini?
11. Apakah anda pernah melanggar aturan pondok pesantren ?
12. Apakah peraturan pondok esantren menjadikan anda
menjadi lebih baik ?
13. Apakah anda pernah memiliki maslah dengan teman ?
14. Pakah anda pernah bermasalah dengan slah satu ustadz
disini?
15. Apakah anda sering menggunakan alat elektronik dipondok
pesantren?
16. Apakh alat elektronik menyulitkan anda dalam
berkegiatan?

F. Keabsahan Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif dilakukan dengan perpanjangan keikut sertaan, ketekunan,

pengamatan, tringulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensi, kajian

49
kasus negatif daan pengecekan anggota.54 Dalam penelitian ini, uji

kredilibitas data terhadap hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan:

1. Perpanjagan keikutsertan

Keikutsertaan peneliti sangat penting dalam pengumpulan data.

Dan dalam hal ini, keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam

waktu yang singkat., tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan

peneliti. Peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan

selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang

diperoleh selama ini setelah di cek kembali pada sumber data asli tidak

benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan

mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.

2. Pengamatan yang Tekun

Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat

relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan

pengamatan dilakukan dengan teknik melakukan pengamatan yang teliti,

terperinci, dan terus-menerus selama kebutuhan data berlangsung yang

diikuti dengan kegiatan wawancara secara intensif terhadap subjek agar

data yang dihasilkan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

3. Triagulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi
54
Sugiono, Metodologi, 369.

50
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyidik dan teori.55

Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi dengan

memanfaatkan sumber dan penyidik. Teknik triangulasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan

data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan

apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan

secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang

waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah

atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Teknik triangulasi

dengan penyidik, artinya dengan jalan memanfaatkan peneliti atau

pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat

kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi

kemlencengan dalam pengumpulan data.

4. Pengecekan Sejawat Melalui DiskusiTeknik ini dilakukan dengan cara

mengekspos hasil sementara atau hasil-hasil yang diperoleh dalam

bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Hal ini dilakukan

dengan maksud: 1) Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan

sikap terbuka dan kejujuran. 2) Diskusi dengan sejawat ini memberikan


55
Afifuddin dan Saebani, Metodologi, hal. 178.

51
suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji

hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam katogori,

menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesisa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan dan memuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang

lain.56

Teknis analisis yang peneliti gunakan yaitu konsep dari Miles dan

Huberman dan juga spardly. Miles dan Huberman menyatakan bahwa

aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan interaktif dan berlangsung secara

terus meneru pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas sehingga datanya

sampai jenuh. Dalam analisis data ini aktivitasnya berupa data reduction,

data diplay, dan conslusion drawing/veryfication.57 Berikut ini komponen

dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini menurut

Miles dan Huberman.

56
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Cet.21; Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 335.
57
Ibid. hal. 337.

52
Gambar 3.1

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data ialah merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan hal-hal terpenting, dicari ema dan juga pola dan yang

terakhir membuang yang tidak perlu. Hasil dari mereduksi data akan

memeberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk

mengumpulkan data selanjutnya.58

Pada dasarnya dalam mereduksi data, peneliti nantinya hanya

akan memfokuskan data yang menjadi permasalahan penelitian saja.

Selanjutnya untuk data yang tidak ada kaitannya dengan permasalahan

penelitian nantinya akan dibuang. Dengan kata lain peneliti akan

menggolongkan, menonjolkan data dan juga mempertajam data. Hal ini

nantinya bisa mempermudah bagi peneliti dalam menghasilkan dugaan

atau kesimpulan sementara.

2. Data Display (penyajian data)

Hal yang dilakukan setelah mereduksi data yaitu menyajikan data

atau bisa disebut dengan data display. Dalam penelitian kuantitatif

58
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Cet.21; Bandung: Alfabeta, 2015), hal.338.

53
penyajian data bisa berupa tabel, grafik, chard, dan sejenisnya. Karena

penelitian ini merupakan penelitian kualitatif maka penyajian data bisa

dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman mengakatakan

bahwa biasanya penelitian kualitatif dalam penyajian data yang paling

sering digunakan adalah dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

Penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam

memahami apa yang terjadi dan nantinya bisa merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami. 59

Nantinya dalam menyajikan data pada penelitian ini bisa

dilakukan dengan bentuk seperti uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori kemudian bisa juga dengan flowchart dan sebagainya. Jika

penelitian ini sudah menemukan pola data, maka pola data tersebut akan

disajikan pada laporan akhir penelitian.

3. Conclusion Drawning/Veryfication (Penarikan Kesimpulan)

Menurut Miles dan Huberman langkah terakhir yang dilakukan

yaitu menarik kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan diawal saat proses

reduksi data ataupun saat penyajian data masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, jika

kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal memiliki bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan pengumpulan data,

59
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Cet.21; Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 343.

54
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.60

DAFTAR PUSTAKA

Abd Al-Muhsin Al-Ibad, Syarh Sunan Abi Dawud, juz 27 hlm. 373
Al-Ghozali, Ihya’ ‘Ulumuddin, juz 1, ( Beirut: Dar Al-Ma’rifah) hal 21.
Anam, Saiful. ‘’Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Banin dalam Menanamkan
Akhlak Karimah bagi Santri di Pondok Pesantren Darul Hikam Joresan
Mlarak Ponorogo’’ Skripsi Sarjana. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan IAIN Ponorogo. 2021.
60
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Cet.21; Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 345.

55
Ashari, Abdurrahman ‘’Etika Sosial Dalam Agama Islam dan Budhaya.’’ Skripsi
Sarjana. Fakultas Ushuluddin UIN Syarifhidayatullah, Jakarta, 2019
Chandra, Xaverius. 2016. Bahan Ajar Etika Sosial, Surabaya.
Chotimah, Chusnul dan Muhammad Fathurrohman. 2018. ‘’Paradigma Baru
Sistem Pembellajaran: dari teori, metode, model, media, hingga evaluasi
pembelajaran’’ Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Djamaludin, Ahdar dan Wardana. 2019. Belajar dan Pembelajaran: 4 Pilar
Peningkatan Kompetensi Pedagogis. Sulawesi Selatan: CV Kaffah
Learning Center
Gade, Syabuddin. 2019. Membumikan Pendidikan Akhlak Mulia Anak Usia Dini.
Banda Aceh: Naskah Aceh
Habibah, Syarifah. 2015. ’’Akhlak dan Etika dalam Islam.’’ Jurnal Pesona Dasar,
no.4
Hardani, Safina. ‘’Pelaksanaan Pembelajaran Akhlak Melalui Syi’ir dalam Kitab
Ngudi Susilo Di TPQ Al-Mubarok Desa Bendogarap Kabupaten
Kebumen’’ Skripsi Sarjana. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Purwokerto, 2017.
Hasim, Moh. 2015. ‘’Ajaran Moral Syi’ir Ngudi Susilo Dalam Membangun
Karakter Anak,’’ Analisa Journal of Social Science and Religion, no.2,
(2015)
Hasyim Syamsudi, 2015. Akhlak Tasawuf: Dalam Konstruksi Piramida Ilmu
Islam. Malang: Madani Media
jaya, farida. 2019. Perencanaan Pembelajaran (buku panduan: Fakultas Ilmu
Tarbyah dan Keguruan UIN Sumatra Utara, Medan
Kementrian Agama RI. 2012. Moderasi Islam: Tafsir Al-Qur’an Tematik. Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Latifatul Fajri, Dwi. ‘’pengertian Etika, macam dan contohnya dalam kehidupan
sehari-hari,’’ office website of berita nasional (12 juni 2022)
Mawardi, kholid dan Rhenita Oktafiani, Hendri Purbo Waseso. 2020. ‘’Nilai-nilai
Akhlak dalam Kitab Syi’ir Ngudi Susilo Karya K.H. Bisri Mustofa.’’
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam; No. 1
Munir Amin, Syamsul . 2016. Ilmu Akhlak Cet. 1 Jakarta: AMZAH
Musthofa, Bisri. Kitab Syi’ir Ngudi susilo. Menara Kudus: Kudus
Nasir, Amin. 2018. ‘’Etika Sosial Santri Menuju Modernisasi Pendidikan (Telaah
Pendidikan Santi Di Kudus),’’ Ijtimaiya, no 01
Nisa’, Khoirun. ‘’Implementasi Pembelajaran Kitab Ngudi Susilo dalam
Meningkatkan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin
Rembang’’ Skripsi Sarjana. Fakultas Tarbiyah IAIN Kudus, 2019.
Nugrahani, Farida. 2014. Metode Penelitian Kualitatif : Dalam Penelitian
Pendidikan Bahasa
Nurhasanah, siti, Agus Jayadi rika sa’diyah dan syarifman. 2019 Strategi
Pembelajaran. akarta Timur: Edu Pustaka
Pane, Aprida Dan Muhammad Darwis Dasopang. 2017. ‘’Belajar dan
pembelajaran’’, Padang Sidimpuan: jurnal kajian ilmu-ilmu keislaman.
No.2,

56
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional
Rizal, Syamsu A dkk. 2016. Membangun Karakter Kemanusiaan, Membentuk
Kepribadian Bangsa melalui Pendidikan. Yogyakarta: UPT MKU
Sudrajat Ajat, dkk. 2016. Dinul Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi Umum. Yogyakarta: UNY Press
Sugiono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D Cet.21; Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan : kompetensi dan Prakteknya,
Cet.14; Jakarta: Bumi Aksara
Tanzeh, Ahmad. 2009. Pengantar Metode penelitian, cetakan 1. Yogyakarta:
Penerbit Teras
Yuberti. 2013. Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam
Pendidikan. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA)
Zulhima. 2013. ‘’Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia.’’
Jurnal Darul ‘Ilmi, no.02

57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Muliya Maulidina


NIM : 2018010064
Tempat, Tanggal Lahir : Banyumas, 28 Juni 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Turmudzi No. 20 RT 02/RW 01 Desa
Sokaraja Lor Kecamatan Sokaraja Kabupaten
Banyumas
No. HP : 087812827439

58
Riwayat pendidikan 1. RA Masyithoh 13 Sokaraja
2. SD Negeri 2 Sokaraja Lor, Sokaraja,
Banyumas
3. SMP Takhassus Al-Qur’an Kalibeber,
Mojotengah, Wonosobo
4. SMA Takhassus Al-Qur’an Kalibeber,
Mojotengah, Wonosobo
5. Mahasiswa semester 7, Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sains
Al-Qur’an Jawatengah, Kalibeber,
Mojotengah, Wonosobo

59

Anda mungkin juga menyukai